Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

“KEJANG PADA NEONATAL DAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR”

Dosen Pengampu: Ni Made Mulyani,S.ST

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV

1. LENI ZEMA NOVIANI


2. LOLI HARTIKA
3. NOVIA NELI ANGGRENI
4. NOVITA KISMA PERMATASARI
5. NUREKA SUSMITA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIII

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha


Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan kebidanan
komunitas ini. Terimakasih juga kepada dosen pengampu Ibu Ni Made
Mulyani,S.ST. Karena berkat bimbingan yang beliau sampaikan dan saran-saran yang
beliau berikan kepada penulis sehingga terciptalah makalah berjudul “kejang pada
neonatal dan asfiksia pada bayi baru lahir” dan penulis dapat lebih memahami materi
kegawatdaruratan maternal neonatal.

Mungkin tugas ini tidak akan selesai jika tidak ada yang menyemangati serta
memberikan motivasi kepada kelompok penulis. Jadi, kelompok 4 juga
menugucapkan terimakasih kepada teman-teman semua.

Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu


segala kritik membangun dan masukan-masukan akan diterima dengan penuh ucapan
terimakasih demi semakin baiknya makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi semuanya dan menambah wawasan tentang kejang pada neonatal dan asfiksia
pada bayi baru lahir.

Mataram, 04 Mei 2020

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Pengertian kejang pada neonatal .............................................................. 3


2.2 Penyebab kejang dan prosedur menghentikan kejang .............................. 3
2.3 Terapi kejang pada bayi baru lahir ........................................................... 4
2.4 Penilaian pada bayi baru lahir .................................................................. 5
2.5 Langkah awal resusitasi ........................................................................... 6
2.6 Ventilasi tekanan positif (VTP) ............................................................... 7
2.7 Menghentikan resusitasi .......................................................................... 8
2.8 Rujukan yang optimal pada bayi baru lahir dengan asfiksia ................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 11


3.2 Saran ...................................................................................................... 11

DATAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu di Indonesia menempati urutan pertama di Negara
kawasan Asia Tenggara yaitu 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan angka
kematian bayi juga masih tinggi yaitu 35/1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan
komitmen pemerintah dalam menunjang upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDG’s) no 4 dan 5 di dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi adalah pencapaian angka kematian ibu menjadi 112/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 20/1000 kelahiran hidup.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan
kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam
mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan
atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan
direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan
yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu kejang pada neonatal ?
1.2.2 Apa saja penyebab kejang dan prosedur menghentikan kejang ?
1.2.3 Apa saja terapi kejang pada bayi baru lahir ?
1.2.4 Bagaimana penilaian pada bayi baru lahir ?
1.2.5 Apa saja langkah awal resusitasi ?
1.2.6 Bagaimana cara ventilasi tekanan positif (VTP) ?
1.2.7 Kapan menghentikan resusitasi ?
1.2.8 Bagaimana rujukan yang optimal pada bayi baru lahir dengan asfiksia ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kejang pada neonatal
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab kejang dan prosedur menghentikan kejang
1.3.3 Untuk mengetahui terapi kejang pada bayi baru lahir
1.3.4 Untuk mengetahui penilaian pada bayi baru lahir
1.3.5 Untuk mengetahui langkah awal resusitasi
1.3.6 Untuk mengetahui ventilasi tekanan positif (VTP)
1.3.7 Untuk mengetahui menghentikan resusitasi
1.3.8 Untuk mengetahui rujukan yang optimal pada bayi baru lahir dengan
asfiksia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kejang Pada Neonatal


Secara umum kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan pelepasan
listrik serba yang berlebihan. (Sowden, 2002).
Kejang adalah depolarisasi berlebihan sel-sel neuron otak, yang
mengakibatkan perubahan yang bersifat paroksimal fungsi neouron
(perilaku,fungsi motorik dan otonom). Dengan atau tanpa perubahan kesadaran.
(Sari Pediarti, 2007).
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi
motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak
(Buku Pelayanan Obstetric neonatal emergensi dasar 2008). Kejang bukanlah
suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau
sistemik.

2.2 Penyebab Kejang Dan Prosedur Menghentikan Kejang


1. Penyebab kejang bayi baru lahir, antara lain, sebagai berikut.
a. Komplikasi persalinan, yaitu asfiksia yang menimbulkan hipoksia
ensefalopati, trauma langsung susunan saraf akibat tindakan operasi
transvaginal/forsep/vakum ekstraksi, perdarahan intrakranial terutama
bayi kurang bulan.
b. Gangguan metabolisme, yaitu hipoglikemia (kurang dari 45 mg/dl) yang
terjadi pada bayi kurang bulan, bayi kecil untuk usia kehamilan, bayi
dengan diabetes melitus.
c. Gangguan elektrolit, yaitu hipokalsimea (kurang dari 7 mg/dl) yang
terjadi pada bayi kurang bulan, bayi kecil untuk usia kehamilan,
hipertiroid; hiponatremia (kurang dari 130 mg/dl) atau hipernatremia

3
(lebih dari 130 mg/dl); hiperbilirubinemia (kernikterus); kekurangan
vitamin B.
d. Infeksi (tetanus neonatorum, meningitis).
e. Bayi dengan kelainan kongenital (anensefali, hidrosefalus,
meningoensefalokel).

Keadaan kejang pada bayi baru lahir merupakan masalah gawat darurat
sehingga memerlukan konsultasi dengan dokter anak. Selain itu, pemeriksaan
yang dilakukan cukup rumit sehingga perlu dilakukan rujukan.

2. Prosedur menghentikan kejang


Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila bayi kejang,
karena bisa terjadi aspirasi.
Jika bayi kejang dicurigai sebagai TETANUS NEONATORUM dengan
tanda/ gejala :
a. Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang maupun spontan
b. Mulut mencucu seperti mulut ikan
c. Biasanya kesadaran masih baik tetapi bayi tak bisa menyusu

Lakukan tindakan :

a. Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital


b. Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain
c. Rujuk
d. Lihat pedoman Eliminasi Tetanus Neonatorum untuk tindakan
berikutnya.

2.3 Terapi Kejang Pada Bayi Baru Lahir


Dua prinsip pengobatan kejang pada neonatus yaitu pertama deteksi dan
pengobatan penyebab kejang serta perhatian difokuskan pada gangguan
metabolisme akut yang sering menyertai seperti hipoglikemia. Prinsip yang kedua
adalah pengkajian terhadap kebutuhan untuk mengontrol kejang dengan

4
membandingan antara keuntungan pengobatan dengan efek samping dari obat anti
kejang yang diberikan.
Prinsip yang kedua ini jarang dipertimbangkan karena sedikit provokatif,
sebab pengaruh obat yang diharapkan kurang seimbang dengan efek samping obat
tersebut. Menurut Boylan, Rennie, Pressler & Wilson (2002), penggunaan
antikonvulsan seringkali kurang efektif dalam mengatasi kejang. Dalam penelitian
yang sama dikatakan bahwa efektivitas obat tersebut dalam menurunkan
manifestasi klinik kejang pada bayi yang mempunyai latar belakang pemeriksaan
EEG normal dengan derajat penyakit dalam rentang sedang hanya 29%.
Pemberian anti kejang merupakan upaya yang tersering dilakukan untuk
mengontrol kejang. Obat yang popular untuk mengontrol kejang adalah
fenobarbital (Boylan, Rennie, Pressler & Wilson ,2002). Dosis yang diberikan
mungkin bervariasi.
Menurut Evans dan Levene (1998) dosis awal adalah 20 mg/kg BB diberikan
secara diguyur, kemudian ditingkat 10 mg/kg BB menjadi 40 mg/kg BB yang
merupakan dosis akhir dan diberikan secara diguyur.Sedangkan dosis
pemeliharaan adalah 6 mg/kg BB/hari. Jenis obat yang lain adalah
clonazepam,lorazepam dan fenitoin. Di Indonesia, anti kejang jenis diazepam dan
fenobarbital diberikan secara bergantian (Ismael, 1991).

2.4 Penilaian Pada Bayi Baru Lahir


Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :
1. Sebelum bayi lahir :
a. Apakah kehamilan cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium ?
2. Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian
berikut :
a. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap ?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?

5
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL
mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan yang
sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan
air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan
bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal. Jika bayi kurang
bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 42 minggu/283 hari)
dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas atau
megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan
Asfiksia.

2.5 Langkah Awal Resusitasi


1. Penilaian
Sebelum bayi lahir :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir :
a. Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif?
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau megapmegap dan
atau lemas kemudian potong tali pusat
2. Langkah awal
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan rangsang taktil
e. Reposisi

Nilai napas jika bayi bernapas normal

6
3. ASUHAN PASCA RESUSITASI
a. Pemantauan tanda bahaya
b. Perawatan tali pusat
c. Inisiasi menyusu dini
d. Pencegahan hipotermi
e. Pemberian vitamin K1
f. Pemberian salep/tetes mata
g. Pemeriksaan fisis
h. Pencatatan & Pelaporan

2.6 Ventilasi Tekanan Positif (VTP)


1. Penilaian
Sebelum bayi lahir :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir :
a. Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif?
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau megapmegap dan
atau lemas kemudian potong tali pusat
2. Langkah awal
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan rangsang taktil
e. Reposisi
Nilai napas jika bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap lakukan VTP
3. VENTILASI
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
b. Ventilasi 2 x dengan tekanan 30 cm air

7
c. Jika dada mengembang lakukan ventilasi 20 x dengan tekanan 20 cm air
selama 30 detik
Nilai napas jika bayi mulai bernapas normal
a. Hentikan Ventilasi
b. ASUHAN PASCA RESUSITASI

2.7 Menghentikan Resusitasi


1. Langkah awal
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan rangsang taktil
e. Reposisi
Nilai napas jika bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap lakukan VTP
2. VENTILASI
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
b. Ventilasi 2 x dengan tekanan 30 cm air
c. Jika dada mengembang lakukan ventilasi 20 x dengan tekanan 20 cm air
selama 30 detik
Nilai napas jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap
a. Ulangi ventilasi sebanyak 20 x selama 30 detik
b. Hentikan ventilasi & nilai kembali napas tiap 30 detik
c. Jika bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan,
nilai denyut jantung.

Jika tidak mau dirujuk & tidak berhasil

a. Sesudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut
jantung pertimbangkan menghentikan resusitasi.
b. Konseling.
c. Pencatatan & Pelaporan.

8
Setelah Resusitasi jantung paru dilakukan ada beberapa beberapa alasan untuk
menghentikan Resusitasi, diantaranya :

a. Korban dan penolong berada dalam kondisi tidak aman dilokasi kejadian
b. Jantung mulai berdenyut secara adekuat
c. Adanya tenaga terampil lain yang mengambil alih Resusitasi
d. Penolong kelelahan dan tidak dapat melanjutkan Resusitasi

2.8 Rujukan Yang Optimal Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
1. Langkah langkah rujukan dalam sitem pelayanan kebidanan yaitu :
a. Menentukan tingkat kegawatdaruratan.
b. Menentukan tempat rujukan (bersedia, lengkap, dan terdekat).
c. Memberika KIE kepada keluarga tentang rujukan.
d. Menginformasikan tempat rujukan yang dituju.
a) Memberitahu bahwa ada pasien yang akan dirujuk.
b) Meminta saran apa yang harus dilakukan selama persiapan dan
perjalananke tempat rujukan.
e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
1) B (Bidan) Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop.
3) K (keluarga) Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien)
dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang
lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (Surat) Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat
yang telah diterima ibu.

9
5) O (Obat) Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.
6) K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
7) U (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempar rujukan DA (Darah) Siapkan darah untuk
sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila terjadi
perdarahan.
f. Mengiriman penderita.
g. Tindak lanjut penderita (dikembalikan atau tidak).
2. Data yang harus di informasikan:
a. Identitas bayi dan tanggal lahir.
b. Identitas orang tua.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan Resusitasi yang
dilakukan.
d. Obat yang di konsumsi oleh ibu.
e. Nilai afgar.
f. Masa gestasi dan berat lahir.
g. Tanda vital ( suhu, frekuensi jantung pernafasan warna kulit dan aktif/
tidak nya bayi.
h. Tindakan/prosedur klinik dan terapi lain yang sudah di berikan.
i. Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan pelepasan
listrik serba yang berlebihan. (Sowden, 2002).
Kejang adalah depolarisasi berlebihan sel-sel neuron otak, yang
mengakibatkan perubahan yang bersifat paroksimal fungsi neouron
(perilaku,fungsi motorik dan otonom). Dengan atau tanpa perubahan kesadaran.
(Sari Pediarti, 2007).
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi
motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak
(Buku Pelayanan Obstetric neonatal emergensi dasar 2008). Kejang bukanlah
suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau
sistemik.

3.2 Saran
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini demikian pula makalah yang
kami buat. Kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah yang kami
buat. Oleh sebab itu kami mengharapkan dan membuka kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk kemajuan dan sempurnanya makalah
ini.Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Betz dan Sowden.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 3.Jakarta.EGC

Rehatta, Margarita.2012.Pedoman Keterampilan Medik 4.Surabaya

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk.2008.Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk


Mahasiswa Kebidanan.Jakarta:EGC

Rini, Ika Setyo, dkk.2019.Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).Malang:UB


Press

Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.2010.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI

12

Anda mungkin juga menyukai