Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROMOSI KESEHATAN tentang

PENDEKATAN PROMKES pada


PENDERITA HIV

Disusun oleh :
MELIA ERIKA
( 12211232 )

Dosen Pembimbing :
Nelwetis

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG


PRODI D- III KEBIDANAN
2013
Pendekatan Promosi Kesehatan pada Penderita
HIV/ AIDS

A. HIV/ AIDS

1. Penemu Virus HIV/AIDS

London – Dua ilmuan yang menemukan HIV berbagi Nobel Kedokteran dengan ilmuan
yang mengaitkan HPV dengan kangker rahim. Adapun kedua ilmuan ini masing- masing Barre
Sinoussi dan Luc Montagnier. Keduanya dinilai berjasa dengan penelitian mereka dalam
menemukan virus penyebab AIDS.
Komite Nobel mengatakan penemuan kedua warga perancis itu amat vital dalam membantu
para ilmuan memahami biologi dari virus yang mengancam dunia. Lebih dari 25 juta orang
meninggal karena HIV/AIDS sejak tahun 1981 dan di seluruh dunia tercatat 33 juta orang yang
mengidap virus HIV. Temuan Sinoussi dan Montagnier antara lain mendorong metode diagnose
pasien maupun dalam memeriksa darah, yang membatasi penyebaran wabah HIV/AIDS.
Walau masih belum ditemukan obat untuk HIV,dalam beberapa tahun belakangan penyakit
itu tidak lagi menjadi hukuman mati langsung bagi penderitanya. Pengobatan saat ini sudah
berhasil memperpanjang masa hidup pengidap HIV sampai puluhan tahun. Sementara itu Harald
zur Hausen, asal jerman, meraih Nobel Kedokteran karena jasanya dalam mengaitkan HPV,
atauhuman papilloma virus, dengan kangker rahim.

2. Pengertian HIV/ AIDS

AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan dari
gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan
tubuh manusia karena virus HIV, sementara HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh pada manusia. Jika seseorang terkena
virus semacam ini akan mudah terserang infeksi oportunistik atau mudah terkena tumor. Untuk
sampai saat ini, penyakit HIV AIDS belum bisa disembuhkan dan ditemukan obatnya, kalau pun
ada itu hanya menghentikan atau memperlambat perkembangan virusnya saja.

Virus HIV dan virus-virus sejenisnya seperti SIV, FIV dan lain-lain biasanya tertular melalui
kontak langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh yang didalamnya terkandung HIV,
yakni darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan virus ini
sering terjadi pada saat seseorang berhubungan intim, jarum suntik yang terkontaminasi,
transfusi darah, ibu yang sedang menyusui, dan berbagai macam bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.

AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel
T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung,
padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV
telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter
darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS.

Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala
infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+
di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah
sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya
sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat
bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh)
dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada
orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat.
Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti
tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang
terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa
varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang
akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.

3. Siklus Hidup HIV


Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti
HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10
milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite
pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi
tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer
selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
 Masuk dan mengikat
 Reverse transkripstase
 Replikasi
 Budding
 Maturasi

4. Tipe HIV
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari HIV-1
telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi.
Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi
geografisnya:
o Sub tipe A: Afrika tengah
o Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
o Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
o Sub tipe D: Afrika tengah
o Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
o Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
o Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
o Sub tipe H: Zaire,gabon
o Sub tipe O: Kamerun,gabon
o Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru
di seluruh dunia
5. Etiologi

HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV) atau human T-
cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga di sebut human T-cell lymphotrophic virus
(retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier dkk. Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan
HTLV-111 di temukan oleh Gallo di amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini
ternyata banyak di temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau
afrika,70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan penyakit. Nama lain
virus tersebut ialah HIV. Hiv TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri
atas dua untaian RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel hospes.
Virus AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah
putih spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit pembawa factor T4 (CD4). Virus ini
dapat mengakibatkan penurunan jumlah limposit T-helper secara progresif dan menimbulkan
imunodefisiensi serta untuk selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur,
virus dan parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus tersebut
akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita akan mengadakan reaksi
terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang
agaknya tidak dapat menetralisasi virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga penderita
tetap akan merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan
virusnya pada orang lain di sekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS
hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi pada beberapa orang
perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-blown.

6. Patofisiologi Virus HIV/AIDS

1. Mekanisme system imun yang normal

Sistem imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri atau virus yang masuk ke
dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. Ketika system imun melemah atau rusak oleh virus
seperti virus HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. System imun terdiri atas
organ dan jaringan limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus limfa, limfa,
tonsil, adenoid, appendix, darah, dan limfa.
o Sel B
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masing-masing sel B mampu
mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibodi spesifik.
Antibody bekerja dengan cara membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk
difagositosis (proses penelanan dan pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag. Atau dengan
membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang berhubungan dengan respon
inflamasi).
o Limfosit T
Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :
a. Regulasi sitem imun
b. Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus.

Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+, dan CD3+, yang
membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer
sel dan makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi
oleh virus atau bakteri seperti sel kanker.
o Fagosit
o Komplemen

2. Penjelasan dan komponen utama dari siklus hidup virus HIV

Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV
mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu
gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah
kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein
inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode
komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting
dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.

3. Efek dari virus HIV terhadap system imun

Infeksi Primer atau Sindrom Retroviral Akut (Kategori Klinis A). Infeksi primer berkaitan
dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke dalam tubuh. Pada waktu terjadi
infeksi primer, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, ini berarti banyak
virus lain di dalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa
yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari sindrom
retrovirol akut ini meliputi : panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat di
malam hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya
muncul dan terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa
hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi mononucleosis.
Selama imfeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan cepat. Target
virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfa dan thymus. Keadaan tersebut membuat
individu yang terinfeksi HIV rentan terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan
thymus untuk memproduksi limfosit T. Tes antibody HIV dengan menggunakan enzyme linked
imunoabsorbent assay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.

7. Bahaya AIDS

Oarang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama
hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang
berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain
itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena
sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan
bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya
sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan
menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.

8. Gejala- gejala AIDS

Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup dalam tubuhnya,
tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif
seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah+ 3 bulan. Adapun gejala-gejala AIDS itu
sendiri adalah :

 Berat badan turun dengan drastis.


 Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38 C)0
 Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
 Mencret atau diare yang berkepanjangan.
 Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI SARKOM).
 Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
 Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-kelamaan
akan berakhir dengan kematian.

9. Penularan AIDS

Sebelumnya virus AIDS tidak mudah menular virus influensa. Kita tidak usak terlalu mengucilkan
atau menjauhi penderita AIDS, karena AIDS tidak akan menular dengan cara – cara seperti di bawah
ini :

 Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal tidak mengadakan hubungan seksual ).
 Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.
 Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita AIDS.
 Makan dan minum.
 Gigitan nyamuk dan serangga lain.
 Sama-sama berenang di kolam renang

Hal-hal penyebab menularnya AIDS dapat terjadi melalui cara-cara sbb :

1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS


Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa
menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah
dapat mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat
dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa
terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk
masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).

2. Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan
kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V,
2004).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.

4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril


Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah,cairan
vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang lain yang tidak
terinfeksi bisa menularkan HIV.(PELKESI,1995).

5. Alat-alat untuk menoleh kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat tato,memotong
rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai tampa
disterilkan terlebih dahulu.

6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian


Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah
pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum
suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur,
pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV tidak menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di pakai
secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah dengan penderita
HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain.

10. Manifestasi Klinis

Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai flu biasa

sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10%

dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa

ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :

1.Infeksi HIV Stadium Pertama

Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi gejala-gejala

yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.

2.Persisten Generalized Limfadenopati

Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu malam atau

kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
3.AIDS Relative Complex (ARC)

Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi berbagai

jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan

gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung

lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase

kedua.

4.Full Blown AIDS.

Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi

sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma

kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf

pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun,

biasanya meninggal sebelum waktunya.

11. Komplikasi

a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.

b. Neurologik
1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus

(HIV)
c. Gastrointestinal

1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma

Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi

2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan

anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis

3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat

infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek ,batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek

nyeri.

12. Pemeriksaan Penunjang

1. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus structural. Hasil
positif palsu dan negative palsu jarang terjadi.

2. Untuk transmisi vertical (antibody HIV positif) dan serokonversi (antibody HIV negative),
serologi tidak berguna dan RNA HIV harus diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada amflikasi
asam nukleat.

3. Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4 diperiksa secara teratur
(setiap8=12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum pengobatan menentukan kecepatan
penurunan CD4, dan pemeriksaan pascapengobatan (didefinisikan sebagai VL <50 kopi/mL).
menghitung CD4 menetukan kemungkinan komplikasi, dan menghitung CD4 >200 sel/mm3
menggambarkan resiko yang terbatas. Adapun pemeriksaan penunjang dasar yang
diindikasikan adalah sebagai berikut :
Semua pasien CD4 <200 sel/mm3
Antigen permukaan HBV* Rontgen toraks
Antibody inti HBV+ RNA HCV
Antibody HCV Antigen kriptokukus
Antibody IgG HAV OCP tinja
Antibody Toxoplasma
Antibody IgG sitomegalovirus CD4 <100 sel/mm3
Serologi Treponema PCR sitomegalovirus
Rontgen toraks Funduskopi dilatasi
Skrining GUM EKG
Sitologi serviks (wanita) Kultur darah mikrobakterium

 HAV, hepatitis A, HBV, hepatitis B, HCV, hepatitis C


 *Antigen/antibody e HBV dan DNA HBV bila positif.
 + Antibodi permukaan HBV bila negative dan riwayat imunisasi
 Bila terdapat kontak/riwayat tuberculosis sebelumnya, pengguna obat suntik dan pasien
dari daerah endemic tuberculosis.

4. ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) adalah metode yang digunakan menegakkan


diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini
memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.

5. WESTERN blot adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan
sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaanya cukup sulit, mahal, dan
membutuhkan waktu sekitar 24 jam.

6. PCR (polymerase Chain Reaction), digunakan untuk :


a. Tes HIV pada bayi
Karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang dapat menghambat pemeriksaan secara
serologis. Seorang ibu yan menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan
penyakit tersebut. Zat kekbalan itulah yang diturunkan pada bayi melalui plasenta yang akan
mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut. (catatan : HIV
sering merupakan deteksi dari zat anti-HIV bukan HIV-nya sendiri).
b. Menetapakan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko tinggi.
c. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.
d. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah untuk HIV-2.

7. Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok berisiko, dilaksanakan 2 kali


pengujian dengan reagen yang berbeda.
8. Pemeriksaan dengan rapid test (dipstick).

13. Tata Laksana HIV


Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak

terinfeksi.

2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak

terlindungi.

3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human

Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :


1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau


sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine

2. Ribavirin

3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut

4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5. Pendidikan, untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari

stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.

6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat

reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

B. Pendekatan Promosi Kesehatan pada Penderita HIV/ AIDS

a. Pendekatan Medikal
Pendekatan yang melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan,
dengan menggunakan metode persuasive maupun peternalistik. Adapun tujuannya adalah
terbebas dari penyakit dan kecacatan yang didefenisikan secara medis seperi penyakit infeksi,
kanker, dan penyakit jantung. Sebagai contoh :memberitahu orang tua agar membawa anak
mereka untuk diimunisasi (mencegah terhadap penyakit infeksi), mengajak wanita yang sudah
menikah tanpa memandang usia untuk melakukan pap smear (mencegah kanker), dan
sebagainya.
Contoh pendekatan pada kasus HIV :
1. Memberitahu pada penderita apa penyakit yang dideritanya beserta bahaya dari penyakit
tersebut
2. Menyarankan perawatan medis yang seharusnya ia jalani untuk menangani penyakitnya
tersebut
3. Mampu mengajak kerjasama tenaga medic untuk menindak lanjuti pengobatan penderita
4. Mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang
HIV/ AIDS baik bagi masyarakat maupun penderita
b. Pendekatan Perubahan Perilaku
Perilaku adalah respons yang terdiri atas respons motorik, respons fisiologis, respons
kognitif, dan respons efektif. Tujuannya adalah mengubah sikap dan perilaku individu maupun
masyarakat supaya mereka meniru perilaku hidup sehat. Orang yang menerapkan pendekatan ini
menganggap bahwa gaya hidup sehat merupakan contoh yang paling baik bagi klien atau
masyarakat supaya masyarakat berperilaku hidup sehat. Selain itu, tanggung jawab mereka untuk
mendorong masyarakat agar mengadopsi gaya hidup sehat seperti yang dianjurkan, misalnya :
berolahraga, makan makanan yang sehat, tidak merokok, memelihara gigi, dan sebagainya.
Contoh pendekatan pada pennderita HIV/AIDS :
1. Sebelum menyarankan penderita untuk memiliki gaya hidup sehat, kita harus
mengkaji terlebih dahulu apa factor penyebab ia mendapatkan penyakit berbahaya ini
2. Kemudian berikan efek negative akibat prilaku tersebut
3. Memberikan saran agar meninggalkan prilaku buruk tersebut
4. Memberikan solusi pilihan hidup yang lebih baik untuknya
5. Memberikan motivasi agar ia mampu bangkit untuk menjadi manusia yang lebih baik
dan mampu mempertahankan kondisi tubuhnya ( meski itu sangat tipis harapan untuk
sembuh )
6. Yang paling penting kita juga harus memberikan contoh berprilaku hidup sehat
dimulai dari diri kita sendiri, agar mereka pun memiliki motivator hidup

c. Pendekatan Edukasi
Pendidikan adalah upaya persuasive atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Inforamsi tentang kesehatan disajikan, kemudian masyarakat dibantu untuk
menggali nilai dan sikap sehingga mereka dapat membuat keputusan sendiri untuk mengadopsi
praktik kesehatan yang baru sesuai dengan informasi kesehatan yang diberikan. Orang yang
mendukung pendekatan ini akan member arti tinggi proses pendidikan dan akan menghargai
individu untuk memilih perilaku sendiri.
Tujuannya adalah memberikan informasi dan memastikan pengerahuan dan pemahaman
masyarakat tentang masalah kesehatan, serta menetapkan keputusan untuk mengubah perilaku
atas dasar informasi kesehatan yang diberikan, misalnya : pekerja seks komersial diberi
penyuluhan tentang kondom dalam mencegah HIV/AIDS, ibu hamil diberi penyuluhan tentang
cara mengolah makanan yang baik dan benar, dan sebagainya.
Contoh pendekatan pada HIV/ AIDS :
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat dan khususnya penderita HIV/ AIDS
tentang apa itu HIV/ AIDS
2. Memberi pemahaman bahaya serta cara penularan HIV/ AIDS
3. Memberi pemahaman bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut
4. Memberi edukasi bagaimana seharusnya pola hidup yang harus kita miliki, yaitu berpola
hidup sehat baik jasmani dan rohani

d. Pendekatan Berpusat pada Klien


Tujuannya adalah bekerjasama dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, memilih dan membuat keputusan
sesuai dengan kepentingan dan keinginan mereka. Klien dianggap sejajar, yakni mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berkontribusi serta mempunyai hak mutlak untuk
mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri. Sebagai contoh : isu anti-merokok, dengan adanya
isu tersebut masyarakat diharapkan dapat mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan
kerjakan berkaitan dengan isu tersebut, dan sebagainya.
Peran promotor kesehatan bertindak sebagai fasilitator untuk membantu masyarakat
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan mereka agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan masalah kesehatan yang mereka temui. Pemberdayaan diri masyarakat/klien
merupakan sentral dari tujuan pendekatan berpusat pada klien.
Contoh pendekatan pada HIV/ AIDS :
1. Yang paling penting kita tidak boleh mengucilkan penderita
2. Kita mendekati penderita tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada sesama manusia
3. Kita menganggap mereka bagaikan sahabat hingga mereka pun mau berbagi rasa dengan
kita
4. Kita mampu menjadi motivator bagi mereka untuk memperbaiki kehidupannya
e. Pendekatan Perubahan Sosial
Pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi untuk mengubah
masyaarakat agar mempunyai komitmen pada kesehatan. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini dapat melakukan aksi politik atau social untuk mengubah lingkungan fisik dan
social yang mendukung kesehatan.
Adapun tujuannya adalah melakukan perubahan pada lingkungan fisik, social, dan
ekonomi, supaya mendukung lingkungan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Lingkungan fisik yang dimaksud misalnya air, tanah, dan udara, apabila salah satu dari
lingkungan fisik tersebut tercemar maka dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan. Sebagai
contoh : ibu hamil minum air yang berasal dari tanah yang tercemar oleh limbah pabrik dalam
waktu lama, maka akan menyebabkan gangguan kehamilan dan gangguan janin; untuk mencegah
supaya air tanah tidak tercemar limbah pabrik banyak aksi social yang dilakukan untuk
mendukung supaya air tanah tidak tercemar, dan sebagainya.
Contoh pendekatan pada HIV/ AIDS :

1. Membuat menset pada masyarakat bahwa HIV/ AIDS adalah penyakit yang berbahaya,

agar mereka mau mamiliki pola hidup yang sehat

2. Memberikan penyuluhan tentang apa itu HIV/ AIDS dan bahaya- bahaya yang

ditimbulkan serta cara penularannya

3. Memberikan penyuluhan bahaya sex bebas yang penyebab utama HIV/ AIDS

Anda mungkin juga menyukai