Anda di halaman 1dari 22

Makalah Post-term Pregnancy

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:
Louis Destama 04121003012
Pebri Karnudi 04121003024
Ahid Robbi Safitra 04121003037

Dosen Pengampu:
Bina Melvia Girsang, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Mat.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang post-term pregnancy. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas semester genap mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktunya. Ucapan
terima kasih kepada Bina Melvia Girsang, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pengajar
yang telah mengajarkan dalam mata kuliah ini.
Kami telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini dengan sebaik-baiknya,
tetapi kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Atas dasar kenyataan tersebut,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan baik penulis maupun pembaca.

Indralaya, 8 Maret 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Rumusan masalah........................................................................................ 6
C. Tujuan........................................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN........................................................................................................ 7
A. Definisi......................................................................................................... 7
B. Etiologi......................................................................................................... 7
C. Manifestasi klinis.......................................................................................... 8
D. Klasifikasi..................................................................................................... 8
E. Patofisiologi.................................................................................................. 9
F. Web of Causion.......................................................................................... 10
G. Komplikasi.................................................................................................. 11
H. Penatalaksanaan........................................................................................ 11
I. Diagnosa Banding...................................................................................... 14
J. Asuhan Keperawatan Kasus.......................................................................15
BAB III.................................................................................................................. 24
PENUTUP.............................................................................................................. 24
A. Kesimpulan................................................................................................. 24
B. Saran.......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator yang paling
penting untuk melakukan penilaian kemampuan suatu negara untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetri. Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS) angka kematian ibu

3
dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini
berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan
persalinannya. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 2-5 kali
lebih tinggi mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup atau 2 kali lebih besar dari target
WHO yaitu sebesar 15% per kelahiran hidup (Suprayitno, 2007).

Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital, prematuritas,


trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum. Terjadinya gawat janin
di sebabkan oleh induksi persalinan, infeksi pada ibu, perdarahan, insufisiensi plasenta,
prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan preterm dan postterm. Persalinan postterm
menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui waktu perkiraan persalinan menurut
hari pertama menstruasinya. Ballantyne 1902 seperti dikutip Manuaba, seorang bidan
Scotlandia, untuk pertama kali menyatakan bahwa janin yang terlalu lama dalam
kandungan dapat membahayakan dirinya dan ibunya saat persalinan berlangsung.
Kemudian berturu-turut 1950 Clifford mengemukakan tentang sindrom postterm baby,
sedangkan 1960 Mc Clure menyatakan bahwa angka kematian bayi dengan kehamilan
postdate semakin meningkat (Manuaba, 2007).

Menurut WHO persalinan postterm adalah keadaan yang menunjukkan bahwa


kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Defenisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa
persalinan postterm dengan disertai gawat janin mempunyai kontribusi terhadap out
come kesehatan yang buruk atau 10% dari persalinan adalah persalinan postterm
(Hidayat, 2009).

Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya persalinan postterm diantaranya


faktor ibu adalah karena hanya sebagian kecil ibu yang mengingat tanggal menstruasi
pertamanya dengan baik dan adanya gangguan terhadap timbulnya persalinan seperti
pengaruh esterogen, oksitosin dan saraf uterus. Banyaknya kasus persalinan postterm di
Indonesia yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%
(Prawirohardjo, 2008).

Beberapa ahli dapat menyatakan bahwa persalinan preterm akan meningkatkan


angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Seringnya kesalahan dalam
mendefinisikan postterm diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari

4
kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika taksiran persalinan telah ditentukan
pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan bidan harus
tetap siaga pada reabilitas taksiran persalinan tersebut. Data yang terkumpul sering
menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari
40 minggu. Penyebab kematian tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan
tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen,
2007).

Kehamilan postterm merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang


terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postterm adalah kehamilan
yang melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya
(Manuaba, 1999).

Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan
antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-rata 10 % kehamilan
berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi ini bervariasi bergantung pada
kriteria yang dipakai oleh peneliti (Prawirohardjo, 2008).

Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi
untuk menentukan kehamilan Postterm harus diketahui umur kehamilan yang tepat.
Selain dari haid, penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan
mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal
pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran.
Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan
sebelum trimester kedua, hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).

Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang


terjangkau oleh seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang
berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan
selamat. Seorang perawat dituntut agar mampu memberikan pelayanan yang tepat dan
akurat. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat harus memiliki
pengetahuan yang cukup.

Bertolak dari pernyataan diatas, maka penulis sebagai calon perawat dalam rangka
mempersiapkan diri sebagai seorang perawat yang terampil dan memiliki keahlian
diberikan penugasan untuk melakukan pembinaan pada seorang ibu bersalin . Melalui

5
pembinaan tersebut penulis dapat memahami berbagai proses yang terjadi selama ibu
hamil dan bersalin, sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat dan
aman.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu definisi dari kehamilan postterm ?
2. Apa etiologi dari kehamilan postterm.Mengetahui patofisiologi dari kehamilan
postterm ?
3. Bagaimana WOC dari kehamilan postterm ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari kehamilan postterm ?
5. Apa diagnosa banding kehamilan postterm ?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk kehamilan postterm ?
7. Apa saja komplikasi dari kehamilan postterm ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari kehamilan postterm, baik secara umum maupun
dengan kasus ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari kehamilan postterm.
2. Mengetahui etiologi dari kehamilan postterm.Mengetahui patofisiologi dari
kehamilan postterm.
3. Mengetahui WOC dari kehamilan postterm.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan postterm.
5. Mengetahui diagnosa banding untuk kehamilan postterm.
6. Mengetahui penatalaksanaan untuk kehamilan postterm.
7. Mengetahui komplikasi dari kehamilan postterm.
8. Mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan postterm secara umum dan dengan
menggunakan kasus.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Definisi menurut American College of Obsetricians and Gynecologist (1997) adalah
42 minggu (294) atau lebih dari hari pertama haid terakhir. Definisi ini menganggap
bahwa awitan haid diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian.
Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan adalah 294 hari setelah
hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai
lama kehamilan dan maturitas janin ( Varney Helen, 2007).

6
Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).

B. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor
penyebab kehamilan postterm adalah :
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga
terjadinya kehamilan dan persalinan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis
ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor
penyebabnya.
3. Teori Kortisol/ACTH janin
Pada teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan
berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa

7
bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya mengalami kehamilan
postterm.

C. Manifestasi klinis
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara obyektif dengan kardiotokografi
kurang dari 10 kali / 20 menit.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
menjadi kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium II : Seperti stadium satu namun disertai dengan pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
Stadium III : Seperti stadium satu namun disertai dengan pewarnaan kekuningan
pada kuku, kulit, dan tali pusat (Nugroho, 2012).

D. Klasifikasi
Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat bulan adalah :
1. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan ) di kulit.
3. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit, dan tali pusat.

E. Patofisiologi
Menurut Wijayarini (2005 : 283), patofisiologi kehamilan postterm meliputi bayi
yang sangat besar dan akan mengakibatkan trauma lahir atau apabila bayinya kecil
karena pada saat kehamilannya kekurangan nutrisi dan akibat penuaan plasenta atau
disfungsi plasenta dan penurunan cairan amnion.
Menurut Manuaba (2007 : 450), patofiologi pada kehamilan postterm adalah sebagai
berikut :
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh kembang janin
berlangsung terus, sehingga berat badan terus bertambah sekalipun lambat, dapat
mencapai lebih dari 4.000-4.500 gram yang disebut makrosomia.
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi, sehingga tidak mampu memberikan
nutrisi dan oksigen yang cukup, akan terjadi sindrom postmatur, dengan kriteria :
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang

8
c. Lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput, terutama ditelapak
tangan dan kaki
d. Verniks kaseosanya telah hilang atau berkurang.

F. Web of Causion
Gambar 2.3 Pathway Kehamilan Postterm

Sumber : Prawiroharjo (2009 : 694-695)

9
G. Komplikasi
Menurut Manuaba ( 2009 :125-126), komplikasi dari kehamilan postterm adalah
sebagai berikut :
1. IBU
a. Timbulnya rasa takut akibat terlambat melahirkan atau rasa takut menjalani
operasi yang mengakibatkan
b. Perdarahan post partum yaitu atonia uteri (karena janin besar atau penggunaan
oksitoksin).
2. JANIN
a. Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu 30 % sebelum partus,
55 % intrapartum, 15 % post natal.
b. Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali pusat
c. Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu, trauma kepala
janin.
d. Gangguan pembekuan darah.
e. Oligohidramnion adalah air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu
adalah 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. akibat
oligohidramnion adalah amnion menjadi kental karena mekonium (diaspirasi
oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban,
nilai APGAR rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga
menimbulkan atelektasis).
f. Makrosomia apabila plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh kembang janin
dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia. Akibatnya terhadap
persalinan adalah perlu dilakukan tindakan operatif seksio caesaria, dapat terjadi
trauma persalinan karena operasi vagina, distosia bahu yang menimbulkan
kematian bayi atau trauma jalan lahir ibu.

H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kehamilan postterm adalah sebagai berikut :
1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat, menurut Dr. Taufan (2012 : 145).

3. Bishop score
Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan
responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks

10
bishop score rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka kegagalan
yang lebih tinggi dibanding servik yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari
serviks adalah :
a. Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang terenggang. Ini
melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan indikator yang paling penting
dari kemajuan melalui tahap pertama kerja.
b. Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher rahim.
c. Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin kepala dalam
hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung, yang dapat teraba jauh di
dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.
d. Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim perempuan
biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan, seperti sebuah balon
sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh lagi, pada wanita muda serviks lebih
tangguh dari pada wanita yang lebih tua
e. Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan bervariasi
antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya menghadap ke bawah,
anterior dan posterior lokasi relatif menggambarkan batas atas dan bawah dari
vagina. Posisi anterior lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu
memungkinkan peningkatan kelahiran spontan.

Tabel 2.1 Bishop score

Skor 0 1 2 3
U Pembukaan 0 1 3-4 5-6
0-30% 40-50% 60-70% 80%
Pendataran
n Station -3 -2 -1 +1+2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Sangat
lunak
t Posisi Os Posterior Tengah Anterior Anterior
Sumber : Achadiat (2004 : 17-18)

Untuk menilai bishop score yaitu :


1) Bishop Score > 5 yaitu induksi persalinan,
a) Menggunakan tablet Misoprostol / Cytotec yaitu 25-50 mg yang diletakkan
di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his / kontraksi.
b) Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin biasanya
mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.000 - 20.000 mU dicampur
dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat, masing-masing menghasilkan
konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml.

11
Tabel 2.2 Regimen Oksitoksin pada Induksi Persalinan

Regimen Dosis awal Peningkatan Interval dosis Dosis


(mU/menit) (menit
incremental maksimal
(mU/ml)
Dosis rendah 0,5-1 1 30-40 20
1-2 2 15 40
Dosis tinggi 6 6,3, 1 15-40 42
Sumber : Kenneth J. Laveno

2) Bishop Score < 5


a) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST), Contraction
Stess Test (CST).
b) Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x /minggu.
c) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan SC.
d) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif yaitu dilakukan
pengulangan CST dalam 3 hari.
e) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan SC.
f) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan.
g) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitoksin,
prostaglandin (Misoprostol), relaksin (melunakkan serviks), pemecahan
selaput ketuban
h) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan oksigen, monitor
DJJ, induksi persalinan dengan tetes Pitosin (jika tidak ada kontraindikasi
dan belum ada tanda hipoksia intrauterine), tetes Pitoksin di naikkan jangan
melebihi 2 m U/menit atau di naikkan dengan interval < 30 menit,
amniotomi pada fase aktif, infus intraamniotik dengan 300 500 mL NaCl
hangat selama 30 menit yaitu untuk mengatasi oligohidramnion dan
mekoneum, konfirmasi kesejahteraan janin.
i) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat, pewarnaan
mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5 kali / 20 menit), contraction stress
test (CST), berat Badan >4000 gr, malposisi, malpresentasi, partus > 18
jam, bayi belum lahir, menurut Kurniawati (2009 : IX 41-42).
j) Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum, menurut Manuaba (2003 : 159)
yaitu:
(1) Pembukaan minimal 5
(2) Ketuban negatif atau dipecahkan
(3) Anak hidup, letak kepala atau bokong
(4) Penurunan minimal H II
(5) His dan reflek mengejan baik.

12
I. Diagnosa Banding
Diagnosa banding pada kehamilan postterm menurut Achadiat (2003), yaitu:
1. Kehamilan cukup bulan (dengan atau tanpa pecah ketuban).
2. Pertumbuhan janin terhambat.

J. Asuhan Keperawatan Kasus


Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan keadaan
kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga ingin menanyakan
kepada dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab ini sudah memasuki minggu
ke 43 dan janin belum lahir. Saat dilakukan anamnesa Ny. Y mengatakan bahwa gerak
janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut terajdi apa- apa terhadap janinnya.
Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu sendiri adalah TD 120/80 mmHg, RR
18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.

1. Pengkajian
a. Identitas klien :
Nama istri : Ny. Y Nama Suami : Tn. K
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-1 (primigravida)
Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang
sudah lebih dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.
3. Alasan datang
Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan menanyakan kepada dokter
apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai sekarang belum terasa ingin
melahirkan.
4. Riwayat kehamilan sekarang.

13
Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa gerakan
janinnya semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi janinnya.
Selama kehamilan ini, Ny. Y rutin untuk melakukan pemeriksaan antenatal ke bidan
puskesmas. Dari riwayat hasil pemeriksaan antenatal yang dilakukan juga tidak ada
masalah apa- apa.
5. Riwayat kesehatan masa lalu.
Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny. Y
juga tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya yang
mengharuskan ia MRS. Riwayat imunisasi Ny. Y saat kecil lengkap. Ia juga
imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih. Ia
tinggal berdua bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat merokok
ataupun konsumsi alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan untuk melarang
makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi banyak asam folat
seperti ikan untuk kesehatan bayinya.
6. Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak ke 3
dari 5 bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami
gangguan persalinan yang sama seperti ini.
7. Riwayat mestruasi
a. Umur menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5-6 hari
d. Frekuensi : teratur
e. Sifat darah : encer
f. Disminorhoe : kadang- kadang
g. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h. HPHT : 17 Mei 2013.
8. Riwayat Obstetri
a. Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH nya
adalah G1P0
b. Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan Rhesus +
c. Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)
9. Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina maupun
penyakit menular seksual.
10. Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam
seminggu adalah 2x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.
11. Riwayat pernikahan.
a. Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang
b. Usia kawin pertama : 21 th

14
c. Lamanya perkawinan: 4 th
12. Riwayat keluarga berencana
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1
bulan sekali karena klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama suaminya.
Klien menggunakan KB selama 2 tahun dan kemudian berhenti karena
menginginkan anak dan baru hamil saat ini.
13. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai berikut:
HPHT klien adalah pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia kehamilan
klien adalah 43 minggu. Berdasarkan kartu kehamilan, letak janin normal
(membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah 37,6 cm.
b. Persalinan

Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.

c. Nifas

Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah melahirkan.

14. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi

Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.

b. Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan
sebagai istri saja seperti memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas ini
berupa kelelahan.
c. Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi
memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk mengurangi
kegiatan seksual mereka.
d. Pola eliminasi
Pola BAB = 1-2x sehari, pola BAK : 5-8x sehari dengan intake cairan
2L
e. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.
15. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.

15
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat
dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.
5) Denyut nadi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.
6) Respirasi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.
7) Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11
Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
8) Tinggi badan.
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan
beresiko.
9) Lila.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang
merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
c) Mata : Conjungtiva anemis.
d) Hidung : tidak ditemukan polip
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3) Dada dan axilla
a) Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting
susu menonjol, colostrum tidak ada.
b) Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
4) Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).
c. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan striae
nigra dan juga linea livide.

16
2. Palpasi
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa
seminggu yang lalu adalah 37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan tersebut
juga didapatkan data sebagai berikut:
Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara, bagian
pada fundus adalah kepala dengan persentase melenting.
Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung berada
di sisi kiri ibu.
Leopold III : janin sudah masuk PAP
Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP
a) HIS / Kontraksi

Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 43


minggu ini.

b) Tafsiran berat

Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123 gram.

d. Pemeriksaan dalam anogenital


1) Perineum : kaku
2) Dinding Vagina : Cekung
3) Ujung sacrum : Masih teraba
4) Portio : Masih tebal
5) Konsistensi : tidak lembut
6) Pembukaan : tidak ada pembukaan vagina
7) Ketuban : masih utuh selapunya
8) Anus : tidak ada hemoroid
e. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak
ada oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan
kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks
kariopiknotik > 20%.

17
16. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan

1. DS : post- matur Ansietas

Ibu terlihat sering bertanya


dan mengatakan ia cemas
Anak belum lahir
terhadap kondisi bayinya

Cemas terhadap kondisi janinnya


DO:


Ibu terlihat gelisah

Tidak tahu informasi tentang post matur

Ansietas

2. DS: Post- matur Risiko cedera pada ibu

Ibu mengatakan bahwa ia


tidak merasakan adanya
Belum ada dilatasi serviks
kontraksi pada rahimnya.

Berat janin besar sekitar 4000gram


DO:


Tidak ditemukan tanda-
tanda kontraksi/ pun dilatasi
Seharusnya sudah memasuki kelahiran
serviks padahal sudah
memasuki minggu ke 43.

Hasil pemeriksaan BJJ Risiko cedera pada ibu


sekitar 4000 gram

18
3. DS: Post- matur Risiko cedera pada
janin
Ibu mengatakan tidak
mengalami kontraksi dan
Minggu ke 43 belum ada kontraksi
gerakan janinnya melemah
dari hari ke hari.

DO: hasil pemeriksaan


Persalinan lama
penunjang masih
menunjukkan gerakan janin
dan janin sudah masuk PAP
tetapi janin belum ingin Risiko cedera pada janin

keluar

17. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
1. Ansietas Meningkatkan a. Memberikan HE tentang a. Mengurangi ansietas
b. Menyadarkan bahwa
berhubungan pengetahuan keluarga kondisi klien dan
mereka telah
dengan kurang klien penatalaksanaan
Kriteria hasil : b. Berikan penguatan atas melakukan yang
pengetahuan
a. Klien merasa tenang dan
upaya keluarga untuk terbaik dan untuk
optimis dengan
merawat klien mempermudah proses
persalinannya c. Memberikan kesempata
adaptasi
b. Klien dapat menggunakan
kepada keluarga untuk c. Dengan
teknik relaksasi distraksi
mendiskusikan perasaan mengungkapkan
atau nafas dalam dengan
mereka perasaan keluarga
efektif
dapat melakukan
c. Klien mengungkapkan
penyesuaian secara
pemahaman situasi
realistis terhadap
individu dan
masalah klien
kemungkinan hasil akhir
klien tampak rileks

19
2. Resiko Cidera Tidak terjadi cedera padaa. Tinjau ulang riwayat a. membantu dalam
pada ibu ibu persalinan, awitan dan mengidentifikasi
Kriteria hasil:
berhubungan durasinya kemungkinan
terdapat kontraksi uterus
b. Kaji pola kontraksi uterus
dengan bayi penyebab, kebutuhan
yang reguler, terjadi
secara manual atau secara
yang besar dan pemeriksaan
pembukaan serviks
elektronik.
tidak ada diagnostik dan
c. Catat kondisi serviks ,
dilatasi serviks intervensi yang tepat
Pantau tanda amnionitis
b. disfungsi kontraksi
d. Tetap bersama klien, berikan
memperlemah
lingkungan yang tenang
persalinan,
sesuai indikasi.
e. Induksi persalinan dengan meningkatkan resiko
oksitosin komplikasi maternal
atau janin.
c. serviks kaku atau tidak
siap tidak akan dilatasi
akan menghambat
penurunan janin.
d. reduksi rangsangan
dari luar mungkin
perlu untuk
memungkinkan tidur
dan menurunkan
tingkat ansietas pada
ibu
e. Oksitosin memberikan
rangsangan terjadinya
His
3. Risiko cedera Risiko cedera pada janin a. Kaji DJJ secara manual a. Mendeteksi respon
pada janin akan berkurang atau electronic abnormal, seperti
kriteria hasil: b. Kaji malposisi dengan
berhubungan bradikardi,thakikardi
tidak ada distres janin,
menggunakan maneuver
dengan yang mungkin
bayi lahir tanpa trauma
Leopold dan temuan
persalinan disebabkan stress,
pemeriksaan internal.
yang lama hipoksia dan asidosis
c. Siapkan metode untuk
b. menentukan letak
melahirkan yang paling
janin, posisi dan
layak, bila janin pada
persentasi ddapat
presentase kening, wajah
mengidentifikasi faktor
atau dagu.
faktor yang
d. Perhatikan warna dan
memperberat
jumlah cairan amnion
disfungsional
bila pecah ketuban.
persalinan.
c. presentase ini
meningkatkan resiko

20
CPD , karena diameter
lebih besar dari
tengkorak janin masuk
ke pelvic karena
kegagalan kemajuan
dan pola persalinan
memerlukan kelahiran
secara sesarea.
d. kelebihan cairan
amnion menyebabkan
distensi uterus
berlebihan yang
berhubungan dengan
anomali janin.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan postterm (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-
rata 28 hari. Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postterme sampai saat ini masih
belum diketahui secara jelas. Namun ada berbagai teori yang berkembang antara lain :
pengaruh progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada
partus postterm tanda-tandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang
dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012).

B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui penyebabnya serta cara
pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien dengan partus postterm.

21
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran :EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Prof.Dr.dr.H.ibnu pranoto,SPAnd.,spoG(K), Dkk.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya
http://midwifery.blog.uns.ac.id/kehamilan-postterm-atau-serotinus/

22

Anda mungkin juga menyukai