Dosen Pembimbing :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas Makalah Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Komplikasi Persalinan : Persalinan Prematur Dan Post Date”.
Penyusun,
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
BAB VI : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................30
4.2 Saran ..........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................31
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep persalinan premature?
2. Apa etiologi dari persalinan premature?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari persalinan premature?
4. Bagaimana patofisiolagi dari persalinan premature?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada persalinan premature?
6. Bagaimana penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan untuk
persalinan premature?
7. Bagaimana pendekatan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
untuk persalinan premature?
8. Bagaimana konsep persalinan postdate?
9. Apa etiologi dari persalinan postdate?
10. Bagaimana manifestasi klinis dari persalinan postdate?
11. Bagaimana patofisiolagi dari persalinan postdate?
12. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada persalinan postdate?
13. Bagaimana penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan untuk
persalinan postdate?
14. Bagaimana pendekatan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
untuk persalinan postdate?
1.3 Tujuan Penulisan
2
5. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada persalinan
premature
6. Menjelaskan penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan
untuk persalinan premature
7. Menjelaskan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
persalinan premature
8. Menjelaskan konsep dari persalinan postdate
9. Menjelaskan etiologi dari persalinan postdate
10. Menjelaskan manifestasi klinis dari persalinan postdate
11. Menjelaskan patofisiolagi dari persalinan postdate
12. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada persalinan postdate
13. Menjelaskan penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan
untuk persalinan postdate
14. Menjelaskan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
persalinan postdate
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinggi fundus
Usia kehamilan Menggunakan petunjuk-
Dalam cm
petunjuk badan
Teraba diatas simpisis
12 minggu -
pubis
Ditengah antara pubis
16 minggu -
dan umbilikus
20 minggu12 minggu 20 cm (± 2 cm) Padaumbilikus
Ukuran keamilan
22-27 minggu dalam minggu = (± 2 -
cm)
28 minggu 28 minggu Ditengah antara
4
umbilikus dan prosesus
simfoideus
Usia kehamilan dalam
29-35 minggui -
minggu = (± 2 cm)
Pada prosesuss
36 minggu 26 Cm (± 2 cm)
simfoideus
3 jari dibawah proses
40 minggu 38 minggu (± 2 cm) presessussimfoideus
melebar
Katagori Gambaran
Kehamilan norml Ibu sehat
Tidak ada riwayat obstruksi
Ukuran uterus sama/ sesuai umur kehamilan
Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal
Kehamilan dengan masalah Seperti masalah keluarga atau psikososia,
khusus kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan
finansial dll
Kehamilan dengan masalah Adanya hipertensi, anemia
Kehamilan dengan masalah Preeklamsia, pertumbuhan janin terlambat,
kesehatan yang infeksi saluran kemih penyakit kelamin dan
membutuhkan rujukan untuk kondisi lain yang memperburuk selama
konsultasi atau kerjasama kehamilan
penanganannya
Kehamilan dengan konsidi Seperti perdarahan,preeklamsia, ketuban
kegawatan darurat yang pecah dini atau kondisi kegawatan lainnya
membutuhkan rujukan pada ibu dan bayi
5
2.2 Persalianan Normal
menurut Sarwono Prawiharjo, 2010 persalian dan kelahiran
merupakan kebijakan fisiologos normal. Persalianan adalah proses
pembukaan dan penipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalu
jalan lahir. Persaliana dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang tejadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komlikasi baik pada ibu maupn janin
persalinan terbagi menjadi empat kala yaitu:
a. Kala 1: dimulai saat persalinan mulai sampau pembukaan lengkap
(10 cm). terdiri dari fase laten (8 jam) seviks membuka sampai 3
cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3-10 cm kontraksi
lebih kuat dan sering selama fase aktif
b. Kala 2: dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada mullti
c. Kala 3: dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala 4: dimlai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum
2.3 Definisi Persalinan Prematur
Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Manuaba, 2007). Menurut beberapa ahli lainnya persalinan premature
juga didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minggu atau dengan berat janin kurnag dari 2500 gram
(Prawirohardjo, 2007)
2.4 Etiologi
6
perkembangan kesehatan selanjutnya. Ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya persalinan prematur.
1. Faktor janin dan plasenta
Perkembangan janin terhambat merupakan kondisi dimana salah
satu penyebabnya adalah pemasokan oksigen dan makanan tidak
adekuat dan hal ini dapat mendorong terminasi kehamilan lebih dini.
Selain itu juga terjadinya pelepasan plasenta akan merangsang
terjadinya persalinan prematur
2. Faktor ibu
Faktor ibun juga sangat memepengaruhi dalam perkembangan
janin dalam kehamilan. Gizi ibu adalah hal yang paling
memepengaruhi dari perkembangan janin. Ketika janin kekurangan
gizi maka akan menghambat perkembangan janin ini lah yang
mengakibatkan persalinan prematur disebabkan oleh janin tidak
mampu mempertahankan diri lebih lama dalam kandungan. Selain itu
Keadaan Hipertensi dapat menyebabkan prevantensi persalinan
prematur meningkat.
2.5 Klasifikasi
1. Bayi yang sangat premature (extremely premature)
Dengan usia 24-30 minggu, bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu
masih sangat sukar hidup terutama di Negara yang belum atau sedang
berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin
dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif (perawat yang
sangat terlatih dan menggunakan alat-alat yang canggih) agar tercapai
hasil yang optimum.
2. Bayi pada derajat premature yang sedang (moderately premature).
Usia kehamilan 31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan
untuk hidup jauh lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan
terhadap bayi ini betul-betul intensif.
7
3. Borderline premature, dengan masa gestasi 37-38 minggu.
Bayi ini mempunyai sifat-sifat premature dan matur. Biasanya
beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi
sering timbul problematic seperti yang dialami bayi premature,
misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap
yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan
seksama.
2.7 Patofisiologi
Terdapat empat teori mekanisme persalinan premature, yaitu:
1. Aktivasi poros hypothalamus pituitary ovary (HPO)
maternal dan fetal
2. Inflamasi atau infeksi
3. Perdarahan desidua atau thrombosis
8
4. Distensi uterus patologis
Menurut Goldenberg dkk, persalinan premature yang mengancam
mengaitkan dengan ketidakseimbangan pengeluaran hormone
progesterone dan oksitosin serta aktivasi desidua. Teori pengeluaran
hormone progesteron dimana semakin mendekati proses persalinan sumbu
adrenal janin menjadi lebih sensitive terhadap hormone adrenal
kortikotropik sehingga meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol janin
tersebut akan merangsang aktivasi 17-α-hidroksilase plasenta sehingga
mengurangu sekresi progesterone dan meningkatkan hormone estrogen.
Ketidakseimbangan hormnon tersebut menyebabkan keluarnya hormone
prostaglandin yang memicu serangkaian proses persalinan (Cunningham,
2013).
Infeksi intrauterine menyebabkan persalinan premature akibat dari
aktivasi system imun bawaan. Maka mikroorganisme melepaskan sitokin
inflamasi seperti interleukin-1 dan tumor nekrosis factor (TNF) yang
kemudian merangsang produksi prostaglandin yang merangsang kontraksi
rahim dan matrix-degrading enzyme yang berada di ekstraseluler pada
membrane janin yang menyebabkan pecah ketuban dini (Cunningham,
2013).
Infeksi korioamnionitis diyakini merupakan salah satu penyebab
terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan prematur. Perjalanan infeksi
diawali dengan pengeluaran produk aktivasi fofolipase-A2 yang melepas
bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam
arakhidonat bebas meningkat untuk sekresi prostaglandin. Endotoksin
dalam air ketuban akan merangsang sel desidua untuk menghasilkan
sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi persalinan
(Prawirohardjo, 2010).
Proses persalinan premature mengancam yang dikaitkan dengan
infeksi diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari
aktivasi monosit. Berbagai sitokin, termasuk interleukin-1, tumor
nekrosing factor (TNF) dan interleukin-6 adalah prodik sekretorik yang
dikaitkan dengan persalinan prematur. Platelet activatin factor (PAF)
9
ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi jalinan
sitokin yang dihasilkan dari paru dan ginjal janin.
Trauma, panjang servik, kehamilan multiple (bayi kembar),
hidramnion menyebabkan regangan yang berlebih pada dinding uterus.
Peregangan ini menyebabkan peningkatan produksi PGE2 dan IL-8 serta
merangsang produksi dari MMP-1 sehingga menyebabkan degradasi dari
serabut kolagen dan elastin pada serviks dan selaput ketuban (Peltier,
2003).
Perdarahan desidua dapat menyebabkan persalinan prematur
mengancam. Lesi plasenta dilaporkan 34% dari wanita dengan persalinan
prematur mengancam di karakteristikan sebagai kegagalan dari
tranformasi fisiologi dari arteri spiralis, atherosis, dan thrombosis arteri ibu
dan janin. Diperkirakan adanya berhubungan lesivaskuler dengan
persalinan premature mengancam karena iskemi uteroplasenta. Trombin
protease diperkirakan memainkan peran utama memunculkan kontraksi
dari vaskuler, intestinal, dan otot halus miometrium serta otot polos
longitudinal miometrium (Prawirohardjo, 2010).
Mekanisme dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan
persalinan prematur masih belum jelas, namun diketahui peregangan rahim
akan menginduksi ekspresi protein gap junction, seperti connexin-43 (CX-
43) dan CX-26, serta menginduksi protein lainnya yang berhubungan
dengan kontraksi, seperti reseptor oksitosin.
Faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stres kronik telah di
laporkan terkait dengan kelahiran prematur ialah neuroendokrin yang
menyebabkan aktifasi prematur aksis HPA (hypothalamic-pituitary-
adrenal). Proses ini di mediasi oleh corticotrophin releasing hormone
(CRH) dan dehydroepiandrosteron synthase (DHEA-S) melalui aktivasi
aksis HPA janin dan menstimulasi plasenta untuk mensintesis estriol dan
prostaglandin sehingga menimbulkan persalinan prematur mengancam
(Cunningham,2013
10
2.8 WOC Persalinan Prematur
Komplikasi obstetrik
Kelahiran prematur
Hipoksia, retensi CO2 dan
asidosis
Anatomi & fisiologi tubuh Paru-paru belum
belum sempurna menghasilkan surfaktan MK : IRDS
dalam jumlah yang cukup
Penggunaan alat bantu
pernafasan Peninggian tekanan di Penggunaan energi yang
permukaan alveolar maksimal untuk bernafas
Perubahan kondisi bayi
Kolaps dan tidak mampu Reflek menghisap lemah
Kurang terpajang informasi menahan sisa udara
fungsional pada ekspirasi
Intake nutrisi tidak adekuat
Kurang penegtahuan
tentang konsisi Difusi CO2 dan O2
MK : Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Stress psikologi Ventilasi paru-paru
terganggu
MK : Ansietas orang tua
Nafas periodik Sirkulasi CO2 dan O2
terganggu
2.9 Pemeriksaan Diagnostik MK : Pola nafas tidak
efektif Kurang oksigenasi ke
jaringan
11
MK : Gangguan perfusi
jaringan
Pemeriksaan diagnostik pada persalinan prematur meliputi:
a. USG : pengkajian gestasi (berat badan janin 500 – 2499 gram)
b. Test nitrazin : untuk menentukan KPD
c. Jumlah leukosit : peningkatan menandakan adanya infeksi
d. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK
e. Kultur vaginal, reagent plasma cepat (RPC) : untuk mengidentifikasi infeksi
f. Amnion sentesis : rasiolestin terhadap spingomielin (L/S) mengidentifikasi fosfat
tigliseron (P6) untuk maturitas paru janin atau injeksi amniotic.
g. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktivitas uterus / status janin
2.10 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapi
1. Tokolosis
Mesti beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak
ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolosis masih perlu
dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan
serviks. Alasan pemberian tokolosis pada persalinan preterm adalah :
Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature.
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan
paru janin.
Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap.
Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolosis adalah :
Kalsium anatagonis : nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan
tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul
kontraksi berulang.
Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksupin dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.
Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin) : jarang dipakai
karena efek samping pada ibu atapun janin
2. Kortikosteroid
12
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang
akhirnya menurunkan kematian neonates. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan >35 minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason atau
betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah :
Betametason : 2 x 12 mg intramuscular dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametason : 4 x 6 mg intramuscular dengan jarak pemberian 12 jam
3. Antibiotika
Antibiotika diberikan bilamana kehamilan mengandung resiko terjadinya infeksi
seperti pada kasus KDP. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah
erotrominin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500
mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf.
b. Penatalaksanaan Persalinan
1. Komunikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan penatalaksanaan
ibu selama persalinan premature. Ibu dan keluarga harus mendapatkan informasi
yang jelas tentang risiko yang terapat pada setiap alur perawatan yang berbeda
yang mungkin diambil dan penatalaksanaan selanjutnya untuk bayi prematur.
2. Analgesia
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam penatalaksanaan persalinan
premature karena dapat membantu mencegah dan menghambat ibu untuk
mengejan sebelum pembukaan lengkap atau mencegah dan menghambat
kelahiran yang mendadak dan dramatis yang dapat menyebabkan gangguan pada
janin.
3. Tanda Vital Ibu dan Janin
Pemantauan ketat tanda-tanda vital ibu dan janin sangat penting dilakukan untuk
menjamin keselamatan ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal sudah
memiliki masalah fisiologis.
4. Penatalaksanaan Membran
13
Membran sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan
ketuban dapat berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterine yang
ditimbulkan oleh kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh
janin yang rapuh dan khususnya kepala janin dari trauma lahir.
c. Penatalaksanaan Medis
Penanganan untuk menghentikan persalinan premature atau terapi ihibisi merupakan
indikasi bila :
1. Selaput ketuban utuh
2. Tidak terdapat kontraindikasi janin maupun maternal
3. Berat janin 500-2499 gram
4. Paru dan janin immature
5. Kemajuan dilatasi serviks dan intabilitas uterus
Terapi ini meliputi tirah baring dengan posisi kiri lateral. Pemberian sedative
hidran dan pemberian obat-obatan tukolitik seperti terbulatin, rutrodin dan
magnesium sulfat.
Ibu dan janin dimonitor dengan ketat karena obat-obatan tersebut dapat
menyebabkan palpitasi , takikardi, dispnoe, tremor, sakit kepala, edema
pulmonal.
Bila persalinan tidak dapat diselamatkan, lakukan persiapan untuk kelahiran
Pemberian glukokortikoid meningkat maturitas membran paru preterm.
14
Berdasrakan istilah diatas dapat diartikan bahwa kehamilan postterm, postdeta,
prolonged pregnancy mempunyai kesaman arti yaitu kehamilan yang melebihi
dari hari perkiraan persalinan.
2.12 Etiologi
Terjadinya kehamilan postdate masih belum jelas sampai saat ini. Beberapa teori
dianjurkan antara lain sebagai berikut :
1. Pengaruh progesteron
Penurunan progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadia
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan sensivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga
beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postdate adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori oksitosin
Pemakaian Ioksitosin Iuntuk induksi persalinan pada kehamilan postdate
memberi kesan atau dipercaya bahwa secara fisiologis memegang peranan
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut didgua sebagai
salah satu faktor penyebab
3. Teori kortisol
Kortisol dianggap sebagai pemberi tanda untuk dimulai persalinan adalah
janin. Peningkatan kortisol tiba tiba pada janin menjadi tada untuk dimulainya
persalinan. Dalam beberapa keadaan seperti janin mengalami cacat bawaan
seperti anencephalus, hipoplasia adrenal, dan tidak adanya kelenjar hipofisis
pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat waktu
4. Syaraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus, pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan post date.
5. Herediter
Seorang ibu yang mengalami post daet sebelumnya mempunyai
kecendurungan untuk mengalami kehamilan post daet untuk kehamilan
selanjutnya. Morgen (1999) menyatakan ahwa bilaman seorang ibu mengalami
kehamilan postdate saat melahirkan anak perempuan, maka anak perempuan
tersebut memapunyai kecenderungan mengalam kehamilan post date.
2.13 Klasifikasi
Berdasarkan derajat insufsiensi plasenta yang terjadi, tanda postmaturitas ini dapat dibagi
dalam 3 stasium :
15
a. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kasiosa dan maserasi berupa kulit kering,
rapuh, dan mudah mengelupas. Tidak ada pewarnaan meconium. Keadaan umum
menunjukkan adanya kegagalan plasenta untuk menunjang pertumbuhan yang normal
sehingga bayi terlihat kurang gizi, wajah tua dan selalu waspada.
b. Stadium II
Gejala pada stadium ini disertain pewarnaan meconium (kehijauan) pada kulit.
c. Stadium III
Disertai pewarnaan kekuningan pada kuu , kulit dan tali pusat.
2.15 Patofisiologi
Menurut Wijayarini (2005 : 283), patofisiologi kehamilan serotinus meliputi bayi
yang sangat besar dan akan mengakibatkan trauma lahir atau apabila bayinya kecil
karena pada saat kehamilannya kekurangan nutrisi dan akibat penuaan plasenta atau
disfungsi plasenta dan penurunan cairan amnion.
Menurut Manuaba (2007 : 450), patofiologi pada kehamilan serotinus adalah
sebagai berikut :
16
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh kembang
janin berlangsung terus, sehingga berat badan terus bertambah sekalipun lambat,
dapat mencapai lebih dari 4.000 - 4.500 gram yang disebut makrosomia.
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi, sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup, akan terjadi sindrom postmatur,
dengan kriteria :
- Bayi tampak tua
- Kuku panjang
- Lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput, terutama ditelapak
tangan dan kaki
- Verniks kaseosanya telah hilang atau berkurang.
17
2.16 WOC Post Date
Tidak terjadi
persalinan
Persalinan lewat
waktu (Post Date)
Ibu Janin
Persalinan atau Inersia uteri Suplai O2 dan Pecahnya ketuban Fungsi plasenta
partus lama nutrisi ke janin menurun
Kesulitan dalam terus berlanjut Berkurangnya
Meningkatkan persalinan cairan amnion Suplai O2 dan
kecemasan pada Janin terus nutrisi ke janin
ibu hamil Persalinan dengan stumbuh dan Risiko injuri janin menurun
tindakan (section berkembang di dalam Rahim
MK : Ansietas cesar) dan saat partus BBLR
Makrosomia
Prosedur invasif MK : Risiko Prematuritas organ
Kesulitan injuri kematian paru
Adanya pintu
Terputusnya melewati jalur janin
masuk
kontinuitas lahir normal Asfiksia
virus/bakteri
jaringan (vagina)
Kolaps paru
Virus/bakteri
mudah masuk MK : Nyeri akut 18 MK :
Dyspnea, sesak
Ketidakefektifan
nafas
MK : Risiko pola nafas
infeksi
2.17 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Post Date meliputi:
1. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran
perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang
2. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian
distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm
atau lebih. Keberatan pemeriksaan adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar
rotgen terhadap janin.
3. USG, ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Dengan
pemeriksaan ini diameter bipariental kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa
bahaya pemeriksaan menurut ginekologi.
4. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis,
baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak
dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil malam sel-sel
yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
b. Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
5. Amnioskopis, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena
dikeruhi meconium.
6. Kardiotografi, mengawasi dan membaca DJJ, karena insufisiensi plasenta.
7. Uji Oksitosin (stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
8. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
9. Pemeriksaan sitologik liquoramni amniostopi dan pemeriksaan pH nya dibawah
7,2 dianggap sebagai tanda gawat janin.
10. Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan insufisiensi plasenta dinilai
berbeda-beda.
Pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin mulai dinilai ketika janin berusia 41 minggu :
19
a. USG : pengukuran biometric janin atau letak plasenta. Deteksi kelainan cacat
bawaan, pengukuran jumlah air ketuban dengan “Amnotik fluid index (AFI)”.
b. Pemantauan detak jantung janin : Non Stress Test (NST) atau Stress Test.
c. Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan cairan ketuban “Shake Test” atau
L/S rasio harus dikerjakan bila pemeriksaan USG menunjukkan usia kehamilan
35 minggu. Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan skor pelvik (PS)
menurut cara Bishop.
d. Amnioskopi untuk menentukan warna air ketuban (bilamana perlu dilakukan
amniotomi).
2.18 Penatalaksaan
1. Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4. Ibu dirawat di rumah sakit bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi (pre eklamsi)
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau
d. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit.
5. Tindakan operasi Sectio Caesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insuifiesiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lam, dan terjadi tanda gawat janin
c. Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre eklamsia, hipertensi
menahun, infertilitas dan kesalahan letak janin.
6. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin post matur
kadang-kadang besar dan kemungkinan CPP dan distosia janin perlu
20
dipertimbangkan selain itu janin post date lebih peka terhadap sedative dan
norkosa, perawatan neonates post date perlu dibawah pengawasan dokter anak.
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus Post Date
Ny. A berusia 22 tahun beragama islam bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ny. A
mengatakan cemas karena hamil anak pertama, ia ingin memeriksakan kehamilannya
yang sudah melewati 42 minggu serta sudah waktunya melahirkan. Setelah ditanya lebih
lanjut Ny A mengatakan menarche pada usia 12 tahun, lama menstruasi 6-7 hari,
pemakaian pembalut 2-3x ganti, siklus menstuasi 28 hari dan teratur, serta mengalami
nyeri kram pada bagian bawah perut saat menstruasi. Ia mengatakan tidak sedang
menderita penyakit tertentu dan tikdam mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi,
gemelia, asma, serta tidak sedang mengkonsumsi alcohol, rokok dan obat-obatan. Lama
pernikahan 1,5 tahun. Setelah dilakukan pemeriksaan Perineum elastis, warna vulva
merah kebiruan, tidak ada pengeluaran, tidak ada pembengkakan kelenjar Bartolini, tidak
oedema. Setelah dilakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital di dapat T: 110/60 mmHg,
N: 80/menit, S: 36° C, RR: 20 x/ menit. Serta Tinggi Badan 156 cm dan Berat Badan
46,5 kg
22
Ibu mengatakan hamil anak pertama, ia ingin memeriksakan
kehamilannya yang sudah melewati 42 minggu serta sudah waktunya
melahirkan namun sampai sekarang ibu belum juga melahirkan
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Lama haid : 6-7 hari
c. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
d. Siklus : 28 hari
e. Teratur/tidak : teratur
f. Dismenorhoe : iya
g. Flour albus : tidak ada
h. Jumah : tidak ada
i. Warna/bau : tidak ada
j. HPHT : 20-7-2017
k. HPL/HTP : 27-3-2018
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
G1P0000 UK 42 4/7 mgg ibu mengatakan periksa kebidan 4x, teratur
ANC : di bidan 9x teratur
Imunisasi TT : SD 2x, CPW 1x
Pergerakan fetus pertama kali pada usia kehamilan : 4 bulan
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : sering
Obat-obatan selama hamil : tidak minum obat selain dari bidan
Penyuluhan yang di dapat : ANC teratur, makan dan minuman
yang bergizi, tanda-tanda persalinan
5. Pola Makan dan Minum
a. Makan : 3x/hari (nasi, sayur, lauk)
b. Minum : 7-8 gelas/hari
23
7. Pola Eliminasi
a. BAB : 1x/ hari (warna coklat, bau khas, konsistensi lembek, tidak
ada keluhan
b. BAK : + 5-6x sehari( bau khas, konsistensi cair, warna kuning,
tidak ada keluhan)
8. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
9. Riwayat Penyakit yang Diderita
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit serius
10. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius
11. Riwayat Penyakit Keturunan
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan, missal
jantung, hipertensi, gemeli,asma dan lain sebagainya
12. Personal Higiene
24
Ibu mengatakan cemas karena hamil anak pertama dan kehamilannya yang
sudah melewati 42 minggu yang sudah waktunya melahirkan namun belum
juga melahirkan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : stabil
d. Tekanan darah : 110/60 mmHg
e. Suhu tubuh : 36,7°C
f. Denyut nadi : 80x/menit
g. Pernapasan : 120x/menit
h. Tinggi badan : 156 cm
i. BB sekarang : 46,5 kg
j. BB sebelum hamil : 38 kg
k. Lingkar lengan atas : 23 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
a) Kepala
Warna rambut hitam, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan
tidak ada benjolan
b) Mata
Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak
oedama pada kelopak mata dan sklera tidak ikterik, fungsi
penglihatan normal
c) Wajah
cloasma gravidarum
d) Hidung
Bersih, tidak ada secret, tida ada polip dan fungsi penciuman baik
e) Mulut dan Gigi
25
Lidah bersih, tidak ada karies gigi, gusi tidak berdarah
f) Telinga
Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik
g) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
h) Dada
Terjadi pembesaran payudara, payudara kanan dan kiri simetris,
tidak ada benjolan yang abnormal, tidak ada nyeri tekan
i) Abdomen
Terdapat linea nigra dan serta tidak ada luka bekas operasi
j) Genetalia
Perineum elastis, warna vulva merah kebiruan, tidak ada
pengeluaran, tidak ada pembengkakan kelenjar Bartolini, tidak
oedema
k) Ekstremitas
Simetris, tidak oedema, tidak ada varises
b. Palpasi
Leopoid I : TFU 29cm
Leopoid II : puki
Leopoid III : letkep
Leopoid IV : bagian terbawah janin sudah masuk PAP
c. Auskultasi
DJJ :
- Puntum maksimum : puki
- Tempat : bawah pusat
- Frekuensi : 140x/menit
- Teratur/tidak : teratur
d. Perkusi
Reflek patella : +/+
2. Diagnosa Keperawatan
26
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologi)
e. Risiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko pertahanan tubuh primer tidak
adekuat
f. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
NANDA (NOC)
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
dengan agen injuri (biologi, asuhan keperawatan 3 x 24 1. Melakukan pengkajian
kimia, fisik, psikologi) jam, klien diharapkan dapat nyeri komprehensif
Domain 12. Kelas 1 (00132) mengurangi rasa nyeri yang yang meliputi lokasi,
Definisi : dirasakan dengan kriteria karakteristik,
Pengalaman sensori dan hasil: onset/durasi, frekuensi,
emosional tidak kualitas, intensitas atau
menyenangkan yang muncul Kontrol Nyeri (1605) beratnya nyeri dan
akibat kerusakan jaringan Klien dapat faktor pencetus
actual atau potensial atau yg mengenali kapan Rasional :
digambarkan sebagai nyeri terjadi (5) Untuk menjadi acuan
kerusakan (International Klien menggunakan dalam mengetahui berat
Association for the Study analgesic yang nyeri yang dialami
Pain); awitan yang tiba-tiba direkomendasikan klien
atau lambat dari intensitas (5) 2. Menggali pengetahuan
ringan hingga berat dengan Mengenali apa yang dan kepercayaan klien
akhir yang dapat diantisipasi terkait dengan gejala mengenai nyeri
atau diprediksi nyeri Rasional:
Pengetahuan dan
Status Kenyamanan (2008) kepercayaan nyeri
27
dukungan sosial dari 3. Memberikan informasi
keluarga (5) mengenai nyeri, seperti
Perawatan sesuai penyebab nyeri, berapa
dengan kebutuhan lama nyeri akan
(5) dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
Rasional:
Informasi tersebut
berguna dalam
pengurangan rasa nyeri
dan menurunkan
kecemasan klien
4. Mengajarkan
penggunaan teknik non
farmakologi (seperti,
relaksasi, terapi music,
terapi bermain)
sebelum nyeri terjadi
atau meningkat, dan
bersamaan dengan
tindakan penurunan
rasa nyeri lainnya.
Rasional:
Mengalihkkan perasaan
nyeri yang timbul
5. Kolaborasi dengan
klien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
28
dan
mengimplementasikan
tindakan penuruan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan
Rasional :
Untuk meningkatkan
penegetahuan klien dan
orang terdekat dalam
manajemen nyeri
Risiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
dengan faktor risiko keperawatan selama 3x24 1. Membersihkan
pertahanan tubuh primer jam diharapkan masalah lingkungan dengan baik
tidak adekuat (domain 11, keperawatan risiko infeksi setelah digunakan
kelas 1, kode 00004) dapat diatasi dengan kriteria setiap pasien
hasil: Rasional:
Definisi membersihakan
Rentan mengalami invasi dan Kontro Risiko: Proses lingkungan
multiplikasi organisme Infeksi (1924) dimaksudkan untuk
patogenik yang dapat 1. Dapat menghilangkan kuman
mengganggu kesehatan mengidentifikasi atau bakteri di tempat
fator risiko infeksi tersebut agar pasien
2. Mengetahui perilaku yang terkena infeksi
yang berhubungan menjadi tidak
dengan risiko infeksi bertambah parah
3. Dapat 2. Menganjurkan
mengidentifikasi pengunjung untuk
tanda dan gejala mencuci tangan pada
infeksi secara saat memasuki dan
konsisten meninggalkan ruangan
4. Memonitor perilaku Rasional: bakteri
29
diri yang memiliki ukuran yang
berhubungan dengan tidak terlihat, mencuci
risiko infeksi tangan dimaksudkan
5. Mempertahankan agar membunuh bakteri
lingkungan yang pada tangan
bersih pengunjung agar pasien
tidak bertambah parah
3. Meningkatkan intake
nutrisi yang tepat
Rasional:
meningkatkan daya
imun memerlukan
intake nutrisi yang baik
4. Mendorong untuk
istirahat
Rasional:apabila
pasien mengalami
kelelahan daya
imunitasnya akan
menurun dan
menyebabkan infeksi
5. Memberikan antibiotik
yang sesuai
Rasional:pemberian
antibiotik dilakukan
untuk menanggulangi
bakteri patogen pada
tubuh
Ansietas b.d ancaman status Dalam waktu 3x24 jam klien Pengurangan Kecemasan
kesehatan tampak rileks, snsietas (5820)
(Domain 9, Kelas 2, Kode berkurang, dengan kriteria 1. Menjelaskan semua
30
00146) hasil : prosedur termasuk
Definisi : sensasi yang mungkin
Perasaan tidak nyaman atau Tingkat Kecemasan (1211) akan dirasakan selama
kekhawatiran yg samar Klien dapat prosedur dilakukan
disertai respons otonom beristirahat (5) Rasional : Agar klien
(sumber sering kali tidak Klien tidak tidak cemas karena
spesifik atau tidak diketahui merasakan gelisah telah mengetahui
oleh individu); perasaan takut kembali (5) sensasi yang mungkin
yang disebabkan oleh Tidak ada rasa cemas akan dirasakan selam
antisipasi terhadap bahaya. yang disampaikan prosedur dilakukan
Hali ini merupakan isyarat secara lisan (5) 2. Membantu klien
kewaspadaan yang mengidentifikasi situasi
memperingatkan individu Kontrol Kecemasan Diri yang memicu
akan adanya bahaya dan (1402) kecemasan
memampukan individu untuk Mencari informasi Rasional : Mengetahui
bertindak menghadapi untuk mengurangi situasi apa saja yang
ancaman. kecemasan (5) dapat memicu
31
1. Menyediakan informasi
yang actual mengenai
diagnosis, penanganan
dan prognosis
Rasional : Dengan
memberikan informasi
yang actual diharapkan
dapat mengurangi
kecemasan yang
dirasakan klien
2. Mendukung
kemampuan klien untuk
mengatasi situasi secara
berangsur-angsur
Rasional : Membantu
klien mengurangi
kecemasan yang
dirasakannya
3. Memberikan penilaian
dan diskusikan respon
alternative terhadap
situasi yang ada
Rasional : Memberikan
respon yang baik ketika
klien menghadapi
situasi yang
membuatnya cemas
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komplikasi persalinan terdiri dari persalinan prematur dan persalinan post date.
Persalinan permatur merupakan persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Yang disebabkan oleh faktor janin dan
plasenta, faktor ibu
Klasifikasi persalianan prematur bayi yang sangat premature (extremely premature),
bayi pada derajat premature yang sedang (moderately premature). borderline premature,
dengan masa gestasi 37-38 minggu. Ada pun pemeriksaan diagnostik yang dilakuakn
meliputi USG,test nitrazin, urinalisis dan kultur , jumlah leukosit , kultur vaginal, reag.
penatalent plasma cepat (RPC), amnion sentesis, pemantauan elektronik. Penatalaksaan
dapat berupa terapi, farmakologi, maupun penatalaksaan medis.
Post date merupakan kehamilan yang melebihi dari hari perkiraan persalinan. Terdapat
beberapa teori mengenai persalinan post date terdiri dari pengaruh progesteron, teori
oksitosin, teori kortisol, syaraf uterus, hirediter. Klasifikasi terdiri dari stadium 1,stadium 2,
danstadium 3. pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan berat badan, pemeriksaan,
rontgenologik, USG, pemeriksaan sitologik air ketuban, amnioskopis, kardiotografi, uji
oksitosin , pemeriksaan sitologik liquoramni amniostopi dan pemeriksaan ph, Pemeriksaan
kadar estriol dalam urin dan pemeriksaan sitologik vagina.
4.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat, sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan pada komplikasi persalinan : persalinan prematur dan post
date dapat dilakukan dengan baik, secara maksimal sesuai dengan hal yang dibutuhkan
pasien.
33
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochteran, J. M., & Wagner, C. (2013). Nursing Intervention
Classification (NIC) 6th Edition. Oxford: Mosby Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses Definitions
and Classifications 10th Edition. Oxford: Wiley Blackwell.
Hidayati, L. (2016). Faktor Risiko Terjadinta Persalinan Prematur Mengancam di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Skripsi Mahasiswa Universitas Airlangga.
Holmes, debbie dan philiph N. Baker. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications (NOC) 5th Edition. Oxford: Mosby Elsevier.
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, S. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Sarwono, P. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Stright, B. R. (2005). Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Bru Lahir (3 ed.). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Widyasari, D. (2012). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. M G1P0A0 Umur 20 Tahun
dengan Induksi pada Kehamilan Serotinus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.
34