Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN

EKSTRAKSI VAKUM

diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah


Keperawatan Maternitas
Dosen Pengajar :
Elis Roslianti,S.KM.,MKM

Disusun oleh:
ALIS NURMALASARI
1801277039

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jalan K.H Ahmad Dahlan No 20 Ciamis
Tahun Akademik 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN EKSTRAKSI VACUM

A. PENGERTIAN
Ekstraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malstrom.

B. ETIOLOGI
a) Kelelahan pada ibu:terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan
fisik pada ibu
b) Partus tak maju :his tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat
diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian.
c) Gawat janin:Denyut jantung janin abnormal ditandai dengan:Denyut jantung janin
irregular dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu.Bila
denyut jantung janin tidak kembali normal setelah kontraksi hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.

C. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung
(eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep.
Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan
vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.
Pathway Ekstraksi Vacum

D. KOMPLIKASI
 Ibu : Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma, Trauma jalan lahir, dan Infeksi

 Janin : Ekskoriasi kulit kepala, Sefalhematoma, Subgaleal hematoma. Hematoma ini


cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat
menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt
menimbulkan alopesia, Pendarahan intrakranial, Jaundice, Fraktur kalvikula, Kerusakan N VI
dan VII.

E. KONTRAINDIKASI
 Letak muka (kerusakan pada mata)

 Kepala menyusul

 Bayi premature (tarikan tidak boleh keras)

 Gawat janin


F. ALAT ALAT EKSTRAKSI VAKUM
1. Mangkok ( cup )
    Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat
mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang
terbuat dari baha logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastic
kurang traumatis disbanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm
sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat:
 Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

 Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung

 Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction )

Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan
atau udara.
2. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga
pemegang.
3. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan
negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang
mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll )
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
 Saluran manometer

 Saluran menuju ke mangkuk

 Saluran menuju ke pompa penghisap

5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

G. TEKNIK TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM


1. ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar
vulva ditutup dengan kain steril
2. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan
petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk
dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -0,2
kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan tekanan negative
yang bertahap ini supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik
4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau kulit
ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal
untuk kemudian dilakukan episiotomi.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan dengan
cara menarik pemegang sesuia dengan sumbu panggul. Ibujari dan jari telunjuk serta jari
tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin.
Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil
menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis,
arah tarikan berangsur-angsur dinaikan ( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir,
tekanan negative dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian
dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan
secara aktif. 

H. KEUNTUNGAN TINDAKAN EKSTRAKSI


Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian
mengurangi frekwensi SC

 Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang
kepala, samping kepala ataupun dahi.

 Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan
melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.

 Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan
8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu
sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah
robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari
kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
 Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan 
fleksi kepala ( missal pada letak dahi ). 

I. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum


Kerugian dari tindakan fukum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasanga cup sampai
dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila
ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat
janin ) alatnya relative lebih mahal disbanding dengan forcep biasa.

J. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum


 Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar

 Penurunan tekanan harus berangsur-angsur

 Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam

 Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan

 Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter
7cm)

 Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi

 Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

K. Bahaya-Bahaya Tindaka Ekstraksi Vacum


 Terhadap Ibu 

Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
 Terhadap Anak

Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari,
Konsep asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Aktivitas /istirahat
 Klien melaporkan adanya kelelahan

 Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasi

 Adanya letargi

Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.

 Integritas Ego
 Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang
dialami.

 Klien kelihatan gelisah.

 Klien kelihatan putus asa

Eliminasi
 Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, disertai tekanan intra abdomen dan
tekanan uterus.

 Dapat mengalami rabas vekal saat mengedan

 Distensi kandung kemih

Nyeri atau ketidaknyamanan


 Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.

 Timbul amnesia diantara kontraksi

 Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia control.

Pernapasan
 Terjadi peningkatan pernafasan.

Seksualitas
 Cairan amnion keluar

 Pembukaan belum penuh/penuh

 Janin tidak maju

b. Masalah Keperawatan 
 Gangguan pemenuhan ADL
 Nyeri akut

 Resti infeksi

c. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan ADL b.d kelemahan fisik
2. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan
3. Resti infeksi b.d luka jahitan perinium

d. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan. 1
Gangguan pemenuhan ADL b.d kelemahan fisik
Intervensi 
 Bimbing pasien melakukan ROM pasif sebelum melakukan ROM aktif dua kali sehari

 Ajarkan anggota keluarga cara-cara untuk membantu dalam ADL

 Ajarkan pasien atau keluarga untuk merencanakan  atau melakukan ADL

 Berikan umpan balik positif untuk pencapaian hal-hal kecil dalam perawatan diri

 Identifikasi sumber-sumber dalam sistem dukungan sosial pasien, dan pada


masyarakat yang lebih luas, yang dapat membantu dalam memenuhi ADL diluar batas
kemampuan pasien
Diagnosa Keperawatan. 2
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan
Intervensi
 Berikan informasi tentang berbagai strategi untuk menambah penurunan rasa nyeri
( relaksasi, petunjuk imageri )

 Ajarkan atau awasi pasien menggunakan strategi yang dipilih untuk menambah
penurunan rasa nyeri

 Ajarkan pasien untuk memakai daftar harian dari nyeri dan aktifitas untuk
menentukan apa yang mencetuskan atau mengurangi rasa nyeri

 Memberikan perhatian terhadap penggunaan bahasa untuk menggambarkan rasa nyeri


dan kedalamannya.
Diagnosa Keperawatan. 3
Resti infeksi b.d luka jahitan perinium
Intervensi
 Ajarkan pasien untum memilih makanan yang tinggi kalori, tinggi protein, tinggi
vitamin. Makanan tersebut dapat meningkatkan penyembuhan dan regenerasi selularserta
memproduksi limfosit

 Ikuti langkah-langkah untuk pencegahan gangguan integritas kulit

 Cuci tangan selalu sebelum kontak dengan pasien

 Ganti balut 2 kali sehari

Kesimpulan
Ekstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negative ( sedot ) pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vacuum ( ventouse ) dari
maelstrom.
Model persalinan yang dibantu ini hanya menimbulkan sedikit trauma pada jaringan ibu.
Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan komplikasi utama pada penggunaan
alat ini, namun mayoritas penyulit tersebut adalah akibat seleksi yang buruk dan pemaksaan
persalina pervaginan dengan segala resiko.
   Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat melewati perineum dapat lebih
mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat menghindari perlunya episiotomi.

Daftar Pustaka
 Azzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGC
 Bagian Obstetri dan Genokologi. (1997). Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang:
FKUI

 Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI

LAPORAN KASUS PADA PASIEN VAKUM EKSTRAKSI

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

Nama : Ny.F

Umur : 35

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kebumen jawa tengah

Suku/ bangsa : Indonesia

Tanggal MRS : 21 maret 2020

Tanggal Pengkajian : 22 maret 2020

No. Register :-

Nama Suami : Tn.I

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana (S1)

Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : kebumen jawa tengah

Suku/ Bangsa : Indonesia

B. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya riwayat abortus, SC pada persalinan


sebelumnya.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Distosia (kesulitan persalinan), Penyakit jantung,


eklampsia, Fetal distres , Janin berhenti berotasi, Posisi janin oksiput posterior atau
oksiput transverse, Ketidakmampuan mengejan, Keletihan, Kala II yang lama.

c.Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya penyakit keturunan (jantung).

C. PEMERIKSAAN FISIK

 Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.

 Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan.

 Seksualitas : adanya laserasi servik uteri dan vagina

Pada janin/bayi :

 - DJJ sebelum forsep dipasang.

 - Sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.

- Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema.

 - Perdarahan intrakranial

-  Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala.

 - Paralisis facial
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No Hasil Nilai normal


1 HB  =11,2 gr % Pria 14-15. Wanita 12-16 gr%
2 HT  = 34,0% 40-50%
3 Leukosit = 20.800/mm3 4000-10800/mm3
4 Trombosit= 321.000 150000-450000/ microliter
darah

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.

2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap
patogen.

3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.

4. Kurang pengetahuan.

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.

Batasan Karakteristik:

Subjektif : Haus

Objektif:

Hipotensi
Peningkatan frekuensi nadi

Penurunan tekanan nadi

Urin menurun/terkonsentrasi

Penurunan pengisian vena

Perubahan mental

Tujuan :

Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.

Kriteria hasil :

 TTV stabil,

 Pengisian kapiler cepat,

 Sensorium tepat, dan

 Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.

Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Membantu dalam membuat rencana
perawatan yang tepat dan
Tinjau ulang catatan kehamilan dan
memberikan kesempatan untuk
persalinan/kelahiran, perhatikan factor-
mencegah atau membatasi
faktor penyebab atau pemberat pada
terjadinya komplikasi.
situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen
plasenta tertahan, sepsis, abrupsio
plasenta, emboli cairan amniotic, atau
retensi janin mati selama lebih dari 5
mgg).
2. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi Membantu dalam membuat rencana
perdarahan; timbang dan hitung perawatan yang tepat dan
pembalut; simpan bekuan dan jaringan memberikan kesempatan untuk
untuk dievaluasi oleh dokter. mencegah atau membatasi
terjadinya komplikasi.
3. Kaji lokasi uterus dan derajat Derajat kontraktilitas uterus
kontraktilitas uterus. Dengan perlahan membantu dalam diagnosa banding.
masase penonjolan uterus dengan satu Peningkatan kontraktilitas
tangan sambil menempatkan tangan miometrium dapat menurunkan
kedua tepat di atas simfisis pubis. kehilangan darah.Penempatan satu
tangan di atas simfisis pubis
mencegah kemungkinan inversi
uterus selama masase.
4. Perhatikan hipotensi atau takikardi, Tanda-tanda ini menunjukkan
pelambatan pengisian kapiler, atau hipovolemik dan terjadinya syok.
sianosis dasar kuku, membrane mukosa, Perubahan pada TD tidak dapat
dan bibir. dideteksi sampai volume cairan
telah menurun sampai 30%-
50%. Sianosis adalah tanda akhir
dari hipoksia.
5. Pantau parameter hemodinamik, seperti Memberikan pengukuran lebih
tekanan vena sentral atau tekanan baji langsung dari volume sirkulasi dan
arteri pulmonal, bila ada. kebutuhan pengisian.
6. Lakukan tirah baring dengan kaki Perdarahan dapat menurunkan atau
ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh menghentikan reduksi aktivitas.
horizontal. Pengubahan posisi yang tepat
meningkatklan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah ke otak
dan organ vital lainnya lebih besar.
7. Pertahankan aturan puasa saat Mencegah aspirasi isi lambung
menentukan status/kebutuhan klien. dalam kejadian di mana sensorium
berubah dan atau intervensi
pembedahan diperlukan.
8. Pantau masukan dan haluaran; Bermanfaat dalam memperkirakan
perhatikan berat jenis urin. luas/ signifikansi kehilangan cairan.
Volume perfusi/ sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan haluaran 30-50
ml/jam atau lebih besar.
9. Berikan lingkungan yang tenang dan Meningkatkan relaksasi,
dukungan psikologis. menurunkan ansietas dan
kebutuhan metabolik.
10. Kaji terhadap nyeri perineal menetap Hematoma sering merupakan akibat
atau perasaan penuh pada vagina. dari perdarahan lanjut pada laserasi
jalan lahir.
11. Berikan tekanan balik pada laserasi Dapat meningkatkan hemoragi bila
labial atau perineal. laserasi servikal, vaginal atau
perineal atau hematoma terjadi.
12. Pantau klien dengan akreta plasenta Tromboplastin dilepaskan selama
(penetrasi sedikit dari miometrium upaya pengangkatan plasenta secara
dengan jaringan plasenta), HKK, atau manual yang dapat mengakibatkan
abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda koagulopati.
KID.
13. Kolaborasi Mulai infuse 1 atau 2 I.V. Perlu untuk infus cepat atau
dari cairan isotonic atau elektrolit multipel dari cairan atau produk
dengan kateter 18G atau melalui jalur darah untuk meningkatkan volume
vena sentral. sirkulasi dan mencegah pembekuan.
14. Berikan darah lengkap atau produk Membantu menentukan beratnya
darah (missal: plasma, kriopresipitat, masalah dan efek dari terapi.
trombosit) sesuai indikasi.
15. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antibiotik bertindak secara
profilaktik untuk mencegah infeksi
 oksitosin, metilergononovin maleat,
atau mungkin diperlukan untuk
prostaglandin F2ά.
infeksi disebabkan atau diperberat
pada subinvolusi uterus atau
 Magnesium sulfat (MgSO4)
hemoragi.
 Heparin

 Terapi antibiotic (berdasarkan pada


kultur dan sensitivitas terhadap
lokhia)

 Natrium bikarbonat.
16. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Membantu dalam menentukan
indikasi: jumlah kehilangan darah. Setiap ml
 Hb dan Ht darah membawa 0,5 mgHb. Pada
syok lama, hipoksia jaringan dan
 Kadar pH serum
asidosis dapat terjadi sebagai
respon terhadap metabolisme
 Trombosit, FDP, fibrinogen, dan
anaerobik.
APTT.

 Pasang kateter urinarius indwelling.


17. Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai Perbaikan pembedahan terhadap
indikasi: lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi
hematoma, dan pengangkatan
 separasi manual dan penglepasan
jaringan tertahan akan
plasenta.
menghentikan
perdarahan. Histerektomi
 pemasangan kateter indwelling besar
abdominal segera diindikasikan
ke dalam kanal servikal.
untuk perlekatan plasenta abnormal.
 Penempatan kembali uterus atau
tampon bila inverse kira-kira akan
terjadi.

Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan
terhadap patogen.

Batasan Karakteristik:

Objektif :

 Laserasi kemerahan

 Adanya pus pada laserasi

 Leukosit meningkat

Tujuan :

 Bebas dari infeksi.

 Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.


Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Tinjau ulang kondisi/faktor Kondisi dasar ibu, seperti diabetes
risiko yang ada sebelumnya. atau hemoragi, menimbulkan
potensial risiko infeksi atau
penyembuhan luka yang buruk.
Infeksi dapat mengubah
penyembuhan luka.
2. Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. Menurunkan resiko infeksi asenden.
peningkatan suhu, nadi, jumlah sel
darah putih, atau bau/warna rabas
vagina. Berikan perawatan perineal
sedikitnya setiap 4 jam.
3. Kolaborasi Lakukan persiapan kulit Menurunkan resiko kontaminan
praoperatif, scruc sesuai protokol. kulit memasuki insisi, menurunkan
risiko infeksi pascaoperasi.
4. Dapatkan kultur darah, vagina, dan Mengidentifikasi organisme yang
plasenta sesuai indikasi. menginfeksi dan tingkat
keterlibatan.
5. Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit Risiko infeksi pasca-melahirkan
(Ht), catat perkiraan kehilangan darah dan penyembuhan buruk meningkat
selama prosedur pembedahan. bila kadar Hb rendah dan
kehilangan darah berlebihan.
6. Berikan antibiotik spektrum luas Antibiotik profilaktik dapat
parenteral pada praoperasi. dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi, atau
sebagai pengobatan pada infeksi
yang teridentifikasi.

Diagnosa 3 : Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek obat/penurunan
sensasi

Batasan Karakteristik :

Objektif :
 Adanya perdarahan

 Adanya laserasi serviks uteri dan vagina

Tujuan :

Bebas dari cedera

Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Lepaskan alat prostetik (mis, Menurunkan resiko cedera
lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan kecelakaan.
perhiasan.
2. Tinjau ulang catatan persalinan, Dapat menandakan retensi urin atau
perhatikan frekuensi berkemih, menunjukkan keseimbangan cairan
haluaran, penampilan, dan waktu atau dehidrasi pada klien yang
berkemih pertama. sedang bersalin.
3. Pantau haluaran dan warna urin setelah Menunjukkan tingkat hidrasi, status
insersi kateter indwelling. Perhatikan sirkulasi dan kemungkinan trauma
adanya darah dan urin. kandung kemih.
4. Kolaborasi Dapatkan specimen urin Risiko meningkat pada klien bila
untuk analisis rutin, protein, dan berat proses infeksi atau keadaan
jenis. hipertensif ada.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan

Batasan Karakteristik:

Objektif:
 Meminta informasi

 Pernyataan salah konsep

 Perilaku berlebihan

Tujuan :

 Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum.

 Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Kaji kebutuhan belajar. Metode kelahiran ini didiskusikan
pada kelas persiapan melahirkan
anak, tetapi banyak klien gagal
untuk menyerap informasi karena
ini tidak mempunyai makna pribadi
pada waktunya. Klien yang
mengalami lagi kelahiran melalui
ekstraksi forsep/vakum tidak dapat
mengingat dengan jelas atau
memahami detil-detil melahirkan
sebelumnya.
2. Catat tingkat stress dan apakah prosedur Mengidentifikasi kesiapan klien/
direncanakan atau tidak. pasangan untuk menerima
informasi.
3. Berikan informasi akurat dengan istilah- Memberikan informasi dan
istilah sederhana. Anjurkan pasangan mengklarifikasi kesalahan konsep.
untuk mengajukan pertanyaan dan Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pemahaman mereka. mengevaluasi pemahaman klien/
pasangan terhadap situasi.
4. Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap Perkiraan satu dari 5 atau 6
pilihan alternatif kelahiran. kelahiran melalui ekstraksi
forsep/vakum, seharusnya dilihat
sebagai alternative bukan cara yang
abnormal, untuk meningkatkan
keselamatan dan kesejahteraan
maternal/ janin.
5. Gambarkan prosedur sebelum tindakan Informasi memungkinkan klien
dengan jelas, dan berikan rasional mengantisipasi kejadian dan
dengan tepat. memahami alasan intervensi/
tindakan.
6. Berikan penyuluhan setelah tindakan, Memberikan teknik untuk
termasuk instruksi latihan kaki, batuk mencegah komplikasi yang
dan napas dalam. berhubungan dengan stasis vena
dan pneumonia hipostatik.
7. Diskusikan sensasi yang diantisipasi Mengetahui apa yang dirasakan dan
selama melahirkan dan periode apa yang “normal” membantu
pemulihan mencegah masalah yang tidak
perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. 2004. Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakrta : EGC.


Internet:

Anda mungkin juga menyukai