Disusun oleh :
MATARAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Laporan Kelompok tentang “Asuhan Kebidanan Patologi pada Bayi Ny”I” dengan
Asfiksia Berat di Ruang NICU RSUD Kota Mataram” telah mendapatkan
persetujuan pada :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan pada waktu yang
telah ditentukan.
Laporan penulis ini berjudul “Asuhan Kebidanan Patologi pada Bayi Ny”I”
dengan Asfiksia Berat di Ruang NICU RSUD Kota Mataram”. Dalam
penyusunan laporan ini kami banyak mendapat bantuan, arahan, bimbingan dari
berbagai pihak yang bersifat dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
iii
8. Klien atas nama Ny.”I” yang telah bersedia ikut berpartisipasi menjadi
klien kami untuk menyelesaikan laporan ini, terimakasih untuk
kerjasamanya dan untuk semua bantuan yang diberikan.
9. Dan semua pihak yang tidak dapat kami satu persatu ucapkan yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, baik dari
pembimbing pendidikan maupun pembimbing lahan atau semua pihak yang telah
membaca laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya,
serta bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulis..........................................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Tentang Bayi Baru Lahir..........................................................................................5
2.1.1 Pengertian..........................................................................................................5
2.1.2 Tanda-tanda Bayi aru lahir normal...................................................................5
2.1.3 Klasifikasi Bayi Baru Lahir...............................................................................7
2.1.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.................................7
2.2 Tentang Asfiksia....................................................................................................10
2.2.1 Pengertian........................................................................................................10
2.2.2 Klasifikasi Asfiksia.........................................................................................11
2.2.3 Etiologi Asfiksia..............................................................................................12
2.1.4 Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia..............................16
2.1.5 Patofisiologi....................................................................................................18
2.2.6 Komplikasi Asfiksia........................................................................................19
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................20
2.2.8 Pencegahan Asfiksia........................................................................................21
2.2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................21
2.3 SPO Resusitasi Neonatus RSUD Kota Mataram....................................................24
2.3.1 Pengertian........................................................................................................24
2.3.2 Tujuan.............................................................................................................24
2.3.3 Kebijakan........................................................................................................24
2.3.4 Prosedur..........................................................................................................24
2.4 Standar Asuhan Kebidanan....................................................................................29
v
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................55
4.1 Data Subjektif.........................................................................................................55
4.2 Data Objektif..........................................................................................................57
4.3 Analisa...................................................................................................................59
1.4 Penatalaksanaan.....................................................................................................60
BAB V PENUTUP................................................................................................64
5.1 Kesimpulan............................................................................................................64
5.2 Saran......................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
LAMPIRAN..........................................................................................................68
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2019 sejumlah 910 kelahiran pada bayi, dimana terdapat sebanyak 269 kasus
BBLR (29,5%), asfiksia berat sebanyak 48 kasus (5,23%), asfiksia sedang
sebanyak 56 kasus (7,36%), asfiksia ringan sebanyak 2 kasus (0,32%) dan BBLR
dengan asfiksia sebanyak 68 kasus (8,35%). Sedangkan pada grafik angka
kematian bayi tahun 2022 di RSUD Kota Mataram pada Triwulan I bulan Januari-
Maret sejumlah 8% pada bulan Januari, 11% pada bulan Februari, dan 9,50%
pada bulan Maret. Sedangkan pada Triwulan II bulan April-Juni 2022 sejumlah
7% pada bulan April, 9,00% pada bulan Mei, dan pada bulan Juli sejumlah
8,60%.
Angka kematian bayi (AKB) merupakan tolok ukur yang sensitif dari
semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang
kesehatan. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak
dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Percepatan penurunan AKB
Provinsi NTB harus dilakukan melaului terobosan-terobosan atau program-
program yang mempunyai daya ungkit kuat untuk menurunkan AKB. AKB
berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup (UHH), penurunan AKB
akan meningkatkan UHH.
Mengingat besaran masalah penyakit asfiksia neonatorum maka penting
upaya pencegahan asfiksia neonatorum antara lain: deteksi dini faktor risiko
terjadinya asfiksia neonatorum dengan melakukan ANC minimal 4 kali atau
program yang terbaru yakni 6 kali selama kehamilan, penggunaan partograf yang
benar dapat membantu deteksi dini kemungkinan diperlukannya resusitasi
neonatus. Untuk penanganan dan pemantauan sarana dan prasarana resusitasi serta
ketersediaan obat-obatan yang lebih lengkap pada semua tingkat pelayanan
kesehatan dasar maupun tingkat pelayanan kesehatan tingkat tinggi, serta tenaga
kesehatan yang terlatih dalam menghadapi bayi dengan asfiksia neonatorum.
Adalah hal penting dan wajib diadakannya pelatihan berkala kepada semua tenaga
kesehatan baik bidan ataupun perawat neonatus dalam hal kegawatdaruratan
neonates (Dian Eka, 2019).
d) Bagi Pasien
Klien dapat berhubungan langsung dengan tenaga kesehatan sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan guna meningkatkan kesehatan dirinya
dan bayinya, serta memanfaatkan sarana kesehatan ataupun tenaga
kesehatan dengan kesadarannya sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari),
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua
sistem. Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai
masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat
bisa berakibat fatal (Kemenkes RI, 2020).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat (Jamil et al., 2017).
Kriteria bayi normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500–4000 gram,
panjang badan: 48–52 cm, lingkaran dada: 30– 38 cm, nilai Apgar 7–10
dan tanpa cacat bawaan (Ribek et al., 2018).
5
6
Tanda 0 1 2`
A (Apperance) Seluruh badan Warna kulit Warna kulit tubuh
Warna kulit biru atau Pucat tubuh normal tangan dan dua
merah muda, kaki normal merah
tetapi tangan dan muda, tidak ada
kaki kebiruan sianosis
P (Pulse) Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Denyut jantung
G (Grimace) Lemah atau tidak Sedikit gerakan Gerakan aktif
Tonus otot ada
1) Bayi kurang bulan: bayi yang lahir <259 hari (37 minggu).
2) Bayi cukup bulan: bayi yang lahir antara 259–293 hari (37 minggu–42
minggu).
3) Bayi lebih bulan: bayi yang lahir >294 hari (>42 minggu).
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui
mekanisme berikut (Jamil et al., 2017):
5. Pencegahan infeksi
2.2.1 Pengertian
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau
beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(asfiksia primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami
asfiksia beberapa setelah lahir (Asfiksia sekunder) (Sukarni, 2019)
1. Vigorous baby score AFGAR 7-10, bayi sehat kadang tidak memerlukan
tindakan istimewa tidak memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen
secara terkendali.
2. Moderate asphyksia (asfiksia ringan) skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali/ menit tulus otot
kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada dan
memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen sampai bayi
dapat bernafas normal.
3. Severe asphyksia (asfiksia berat) skor APGAR 0-3, memerlukan resusitasi
segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu
disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan
dosis 2,4 ml/kg atau kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg
berat badan, diberikan lewat Vena umbilikus, pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
a. Umur Ibu
Bagian komponen dari status reproduksi adalah umur ibu dan jumlah
paritas atau jumlah persalinan. Wanita yang berumur 35 tahun atau lebih
meningkat risikonya dalam masalah-masalah seperti tekanan darah tinggi,
gestasional diabetes dan komplikasi selama kehamilan (Bobak, 2017)
c. Perdarahan antepartum
a) Plasenta previa
ni adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Bila usia
kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan keadaan ibu
dan anak baik, maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila
perdarahan banyak hendakknya segera mengakhiri kehamilan
misalnya dengan persalinan perabdominan.
b) Solusio plasenta
Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta, pada lokaliasi yang
normal, sebelum janin lahir pada umur kehamilan 20 minggu atau
lebih. Atau terlepasnya plasenta pada fungus/korpus uteri sebelum
janin lahir.
d. Kehamilan post date
e. Amnionitis
f. Anemia
g. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yag menghasilkan janin yang mampu hidup
diluar rahim (28 minggu). Klasifikasi paritas antara lain :
1) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak.
2) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua kali atau lebih.
3) Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih
a. Bayi premature
kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi
normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda usia kehamilan,
fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin
buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh secara
sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia.
Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram.
c. Kelainan kongenital
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
karena pemakaian obaat anastesia/analgetik yang berlebihan pada ibu
secara langsung dpat menimbulkan depresi pusat pernapassan janin,
maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdrahan
intra kranial.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 1-2 jam
pada primi, dan lebih dari 1 jam pada multi. Partus lama masih merupakan
17
suatu masalah di Indonesia karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari
persalinan masih ditolong oleh dukun. Baru sedikit sekali dari dukun
beranak yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun.
berbau amis dan tidak seperti bau amonik, mungkin cara tersebut masih
merembas atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Karlina 2016).
2.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi, pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi
masih dalam keadaan konstriksi dan hampir seluruh darah dari jantung
kanan tidak dapat melalui paru-paru sehingga darah dialirkan melalui
duktus arteriosis kemudian masuk ke aorta namun suplai oksigen melalui
plasenta ini terputus ketika bayi memasuki kehidupan ekstra uteri.
Hilangnya supaya oksigen melalui plasenta pada masa ekstra uteri
menyebabkan fungsi paru neonatus diaktifkan dan terjadi perubahan pada
alveolus yang awalnya berisi cairan kemudian digantikan oleh oksigen.
Proses penggantian cairan tersebut terjadi akibat adanya kompresi dada
(toraks) bayi pada saat persalinan kala II di mana saat pengeluaran kepala,
menyebabkan badan khususnya dada (toraks) berada di jalan lahir
sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat dalam paru
dikeluarkan. Setelah thorax lahir terjadi mekanisme balik yang
menyebabkan terjadinya inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari
jalan lahir, sehingga menimbulkan perluasan permukaan paru yang cukup
untuk membuka alveoli. Besarnya tekanan cairan pada dinding alveoli
membuat pernapasan yang terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif
lemah, namun karena inspirasi pertama neonatus normal sangat kuat
sehingga mampu menimbulkan tekanan yang lebih besar ke dalam
intrapleura sehingga semua cairan alveoli dapat dikeluarkan. Gagal nafas
terjadi apabila paruh tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam
pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah arteri dan pembuangan
karbondioksida proses pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah
pada difusi gas pada alveoli. Difusi gas merupakan pertukaran antara
oksigen dengan kapiler paru dan CO kapiler Dengan alveoli. (Hall &
Guyton, 2018)
20
c. Asfiksia berat
d. Ikterus
2.2.9 Penatalaksanaan
Menurut Dewi (2016) Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan
bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan
tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan
mengalami Asfiksia pada saat dilahirkan. Tindakan (Resusitasi melakukan
langkah awal yaitu HAIKAL, lakukan VTP, Bila frekuensi jantung <60
x/menit lanjutkan VTP dan kompresi dada, dan apabila frekuensi jantung
>100 x/menit lakukan pasca resusitasi dan pemeantauan vital sign
pencegah hipotermi, pencegah infeksi yang dikenal dengan STABLE.
neonatorum akan dipastikan sendiri kemudian, namun pada intinya
penatalaksanaan terhadap asfiksia neonatorum adalah berupa :
23
a. Tindakan umum
1) Bersihkan jalan napas, kepala bayi diletakkan lebih rendah agar leher
mudah mengalir, bila perlu digunakan laringoskop untuk membantu
penghisapan lendir dari saluran napas yang lebih dalam.
2) Rangsang refleks pernapasan, dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernapas dengan cara memukul kedua telapak kaki
menekan tand achiles.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
f) Lakukan Penilaian
Menilai pernafasan dan denyut jantung bayi Bila bayi bernafas spontan:
letakkan bayi pada dada ibu dan selimuti bayi bersama ibunya, anjurkan
ibu untuk segera menyusui bayinya. Bila bayi tidak bernafas, megap-
megap, merintih dan atau disertai DJA <100x/m " SEGERA LAKUKAN
VTP"
2. VTP ( Ventilasi Tekanan Positif)
2.3.1 Pengertian
Adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
2.3.2 Tujuan
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
2.3.3 Kebijakan
Kebijakan Direktur RSUD Kota Mataram No.001/MDG’S/KBJ/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Ponek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
2.3.4 Prosedur
A. Persiapan Alat Resusitasi :
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga
alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
1. 2 helai kain/handuk
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
5. Kotak alat resusitasi
6. Jam atau pencatat waktu
26
UNIT TERKAIT:
STANDAR I: Pengkajian
A. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang terkait dengan kondisi klien.
B. Kriteria Pengkajian
1. Data tepat, akurat dan lengkap.
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa biodata keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya)
3. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik psikologis dan pemeriksaan
penunjang).
A. Pernyataan standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
B. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah.
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
29
30
A. Perencanaan standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
B. Kriteria perencanaan.
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
2. Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga.
3. Mempertimbangkan kondisi psikologis sosial budaya klient atau
keluarga.
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan epidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber
daya serta fasilitas yang ada.
A. Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
B. Kriteria:
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
31
STANDAR V: Evaluasi
A. Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
B. Kriteria Evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
/keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien
A. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
B. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam medis/ KMS/ Status pasien/ buku KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
32
3. Assesment/Analisis
4. Plan/Penatalaksanaan
Jl. TGH. Ali Batu Lingkar Selatan Mataram, Telp/Fax. 0370 6161271, 6161261
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, ANAK DAN BALITA
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
1. Identitas bayi
Nama : By. Ny. I
Umur bayi : 5 hari
Tgl / jam lahir : 24/11/2022 Pukul: 11.50 WITA
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 24/11/2022
Anak ke : Pertama
34
35
D. Riwayat antenatal
Penyakit/kesehatan ibu dan pengobatan
HPHT : 19/02/2022
HTP : 26/11/2022
Status Imunisasi TT : TT2
ANC : Ibu mengatakan sudah 6 kali melakukan
pemeriksaan kehamilannya di
Puskesmas.
Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit berat seperti DM, hipertensi,
jantung, asma, TBC, HIV, malaria atau
penyakit lainnya.
Selama hamil (trimester I, II, III): Ibu mengatakan selama hamil tidak
36
a. Nurtisi
Makan
Frekuensi :-
Porsi :-
Jenis makanan :-
Minum
Frekuensi :-
Porsi :-
Jenis :-
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi :-
Konsistensi :-
Warna :-
Keluhan :-
BAK
Frekuensi :-
Warna :-
Keluhan :-
c. Personal hygiene
Mandi :-
Keramas :-
Ganti pakaian :-
H. Riwayat imunisasi
Jenis Tgl Tgl Tgl Tgl Keterangan
imunisasi imunisasi imunisasi imunisasi imunisasi
BCG
Polio
DPT
HB
Campak
39
I. DATA OBYEKTIF
1. Riwayat kesehatan saat ini
Keadaan umum : Lemah
2. Pemeriksaan bayi
1. Pemeriksaaan awal
Aktivitas : Lemah tidak bergerak aktif
Warna kulit : Badan pucat ekstremitas biru
Tangisan : Tidak menangis
2. Tanda vital
Suhu : 35,3 °C
Nadi : 40 x/m
Pernafasan : Tidak bernafas spontan.
Jantung : Lemah tidak teratur, frekuensi 40 x/m
Berat badan saat ini : 2700 (gr)
Panjang badan saat ini : 48 (cm)
Lingkar dada : 28 (cm)
Lingkar kepala : 29 (cm)
Lingkar perut : 28 (cm)
3. Kepala
Simetris
Sutura : normal
Frontanel : normal
Lain-lain jelaskan :
4. Mata
simetris
tanda – tanda infeksi : tidak ada
perdarahan pada kornea : tidak ada
kelopak mata terbuka / tertutup : tertutup
refleks pupil :-
40
refleks mengedip :-
5. Telinga : simetris, bersih, normal.
6. Hidung : normal.
7. Mulut
simetris : simetris
warna : bibir kering pucat.
bibir dan langit – langit : normal
periksa adanya sumbing : tidak ada
refleks rooting :-
refleks sucking :-
refleks swalowing :-
8. Leher
pembengkakan : tidak ada
benjolan : tidak ada
9. Dada
bentuk : simetris
puting : normal
pembesaran mamae : tidak ada
10. Abdomen
bentuk : normal, tali pusat masih basah
penonjolan pada tali pusat saat menagis : tidak ada
bising usus : positif
meteorismus : tidak
talipusat
berdarah : tidak
bau : tidak
lain-lain jelaskan :
11. Bahu, tangan dan lengan
bentuk : simetris
gerakan normal : tidak ada pergerakan
warna : kebiruan
jumlah jari : lengkap, normal 5 jari-jari kiri, 5
41
jari-jari kanan.
refleks grasping :-
refleks tonic neck :-
12. Genitalia
2. Laki – laki
dua testis dalam skrotum : ada, normal
penis berlubang pada ujung : ada
miksi dalam 24 jam : belum.
kelainan (keluhan ) : tidak ada.
13. Tungkai dan kaki
bentuk : simetris
gerakan : tidak ada gerakan
warna : biru
jumlah jari : lengkap, normal 5 jari-jari kiri, 5
jari-jari kanan.
jumlah kaki : 2 normal, satu kiri dan satu kanan.
refleks babynsky :-
refleks walking :-
14. Punggung
Benjolan : tidak ada
spina bifida : tidak ada
lain-lain :-
15. Anus
adanya anus : ada
pengeluaran mekonium dalam 24 jam : ada
warna mekonium : hijau kehitaman
keluhan : tidak ada
16. Kulit
verniks : ada
lanugo : ada
warna : pucat, biru
pembengkakan bercak hitam (tanda lahir) : tidak ada
42
Score Nilai
Tanda 0 1 2 I V
Apprance Pucat Tubuh Tubuh dan 0 1
(warna kulit) kemerahan, ekstremitas
ekstremiitas biru kemerahan
Pulse rate Tidak ada ≤100 x/m ≥100 x/m 1 1
(denyut
jantung)
Grimace Lemah Sedikit gerakan Gerakan aktif 0 0
(reaksi atau tidak
rangsangan) ada
Activity Tidak ada Meringis atau Merintis atau 0 0
(tonus otot) respon menangis lemah bersin atau batuk
terhadap ketika di saat stimulasi
stimulasi stimulasi saluran napas
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis kuat 0 1
(pernafasan) teratur pernapasan baik
dan teratur
Jumlah 1 3
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: Cek Darah Lengkap hb: 12, 2 g/dl, Glukosa sewaktu: 60
mg/dl, CRP (negatif).
b. Radiologi: -
43
ANALISA :
DS:
DO:
a. K/U lemah, tonus otot tidak bergerak aktif, warna kulit pucat eksremitas
biru, tidak langsung menangis, suhu 35, 3℃ , dj lemah tidak teratur
frekuensi 40 x/m, pernafasan tidak bernafas secara spontan, A-S 1-3.
b. BBL: 2700 gram, PBL: 48 cm
PENATALAKSANAAN :
Hari/Tanggal : 29/11/2022
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
ANALISA
Bayi Ny.I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia Berat hari kedua.
PENATALAKSANAAN
1. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi setiap 2 jam. Telah dilakukan observasi.
2. Melakukan kolaborasi konsul dengan dr. Budastra, S.PA. Sudah dilakukan
dengan intervensi dilanjutkan
46
47
DATA PERKAMBANGAN II
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
ANALISA
Bayi Ny.I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia Berat hari ketiga
PENATALAKSANAAN
DATA SUBJEKTIF -
DATA OBJEKTIF
1. Menangis (+)
2. Gerakan (+)
3. BAB/BAK (+)
4. TTV:
Frekuensi jantung 136 x/m
Pernafasan 45x/m
Suhu 36,7 ℃
Tali pusat masih basah
Masih terpasang O2 CPAP F102 30%, PEEP 7, Flow 7
Masih terpasang infus D10% 270cc/24 jam/hari
ANALISA
Bayi Ny.I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia Berat hari keempat.
PENATALAKSANAAN
DATA PERKEMBANGAN IV
DATA SUBJEKTIF -
DATA OBJEKTIF
1. K/U Sedang
2. Menangis (+)
3. Gerakan (+)
4. BAB/BAK (+)
5. TTV :
Frekuensi jantung 140 x/m
Pernafasan 45 x/m
Suhu 36,9 ℃
Tali pusat sudah kering
Masih terpasang O2 CPAP F102 30%, PEEP 7 Flow 7
Masih terpasang infus D10%+elektrolit 270cc/hari
ANALISA
Bayi Ny. I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia Berat hari kelima
PENATALAKSANAAN
Fototerapi
ASI 8x10-15 cc/OGT
3. Memberikan terapi obat secara IV meliputi ampicillin 2x140 mg, gentamicin
1x14 mg. Telahi diberikan.
DATA PERKEMBANG V
DATA SUBJEKTIF -
DATA OBJEKTIF
1. K/U Sedang
2. Menangis (+)
3. Gerakan (+)
4. BAB/BAK (+)
5. TTV :
Frekuensi jantung 145x/m
Pernafasan 50 x/m
Suhu 36,5 ℃
Tali pusat putus
O2 nassal canul 1 lpm
Masih terpasang infus D10% 270cc/hari
Fototerapi (+)
ANALISA
Bayi Ny. I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia berat hari keenam.
PENATALAKSANAAN
52
DATA PERKEMBANGAN VI
DATA SUBJEKTIF -
DATA OBJEKTIF
1. K/U Baik
2. Menangis (+)
3. Gerakan aktif (+)
4. BAB/BAK (+)
5. TTV :
Frekuensi jantung 136x/m
Pernafasan 42 x/m
Suhu 36,8 ℃
O2 nassal canul 0,5 lpm
Masih terpasang infus D10% 270cc/hari
Fototerapi (+)
ANALISA
Bayi Ny. I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia Berat hari ketujuh
53
PENATALAKSANAAN
DATA SUBJEKTIF -
DATA OBJEKTIF
1. K/U Baik
2. Menangis (+)
3. Gerakan aktif (+)
4. BAB/BAK (+)
5. TTV :
Frekuensi jantung 142x/m
Pernafasan 45 x/m
Suhu 37,0 ℃
Oksigen lepas
Masih terpasang infus D10% 270cc/hari
Fototerapi (+)
ANALISA
54
Bayi Ny.I Neonatus Cukup Bulan dengan Asfiksia Berat hari ke delapan.
PENATALAKSANAAN
PEMBAHASAN
1. Identitas bayi
Pada kasus bayi Ny. “I” lahir tanggal 24 November 2022 pukul 11.50 WITA, usia
segera setelah lahir tidak langsung menangis.
55
56
Pada kasus ibu dari bayi Ny. “I” dapat disimpulkan usia saat hamil dan
melahirkan termasuk dalam kategori aman, sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan kasus.
b. Pendidikan
Pada kasus ibu bayi Ny. “I” pendidikan terkahir adalah SMA. Menurut
Notoatmodjo (2018) ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pemeriksaan kehamilan. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin
sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Dalam hal ini, meskipun
pendidikan rendah tetapi pasien dapat mengerti. Jadi dapat disimpulkan
tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
c. Pekerjaan dan penghasilan
Pada kasus ibu bayi Ny. “I” pekerjaan ibu bayi adalah ibu rumah tangga
(IRT) dan pekerjaan ayah bayi adalah buruh dengan penghasilan cukup
untuk kebutuhan sehari-hari, biaya berobat dan untuk biaya persalinan di
rumah sakit menggunakan bantuan pemerintah yaitu BPJS. Menurut
Winkjosastro (2016) kemiskinan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan
membayar pelayanan yang baik, pantangan pada wanita hamil, merupakan
faktor sosial ekonomi yang ikut berperan pada tingginya angka kematian
maternal.
Pada kasus diatas disimpulkan kedua keluarga tersebut memiliki sosial
ekonomi yang rendah. Terbukti untuk biaya persalinan di rumah sakit
menggunakan BPJS sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kasus.
d. Faktor resiko
Pada kasus ibu bayi Ny. “I” datang ke rumah sakit tanggal 24-11-2022
rujukan dari bidan dengan diagnosa G1P0A0H0 hamil 39-40 minggu
dengan KPD<12 jam.
Menurut Sagita (2017) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan dimana ketuban pecah
dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung.
57
4.3 Analisa
Menurut Muslihatun (2017) diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. Pada kasus bayi Ny. “I” dengan asfiksia berat diperoleh
diagnosa nomenklatur, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan yaitu :
Bayi Ny. “I” neonatus cukup bulan segera dengan asfiksia berat.
Data Dasar
Data Subyektif : Bayi Ny. “I” lahir pada usia kandungan 39-40 minggu
dengan riwayat KPD<12 jam.
Data Obyektif : Penilaian selintas bayi baru lahir adalah tidak langsung
menangis, gerakan (lunglai) warna kulit kemerahan eksremitas biru.
Penilaian apgar score adalah 1-3.
pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit,
tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak
ada. Menurut Icesmi dan Sudarti (2017) ciri-ciri bayi dengan asfikisa berat pada
pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
sehingga tidak ada kesenjangan teori.
1.4 Penatalaksanaan
1. Tindakan bidan adalah oksigenasi dengan penanganan resusitasi.
Pada bayi Ny. “I” tindakan mandiri bidan adalah oksigenasi dengan
penatalaksanaan awal resusitasi dengan cara HAIKAL sesuai dengan SPO
Resusitasi RSUD Kota Mataram yaitu Metakkan bayi di bawah pemancar panas
yang telah dinyalakan sebelumnya, metakkan bayi dengan kepala sedikit
tengadah/sedikit ekstensi, menghisap mulut kemudian hidung menggunakan balon
penghisap, mengeringkan tubuh dan kepala dari cairan amnion dan memberikan
rangsangan taktik dengan menepuk/menyentil/menggosok bagian telapak kaki,
punggung, dada, dan ekstremitas, menyingkirkan kain basah, perbaiki posisi
kepala bayi agar leher agak tengadah sambil melalakukan evaluasi kondisi bayi.
Jika bayi masih megap-megap (belum terjadi pernafasan spontan, denyut jantung
<100 x/mnt). Melakukan VTP, dan menilai kembali keadaan bayi dengan hasil
bayi bernafas spontan, warna kulit mulai merah, gerakan kurang aktif. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Dewi (2016) langkah awal resusitasi diselesaikan
dalam waktu 30 detik. Langkah-langkah tersebut disingkat dengan HAIKAL.
1) H = Hangatkan bayi
a. Letakkan bayi di kain yang berada diatas perut ibu.
b. Selimuti tubuh bayi dengan dada dan perut terbuka, potong tali pusat.
c. Pindahkan bayi keatas kain tempat resusitasi.
d. Jaga kehangatan bayi dengan alat pemancar panas misal dengan lampu
60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm.
2) A = Atur posisi bayi
a. Baringkan bayi di depan penolong atau disamping penolong dengan
posisi kepala menengadah ke atas.
61
Yang mana antara SPO Resusitasi RSUD Kota Mataram dengan berdasarkan
teori menurut Dewi (2016) memiliki tahapan dan urutan tindakan yang sama
namun letak perpedaannya hanya pada istilah-istilah kalimatnya.
62
2. Kolaborasi dengan dokter dr. Budastra, Sp.A adalah berdasarkan advis dokter
terapi yakni pada By. Ny.”I” yaitu memberikan oksigen melalui sebanyak 2
liter/menit, infus Dextra 10% 216 cc/24 jam, ampicilin 2x140 mg, gentamicin
2x14 mg, phenobarbital 2x7 mg, suhu incubator 30-32 ℃, puasa
(Dipasangkan OGT).
Menurut Permenkes Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan bidan pada penanganan kasus
bayi baru lahir dengan asfiksia adalah melakukan tindakan rujukan apabila
terjadi kegawatdaruratan atau melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.A untuk
mendapatkan advis dan terapi.
Kompetensi Bidan No.6 : tentang asuhan pada bayi baru lahir Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir
sampai dengan 1 bulan. Pengetahuan dasar
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.”I” dengan Asfiksia
Berat dapat menyimpulkan sebagai berikut:
5.2 Saran
5.21 Bagi Instasi Pemerintah
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada
instansi terkait dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya
pada penanganan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Berat.
64
65
Dengan adanya laporan ini harapannya bisa menambah referensi dan sumber
bacaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Berat.
Dewi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Jakarta : Salemba Media.
Diana Sulis dan Erfiani Mail. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan,
dan Bayi Baru lahir. Jawa Tengah. CV Oase Group.
Dinas Kesehatan/Kota Se-Provinsi NTB. Profil Kesehatan Kabupaten/Kota
Tahun 2022.
Handayani, dkk. 2017. Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Hirohyati, Fatmawati, I., Anjas Sari, W. 2019. Hubungan Ketuban Pecah Dini
(KPD) dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Jombang.
I Anik Maryunani & Eka Puspita Sari. 2016. Asuhan Keperawatan Daruratan,
Maternitas Dan Neonatal. Jakarta: Trans info.
Junianti, Marisa, dkk. 2021. Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Keputusan Menteri Kesehatan no.21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar
Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Maryanti, dkk. 2017. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Trans Info
Media.
Murniati, L., Taherong, F., Syarifah. 2021. Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia (Literatur Review). Jurnal Midwifery,
3(1): 32-41. DOI: 10.24252/jmw.v3i1.21028.
Muslihatun, W. F . 2017. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.Yogyakarta:
Fitrayama.
66
Palupi, J & Atik Maryanti, S. 2020. Resiko Kejadian Asfiksia Neonatorum pada
Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Kalisat Jember. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 3(1), 1-6.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-
indonesia/profilkesehatan-Indonesia-2018.pdf.
Purwoastuti E. 2018. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Yongyakarta: Pustaka Baru.
Setiawan Tahang Andi, dkk, 2017. Hubungan Preeklampsia Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Kota Mataram Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan.
67
LAMPIRAN
68