PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari fisika memiliki peran besar, terutama di
dunia kesehatan, yang di dalamnya terdapat bidang keperawatan. Berbagai
proses dalam keperawatan menerapkan dan mempertimbangkan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam ilmu fisika untuk mengefektifkan tindakan
keperawatan, validitas hasil pengukuran serta keamanan dan kenyamanan
pasien. Pengetahuan tentang ilmu fisika juga digunakan untuk memahami
kondisi serta situasi yang akan dihadapi oleh perawat, seperti saat perawat
membantu dalam proses kelahiran bayi menggunakan ekstraksi vakum.
Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan melahirkan
bayi yang sempurna. Namun tidak jarang proses persalinan mengalami
hambatan dan memerlukan penanganan dengan ekstraksi vakum. Ekstraksi
vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang mengancam ibu dan janin
yang memiliki indikasi untuk menjalani kelahiran pervaginam dengan bantuan
alat. Penyebabnya antara lain yaitu memiliki penyakit jantung, keletihan dan
ketidak mampuan untuk mengedan oleh karena itu diperlukan tindakan
ekstrasi vakum untuk membantu ibu hamil dalam proses persalinan. Alasan
pemilihan ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) juga untuk
mengurangi tingginya angka operasi caesar yang membutuhkan biaya yang
tidak sedikit serta resiko operasi yang lebih besar.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita tarik rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi vakum ?
2. Apakah tujuan dari pelaksanaan ekstraksi vakum ?
3. Syarat apa saja yang diperlukan ibu hamil untuk melakukan ekstraksi
vakum ?
4. Alat-alat apa saja yang diperlukan ketika melakukan ekstraksi vakum ?
5. Apa saja tindakan yang harus dilakukan sebelum melakukan ekstraksi
vakum ?
6. Tindakan apa yang dilakukan saat melakukan persalinan dengan ekstraksi
vakum ?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan pada ekstraksi
vakum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekstraksi vakum.
2. Agar pembaca mengetahui tujuan pelaksanaan dari ekstraksi vakum.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat apa saja yang diperlukan perawat dalam
membantu proses persalinan dengan ekstraksi vakum.
4. Untuk menambah wawasan pembaca agar mengetahui alat-alat apasaja
yang diperlukan dalam ekstraksi vakum.
5. Agar pembaca mengetahui tindakan yang tepat yang perlu dilakukan
sebelum membantu proses persalinan dengan ekstraksi vakum.
6. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan saat proses
persalinan dengan menggunakan ekstraksi vakum.
7. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan
ketika melaksanakan ekstraksi vakum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi
yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan
tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Dan
caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
4
Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengejan.
Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup terbesar
(diameter 7 cm)
Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur
5
oleh tekanan negative.pipa penghubung berfungsi penghubung
tekanan negative mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat
penampungan cairan yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir
servicks, vernicks kaseosa, darah, dll )
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
– Saluran manometer
– Saluran menuju ke mangkuk
– Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
6
4) Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai): 2
5) Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
2. Penolong (operator dan asisten)
a. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kacamata
pelindung: 3 set
b. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang
c. Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang
d. Instrumen
1) Lampu sorot: 1
2) Stetoskop dan tensimeter: 1
3. Bayi
a. Instrument
1) Penghisap lendir dan penekan lidah: 1 set
2) Kain penyeka muka dan badan: 2
3) Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan): 1
4) Inkubator: 1 set
5) Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
6) Tabung 20 ml dan jarum suntik No.23/insulin (sekali
pakai): 2
7) Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
8) Popok dan selimut: 1
9) Alat resusitasi bayi
b. Medikamentosa
1) Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
2) Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
3) Epinefrin 0,01%
4) Antibiotika
5) Akuabidestilata dan dekstrose 10%
c. Oksigen dengan regulator
7
F. Tindakan yang dilakukan Saat Melakukan Ekstraksi Vakum
1. Persiapan
a. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan
pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
b. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstraksi vakum. Bila penurunan kepala di atas H IV
(0/5), rujuk pasien ke rumah sakit.
c. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin
0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung
tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
d. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru
e. Pastikan ibu hamiltidur dengan posisi litotomi
f. Setiap tindakan yang akan dilakukan dikomunisasikan kepada pasien
8
f. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak
(fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin.
Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi
lebih efektif.
3. Penarikan
a. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan,
secara simultan lakukan penarikan dengan pengait mangkuk, dengan
arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam
pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi )
b. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan
kedua. Episiotomy (pada pasien dengan perineum yang kaku)
dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk
kembali.
c. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas
hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
4. Melahirkan Bayi
a. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan
bahu depan, kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
b. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong
tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.
5. Lahirkan Plasenta
a. Suntikkan oksitosin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta
dengan menarik tali pusat dan mendorong uterus ke arah dorsokranial.
b. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian
yang lepas atau tidak lengkap).
c. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).
6. Eksplorasi Jalan Lahir
a. Masukkan speculum sim’s/L atas dan bawah pada vagina
9
b. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy
atau robekan pada dinding vagina di tempat lain.
c. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara
bergantian ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada
tidaknya robekan porsio.
d. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomy, lakukan penjahitan dan
lanjutkan ke langkah selanjutnya.
Bila dilakukan episiotomy, lanjutkan ke langkah ke 7.
7. Penjahitan Episiotomi
a. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikkan prokain 1% (yang
telah disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomy
(otot, jaringan, submukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
b. Uji hasil iinfiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi
dengan pinset bergigi.
c. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan
kain penutup perut bawah dengan kocher.
d. Dimulai dari ujung luka episiotomy bagian dalam, jahit otot dan
mukosa secara jelujur bersimpul ke arah luar kemudian tautkan
kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
e. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga
tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
f. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas
yang telah diberi larutan antiseptic.
g. Pasang kasa yang dibasahi dengan povidon iodine pada tempat jahitan
episiotomy.
8. Dekontaminasi
9. Cuci Tangan Pasca Tindakan
10
1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang
dari demikian mengurangi frekuensi SC. Tidak perlu diketahui posisi
kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping
kepala ataupun dahi, tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan
demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila
tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
2. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya
pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini
dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada
cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan
cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
3. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan
mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi).
Kerugian tindakan vakum ekstraksi:
1. Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk
pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama (kurang lebih 10
menit).Cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan
anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress (gawat janin)
alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep biasa (Ilmu
Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengetahuan tentang ilmu fisika juga digunakan oleh perawat
ketika membantu dalam proses kelahiran bayi menggunakan ekstraksi
vakum. Teknik tindakan ekstraksi vakum adalah tahapan tindakan
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negative pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vakum (ventouse)
dari malmastrom yang berfungsi untuk ekstraksi, fleksi, dan ekstensi
kepala janin, sehingga janin dapat lahir. Terdapat banyak syarat yang
harus dipatuhi ketika akan melahirkan dengan menggunakan ekstraksi
vakum, selain itu juga banyak alat-alat yang perlu disiapkan oleh perawat
ataupun orang yang akan membantu persalinan dengan ekstraksi vakum.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis menyusun makalah ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak yang perlu penulis perbaiki, hal itu dikarenakan
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan
saranyang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan makalah kedepannya.
12