M
DENGAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)
DI RUANG CEMPAKA RSUD H SOEWONDO KENDAL
DISUSUN OLEH :
1. MUHAMAD IMRAN
2. NOVI LARASATI
3. OKKY PUJI L
4. RIZI SOFIA
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Tanda dan Gejala
2.5 . Komplikasi
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8 Komplikasi
2.9 Pengkajian
2.10 Diagnosa Keperawatan
2.11 Intervensi
3.1 Pengkajian
3.3 Perencanaan
3.4 Pelaksanaan
3.5 Evaluasi
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
danekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang
tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
2.2 Etiologi
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Muka dengan ekspresi nyeri
Gangguan tidur
Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri kronis
Perubahan berat badan
Melaporkan secara verbal dan non verbal
Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
Kelelahan
Perubahan pola tidur
Takut cedera
Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Factor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. emosi
2.3 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang
dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan
sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat
juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
Nyeri dapat disebabkan karena beberapa hal seperti stimulasi kimia, pembekakan
jaringan, spasme otot, kehamilan, inflamasib dan Agen cidera yang lain (agen biologis).
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan
dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf
bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke komu dorsalis medulla spinalis, thalamus,
dan korteks srebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan diskriminasikan sebagai kualitas
dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf
pusat.Ransangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan
karena trauma / inflamasi. Gejala yang mungkin timbul karena nyeri ini seperti tanda-tanda
inflamasi, febris(demam), perubahan denyut jantung, perubahan tekanan darah.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, ternal, elektris menjadi pontesial oksi yang dijalankan ke
system saraf pusat dengan kata lain dapat dikatakan bhwa mekanisme nyeri adalah
berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam ;
1. Nyeri nosiseptif / nyeri inflamasi yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulasi
mekanis terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neutropatik,yaitu yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf.
3. Nyeri idiopatik, nyeri dimana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik, berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai
dalam istilah nyeri osteoneuromuskuler.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
2.5 Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Monitor tanda-tanda vital
Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang)
Kompres hangat
Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan medis
Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti
gula, larutan garam/ normal saline, atau air.Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri,
hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
2.9 Pengkajian
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah,
gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu
ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat menggunakan
skala dari 0-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana
timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri
2.11 Intervensi
1. Diagnose: nyeri akut
NOC:
Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
NIC:
Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
NIC:
Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri
Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distrorsi pola pikir
dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan peran
hidup.
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif
Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan
pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi
maupun peningkatan alam perasaan
Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat yang
lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang menekankan
perubahan perilaku bersama
Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi pengendalian
pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap perilakunya sendiri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Kamis, 29 November 2018
Jam : 13.00 WIB
A. IDENTITAS PASIEN
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.k
Umur : 81 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD Sederajad
Pekerjaan : Petani
Suku/bangsa : Jawa
No. RM : 569236
: Laki-laki
: garis keturunan
: perempuan
X : meninggal
: garis perkawinan
: pasien
C. POLA FUNGSIONAL
a. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas dan tidak pernah memakai
bantuan oksigen.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan sesak nafas dan menggunakan bantuan oksigen dengan nasal kanul
3lt/mnt dengan RR=24x/mnt.
b. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan makan 3x sehari,makan nasi, lebih banyak sayur, lauk pauk dan
habis 1 porsi. Minum air putih kurang lebih 8 gelas perhari.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan saat sakit makan 3x sehari, memakan menu dari RS, bubur, sayur,
lauk pauk dan habis setengah porsi terkadang mual.
c. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidurnya dalam kualitas nyenyak. Tidur malam kurang lebih 8 jam,
tidur siang kurang lebih 2 jam.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan bisa tidur kadang terbangun karena nyeri, pusing, sesak nafas. Tidur
malam hari kurang lebih 5 jam dan tidur siang hari kurangf lebih 1 jam.
d. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan minum air putih kurang lebih 8 gelas perhari.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan minum air putih kurang lebih 8 gelas perhari.
e. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
Selama Sakit :
Pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki hingga sulit bergerak.
P: Nyeri pada kedua kaki hingga sulit bergerak.
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Kaki kiri dan kaki kanan
S: Skala 4
T: Hilang timbul
f. Kebutuhan Mobilisasi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan saat sebelum sakit pasien bebas bergerak tanpa bantuan orang lain.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan selama sakit kedua kaki terasa kram sulit bergerak, bergerak pelan-
pelan dan selama aktifitas dibantu keluarganya
g. Kebutuhan Mobilisasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 2x sehari berwarna kuning,kecoklatan,lembek.
BAK dengan frekuensi 6-7x sehari warna urine kuning,bau khas
Selama sakit :
Pasien mengatakan BAB 1x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau
khas feses. BAK dengan frekuensi 6-7x sehari warna kuning, bau khas.
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
E : 4 ( spontan )
M : 6 ( mengikuti perintah)
V : 5 ( orintasi baik )
= 15, GCS =15
c. TTV
Tekanan Darah : 113/74 mmhg
Suhu Tubuh : 36,5 C
RR :24x/ Menit
Nadi : 108x/Menit
d. Lila : 32 m
e. Kepala : Simetris,bentuk mesocephal, rambut sedikit beruban
f. Wajah : pucat, simetris, tidak ada pembekalan
g. Mata : Kemampuan penglihatan kurang baik, pandangan mata kanan
kabur
h. Hidung : simetris, tidak ada polip
i. Mulut : warna bibir pucat, tidak ada perdarahan pada gusi
j. Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
k. Leher : tidak ada pembengkakan atau pembesaran kelenjar tirod
l. Dada
Paru-paru
I : Bentuk simetris, tidak ada luka
P : tidak ada pembengkakan
P : sonor
A : suara bunyi wheezing
Jantung
I : lctus cordis terlihat
P : ictus cordis teraba di intercostal ke-5
P : bunyi irama tidak teratur
A : suara jantung S 3
m. Abdomen
I : Simetris
A : bising usus terdengar
P : tidak ada luk, normal
P : tidak ada nyeri tekan
n. Genetalia : tidak dikaji, tidak menggunakan kateter
o. Ekstrmitas atas : terpasang, infus Rl tangan kanan, kulit kering,
Bawah : ada kelemahan pada kedua kaki
E. DATA PENUNJANG
a. Hasil laborat, tanggal 27- 11- 2018
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Metode
normal
1 Farmatologi edta (D)
2 Darah lengkap
3 Eritrosit 10,97 10^3/ul 3.6 – 11 Focused flow
4 Lekosit 4,26 10^6/ul 3,8 - 5,2 Impedance
5 Hemoglobin L 11,60 g/dl 11,7-15,5 Focused flow
6 Hemotoksit L 34, 20 % 35-47 Impedance
7 MCU 80,30 Fl 80- 100 Eyanide free
8 MCH 27,20 Pg 26- 34 Hemaeglobine spe
9 MCHC 33,90 g/dl 32 – 36 Focused flow impedance
10 Trombosit 327 10^3/ul 150 – 440
11 RIW 12,30 11,5-14,5
12 PLCR 19,1
13 STF count
14 Basinofil absolute 0,08 10^3/ul 0,045-0,44
15 Basofil absolute 0,03 10^3/ul 0 – 0,2
16 Netrofil absolute 7,13 10^3/ul 1,8 – 8
17 Lim fosit absolute 3,03 10^3/ul 0,9 - 5,2
18 Monosit absolute 0,60 10^3/ul 0,16 – 1
19 Basinofil L 0,70 2–4
20 Basofil 0,30 0–1
21 Neutrofil 65,60 50 – 70
22 Lim foist 27,90 25 – 40
23 Monosit 5,50 2–8
b. Hasil pemeriksaan EKG , tanggal : 28-11-2018 : 10.00
Sinus tnchycardsa
Nonspesifec ST abnormality
Abnormal EKG
c. Pemeriksaaan laboratorium, tanggal 27-11-2018 :21.02
Pemeriksaan hasil Satuan Nilai normal Metode
Fisik klinik (Serum) B
F. ANALISA DATA
Hari/TGL Symptom Etiologi Problem
Kamis DS: pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki Agens cedera Nyeri akut
29,november hingga sulit bergerak biologis
,2018 Nyeri :
P : nyeri pada kedua kaki sulit bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : kaki kiri dan kaki kanan
S : skala 3
T : hilang timbul
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
I. IMPLENTASI KEPERAWATAN
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl Evaluasi TTD
S= pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki hingga sulit untuk bergerak
skala :3
O= post op DM ± 4 tahun kaki kanan dan kiri Nampak bengkak keadaan
umum lemas
TD :13/74 mmhg
N : 108x/Menit
S : 37,0C
RR : 24x/Menit
A= masalah nyeri belum teratasi
P= lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi analgetic
S= pasien mengatakan sesak nafas
O= keadaan umum ; lemas
- posisi pasien semi fowler
- terpasang nasal kanul O2 dan
RR:24x/Menit
A= masalah pola nafas belum teratasi
P= lanjutkan intervensi
- Monitor aliran oksigen
- Monitor TTV
- Pertahankan posisi pasien
- Atur perlatan oksigen
S= pasien mengatkan nyeri pada kedua kaki hingga sulit bergerak pasien
mengatakan pusing nyeri skala : 2
O= kaki kiri Nampak bengkak post op DM ± 4 tahun
Kaki kanan dan kiri Nampak bengkak
TD : 118/82 mmhg
N : 91x/Menit
RR: 22x/Menit
S : 36,7C
A= masalah nyeri belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Kaji skala nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi analgetic
S= pasien mengatakan sesak nafas menurun, tidak seperti kemarin
O= pasien tampak lemas
Posisi semi fowler
Terpasang nasal kanul O2,
RR: 22x/Menit
A= masalah pola nafas belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
- Monitor TTv
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Atur peralatan oksigen
S= pasien mengatakan sesak nafas menurun
O= pasien tampak lemas
Posisi pasien tirah baring
Sudah tidak terpasang nasal kanul O2
TD : 130/85 mmhg
N : 89x/Menit
RR : 20x/Menit
S : 36,5C
A= masalah nyeri belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
- Kaji skala nyeri
- Ajurakan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi analgetic