Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan melahirkan bayi yang
sempurna (Kasdu, 2003 : iii). Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Nasional yang
terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu : setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal
mendapatkan pelayanan yang adekuat (Koesno, 2004 : 3 ). Namun, tidak jarang proses
persalinan mengalami hambatan dan memerlukan penanganan dengan ekstraksi vakum.
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Saifuddin,
2002 : 494). Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang mengancam ibu dan janin
yang memiliki indikasi untuk menjalani pelahiran pervaginam dengan bantuan alat
(Hartanto, 2005 : 536). Indikasi dan syarat dari tindakan ini antara lain : pada palpasi
abdomen kepala tidak teraba (0/5) atau teraba (1/5) sedangkan pembukaan sudah lengkap,
keterlambatan pada kala II yaitu lebih dari 60 menit pada primigravida dan 30 menit pada
multigravida, dan Ibu yang menderita kelainan atau penyakit yang melarangnya untuk
mengeran (mengedan), misalnya pada penyakit jantung, hipertensi, asma, atau
tuberkulosis berat (Depkes RI, 1995 : 6).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa mengenai vakum ekstraksi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Dapat mengetahui dan memahami definisi vakum ekstraksi


2. Dapat mengetahui dan memahami pelaksana vakum ekstraksi
3. Dapat mengetahui dan memahami indikasi vakum ekstraksi
4. Dapat mengetahui dan memahami kontraindikasi vakum ekstraksi
5. Dapat mengetahui dan memahami syarat dilakukan vakum ekstraksi

1
6. Dapat mengetahui dan memahami alat – alat vakum ekstraksi
7. Dapat mengetahui dan memahami langkah – langkah tindakanvakum ekstraksi
8. Dapat mengetahui dan memahami hal – hal yang harus diperhatikan dalam tindakan
vakum ekstraksi
9. Dapat mengetahui dan memahami kriteria kegagalan dalam tidakan vakum ekstraksi
10. Dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari tindakan vakum ekstraksi
11. Dapat mengetahui dan memahami kentungan vakum ekstraksi
12. Dapat mengetahui dan memahami kerugian vakum ekstraksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Ekstraksi vakum ialah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi
tenaga negative (vakum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.2001:331)
Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2007:495)
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
akstraksi tenaga negative (vakum) di kepalanya (Kapita Selekta, 2001).
Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2007)
vakum ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Menurut Saifudi (2002), vakum ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi ibu dan ekstraksi pada bayi.
Menurut Sarwono (2007) Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip
antara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Ekstraktor vacum adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif)
untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala. Prinsip dari cara ini adalah
mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan
demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala
bayi.Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan
pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul
caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput
succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin
melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.

2.2 Pelaksana Vakum Ekstraksi

Vakum ekstraksi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli. Adapun
pelaksana tindakan vakum ekstraksi adalah dokter dan bidan terlatih. Syarat bidan yang
boleh melakukan vakum ekstraksi, yaitu bidan yang bertugas di Rumah Sakit atau

3
minimal Puskesmas PONED bekerja sama/berada dibawah perintah dokter spesialis
obstetri ginekologi. Pelaksanaannya dilakukan minimal oleh dua bidan.

2.3 Indikasi Vakum Ekstraksi


2.3.1 Indikasi Ibu

o Power Ibu Menurun


tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, nafas cepat >
40x/mnt

o Decom Tingkat I
tanda: sesak nafas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.

o Tekanan Darah Naik


tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole

o Tidak Kuat Mengejan


penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami
penurunan.

o Adanya Kenaikan Suhu


suhu naik lebih dari normal > 37,5

o kala dua persalinan yang panjang


- > 3 jam dengan anestesi regional pada primi dan > 2 jam tanpa anestesi regional
pada primi
- > 2 jam dengan anestesi regional pada multi dan > 1 jam tanpa anestesi regional pada

multi

o penyakit jantung

o cedera atau gangguan pada paru

o gangguan neurologi

2.3.2 Indikasi Janin

o Gawat Janin
djj janin 160x/mnt
o pola frekkuensi djj mengkuatirkan
o tali pusat menumbung
o pelepasan plasenta sebelum waktunya
o dapat pula digunakan pada kepala bayi yang belum rotasi

4
2.3.3 Indikasi Waktu

o Kala II Memanjang
tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam

2.4 Kontraindikasi Vakum Ektraksi

• Ibu : ibu dengan resiko rupture uteri, ibu yang tidak boleh mengejan, CPD.
• Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala),
kepala menyusul, bayi premature, gawat janin, caput succedaneum yang sudah besar.

2.5 Syarat

Syarat-syarat dilakukan ekstraksi vakum


• Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
• Presentasi kepala
• Janin cukup bulan (tidak prematur)
• Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik)
• Anak hidup dan tidak gawat janin
• Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul)
• Kontraksi baik
• Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
• Ketuban sudah pecah atau dipecahkan aplikasi

2.6 Alat-Alat Ekstraksi Vacum

a. Mangkok ( cup )

Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedenium buatan sehingga


mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk
yaitu mangkuk yang terbuat dari baha logam dan plastic. Beberapa laporan
menyebutkan bahwa mangkuk plastic kurang traumatis disbanding dengan mangkuk
logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung
mangkuk terdapat:

• Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

5
Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction )
Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap
cairan atau udara.

b. Rantai Penghubung

Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk


denga pemegang.

c. Pipa Penghubung

Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh
tekanan negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk
dengan botol.

d. Botol

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan


yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
– Saluran manometer
– Saluran menuju ke mangkuk
– Saluran menuju ke pompa penghisap

e. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

2.7 Komplikasi

Pada fetal:

1. laserasi kulit kepala


2. hematomasubgaleal (komplikasi letal)
3. cephalhematom
4. perdarahan intrakranial

6
5. fraktur kranial
6. ikterus neonatal
7. perdarahan subkonjungtiva
8. distosia bahu
9. cidera pada nervus cranialis IV dan VII
10. erb’s palsy
11. Kematian janin

Pada maternal :

Laserasi pada vagina dan serviks

2.8 Langkah klinik

a. Persetujuan tindakan medik


b. Persiapan sebelum tindakan
1. Pasien
1) Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
2) Uji fungsi dan perlrngkapan peralatan vakum.
3) Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4) Medikamentosa
a. Oksitosin
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
5) Larutan antiseptic (povidon iodine 10%)
6) Oksigen dengan regulator
7) Instrumen
a. Set partus : 1 set
b. Vakum ekstraktor : 1 set. Klem ovum: 2
c. Cunam tampon: 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai): 2
e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1

7
2. Penolong (operator dan asisten)
1) Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kacamata pelindung: 3 set
2) Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang
3) Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang
4) Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Stetoskop dan tensimeter: 1

3. Bayi
1) Instrument
a. Penghisap lendir dan penekan lidah: 1 set
b. Kain penyeka muka dan badan: 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan): 1
d. Inkubator: 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No.23/insulin (sekali pakai): 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h. Popok dan selimut: 1
i. Alat resusitasi bayi
2) Medikamentosa
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan dekstrose 10%
3) Oksigen dengan regulator

c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan


d. Tindakan
1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan
persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi
vakum. Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien ke rumah sakit.

8
3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan
darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan
rendam dalam larutan tersebut.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru

e. Pemasangan mangkok vakum


1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati
introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkk tidak terpasang
pada bagian yang tidak rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil).
2. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah
dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk
memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan
kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan
penahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok)
secara bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit,
naikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien
harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar
tekanan abdomen menjadi lebih efektif.

f. Penarikan

1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan
lakukan penarikan dengan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar
menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada
kulit kepala bayi )
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomy
(pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong
perineum dan tidak masuk kembali.
3. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah
berturut-turut dahi, muka dan dagu.

9
2.9 Aplikasi

1. Ukuran sungkup yang digunakan harus sebesar mungkin


2. Episiotomi merupakan tindakan opsional
3. Penempatan paling penting :

a. bagian tenga sungkup harus pada titik fleksi dan 3 cm didepan ubun – ubun
belakang pada garis tengah agar sungkup lebih berada pada oksiput. Jika terdapat
kaput yang kecil, geser sungkup tersebut lebih kebelakang.
b. penempatan didepan akan meningkatkan ekstensi kepala pada saat traksi
c. penempatan yang asimetris pada salah satu sisi sutura sagitalis dapat
memperparah asinklitisme.

4. Pastikan tidak ada jaringan serviks atau vaginal yang terjepit dibawah bingkai
sungkup.
5. Naikkan tekanan hisap hingga 0,8 kg/cm 2 sampai terbentuk chignon yang baik.
Dengan sungkup yang lunak, tekanan negatif 0,8 kg/cm2 itu dapat dinaikkan dalam
waktu satu menit.
6. Traksi harus dilakukan sevara intermittan dan terkoordinir dengan kekuatan ekspulsi
ibu
7. Normalnya diperlukan 2-3 kali tarikan.
8. Prosedur ini harus ditinggalkan sesudah sungkup terlepas sebanyak 2-3 kali
9. Lepaskan tekanan vakum setelah kepala bayi dilahirkan
10. Lakukan inspeksi pada vagina dan serviks setelah bayi dilahirkan untuk
mengantisipasi kemungkinan ruptur
11. Waktu rata-rata yang diperlukan adalah 15 menit
12. Jika tidak terjadi disensus pada tarikan pertama atau jika sungkupnya terlepas
sebanyak 2 kali,lakukan evaluasi ualang situasi klinisnya
13. Sunkup yang rigid-hasil lebih baik tetapi kemungkinan trauma kepala bayi lebih besar
14. Sungkup yang lunak-angka kegagalannya lebih tinggi.
15. Aplikasi forseps setelah vakum yang gagal tidak direkomendasikan. Kegagalan
vakum diartikan sebagai kegagalan desensus kepala sesudah 2-3 tarikan dengan
kontraksi uterus yang baik.

10
2.10 Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum

a.Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar


b.Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
c.Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
d.Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
e.Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter
7 cm)
f. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
g.Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

2.11 Kriteria Kegagalan


• Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
• Mangkuk terlepas 3x
Penyebab kegagalan :
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negative dibuat terlalu cepat, selaput ketuban
melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat,
cacat otot yang sebelumnya tidak diketahui.

2.12 Keuntungan Tindakan Vakum Ekstraksi


o kemampuan rotasi kepala bayi
o trauma maternal lebih ringan
o kebutuhan akan anastesilebih sedikit
o perubahan pada tekanan intrakranial selama traksi lebih sedikit

2.13 Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum


o lebih banyak gagalnya dibandingkan forseps
o meningkatkan resiko sefalhematom
o meningkatkan resiko perdarahan retina

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekstraktor vacum adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan
negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala. Prinsip dari cara ini
adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala
bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat
pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk
menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada
otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi
yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan
negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput ini akan
hilang dalam beberapa hari.

3.2 Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini, dapat dijadikan bahan tambahan


baik dalam proses pembelajaran, maupun tambahan informasi tentang vakum
ekstraksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cuningham, F. Gary. 2006. Obstetri William. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku 1: Standart Pelayanan Kebidanan. Jakarta:


Departemen Kesehatan.

Kumar,A.2014.Penatalaksanaan Ilmu Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas &


Neonatus. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Sofyan, Mustika. 2003. 50 tahun IBI: Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus
Pusat IBI

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC.

Musbir, Wastidar. 2003. Etika dan Kode Etik Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat IBI.

13

Anda mungkin juga menyukai