PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Keperawatan maternal-perinatal adalah pemberian layanan kesehatan yang berkualitas
dan profesional yang mengidentifikasi, berfokus dan beradaptasi dengan kebutuhan fisik dan
psikososial ibu bersalin, keluarga dan bayi baru lahir. Persalinan proses yang dilalui oleh ibu
hamil pada akhir trimester kehamilan dimana terjadi pengeluaran janin melalui jalan lahir sampai
dengan bayi. Setiap wanita hamil menginginkan proses persalinan yang normal, namun karena
berbagai penyebab dan factor resiko yang membahayakan baik bagi ibu dan bayinya.
Kadang-kadang persalinan menemui hambatan yang tak terelakkan. Sebagaicontoh, saat
panggul ibu terlalu kecil untuk dilewati bayi, atau bayi terlalu besar, dsb. Saat itu, dibutuhkan
bantuan supaya persalinan bisa berlanjut dan bayi bisa lahir dengan selamat. Yang paling sering
digunakan adalah persalinan dengan vakum, forsep, atau sesar. Pertolongan persalinan dengan
tindakan pembedahan merupakan tindakan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Resiko infeksi
setelah persalinan merupakan ancaman yang dapat membahayakan sehingga perawatan setelah
operasi memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat untuk menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian.
Seorang perawat mempunyai tugas untuk mempersiapkan pasien sebelum pelaksanaan
persalinan tindakan, untuk mengurangi resiko komplikasi yang tidak diharapkan, maka perawat
harus mengetahui penatalaksanaan tindakan pembedahan vakum ekstrasi, dan ekstraksi forcep.
Selain itu dalam rencana persalinan tindakan pembedahan tersebut perlu diperhatikan
bahwasanya operasi tersebut tidak menambah beratnya penderitaan atau cacat. Maka dari itu
perlu persiapan yang matang sehingga dapat dicapai optimalisasi ibu maupun bayinya. Persiapan
sebelum tindakan pembedahan meliputi persiapan mental dan fisik penderita. Dengan tindakan
pembedahan diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Oleh sebab itu permasalahan tersebut sangat penting maka penulis membuat makalah
dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Persalinan Abnormal: Vakum dan
Ekstraksi Forsep.”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami tertarik membahasnya dalam bentuk makalah dengan
materi mengenai konsep dasar Vakum dan Ekstraksi Forsep dan konsep asuhan keperawatan
Vakum dan Ekstraksi Forsep.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan kliendengan partus
tindakan pembedahan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Vakum dan Ekstraksi Forsep.
2. Mengetahui etiologi dan patofiosiologi vakum.
3. Mengetahui syarat-syarat tindakan pada Vakum dan Ekstraksi Forsep .
4. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi Vakum dan Ekstraksi Forsep.
5. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan klien dengan partus tindakan vakum
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan klien dengan tindakan ekstraksi forsep
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP TEORI EKSTRAKSI VAKUM
2.1.1 Pengertian Ekstraksi vakum
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Maternal dan
Neonatal; 495).Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
2.1.2 Etiologi
1) Kelelahan pada ibu
Terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo,
2005). Atau memperpendek kala II, misalnya: Penyakit jantung kompensata, Penyakit paru-paru
fibrotik.
2) Partus tak maju
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
3) Gawat janin (masih kontroversi)
Denyut jantung janin abnormal ditandai dengan: denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan
sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali
normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia.
2.1.3 Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum. Vakum dilakukan karena ketidakmampuan mengejan, keletihan,
penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama,
fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan
tidak dapat dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi
vacum/forsep.Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk
uteri dan vagina ibu.Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.
2.1.4 Syarat tindakan ekstraksi vakum
1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2. Kepala di Hodge II-III;
3. Tidak ada disproporsi kepala panggul;
4. Konsistensi kepala normal;
5. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
6. Cukup bulan (tidak prematur).
7. Anak hidup dan tidak gawat janin.
8. Kandung kencing ibu kosong.
2.1.5 Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
1) Partus Partus tidak maju dengan anak hidup.
2) Kala II lama dengan presentasi kepala belakang.
2. Kontraindikasi
1) Letak muka (kerusakan pada mata);
2) Kepala menyusul;
3) Bayi premature (tarikan tidak boleh keras);
4) Gawat janin.
2.1.6 Persiapan Ekstraksi Vakum
Beberapa hal yang harus disiapkan sebelum tindakan ekstraksi
vakum yaitu:
1. Persiapkan ibu dalam posisi litotomi.
2. Kosongkan kandung kemih dan rektum.
3. Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik
4. Pasang infus bila diperlukan.
5. Siapkan alat-alat yang diperlukan
2.1.7 Teknik Ekstraksi Vakum
Sebelum dilaksanakan teknik vacum ekstrasi harus mengetahui indikasi ekstraksi vacum terlebih
dahulu yaitu Partus tidak maju dengananak hidup dan kala II lama dengan presentasi kepala
belakang.
Persiapan adalah sama pada ekstrksi forcipal, cup dilicinkan dengan minyak kemudian di
masukan ke dalam jalan lahir dan diletakkan pada kepala anak. Titik yang ada pada cup sedapat-
dapatnya menunjukkan ke ubun-ubun kecil. Sedapat-dapatnya digunakan cup yang
terbesarsupaya tidak mudah terlepas. Dengan 2 jari cup ditekankan pada kepalabayi sambil
seorang asisten dengan perlahan-lahan memompa tekanansampai – 0,2 atmosfer, setelah itu
dengan 1 jari kita periksa apakahtidak ada jaringan cervix atau vagina yang terjepit. Tekanan –
0,2atmosfer dipertahankan selama 2 menit kemudian diturunkan sampai
0,5atm,duamenitkemudianditurunkanlagisampai-0,7–(-0.75)atm.Kitabiarkanpadatekanan-
0,7atm,selama5menitagarcaputterbentukdenganbaik.Kitapasangpengaitdantangankananmemegan
gpengait tersebut untuk menarik. Tiga jari tangan kiri dimasukkan ke jalan lahir, untuk
mengarahkan tarikan, jari-jari telunjuk dan tengah diletakkanpada pinggir cup sedangkan ibu jari
pada bagian tengah cup, Penarikkandilakukan pada waktu his dan si ibu disuruh mengedan.
Kadang-kadangdapat dilakukan dorongan pada fundus uteri untuk memudahkanekstraksi. Arah
tarikan adalah sesuai dengan penarikan forceps. Setelahkepala lahir cup dilepaskan dengan
menghilangkan vakum.
2.1.8 Keuntungan dan kerugian tindakan ekstraksi vacum :
1. Keuntungan tindakan ekstraksi vacum
1) Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian
mengurangi frekwensi SC.
2) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala,
samping kepala ataupun dahi
3) Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan
lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
4) Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm,
untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala
menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di
samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan
timbulnya perdarahan pada otak.
5) Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi
kepala (missal pada letak dahi ).
2. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum
Waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relative lebih lama
(kurang lebih 10 menit) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak
dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress (gawat janin) alatnya relative lebih mahal
disbanding dengan forcep biasa.
2.1.9 Hal yang harus diperhatikan dalam tindakan ektraksi vacum :
1) Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar;
2) Penurunan tekanan harus berangsur-angsur;
3) Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam;
4) Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan;
5) Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm);
6) Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi;
7) Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur
2.1.10 Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum
2.1.10.1 Terhadap Ibu
1. Trauma persalinan :
1) Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup;
2) Robekan perineum yang lebih luas.
2. Perdarahan :
1) Robekan jalan lahir;
2) Atonia uteri.
3. Infeksi.
2.1.10.2Terhadap Anak
1. Luka-luka pada kulit kepal;
2. Cephal haematoma;
3. Caput succedaneum;
4. Perdarahan atau kerusakan otak;
5. Asfiksia;
6. Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum.
2.1.11 Komplikasi
1. Komplikasi pada Ibu
Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma, Trauma jalan lahir, dan Infeksi.
2. Komplikasi pada Janin
Ekskoriasi kulit kepala, Sefalhematoma, Subgaleal hematoma.Hematoma ini cepat
direabsorbsi tubuh janin.Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat
menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt
menimbulkan alopesia, Pendarahan intrakranial, Jaundice, Fraktur kalvikula, Kerusakan N VI
dan VII.
2.1.10 Terapi
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan
perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih besar,
yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi.Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi
vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian
uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk
menghindari infeksi.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VAKUM
A. Pengkajian
a) pengkajian post partum menurut Doenges (2001 : 387) antara lain :
1. Aktivitas atau istirahat
Dapat tampak berenergi atau kelelahan atau keletihan, mengantuk.
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm) karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah
bervariasi, mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesia atau meningkat pada respons
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
Edema bila ada, mungkin dependen atau dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum.Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk
kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesarea.
3. Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya eksitasi atau perilaku
menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan).
4. Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol.Kandung kemih mungkin teraba di atas simfisis
pubis.Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius.
5. Makanan atau cairan
Dapat mengeluh haus, lapar atau mual.
6. Neuro sensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia spinal atau
analgesia kauda.Hiperfleksia mungkin ada.
7. Nyeri atau ketidaknyamanan
Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya setelah nyeri,
trauma jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh atau menggigil.
8. Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit.Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi
jaringan merapat.
9. Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus.Drainase
vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan
kecil.Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis atau rabas.Striae mungkin ada pada
abdomen, paha dan payudara.Payudara lunak, dengan puting tegang.
10. Penyuluha atau pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
b) Pemeriksaan diagnostik
Hemoglobin atau hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.
3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
4. Kurang pengetahuan.
C. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.
Tujuan : Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil : TTV stabil, Pengisian kapiler cepat, Sensorium tepat,
dan Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara
individual.
4. Kurang pengetahuan
Tujuan :
1. Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum.
2. Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.
No. Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kebutuhan belajar. Metode kelahiran ini didiskusikan
pada kelas persiapan melahirkan anak,
tetapi banyak klien gagal untuk
menyerap informasi karena ini tidak
mempunyai makna pribadi pada
waktunya. Klien yang mengalami lagi
kelahiran melalui ekstraksi
forsep/vakum tidak dapat mengingat
dengan jelas atau memahami detil-
detil melahirkan sebelumnya.
2. Catat tingkat stress dan apakah Mengidentifikasi kesiapan klien/
prosedur direncanakan atau tidak. pasangan untuk menerima informasi.
3. Berikan informasi akurat dengan Memberikan informasi dan
istilah-istilah sederhana. Anjurkan mengklarifikasi kesalahan konsep.
pasangan untuk mengajukan Memberikan kesempatan untuk
pertanyaan dan mengungkapkan mengevaluasi pemahaman klien/
pemahaman mereka. pasangan terhadap situasi.
4. Tinjau ulang indikasi-indikasi Perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran
terhadap pilihan alternatif melalui ekstraksi forsep/vakum,
kelahiran. seharusnya dilihat sebagai alternative
bukan cara yang abnormal, untuk
meningkatkan keselamatan dan
kesejahteraan maternal/ janin.
5. Gambarkan prosedur sebelum Informasi memungkinkan klien
tindakan dengan jelas, dan berikan mengantisipasi kejadian dan
rasional dengan tepat. memahami alasan intervensi/ tindakan.
6. Berikan penyuluhan setelah Memberikan teknik untuk mencegah
tindakan, termasuk instruksi komplikasi yang berhubungan dengan
latihan kaki, batuk dan napas stasis vena dan pneumonia hipostatik.
dalam.
7. Diskusikan sensasi yang Mengetahui apa yang dirasakan dan
diantisipasi selama melahirkan apa yang “normal” membantu
dan periode pemulihan mencegah masalah yang tidak perlu.
D. Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan di sesuaikan dengan kriteria hasil dan tujuan yang ada.
2.3 KONSEP TEORI EKSTRAKSI FORCEP
2.3.1 Pengertian Ekstraksi Forcep
Ektraksi forceps atau ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat
forceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin.
Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan
berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. (Menurut sumber dari buku Pelayangan
Kesehatan Maternatal & Neonatal)
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam.(Saifuddin,
2009).
2.3.2 Tujuan Ekstaksi Forcep
1. Traksi
Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan.
2. Koreksi
Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-
kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan
(dibawah simfisis pubis)
3. Kompresor: Untuk menambah moulage kepala
2.3.3 Jenis Ekstraksi Forcep
1. High Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu atas panggul
(floating).Saat ini tidak dilakukan lagi karena sangat berbahaya bagi janin ataupun ibu. Sectio
cesarean lebih direkomendasikan
2. Mid Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu atas panggul (engaged),
namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak dilakukan lagi. Sectio Cesarea ataupun
vakum lebih direkomendasikan
3. Low Forceps/ Outlet Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar panggul. Cara
ini yang masih sering dipakai hingga saat ini
2.3.4 Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forcep
1. Pembukaan lengkap.
2. Panggul luas / tidak ada DKP
4. Ketuban sudah pecah.
5. Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul
6. Janin tunggal hidup
7. Ibu tidak gelisah atau kooperatif.
8. Kontraksi baik.
9. Posisi janin diketahui dengan pasti.
c. Resiko cedera pada janin b.d tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
Tujuan:
Setelah diberikan intervensi keperawatan diharapkan cidera pada janin tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
a. Janin tidak cidera
b. Pengisian kapiler normal
No. Intervensi Rasional
1 Istirahatkan ibu Dengan mengistirahatkan ibu
diharapkan metabolisme tubuh
menurun dan peredaran darah
keplasenta menjadi adekuat,
sehingga kebutuhan oksigen untuk
janin dapat dipenuhi
d. Resiko cedera pada ibu b.d edema/ hipoksia jaringan, kejang tonik klonik.
Tujuan:
Setelah diberikan intervensi keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a. Cedera tidak terjadi.
b. Tidak terjadi kejang
No. Intervensi Rasional
1 Pantau tekanan darah ibu Dengan memantau tekanan darah
ibu dapat diketahui keadaan aliran
darah ke plasenta seperti tekanan
darah tinggi, aliran darah ke
plasenta berkurang, sehingga suplai
oksigen ke janin berkurang
4. Implementasi
Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
5. Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan dimasukkan kedalam
SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat
diatasi, disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekstraksi Vakum adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk ( Cup )
vakum di kepala janin dan tekanan negatif atau suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Syarat-syarat dari tindakan vakum: Pembukaan 7
cm atau lebih, kepala di Hodge II-III, tidak ada disproporsi kepala panggul, konsistensi kepala
normal dan ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
Ektraksi forceps atau ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat
forceps. Adapun tujuan persalinan dengan ekstraksi forceps adalah: Traksi, Koreksi dan
Kompresor.
3.2 Saran
Demkian makalah tentang “asuhan keperawatan pada ibu dengan persalinan abnormal”,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa maupun bagi dosen.
2.2.3.5 Syarat
Syarat-syarat untuk dapat melakukan ekstrasksi forceps antara lain:
1. Pembukaan lengkap
2. Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
3. Presentasi kepala dan ukuran kepala cukup cunam
4. Tidak ada kesempitan panggul
5. Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
6. Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
7. Kontraksi baik
8. Ibu tidak gelisah atau kooperatif
( Bari Abdul, 2001: 502)
2.2.3.6 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
1. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit
dipegang oleh forceps
2. Anencephalus
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik
4. Kepala masih tinggi
5. Pembukaan belum lengkap
6. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih
2.2.3.7 Komplikasi
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir
yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina,
hematoma luas, robekan perineum.
Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi,
plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub
involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam
Komplikasi segera pada bayi
Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan
menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan
perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau
trauma langsung jaringan otak.
Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan
pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma
langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan
saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan
lahir yang terlepas.
Infeksi
Penyebaran infeksi makin luas
Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan
terjadinya fistula utero vaginal.
Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis
sampai meningitis.
Gangguan susunan saraf pusat
Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
5. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah
a : Pucat, terdapat chloasma gravidarum atau tidak, ekspresi wajah serta ada oedema atau tidak
: Conjungtiva warna pucat atu tidak, terdapat ikterus atau tidak pada gigi terdapat caries atau
tidak serta kebersihannya.
ut : Terdapat stomatitis atau tidak, pada gigi terdapat caries atau tidak ssrta kebersihannya.
r : Pembesaran kelenjar tiroid ada atau tudak, pembesaran vena jugularis ada atau tidak.
a : Bentuk dada simetris atau tidak, pembesaran payudara, keras, lembek, bentuk putting susu,
serta colostrum keluar atau belum.
t : Inspeksi : apa ada luka bekas SC, striae, linea
Palpasi : TFU secara normal pada hari pertama post partum setinggi pusat serta
kontraksi uterus untuk mengetahui proses involusi.
talia : Inspeksi : Kebersihan, lochia rubra,warna merah, bau serta banyaknya.
neum : Terdapat bekas episiotomi, banyaknya jahitan, oedema atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak
serta luka tampak kering atau basah.
s : Adakah haemorrhoid
emitas : atas: adakah oedema, terpasang infus atau tidak
bawah: adakah oedema, ada farices atau tidak serta reflek patela.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi Hb, asam urat, fungsi ginjal,
Urine
Pemeriksaan laboratorium bisa diulang sesuai keperluan.
7. Pemeriksaan fisikProgram pengobatan dokter
Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.
2.3.2 Analisa Data Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa kebidanan adalah hasil dari perumusan masalah yang diputuskan oleh bidan. Diagnosa
kebidanan sebagai dasar dalam menanggulangi ancaman kehidupan klien.
Diagnosa kebidanan dan masalah kebidanan yang muncul pada klien post forceps ekstraksi
indikasi eklamsi adalah:
1. P…….(APIAH) post forceps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke…..
Dasar:
Ibu melahirkan dengan forceps ekstraksi pada tanggal… jam…..
Ibu mengatakan perutnya terasa mules
TFU pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia rubra, warna merah bau anyir, jumlah…
Kejang saat hamil atau inpartu
Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital……….
2. Nyeri luka perineum
Dasar:
Ibu kesakitan bila berubah posisi
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum
Terdapat jahitan pada perineum
( Persis H, 1995: 286)
3. Nyeri rahim karena involusi
Dasar:
Ibu mengatakan perutnya terasa mules, keras dan sakit
Terdapat kontraksi uterus
Tinggi fundus uteri pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia, bau, anyir
( Persis H, 1995: 282 )
4. Cemas karena terpisah dengan bayinya
Dasar:
Ibu dirawat terpisah dengan bayinya
Ibu menanyakan keadaan anaknya
( Persis H, 1995: 282 )
5. Gangguan penglihatan
Dasar :
dengan jarak tertentu ibu tidak dapat melihat dengan jelas mata berkunang-kunang
Diagnosa potensial adalah masalah yang timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengancam
keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
1. Risiko terjadinya kejang berulang post partum
Dasar:
Ibu mekahirkan dengan forcps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke….
Desakan darah sistole >160 mmHg dan diastole > 110 mmHg
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial: pusing, penglihatan kabur dan mual
( Persis H, 1995: 107)
2. Risiko terjadinya perdarahan post partum
Dasar:
Post partum 24 jam debgan tindakan forceps ekstraksi
Kontraksi uterus lembek, TFU tidak sesuai dengan proses involusi pada hari ke…..
( Persis H, 1995: 282)
3. Risiko terjadinya infeksi nifas
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak melakukan mobilisasi dini
Pembalut terlihat penuh oleh darah
Suhu tubuh > 37,5 0 C
Terdapat jahitan pada perineum dengan tanda-tanda infeksi yaitu kolor rubor dolor dan
fungisiolase
( Persis H,1995: 286)
4. Risiko terjadinya bendungan ASI
Dasar:
Bayi dirawat terpisah dengan ibunya
Ibu belum meneteki bayinya
Putting susu terlihat kotor
Payudara teraba keras dan tegang
( Persis H, 1995:286)
5. Risiko terjadinya retensio urine sehubungan dengan trauman persalinan
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak kencing spontan
Kandung kencing penuh
( Persis H, 1995:282)
Tindakan segera merupakan tindakan berdasarkan beberapa data yang mengidentifikasikan
keadaan gawat darurat, dimana bidan harus bertindak segera untuk keselamatan jiwa ibu dan
janin. Tindakan segera untuk perawatan kebidanan pada klien masa nifas dengan post forceps
ekstraksi indikasi eklamsi untuk mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas adalah
kolaborasi dengan tim medis untuk melanjutkan terapi eklamsi.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar M. Dikman, 1995, Hipertensi Dalam Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
Bennet R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill Livingstone,
Tokyo
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media
Jakarta
Long C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah, YIA Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Bandung, Bandung
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Santosa NI, 1995, Manajemen Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo
Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta
Wirjoatmojo. K, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab/UPF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Cunningham, Leveno, dkk,2009, Obstetri Williams, Panduan ringkas edisi 21,
EGC, Jakarta.
Doenges,Marilynn E, 2001, Rencana perawatan maternal/bayi: Pedoman untuk
perencanaan dan dokumentasi perawatan klien,Penerbit Bukukedokteran
EGC,Jakarta.
Saifuddin.Abdul Bari, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
& Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta.
Bobak. lowdermilk, 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.
Website:
http//indaahdianhusada.blogspot.com/p/forcep-Ekstraksi.html. diunduh
tanggal 5 maret 2015.
http//suherna-kasmia.blogspot.com/2011/07/09/persalinan-dengan-vacum-
ekstraksi.html. diunduh tanggal 5 maret 2015.