Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah


sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun
oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.


Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981,
dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan
pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan
lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global,
antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005,
antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang
dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.

1
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI tanggal 9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja etiologi dari HIV ?
3. Bagaimana klasifikasi HIV ?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ?
5. Bagaimana WOC HIV ?
6. Apa saja manifestasi klinis HIV ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ?
8. Apa saja penatalaksanaan HIV ?
9. Apa saja komplikasi HIV ?
10. Apa saja asuhan keperawatan HIV ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah


untukmengetahui dan melatih kemampuan kelompok mengenai
asuhan keparawatan HIV.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV

2
e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

2.1 Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah


sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang


dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T
berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap
HIV. (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu


retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T).
Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN.
Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik
yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai
ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan
ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang
mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami
replikasi.

2.2 Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-
penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit

4
tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil
tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga
mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human


Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan
infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi
gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah
ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh)
sampai timbulnya penyakit lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

2.3 Klasifikasi

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)


mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan
memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan
HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005.
Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan
mudah ditangani pada orang sehat.

a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan


sebagai AIDS

5
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan
radang saluran pernapasan atas yang berulang

c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan


selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis


esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi.
Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO

2.4 Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami


gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala

6
infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit
tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan
rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai
kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam
beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi
baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini
disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam


masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara
progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu
5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown
AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun )
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan
dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler


makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3
tahun setelah infeksi.

7
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi
( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian
menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS

8
2.5 WOC Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
Virus HIV Merusak seluler monosit, limfosit B Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Organ target
Reaksi psikologis

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Disfungsi Penyakit
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis anorektal Infek Gatal, sepsis, Gangguan
biliari
demensia si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Nutrisi inadekuat

Cairan berkurang

Gangguan rasa nyaman :

Gangguan rasa nyaman :

Tidak efektif pol napas

Gangguan body imageapas


Tidak efekti bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Gangguan sensori
Nutrisi inadekuat
Cairan berkurang

jalan napas
hipertermi
nyeri

nyeri

9
2.6 Manisfetasi Klinis

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO


Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
aktifitas normal
2. Limfadenopati generalisata
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
Normal
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti , dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang
rekuren ,kheilitis angularis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun

4. terakhir

5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti


,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
aktivitas ditempat tidur
2. Diare kronis yang berlangsung
kurang dari 50%
3. lebih dari 1 bulan

4. Demam berkepanjangan lebih dari 1


bulan

3. Kandidiasis orofaringeal

4. Oral hairy leukoplakia

5. TB paru dalam tahun terakhir

6. Infeksi bacterial yang berat seperti


pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinisikan oleh CDC lemah , aktivitas

10
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
dari 5
3. Toksoplasmosis otak

4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1


bulan

5. Kriptokokosis ekstrapulmonal

6. Retinitis virus situmegalo

7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan

8. Leukoensefalopati multifocal progresif

9. Mikosis diseminata seperti


histoplasmosis

10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,


bronkus , dan paru

11. Mikobakterisosis atipikal diseminata

12. Septisemia salmonelosis non tifoid

13. Tuberkulosis diluar paru

14. Limfoma

15. Sarkoma Kaposi

16. Ensefalopati HIV

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV


dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya
virus tersebut dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

11
a) ELISA

b) Western blot

c) P24 antigen test

d) Kultur HIV

2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a) Hematokrit.

b) LED

c) CD4 limfosit

d) Rasio CD4/CD limfosit

e) Serum mikroglobulin B2

f) Hemoglobulin

b. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif


Mansjoer, 2000) adalah :

1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang


terkait dengan AIDS.

2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.

3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan


kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan
mulut, kulit, dan funduskopi.

4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total,


antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

12
2.8 Penatalaksanaan
a. Medis

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),


maka terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan


infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1) Memberikan dukungan mental-psikologis

13
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau
kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan
yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.

2.9 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV
oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.

14
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus,
virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek
nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.

B. Asuhan Keperawatan
2.10 Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.

15
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola
tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan
lama pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya
volume nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan
pengisian kapiler.

3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan
penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, dan depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat
miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses
rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan
karakteristik urine.
5) Makanan/cairan

16
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali
makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat
menelan. penurunan berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya
bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga
mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih.
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas
perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi
masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi
menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman
penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki
menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau
mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat
kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon
lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal,
menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia. remor
pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis.
Hemoragi retina dan eksudat.
8) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum / local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
9) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif.
Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-
produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.

17
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi
npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning
10) Keamanan
1) Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang
sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni
kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah,
peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
2) Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis.
Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan
ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe
pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya
kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
11) Seksualitas
a. Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan
seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan.
b. Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
12) Interaksi social
a. Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis.
Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman
dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana.
b. Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
13) Penyuluhan/pembelajaran

18
a. Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini
merokok, penyalahgunaan alcohol.
b. Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
2.11 Dianosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi
dan pola hidup yang beresiko.

b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi


HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.

19
2.12 Intervensi dan Rasional

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No
Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk pengobatan dini
2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman
infeksi oportunistik dan baru.
patogen yang diperoleh di rumah sakit.
berhubungan komplikasinya dengan 2. gunakan teknik aseptik pada
3. Mencegah bertambahnya infeksi
dengan kriteria tak ada tanda- setiap tindakan invasif. Cuci tangan 4. Meyakinkan diagnosis akurat dan
imunosupresi, tanda infeksi baru, lab sebelum meberikan tindakan. pengobatan
5. Mempertahankan kadar darah yang
malnutrisi dan pola tidak ada infeksi 3. Anjurkan pasien metoda
terapeutik
hidup yang oportunis, tanda vital mencegah terpapar terhadap
beresiko. dalam batas normal, tidak lingkungan yang patogen.
ada luka atau eksudat. 4. Kumpulkan spesimen untuk tes
lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order

2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang 1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim penting lainnya metode mencegah informasikan ini
pasien) kesehatan memperhatikan transmisi HIV dan kuman patogen

20
berhubungan universal precautions lainnya. 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang
dengan infeksi HIV, dengan kriteriaa kontak 2. Gunakan darah dan cairan tubuh lain
adanya infeksi pasien dan tim kesehatan precaution bial merawat pasien.
nonopportunisitik tidak terpapar HIV, tidak Gunakan masker bila perlu.
yang dapat terinfeksi patogen lain
ditransmisikan. seperti TBC.

3 Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon fisiologis 6. Respon bervariasi dari hari ke hari
berhubungan dalam kegiatan, dengan terhadap aktivitas
7. Mengurangi kebutuhan energy
dengan kelemahan, kriteria bebas dyspnea 2. Berikan bantuan perawatan yang
8. Ekstra istirahat perlu jika karena
pertukaran oksigen, dan takikardi selama pasien sendiri tidak mampu
meningkatkan kebutuhan metabolik
malnutrisi, aktivitas. 3. Jadwalkan perawatan pasien
kelelahan. sehingga tidak mengganggu
isitirahat.

4 Perubahan nutrisi Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan 9. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari kalori dan protein yang mengunyah dan menelan. tenggorokan dan mulut
10. Menentukan data dasar
kebutuhan tubuh adekuat untuk memenuhi 2. Monitor BB, intake dan ouput
11. Mengurangi muntah
berhubungan kebutuhan metaboliknya 3. Atur antiemetik sesuai order 12. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
dengan intake yang dengan kriteria mual dan 4. Rencanakan diet dengan pasien

21
kurang, muntah dikontrol, pasien dan orang penting lainnya. keinginan pasien
meningkatnya makan TKTP, serum
kebutuhan albumin dan protein
metabolic, dan dalam batas n ormal, BB
menurunnya mendekati seperti
absorbsi zat gizi. sebelum sakit.

5 Diare berhubungan Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi dan frekuensi 1. Mendeteksi adanya darah dalam feses
dengan infeksi GI dan mengnontrol diare, feses dan adanya darah.
2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
komplikasi minimal 2. Auskultasi bunyi usus 3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
dengan kriteria perut 3. Atur agen antimotilitas dan emperburuk perforasi pada intestinal
4. Untuk menghilangkan distensi
lunak, tidak tegang, feses psilium (Metamucil) sesuai order
lunak dan warna normal, 4. Berikan ointment A dan D,
kram perut hilang, vaselin atau zinc oside

6 Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping keluarga terhadap 1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja
koping keluarga penting lain sakit pasein dan perawatannya secara konstruktif dengan keluarga.
2. Mereka tak menyadari bahwa mereka
berhubungan mempertahankan suport 2. Biarkan keluarga
berbicara secara bebas
dengan cemas sistem dan adaptasi mengungkapkana perasaan secara
3. Menghilangkan kecemasan tentang
tentang keadaan terhadap perubahan akan verbal
transmisi melalui kontak sederhana.
yang orang dicintai. kebutuhannya dengan 3. Ajarkan kepada keluaraga

22
kriteria pasien dan tentang penyakit dan transmisinya.
keluarga berinteraksi
dengan cara yang
konstruktif

23
BAB. III
TINJAUAN KASUS

Tn Y disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya


(>10 tahun yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya
diluar pengawalan orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia.
Tn Y mudah lelah sehingga menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu.
Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan
vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang
seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan.
Setelah di analisa oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn Y di
diagnosa mengidap penyakit HIV.

3.1 Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien : Tn Y
Umur : 38 th
Diagnosa Medik : HIV - AIDS
Tanggal Masuk : 7 November 2014
Alamat : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru
Suku : Batak
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status perkawinan : Duda
Status pendidikan : Sarjana Pendidikan

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih,
lesu, flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg

b. Riwayat Penyakit Terdahulu


Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada
yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
d. Keluhan waktu di data

24
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014
ditemukan benjolan pada leher.

3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan
pola tidur.
2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernafasan.
b. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan
kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll),
mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd),
mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa,
tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.
c. Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau
tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa
terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah.
Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau
abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna,
sdan karakteristik urine.
d. Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali
makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat
menelan. penurunan berat badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan
adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada
rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna,
edema.
e. Hygiene

25
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih.
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,
aktivitas perawatan diri.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status
mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri
untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/
konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan
perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada
ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara
kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk,
tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul
reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus,
menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan
eksudat.
g. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
b. Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar,
nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
h. Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang
progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah),
produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak
pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi
npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning
i. Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis.
Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut

26
akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian,
teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena
AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri,
tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.

4. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan
1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)

3.2 Analisa data

Masalah
No Sumber Data Etiologi
Keperawatan
1 Objektif : Virus HIV Resiko tinggi terhadap
 Pasien mengatakan diare
 Pasien mengatakan demam kekurangan volume
 Pasien mengatakan capek Merusak seluler cairan
 Pasien mengatakan mudah
lelah
Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien mengatakan letih
 Pasien mengatakan lesu saraf, makrofag, monosit,
 pasien mengatakan
limfosit B
berkeringat malam hari
Subjektif :
 TTV : Immunocompromise
TD : 130/80
N : 80x/menit
S : 39 C Invasi kuman pathogen
RR : 26x/menit
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar Organ target
 Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg
Gastrointestinal
menjadi 54 kg
 Pasien tampak sering BAB /
Diare
diare
 Pasien terlihat perubahan
pada tekanan darah Cairan berkurang

27
 pasien terlihat pucat
 pasien terlihat sianosis
 n pasien mengalami diare
 pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
 pasien anoreksia
 turgor kulit pasien terlihat
buruk

2 Subjektif : : Virus HIV Perubahan nutrisi


 Pasien mengatakan capek kurang dari kebutuhan
 Pasien mengatakan mudah
Merusak seluler tubuh
lelah
 Pasien mengatakan letih
 Pasien mengatakan lesu Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien tidak nafsu makan
saraf, makrofag, monosit,
Objektif
limfosit B
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat badan Immunocompromise
menurun derastis dari 60 kg
menjadi 54 kg Invasi kuman pathogen
 Porsi makan klien tidak habis
 Pasien mengalami kelemahan
Organ target
otot
 Pasien terlihat pucat
 Pasien terlihat sianosis
Gastrointestinal
 Pasien anoreksia

anoreksia

3 Subjektif : Virus HIV Infeksi


 Pasien mengatakan mudah
sakit-sakitan
Merusak seluler
 Pasien mengatakan demam
 Pasien mengatakan gampang
terserang flu Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien mengatakan pusing
saraf, makrofag, monosit,
 Pasien mengatakan pusing,
limfosit B
sakit kepala
 Pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki Immunocompromise
 Pasien mengatakan nyeri dada
pleuritis
Invasi kuman pathogen

28
 Pasien mengatakan
berkeringat malam hari Organ target
Objektif :
 TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
Infeksi
S: 39 C
RR : 26x/menit
 Pasien teraba benjolan di
daerah leher
 Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ = 100
sel/ mm3
 Pasien mengalami Takikardia
 Pasien mengalami nyeri
panggul
 Pasien mengalami nyeri
abdomen

3.3 Diagnosa keperawatan


1) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang
berlebihan
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
3) Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

29
3.4 Intervensi Dan Evaluasi

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri :
1. Indicator dari volume cairan sirkulasi
terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan : 1. Pantau TTV, termasuk CVP bila
volume cairan b.d  Diare (-) terpasang. Catat hipertensi, termasuk
 Demam (-)
output yang perubahan postural.
 Pasien tidak mudah lelah 2. Meningkatkan kebutuhan metabolism
berlebihan  TTV :
dan diaphoresis yang berlebihan yang
TD: 120/80
2. Catat peningkatan suhu dan durasi
N: 80x/menit dihubungkan dengan demam dalam
S: 37 C demam. Berikan kompres hangat sesuai
meningkatkan cairan tak kasat mata
RR : 20x/menit
indikasi. Pertahankan pakaian tetap
 berat badan pasien naik dari 54 kg
kering. Pertahankan kenyamanan suhu
menjadi 54+ kg 3. Indicator tidak langsung dari status
 BAB / diare (-) lingkungan.
cairan.
 pasien tidak terlihat pucat
 sianosis (-)
4. Mempertahankan keseimbangan
 pasien tidak pingsan 3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa,
 umlah dan warna urin normal cairan, mengurangi rasa haus, dan
dan rasa haus.
 anoreksia (-)
melembabkan membrane mukosa.
 Turgor kulit baik / lembab
4. Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
1. Mungkin diperlukan untuk mendukung
/ memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak

30
Kolaborasi : adekuat, mual/muntah terus menerus.
2. Bermanfaat dalam memperkirakan
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang
kebutuhan cairan
pemberi makanan / IV
3. Membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,
kasat mata.
mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen

2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus
kurang dari selama 3 x 24 jam, diharpkan : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, dapat menyebabkan disfagia,
kebutuhan tubuh b.d  Pasien tidak mudah lelah merasakan, dan menelan. penurunan kemampuan pasien untuk
 Pasien tidak letih
intake yang tidak mengolah makanan dan mengurangi
 Pasien tidak lesu
adekuat  Nafsu makan bertambah, porsi keinginan untuk makan.
2. Indicator kebutuhan nutrisi /
makan habis 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
 Pasien dapat menverna makanan pemasukan yang adekuat. Catatan :
Evaluasi berat badan dalam hal adanya
dengan baik karena adanya penekanan system
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
 Berat badan naik dari 54 kg menjadi
imun, maka beberapa tes darah yang
serangkaian pengukuran berat badan dan
54+ kg
umumnya digunakan untuk menguji
 pasien tidak terlihat pucat antropometrik.
 pasien tidak sianosis 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin status nutrisi menjadi tidak berguna.
 pasien tidak anoreksia 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
4. Catat pemasukan kalori
perasaan sehat

31
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
Kolaborasi : suplemen atau alternative metode
pemberian makanan

1. Mungkin diperlukan untuk


1. Pertahankan status puasa jika di menurunkan muntah
2. Kekurangan vitamin terjadi akibat
indikasikan
penurunan pemasukan makanan
2. Suplemen vitamin.
dan/atau kegagalan mengunyah dan
absorpsi dalam system gi

3 Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Untuk pengobatan dini mencegah
virus HIV-AIDS selama 3 x 24 jam, diharapkan : 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. pasien terpapar oleh kuman patogen
 Demam (-) yang diperoleh di rumah sakit.
 Pusing (-) 2. Mencegah bertambahnya infeksi
2. Gunakan teknik aseptik pada setiap
 rasa terbakar pada kaki hilang
 nyeri dada pleuritis (-) tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
 TTV 3. Mencegah bertambahnya infeksi
meberikan tindakan.
TD: 120/80 2. Berikan lingkungan yang bersih dan
N: 80x/menit berventilasi baik. Periksa pengunjung /
S: 37 C staf terhadap tanda infeksi dan
RR : 20x/menit pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
 benjolan di daerah leher (-)

32
 Lesi (-) Kolaborasi : 1. Dilakukan untuk mengidentifikasi
 Kejang (-)
1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, penyebab demam, diagnose infeksi
 Dipsnea (-)
 nyeri panggul (-) urine dan sputum organism, atau untuk menentukan
 nyeri abdomen (-)
metode perawatan yang sesuai
 tremor (-)
2. Menghambat proses infeksi. Obat-
obatan lainnya ditargetkan untuk
2. Berikan antibiotic antijamur / agen
meningkatkan fungsi imun.
antimikroba, missal : trimetroprim
Meskipun tidak ada obat yang tepat,
(bactrim, septra), nistatin (mycostatin),
zat seperti AZT ditujukan untuk
ketokonazol, pentamidin atau
menghalangi enzim yang
AZT/retrovir
memungkinkan virus memasuki
material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan
penyakit

3.5 Implementasi Dan Evaluasi

No Tanda
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx Tangan
1 7 November 1 1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. S:
2014 mencatat hipertensi, termasuk perubahan  Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.
 Pasien mengatakan sudah tidak demam
postural.

33
Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi  Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah
normal lelah
O:
2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.  Diare (-)
 Demam (-)
memberikan kompres hangat sesuai indikasi.
 Pasien tidak mudah lelah
mempertahankan pakaian tetap kering.  Pasien tidak berkeringat malam hari
mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan. TTV :
Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme
TD : 120/80
N : 80x/menit
3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan
S : 37 C
rasa haus.
RR : 20x/menit
Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /
 berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5
lembab
kg
 BAB /diare (-)
3. Memantau pemasukan oral dan memasukka  pasien tidak terlihat pucat
 sianosis (-)
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.  pasien tidak pingsan
Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan,  umlah dan warna urin normal
mengurangi rasa haus, dan melembabkan  anoreksia (-)
 Turgor kulit baik / lembab
membrane mukosa.
A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah
teratasi
4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang
P : intervensi dihentikan
pemberi makanan / IV

34
hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien
tidak anoreksia

5. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,


mis.. : HB/HT
hasil : kebutuhan cairan adekuat

6. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen


hasil : membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism, menurunkan
kehilangan cairan tak kasat mata

2 8 November 2 1. Mengkaji kemampuan untuk mengunyah, S:


2014 merasakan, dan menelan.  Pasien tidak mengeluh lemah lagi
Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna
O:
makanan dengan baik, dan dapat menelan
 Pasien tidak mudah lelah
 Pasien tidak letih
 Pasien tidak lesu
2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan.
 Nafsu makan bertambah, porsi makan habis
Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat  Pasien dapat menverna makanan dengan baik
 Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg
badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian
 pasien tidak terlihat pucat
pengukuran berat badan dan antropometrik.  pasien tidak sianosis

35
Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan  pasien tidak anoreksia
berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sudah teratasi sebagian.
3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak fisik P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
mungkin kolaborasi
Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat

4. Mencatat pemasukan kalori


Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi

5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan


Hasil : muntah berkurang

6. Memberikan suplemen vitamin.


Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi

3 9 November 3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.
2014 Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman O:
pathogen di RS  Demam (-)
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan  Pusing (-)
actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.  Rasa terbakar pada kaki hilang
Hasil : tidak terjadi infeksi  Nyeri dada pleuritis (-)
 Pasien sudah tidak berkeringat malam hari

36
3. Memberikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf TTV :
terhadap tanda infeksi dan pertahankan TD: 120/80
kewaspadaan sesuai indikasi N: 80x/menit
Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih S: 370 C
parah RR : 20x/menit
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine
 benjolan di daerah leher (-)
dan sputum  Lesi (-)
Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi  Kejang (-)
pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi  Dipsnea (-)
 nyeri panggul (-)
 nyeri abdomen (-)
5. Memberikan antibiotic antijamur / agen  tremor (-)

antimikroba, missal : trimetroprim (actrim, A : masalah infeksi sudah teratasi

septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol, P : intervensi dihentikan

pentamidin atau AZT/retrovir


Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak
terjadi infeksi

37
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus
berdasarkan terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat
kesenjangannya sangat baik.

4.2 Diagnosa keperawatan


Dalam diagnosa keperawatan di kasus sesuai dengan diagnosa teori
yang ada di bab III. Tingkat kesenjangan sangat baik.

4.3 Intervensi
Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III.
Tingkat kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi
kelompok menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus.

4.4 Implementasi
Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang
direncanakan. Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab
di evaluasi.

4.5 Evaluasi
Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat
melakukan intervensi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala
yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi

38
virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok,
mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada
sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom
ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam
penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.

5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah
berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat
perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan
pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu
dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan
pemecahan kasus.

39

Anda mungkin juga menyukai