PENDAHULUAN
1
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI tanggal 9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
2
e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-
penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit
4
tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil
tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga
mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
2.3 Klasifikasi
5
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan
radang saluran pernapasan atas yang berulang
2.4 Patofsiologi
6
infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit
tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan
rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai
kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam
beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi
baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini
disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
7
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi
( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian
menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS
8
2.5 WOC Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
Virus HIV Merusak seluler monosit, limfosit B Immunocompromise
HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Organ target
Reaksi psikologis
Disfungsi Penyakit
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis anorektal Infek Gatal, sepsis, Gangguan
biliari
demensia si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Nutrisi inadekuat
Cairan berkurang
Gangguan sensori
Nutrisi inadekuat
Cairan berkurang
jalan napas
hipertermi
nyeri
nyeri
9
2.6 Manisfetasi Klinis
4. terakhir
3. Kandidiasis orofaringeal
10
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
dari 5
3. Toksoplasmosis otak
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
14. Limfoma
11
a) ELISA
b) Western blot
d) Kultur HIV
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
b. Diagnostik
12
2.8 Penatalaksanaan
a. Medis
13
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau
kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan
yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.
2.9 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV
oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
14
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus,
virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek
nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
B. Asuhan Keperawatan
2.10 Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
15
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola
tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan
lama pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya
volume nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan
pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan
penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, dan depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat
miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses
rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan
karakteristik urine.
5) Makanan/cairan
16
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali
makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat
menelan. penurunan berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya
bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga
mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih.
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas
perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi
masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi
menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman
penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki
menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau
mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat
kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon
lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal,
menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia. remor
pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis.
Hemoragi retina dan eksudat.
8) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum / local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
9) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif.
Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-
produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.
17
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi
npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning
10) Keamanan
1) Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang
sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni
kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah,
peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
2) Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis.
Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan
ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe
pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya
kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
11) Seksualitas
a. Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan
seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan.
b. Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
12) Interaksi social
a. Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis.
Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman
dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana.
b. Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
13) Penyuluhan/pembelajaran
18
a. Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini
merokok, penyalahgunaan alcohol.
b. Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
2.11 Dianosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi
dan pola hidup yang beresiko.
19
2.12 Intervensi dan Rasional
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No
Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk pengobatan dini
2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman
infeksi oportunistik dan baru.
patogen yang diperoleh di rumah sakit.
berhubungan komplikasinya dengan 2. gunakan teknik aseptik pada
3. Mencegah bertambahnya infeksi
dengan kriteria tak ada tanda- setiap tindakan invasif. Cuci tangan 4. Meyakinkan diagnosis akurat dan
imunosupresi, tanda infeksi baru, lab sebelum meberikan tindakan. pengobatan
5. Mempertahankan kadar darah yang
malnutrisi dan pola tidak ada infeksi 3. Anjurkan pasien metoda
terapeutik
hidup yang oportunis, tanda vital mencegah terpapar terhadap
beresiko. dalam batas normal, tidak lingkungan yang patogen.
ada luka atau eksudat. 4. Kumpulkan spesimen untuk tes
lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang 1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim penting lainnya metode mencegah informasikan ini
pasien) kesehatan memperhatikan transmisi HIV dan kuman patogen
20
berhubungan universal precautions lainnya. 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang
dengan infeksi HIV, dengan kriteriaa kontak 2. Gunakan darah dan cairan tubuh lain
adanya infeksi pasien dan tim kesehatan precaution bial merawat pasien.
nonopportunisitik tidak terpapar HIV, tidak Gunakan masker bila perlu.
yang dapat terinfeksi patogen lain
ditransmisikan. seperti TBC.
3 Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon fisiologis 6. Respon bervariasi dari hari ke hari
berhubungan dalam kegiatan, dengan terhadap aktivitas
7. Mengurangi kebutuhan energy
dengan kelemahan, kriteria bebas dyspnea 2. Berikan bantuan perawatan yang
8. Ekstra istirahat perlu jika karena
pertukaran oksigen, dan takikardi selama pasien sendiri tidak mampu
meningkatkan kebutuhan metabolik
malnutrisi, aktivitas. 3. Jadwalkan perawatan pasien
kelelahan. sehingga tidak mengganggu
isitirahat.
4 Perubahan nutrisi Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan 9. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari kalori dan protein yang mengunyah dan menelan. tenggorokan dan mulut
10. Menentukan data dasar
kebutuhan tubuh adekuat untuk memenuhi 2. Monitor BB, intake dan ouput
11. Mengurangi muntah
berhubungan kebutuhan metaboliknya 3. Atur antiemetik sesuai order 12. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
dengan intake yang dengan kriteria mual dan 4. Rencanakan diet dengan pasien
21
kurang, muntah dikontrol, pasien dan orang penting lainnya. keinginan pasien
meningkatnya makan TKTP, serum
kebutuhan albumin dan protein
metabolic, dan dalam batas n ormal, BB
menurunnya mendekati seperti
absorbsi zat gizi. sebelum sakit.
5 Diare berhubungan Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi dan frekuensi 1. Mendeteksi adanya darah dalam feses
dengan infeksi GI dan mengnontrol diare, feses dan adanya darah.
2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
komplikasi minimal 2. Auskultasi bunyi usus 3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
dengan kriteria perut 3. Atur agen antimotilitas dan emperburuk perforasi pada intestinal
4. Untuk menghilangkan distensi
lunak, tidak tegang, feses psilium (Metamucil) sesuai order
lunak dan warna normal, 4. Berikan ointment A dan D,
kram perut hilang, vaselin atau zinc oside
6 Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping keluarga terhadap 1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja
koping keluarga penting lain sakit pasein dan perawatannya secara konstruktif dengan keluarga.
2. Mereka tak menyadari bahwa mereka
berhubungan mempertahankan suport 2. Biarkan keluarga
berbicara secara bebas
dengan cemas sistem dan adaptasi mengungkapkana perasaan secara
3. Menghilangkan kecemasan tentang
tentang keadaan terhadap perubahan akan verbal
transmisi melalui kontak sederhana.
yang orang dicintai. kebutuhannya dengan 3. Ajarkan kepada keluaraga
22
kriteria pasien dan tentang penyakit dan transmisinya.
keluarga berinteraksi
dengan cara yang
konstruktif
23
BAB. III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien : Tn Y
Umur : 38 th
Diagnosa Medik : HIV - AIDS
Tanggal Masuk : 7 November 2014
Alamat : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru
Suku : Batak
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status perkawinan : Duda
Status pendidikan : Sarjana Pendidikan
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih,
lesu, flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
24
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014
ditemukan benjolan pada leher.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan
pola tidur.
2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernafasan.
b. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan
kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll),
mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd),
mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa,
tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.
c. Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau
tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa
terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah.
Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau
abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna,
sdan karakteristik urine.
d. Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali
makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat
menelan. penurunan berat badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan
adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada
rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna,
edema.
e. Hygiene
25
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih.
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,
aktivitas perawatan diri.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status
mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri
untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/
konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan
perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada
ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara
kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk,
tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul
reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus,
menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan
eksudat.
g. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
b. Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar,
nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
h. Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang
progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah),
produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak
pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi
npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning
i. Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis.
Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut
26
akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian,
teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena
AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri,
tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
4. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan
1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)
Masalah
No Sumber Data Etiologi
Keperawatan
1 Objektif : Virus HIV Resiko tinggi terhadap
Pasien mengatakan diare
Pasien mengatakan demam kekurangan volume
Pasien mengatakan capek Merusak seluler cairan
Pasien mengatakan mudah
lelah
Menyerang T Limfosit, sel
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu saraf, makrofag, monosit,
pasien mengatakan
limfosit B
berkeringat malam hari
Subjektif :
TTV : Immunocompromise
TD : 130/80
N : 80x/menit
S : 39 C Invasi kuman pathogen
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar Organ target
Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg
Gastrointestinal
menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB /
Diare
diare
Pasien terlihat perubahan
pada tekanan darah Cairan berkurang
27
pasien terlihat pucat
pasien terlihat sianosis
n pasien mengalami diare
pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
pasien anoreksia
turgor kulit pasien terlihat
buruk
anoreksia
28
Pasien mengatakan
berkeringat malam hari Organ target
Objektif :
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
Infeksi
S: 39 C
RR : 26x/menit
Pasien teraba benjolan di
daerah leher
Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ = 100
sel/ mm3
Pasien mengalami Takikardia
Pasien mengalami nyeri
panggul
Pasien mengalami nyeri
abdomen
29
3.4 Intervensi Dan Evaluasi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri :
1. Indicator dari volume cairan sirkulasi
terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan : 1. Pantau TTV, termasuk CVP bila
volume cairan b.d Diare (-) terpasang. Catat hipertensi, termasuk
Demam (-)
output yang perubahan postural.
Pasien tidak mudah lelah 2. Meningkatkan kebutuhan metabolism
berlebihan TTV :
dan diaphoresis yang berlebihan yang
TD: 120/80
2. Catat peningkatan suhu dan durasi
N: 80x/menit dihubungkan dengan demam dalam
S: 37 C demam. Berikan kompres hangat sesuai
meningkatkan cairan tak kasat mata
RR : 20x/menit
indikasi. Pertahankan pakaian tetap
berat badan pasien naik dari 54 kg
kering. Pertahankan kenyamanan suhu
menjadi 54+ kg 3. Indicator tidak langsung dari status
BAB / diare (-) lingkungan.
cairan.
pasien tidak terlihat pucat
sianosis (-)
4. Mempertahankan keseimbangan
pasien tidak pingsan 3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa,
umlah dan warna urin normal cairan, mengurangi rasa haus, dan
dan rasa haus.
anoreksia (-)
melembabkan membrane mukosa.
Turgor kulit baik / lembab
4. Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
1. Mungkin diperlukan untuk mendukung
/ memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak
30
Kolaborasi : adekuat, mual/muntah terus menerus.
2. Bermanfaat dalam memperkirakan
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang
kebutuhan cairan
pemberi makanan / IV
3. Membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,
kasat mata.
mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus
kurang dari selama 3 x 24 jam, diharpkan : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, dapat menyebabkan disfagia,
kebutuhan tubuh b.d Pasien tidak mudah lelah merasakan, dan menelan. penurunan kemampuan pasien untuk
Pasien tidak letih
intake yang tidak mengolah makanan dan mengurangi
Pasien tidak lesu
adekuat Nafsu makan bertambah, porsi keinginan untuk makan.
2. Indicator kebutuhan nutrisi /
makan habis 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
Pasien dapat menverna makanan pemasukan yang adekuat. Catatan :
Evaluasi berat badan dalam hal adanya
dengan baik karena adanya penekanan system
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
Berat badan naik dari 54 kg menjadi
imun, maka beberapa tes darah yang
serangkaian pengukuran berat badan dan
54+ kg
umumnya digunakan untuk menguji
pasien tidak terlihat pucat antropometrik.
pasien tidak sianosis 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin status nutrisi menjadi tidak berguna.
pasien tidak anoreksia 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
4. Catat pemasukan kalori
perasaan sehat
31
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
Kolaborasi : suplemen atau alternative metode
pemberian makanan
3 Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Untuk pengobatan dini mencegah
virus HIV-AIDS selama 3 x 24 jam, diharapkan : 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. pasien terpapar oleh kuman patogen
Demam (-) yang diperoleh di rumah sakit.
Pusing (-) 2. Mencegah bertambahnya infeksi
2. Gunakan teknik aseptik pada setiap
rasa terbakar pada kaki hilang
nyeri dada pleuritis (-) tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
TTV 3. Mencegah bertambahnya infeksi
meberikan tindakan.
TD: 120/80 2. Berikan lingkungan yang bersih dan
N: 80x/menit berventilasi baik. Periksa pengunjung /
S: 37 C staf terhadap tanda infeksi dan
RR : 20x/menit pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
benjolan di daerah leher (-)
32
Lesi (-) Kolaborasi : 1. Dilakukan untuk mengidentifikasi
Kejang (-)
1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, penyebab demam, diagnose infeksi
Dipsnea (-)
nyeri panggul (-) urine dan sputum organism, atau untuk menentukan
nyeri abdomen (-)
metode perawatan yang sesuai
tremor (-)
2. Menghambat proses infeksi. Obat-
obatan lainnya ditargetkan untuk
2. Berikan antibiotic antijamur / agen
meningkatkan fungsi imun.
antimikroba, missal : trimetroprim
Meskipun tidak ada obat yang tepat,
(bactrim, septra), nistatin (mycostatin),
zat seperti AZT ditujukan untuk
ketokonazol, pentamidin atau
menghalangi enzim yang
AZT/retrovir
memungkinkan virus memasuki
material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan
penyakit
No Tanda
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx Tangan
1 7 November 1 1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. S:
2014 mencatat hipertensi, termasuk perubahan Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.
Pasien mengatakan sudah tidak demam
postural.
33
Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah
normal lelah
O:
2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam. Diare (-)
Demam (-)
memberikan kompres hangat sesuai indikasi.
Pasien tidak mudah lelah
mempertahankan pakaian tetap kering. Pasien tidak berkeringat malam hari
mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan. TTV :
Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme
TD : 120/80
N : 80x/menit
3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan
S : 37 C
rasa haus.
RR : 20x/menit
Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /
berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5
lembab
kg
BAB /diare (-)
3. Memantau pemasukan oral dan memasukka pasien tidak terlihat pucat
sianosis (-)
cairan sedikitnya 2500 ml/hari. pasien tidak pingsan
Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan, umlah dan warna urin normal
mengurangi rasa haus, dan melembabkan anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab
membrane mukosa.
A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah
teratasi
4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang
P : intervensi dihentikan
pemberi makanan / IV
34
hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien
tidak anoreksia
35
Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan pasien tidak anoreksia
berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sudah teratasi sebagian.
3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak fisik P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
mungkin kolaborasi
Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat
3 9 November 3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.
2014 Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman O:
pathogen di RS Demam (-)
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan Pusing (-)
actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. Rasa terbakar pada kaki hilang
Hasil : tidak terjadi infeksi Nyeri dada pleuritis (-)
Pasien sudah tidak berkeringat malam hari
36
3. Memberikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf TTV :
terhadap tanda infeksi dan pertahankan TD: 120/80
kewaspadaan sesuai indikasi N: 80x/menit
Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih S: 370 C
parah RR : 20x/menit
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine
benjolan di daerah leher (-)
dan sputum Lesi (-)
Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi Kejang (-)
pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi Dipsnea (-)
nyeri panggul (-)
nyeri abdomen (-)
5. Memberikan antibiotic antijamur / agen tremor (-)
37
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus
berdasarkan terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat
kesenjangannya sangat baik.
4.3 Intervensi
Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III.
Tingkat kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi
kelompok menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus.
4.4 Implementasi
Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang
direncanakan. Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab
di evaluasi.
4.5 Evaluasi
Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat
melakukan intervensi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala
yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi
38
virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok,
mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada
sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom
ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam
penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah
berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat
perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan
pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu
dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan
pemecahan kasus.
39