Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

“MANAJEMEN KALA 1”

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Nama : Naya Azizah (0122009)


Nama : Septia Ardani (0122013)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BOGOR HUSADA
2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT.,
melimpahkan rahmat dan karunianya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru lahir dengan judul “MANAJEMEN KALA 1”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangannya baik pada
cara penulisan maupun materi. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan makalah ini.

Makalah ini ditujukan kepada dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan


Persalinan dan Bayi Baru lahir yaitu Ibu Lala Jamilah, SST, M.Keb. yang telah
memberikan bahan materi untuk dijadikan makalah. Dalam penulisan makalah ini
kami selaku penulis mengucapkan Terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bogor, 20 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

2.1 Tinjauan Teoritis .....................................................................................3


2.1.1 Pengertian asuhan kebidanan persalinan ......................................3
2.1.2 Pengertian manajemen ....................................................................3
2.1.3 Pengertian kala I ..............................................................................3
2.2 Pembahasan .............................................................................................4
2.2.1 Mengidentifikasi masalah .................. Error! Bookmark not defined.
2.2.1.1 Mengkaji riwayat kesehatan ........ Error! Bookmark not defined.
2.2.1.2 Pemeriksaan fisik .......................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1.3 Pemeriksaan janin......................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Menilai data membuat diagnosa ....... Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Menilai kemajuan persalinan .......... Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Membuat rencana asuhan ................. Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP .............................................................................................17

3.1 Kesimpulan ............................................................................................20


3.2 Saran .......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis dan
sistematis dalam pemberian asuhan kebidanan, agar dapat menguntungkan
kedua belah pihak baik klien maupun bidan, oleh karena itu, manajemen
kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arahan,
keterangan atau kerangka dalam menangani kasus-kasus tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan Tindakan
berdasarkan teori-teori ilmiah temuan-temuan keterampilan dan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. Bidan sebagai tenaga Kesehatan yang
professional memberikan asuhan kepada klien serta memiliki kewajiban dan
tanggung jawab dalam memberikan asuhan nifas untuk menyelamatkan ibu dan
anak dari berbagai macam gangguan Kesehatan.
Asuhan yang dimaksud adalah asuhan mengenai kebidanan secara
definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh bidan, kepada individu, ibu ataupun anak, asuhan kebidanan merupakan
bagian dari pelayanan Kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga
yang Bahagia dan sejahtera dalam rangka melaksanakan tuganya, pada
pelayanan kebidanan, seorang bidan bisa melakukan sebuah pendekatan dengan
metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah riwayat kesehatan?
2. Bagaimana cara pemeriksaan fisik?
3. Bagaimana cara pemeriksaan janin?
4. Bagaimana cara menilai data?
5. Bagaimana cara membuat diagnosa?
6. Bagaimana cara menilai kemajuan persalinan?
7. Bagaimana cara membuat rencana asuhan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi masalah riwayat kesehatan
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan janin
4. Untuk mengetahui cara menilai data
5. Untuk mengetahui cara membuat diagnosa?
6. Untuk mengetahui cara menilai kemajuan persalinan?
7. Untuk mengetahui cara membuat rencana asuhan?
1.4 Manfaat
1. Manfaat penulisan makalah untuk mahasiswa
Untuk meningkatkan pemikiran kritis, belajar berpikir sistematis, dapat
menambah pengetahuan tentang asuhan bersalin kala I dan II.
2. Manfaat penulisan makalah bagi masyarakat
Untuk menambah informasi dan pengetahuan terhadap seputar asuhan
bersalin kala I dan II.
3. Manfaat makalah bagi Institusi
Agar dapat digunakan sebagai tambahan wawasan untuk proses
pembelajaran dari mahasiswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
bagi mahasiswanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian asuhan kebidanan persalinan
Asuhan kebidanan dalam persalinan bertujuan untuk melindungi
keselamatan ibu dan bayu baru lahir, memberi dukungan pada persalinan
normal, mendeteksi dan menatalaksana komplikasi secara tepat waktu, serta
memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan
dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran ibu. (Elizabeth, 2020)

2.1.2 Pengertian Manajemen


Manajemen secara umum adalah sebuah proses yang dilakukan
seseorang dalam mengatur kegiatan yang dikerjakan individu atau
kelompok. Sistem atau manajemen harus dilakukan untuk memenuhi target
yang akan dicapai oleh individu atau kelompok tersebut dalam sebuah
kerjasama dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

2.1.3 Pengertian kala I


Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida
kala I berlangsung kira –kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira –
kira 7 jam. Gejala pada kala I ini dimulai bila timbulnya his dan
mengeluarkan lender darah. Lendir darah tersebut berasal dari lender
kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan
darahnya berasal dari pembuluh– pembuluh kapiler yang berada disekitar
kanalis serviks itu pecah karena pergeseran ketika serviks membuka.

3
2.2 Pembahasan
2.2.1 Mengidentifikasi masalah
Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian
melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan
pemeriksaan fisik untuk menentukan :
a. Apakah ibu sedang dalam persalinan.
b. Apakah ibu dan bayi dalam keadaan baik.
c. Apakah ada komplikasi/penyulit.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat mengidentifikasi
adanya masalah pada ibu bersalin adalah :
1. Mengkaji Riwayat Kesehatan
a. Usia
Usia dibawah 16 tahun dan di atas 35 tahun mempredisposisi wanita
mengalami komplikasi pada saat proses persalinan.
b. Gravida dan para
Data proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat digunakan
sebagai acuan bidan dalam melakukan asuhan dan melakukan deteksi
dini terjadinya komplikasi.
c. Kontraksi
Waktu awal kontraksi dan intensitas kontraksi dapat digunakan untuk
menetapkan awal dimulainya proses persalinan.
d. Taksiran persalinan
Data ini dapat digunakan untuk mengetahui umur kehamilan.
e. Ketuban
Untuk mendeteksi adanya ketuban pecah sebelum waktunya, untuk
menghindari adanya infeksi intrauterin.
f. Pendarahan
Untuk mengetahui ada tidaknya pendarahan yang menyertai proses
kemajuan persalinan.
g. Nutrisi
Waktu terakhir kalinya ibu makan dapat digunakan untuk mengkaji
cadangan energi sertastatus cairan.

4
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan penilaian kondisi kesehatan ibu
dengan bayinya serta meningkatkan tingkat kenyaman fisik ibu dan
bayinya serta meningkatkan kenyamanan fisikibu bersalin untuk
membuat keputusan klinik.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik


1. Cuci tangan
2. Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tentramkan hati ibu dan
Bantu ibu agar merasanyaman. Jika ibu tegang dan gelisah anjurkan
untuk menarik nafas perlahan dan dalam
3. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu
periksa jumlah urin, protein,dan aseton dalam urine)
4. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat
kegelisahan atau nyeri,warna konjungtiva, kebersihan, status gizi
dan kecukupan air tubuh, refleks
5. Nilai tanda-tanda vital ibu (tensi, suhu, nadi, pernafasan), supaya
pemeriksaan tensi dannadi benar-benar akurat lakukan pemeriksaan
diantara 2 kontraksi
Lakukan pemeriksaan abdomen
a. Pemeriksaan TFU
Pastikan tidak terjadi kontraksi, ukur TFU dengan
menggunakan pita meter mulai dari tepiatas simpisis pubis
rentangkan hingga ke puncak fundus uteri mengikuti aksi atau
lineamedialis abdomen. Pita pengukur harus menempel abdomen.
Jarak antara tepi atas simpisis pubis dan puncak uteri disebut tinggi
fundus.
b. Pemeriksaan kontraksi uterus
Gunakan jarum detik, letakkan tangan di atas uterus dan
rasakan jumlah kontraksi dalam 10 menit, tentukan durasi dan lama
setiap kontraksi berlangsung. Diantara 2 kontraksi dindinguerus
melunak kembali dan mengalami relaksasi.

5
c. Pemeriksaan denyut jantung janin
Nilai DJJ selama dan setelah kontraksi
berlangsung, mulailah penilaian sebelum atau selama puncak
kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan
sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. DJJ melambat
sewaktu kontraksi, dan segera kembali normal setelah relaksasi. DJJ
lambat (<100 /menit), saat tidak ada his menunjukkan adanya
gawat janin. DJJ cepat (>180/menit yang disertai taki kardi ibu, bisa
karena ibu demam, efek obat, hipertensi) jika denyut nadi ibu
normal DJJ yang cepat sebaiknya dianggap sebagai gawat janin.
d. Menentukan presentasi
Cara menentukan presentasi kepala / bokong
1) Berdiri disamping ibu menghadap ke kepalanya, pastikan lutut
ibu ditekuk
2) Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian
bawah abdomen ibu, tetapdi atas simpisis pubis
3) Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga
panggul, bagian tersebut masih bisa digerakkan, jika sudah
masuk tidak dapat digerakkan
4) Pertimbangkan bentuk, kepadatan, dan ukuran bagian
tersebut.Jika bulat, keras, mudahdigerakkan mungkin presentasi
kepala. Jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dansulit
digerakkan mungkin bokong.
3. Pemeriksaan janin
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan bagian penting
dalam penatalaksanaan kehamilan dan persalinan. Teknologi yang begitu
cepat berkembang memberikan banyak harapan akan semakin baiknya
kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas.
Kemajuan ini tidak mudah untuk diikuti oleh Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, selain mahalnya harga peralatan,
juga terbatasnya sumber daya manusia yang handal dalam
pengoperasionalan alat canggih tersebut.

6
a. Cara sederhana
Dengan cara sederhana, pemantauan dilakukan melalui analisa
keluhan ibu (anamnesis), pemantauan gerak harian janin dengan kartu
gerak janin, pengukuran tinggi fundus uteri dalam sentimeter,
pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dan analisa penyakit pada ibu.
Adanya keluhan dari klien (pasien) harus dicermati dan dianalisa dengan
baik karena keluhan tersebut mengungkapkan adanya sesuatu yang
mungkin tidak baik bagi kesehatan ibu dan atau janinyang dikandungnya.
Sambil melakukan anamnesis yang teliti, perhatikan juga keadaan
fisikdan psikologis dari ibu tersebut. Anamnesis yang baik, dapat
menegakkan diagnosis dengan baik pula. Misalnya gerak janin
yang berkurang atau keluarnya darah per vaginam merupakan tanda
adanya abnormalitas yang harus dicari penyebabnya.
1. Pemantauan Gerak Janin
Pemantauan gerak janin sudah lama dilakukan dan banyak
tata cara yang diperkenalkan, tetapi tidak ada satu pun yang lebih
superior di banding lainnya. Gerak janin ini dipantau sejak kehamilan
28 minggu setelah sistem susunan saraf pusat dan autonom berfungsi
dengan optimal. Pemantauan ini terutama dilakukan pada kehamilan
resiko tinggi terhadap terjadinya kematian janin atau asfiksia.
Misalnya pada kasus pertumbuhan janin terhambat. Ada dua cara
pemantauan, yaitu cara Cardiff dan cara Sadovsky.
Menurut Cardiff, pemantauan dilakukan mulai jam 9 pagi,
tidur miring ke kiri atau duduk dan menghitung berapa waktu yang
diperlukan untuk mencapai 10 gerakan janin, bila hingga jam 9
malam tidak tercapai 10 gerakan, maka pasien harus segera ke dokter
atau bidan untuk penanganan lebih lanjut. Bila menggunakan metode
Sadovsky, pasien tidur miring ke kiri kemudian hitung gerakan janin,
harus dapat dicapai 4 gerakan janin dalam waktu 1 jam, bila belum
tercapai waktunya ditambah satu jam lagi, bila ternyata tetap tidak
tercapai 4 gerakan, maka pasien harus tetap segera berkonsultasi
denga dokter atau bidan, pada waktu akan dimulai perhitungan gerak

7
janin,, dianjurkan ibu hami tersebut makan dulu, mengosongkan
kandung kemih, dan tidur miring ke kiri agar sirkulasi utero plasenta
tidak terganggu. Gerak janin yang masih dapat dianggap normal
adalah lebih dari 10 kali dalam 12 jam, bila ibu merasakan perubahan
pola gerak janin, apakah menjadi berlebih atau berkurang, segeralah
berkonsultasi dengan dokter atau bidan.
2. Tinggi Fundus
Tinggi fundus uteri diukur dalam sentimeter (memakai pita
meteran dari plastik), dimuai dari simfisis pubis hingga fundus uteri
melalui garis tengah abdomen (umbilicus), sebelum dilakukan
pengukuran, pasien diharuskan membuang asir kecil, posisi tidur
terlentang, dan Rahim diusahakan berada ditengah-tengah rongga
abdomen.
3. Pemantauan Denyut Jantung Janin

8
Denyut jantung janin (DJJ) harus selalu dinilai pada setiap
kali pasien melakukan pemeriksaan hamil (umumnya setelah
kehamilan trimester pertama). Pada trimester kedua dan selanjutnya,
DJJ dapat dipantau dengan stetoskop Laenec atau Doppler. DJJ
dihitung secara penuh dalamsatu menit dengan memperhatikan
keteraturan serta frekuensinya. Dalam persalinan kala satu,DJJ
dipantau setiap 15 menit, sedangkan pada kala dua dipantau setiap 5
menit. Pemantauan DJJ dilakukan pada saat his dan di luar his.
Adanya iregularitas (aritmia) atau frekuensi dasar yang abnormal
(takhikardia : 160 – 180 dpm atau 5 bradikardia : 100 – 120 dpm),
apalagi bilagawat janin (DJJ < 100 dpm atau > 180 dpm) harus segera
di tindak lanjuti untuk mencari penyebabnya.

4. Penyakit Ibu
Kesehatan ibu akan mempengaruhi kesehatan janin, oleh
karena itu sangat penting untuk deteksi dini kelainan atau penyakit
pada ibu agar dapat dikoreksi segera dan dapat mengurangirisiko bagi
janin. Misalnya anemia pada ibu (wanita) banyak terdapat di
Indonesia. Bila anemia ini berat atau tidak diatasi dengan baik, maka
pertumbuhan janin dapat terganggu, dan kesehatan ibu juga
terganggu. Kelainan-kelainan yang ada pada ibu memerlukan
konsultasi dengan dokter. Konsultasi ini tidak mungkin terjadi
apabila Bidan pemeriksa tidak mengetahui bahwa pasien yang
ditanganinya berisiko. Pelatihan berkala atau pendidikan

9
berkelanjutan sangat diperlukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi setiap tenaga Kesehatan
b. Cara canggih
Pemantauan kesejahteraan janin memakai alat canggih terdiri
dari ultrasonografi (USG), kardiotokografi (KTG), profil biofisik
(Manning) atau fungsi dinamik janin plasenta (FDJP)Gulardi, analisa
gas darah dan pemeriksaan penunjang canggih lainnya. Pembahasan
berikutdibatasi pada USG dan KTG.
1. Ultrasonografi
USG merupakan alat bantu diagnostik yang semakin
penting didalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bahkan mungkin
saja suatu saat alat USG ini menjadi seperti stetoskop bagi dokter
spesialis obstetri dan ginekologi. Salah satu fungsi penting dari
alat ini adalah menentukan usia gestasi dan pemantauan keadaan
janin (deteksi dini anomali). Pemeriksaan panjang kepala- bokong
janin (CRL = crown-rump length) yang dilakukan pada kehamilan
trimester pertama memiliki akurasi dengan kesalahan kurang dari
satu minggu dalam hal penentuan usia gestasi.
Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-satunya para
meter tunggal 6 untuk penentuan usia gestasi dengan kesalahan
terkecil. Pengukuran diameter biparietal (DBP) atau panjang
femur memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Manfaat lain
dari pemeriksaan USG adalah penapisan anomali kongenital yang
dilakukan rutin pada kehamilan 10 – 14 minggu dan 18 – 22
minggu. Janin-janin dengan kelainan bawaan, terutama sistem
saraf pusat dan jantung akan memberikan perubahan dalam pola
gerak janin dan hasil kardiotokografi. Jangan sampai kesalahan
interpretasi kardiotokografi terjadi akibat tidak terdeteksinya cacat
bawaan pada janin.

10
2. Kardiotokografi Alat kardiotokografi (KTG)
Merupakan alat bantu didalam pemantauan kesejahteraan
janin. Pada KTG ada tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi rahim, dan gerak janin serta
korelasi diantara ketiga parameter tersebut. Peralatan KTG tersebut
harus dipelihara dengan baik, jangan sampai kabelnya rusak akibat
sering dilepas dan dipasang atau kesalahan dalam perawatan
peralatan tokometer dan kardiometer. Diperlukan seorang
penanggung jawabuntuk perawatan dan pengoperasionalan KTG
tersebut, juga pelatihan didalam menginterpretasikan hasil KTG
tersebut. Pada saat pemeriksaan KTG, posisi pasien tidak boleh
tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur miring.

11
2.2.2 Menilai data membuat diagnose
Dalam menentukan diagnosa ini bidan haru melakukan anamnesis
pasien agar dapt membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencxana asuhan atau perawatan yang sesuai. Anamnesis
pada ibu yaitu menanyakan seperti berikut :

1. Nama, Umur dan Alamat


2. Gravida dan Para
3. Hari Pertama Haid Terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obatan tertentu
6. Riwayat kehamilan yang sekarang :
a. Apakah ibu pernah mnelakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya,
periksa kartu asuhan antenatalnya (jika mungkin).
b. Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya
perdarahan, hipertensi, dll)?
c. Kapan mulai kontraksi?
d. Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?
e. Apakah ibu maasih merasakan gerakan bayi?
f. Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan
ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban
pecah? (Periksa perineum ibu untuk melihat air ketuban di
pakaiannya.)
g. Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah
berupa bercak atau darah segar per vaginam? (Periksa perineum ibu
untuk melihat darah segar atau lendir bercampur darah di
pakaiannya.)
h. Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
i. Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?
7. Riwayat kchamilan scbelumnya:
a. Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya
(bedah sesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau forseps,

12
induksi oksitosin, hipertensi yang dinduksi oleh kehamilan,
preeklampsialeklampsia, perdarahan pascapersalinan)?
b. Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
c. Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan
sebelumnya?
8. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan
jantung, berkemih dll)
9. Masalalh medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau
nyeri epigdstriurn bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan
protein dalam urin ibu.
10. Pertanyaan tentang hal -hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainnya.

2.2.3 Menilai kemajuan persalinan


Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya effacement dan
dilatasi cerviks yang diketahui melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya
frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2).

1. Pemantauan Kesejahteraan Ibu


Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu dipantau,
karena reaksi ibu terhadap persalinan dapat bervariasi.Pemantauan
kesejahteraan ibu selama kala 1 disesuaikan dengan tahapan pesalinan
yang sedang dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif ataukah masih
dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi: frekuensi nadi, suhu
tubuh, tekanan darah, urinalisis, keseimbangan cairan, pemeriksaan
abdomen, dan pemeriksaan jalan lahir.
a. Frekuensi Nadi
Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik
umum ibu. Frekuensi nadi normal berkisar antara 60 – 90 kali per
menit. Apabila frekuensi nadi meingkat lebih dari 100 kali denyutan
per menit, maka hal tersebut dapat mengindikasikan adanya
kecemasan yang berlebih, nyeri, infeksi, ketosis dan atau perdarahan.

13
Frekuensi nadi pada kala 1 fase laten dihitung setiap 1 – 2 jam sekali,
dan pada kala 1 fase aktif setiap 30 menit.
b. Suhu Tubuh
Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga agar tetap
dalam kondisi normal (36,50 – 37,50 C). Apabila terjadi pireksia,
maka dapat menjadi indicator terjadinya infeksi, ketosis, dehidrasi,
atau dapat juga berkaitan dengan analgesia epidural. Pada proses
persalinan normal, pameriksaan suhu tubuh ibu pada kala 1 (fase laten
dan fase aktif), dilakukan setiap 4 jam sekali.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting
dilakukan karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga
tekanan darah harus dipantau dengan sangat cermat, terutama setelah
diberikan anestesi spinal atau epidural. Tekanan darah normal pada
ibu bersalin cenderung mengalami sedikit kenaikan dari tekanan darah
sebelum proses persalinan, berkaitan dengan adanya his. Keadan
hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau anestesi
epidural. Pada ibu yang mengalami pre-eklamsi atau hipertensi
esensial selama kehamilan, proses persalinan akan lebih
meningkatkan tekanan darah, sehingga pemantauan tekanan darah ibu
harus lebih sering dan lebih cermat. Pada kondisi normal, tekanan
darah selama kala 1 (fase laten dan fase aktif), diukur setiap 2 – 4 jam
sekali.
d. Urinalisis
Urin yang dikeluarkan selama proses persalinan harus dipantau,
meliputi: volume, glukosa urin, keton dan protein. Volume urin
berkaitan dengan fungsi ginjal secara keseluruhan, keton berkaitan
dengan adanya kelaparan atau distres maternal jika semua energi yang
ada telah terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi selama
persalinan dan dianggap tidak signifikan), glukosa berkaitan dengan
keadaan diabetes selama kehamilan, dan protein berkaitan dengan pre-

14
eklamsia atau bisa jadi merupakan kontaminan setelah ketuban pecah
dan atau adanya tanda infeksi urinaria.
e. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan metabolisme
dalam tubuh ibu selama proses persalinan berjalan dengan baik.
Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara cairan yang masuk
(oral dan atau intra vena) dan cairan yang keluar (keringat dan
urin).Semua urin yang keluar harus dicatat dengan baik, untuk
memastikan bahwa kandung kemih benar-benar dikosongkan.
Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat dengan akurat. Yang
menjadi catatan penting adalah berapa banyak cairan yang tersisa jika
kantong infuse diganti dan hanya sebagian yang digunakan.
f. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama kali saat ibu
datang ke bidan, meliputi: bagian-bagian janin, penurunan kepala, dan
his/kontraksi. Pemeriksaan abdomen dilakukan berulang kali pada
interval tertentu selama kala 1 persalinan untuk mengkaji his dan
penurunan kepala. Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi,
lama, dan kekuatan kontraksi harus dicatat dengan baik. Saat
kontraksi uterus dimulai, nyeri tidak akan terjadi selama beberapa
detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi. Untuk itu, pada
pemeriksaan kontraksi, tangan bidan tetap berada di perut ibu selama
jangka waktu tertentu (10 menit). Penurunan bagian terendah janin
(presentasi) pada kala 1 persalinan, hampir selalu dapat diraba dengan
palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan dicatat dengan bagian per lima-
an (ke-lima tangan pemeriksa), yang masih dapat dipalpasi di atas
pelvis. Pada ibu primipara, kepala janin biasanya
mengalami engagement sebelum persalinan dimulai. Jika tidak
demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering melalui
palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan
dapat melewati pintu atas panggul dengan bantuan kontraksi yang
baik atau tidak. Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan

15
oksipital sekalipun sulit masih bisa diraba dari atas, tetapi sinsiput
masih dapat dipalpasi akibat adanya fleksi kepala sampai oksiput
menyentuh dasar pelvis dan berotasi ke depan.
g. Pemeriksaan Jalan lahir
Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk
mengetahui kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement dan
dilatasi cerviks, serta penurunan, fleksi dan rotasi kepala janin.
Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu
dan frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama perslinan.
Tetapi intervensi ini dapat menimbulkan distress pada ibu, sehingga
pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala
kala 2, dan pecah ketuban) dan atau dilakukan setiap 4 jam sekali.
Semua hasil pemeriksaan harus dicatat dengan baik.
2. Pemantauan Kesejahteraan Janin
Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan mendapatkan
informasi mengenai frekuensi dan pola denyut jantung janin, pH darah
janin dan cairan amniotic. Dalam bahasan ini, hanya akan dibahas
mengenai denyut jantung janin. Frekuensi denyut jantung janin dapat
dikaji secara intermiten dengan stetoskop Pinard atau alat Dopler atau
dengan menggunakan electronic fetal monitoring (EFM) secara kontinu,
setiap 30 menit. Pemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung
janin diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin
monoaural (Pinard) atau alat Dopler. Frekuensi jantung janin harus
dihitung selama satu menit penuh ntuk mendengarkan variasi dari denyut
ke denyut. Batasan normal antara 110 – 160 kali denyutan per
menit. Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat kontraksi
uterus berlangsung, atau saat kontraksi sudah akan berakhir, untuk
mendeteksi adanya pemulihan lambat frekuensi jantung untuk kembali ke
nilai dasar. Normalnya frekuensi dasar dipertahankan selama kontraksi
dan segera sesudahnya. Namun demikian, di akhir persalinan terjadi
beberapa deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih dengan cepat
yang terjadi akibat kompresi tali pusat atau kompresi kepala janin, dan hal

16
ini merupakan suatu keadaan yang normal. Pada pemantauan
menggunakan EFM, transduser ultrasound dapat dilekatkan pada
abdomen di tempat jantung janin terdengar dengan intensitas yang
maksimal. Dengan layar modern dan hasil yang dapat direkam dan
dicetak, alat ini cukup adekuat untuk memantau kesejahteraan janin
dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.
2.2.4 Membuat rencana asuhan
Temuan-temuan anamnesis dan Rencana untuk asuhan atau
pemeriksaan perawatan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
mempunyai kemampuan untuk
melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ketempat rujukan
dan berikan dukungan serta
semangat.
Perdarahan pervaginam selain lendir Jangan melakukan pemeriksaan dalam
bercampur darah (show) 1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang infus menggunakan jarum
berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan RL atau garam
fisiologis (NS)
Kurang dari 37 minggu (persalinan 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
kurang bulan) memiliki kemampuan
penatalaksanakan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ketempat rujukan
dan berikan dukungan serta
semangat.
Ketuban pecah disertai 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ketempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat
Ketuban pecah disertai dengan 1. Baringkan ibu miring ke kiri
keluarnya mekonium kental 2. Dengarkan DJJ
3. Segera rujuk ibu kefasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan untuk melakukan
bedah sesar
4. Dampingin ibu ketempat rujukan
dan bawa partus set, kateter
penghisap lendir De Lee,
handuk/kain, untuk mengeringkan

17
dan menyelimuti bayi untuk
mengantisipasi jika ibu melahirkan
diperjalanan.
Ketuban pecah dan air ketuban 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-
bercampur denga sedikit mekonium tanda gawat janin laksanakan
disertai tanda-tanda gawat janin. asuhan yang sesuai (lihat dibawah)
Ketuban pecah (lebih dari 24jam) atau 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
ketuban pecah pada kehamilan kurang memiliki kemampuan
bulan ( usia kehamilan kurang dari 36 penatalaksanaan gawatdarurat
minggu) obstetri
2. Damipingi ibu ke tempat rujukan
dan berikan dukungan serta
semangat
Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi: 1. Baringkan ibu miring ke kiri
• Temperatur > 38’C 2. Pasang infus menggunakan jarum
• Mengigil yang berukuran besar (ukuran 16
• Nyeru abdomen atau 18) dan berikan ringer laktat
• Cairan ketuban berbau atau garam fisiologis (NS) dengan
tetesan 125 cc/jam
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat
obstetri
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat
Tekanan darah lebih dari 160/110 atau 1. Baringkan ibu miring ke kiri
terdapat protein dalam urine (pre- 2. Pasang infus menggunakan jarum
eklamsia berat) yang berukuran besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan ringer laktat
atau garam fisiologis (NS) dengan
tetesan 125 cc/jam
3. Berikan dosis awal 4gr MgSO4
20% IV selama 20 menit
4. Suntikan 10gr MgSO4 50% ( 5gr
IM pada bokong kanan dan kiri)
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan BBL
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat
Tinggi fundus 40cm atau lebih 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
(makrosomia, polihidramnion, memiliki kemampuan untuk
kehamilan ganda) melakukan bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan,
berika dukungan dan semangat

18
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 1. Baringkan ibu miring ke kiri,
180x/menit pada 2x penilaian dengan anjurkan untuk nafas secara teratur
jarak 3 menit 2. Pasang infus menggunakan jarum
yang berukuran besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan ringer laktat
atau garam fisiologis (NS)
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan BBL
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat
Primipara dalam fase aktif kala satu 1. Baringkan ibu miring ke kiri
persalinan dengan penurunan kepala 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
janin 5/5 memiliki kemampuan untuk
melakukan bedah sesar
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan Tindakan
berdasarkan teori-teori ilmiah temuan-temuan keterampilan dan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. Bidan sebagai tenaga Kesehatan yang
professional memberikan asuhan kepada klien serta memiliki kewajiban dan
tanggung jawab dalam memberikan asuhan nifas untuk menyelamatkan ibu dan
anak dari berbagai macam gangguan Kesehatan. Pemeriksaan fisik merupakan
penilaian kondisi kesehatan ibu dengan bayinya serta meningkatkan tingkat
kenyaman fisik ibu dan bayinya serta meningkatkan kenyamanan fisikibu
bersalin untuk membuat keputusan klinik. Pemeriksaan janin memiliki dua
cara, yaitu cara sederhana dan cara canggih.

3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat memahami dan dapat
menambah wawasan mengenai isi makalah ini mengenai manajemen kala I,
semoga dengan makalah ini bisa membantu mahasiswa lainnya dalam mencari
materi yang sama dengan menggunakan makalah ini.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Kepada institusi pendidikan hendaknya memperbanyak literature terkait
informasi tentang manajemen kala I sehingga dapat meningkatkan kapasitas
dan kualitas penyusun makalah agar informasi bisa lebih lengkap. dan hasil
makalah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperkaya
pengetahuan.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan masyarakat dapat memahami
tentang manajemen kala I dengan benar dan tepat sehingga bisa membantu
menjaga kesehatan ibu dan anak agar memberikan kenyamanan serta rasa
aman pada ibu dan anak..

20
DAFTAR PUSTAKA

Tadjuddin norma. Konsep Kebidanan. POLTEKKES KEMENKES Makassar

DKK, G. (2014). Buku Acuan Revisi 6 . Bogor: Kemenkes RI.


DKK, O. (2008). Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini. Jakarta:
JNPK.

21

Anda mungkin juga menyukai