Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

M
DENGAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)
DI RUANG CEMPAKA RSUD H SOEWONDO KENDAL

DISUSUN OLEH :

1. MUHAMAD IMRAN
2. NOVI LARASATI
3. OKKY PUJI L
4. RIZI SOFIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami mengucapkan kehadirat allah SWT atas segala berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman
(Nyeri) di Ruang Cempaka RSUD H SOEWONDO KENDAL”.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


2.1 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus

BAB II : KONSEP DASAR

2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Tanda dan Gejala
2.5 . Komplikasi
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8 Komplikasi
2.9 Pengkajian
2.10 Diagnosa Keperawatan
2.11 Intervensi

BAB III : TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Perencanaan

3.4 Pelaksanaan

3.5 Evaluasi

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri
merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan
mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri
yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat diekspresikan
melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku.Nyeri yang bersifat subjektif
membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic
dan menanganinya.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum


Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar
manusia khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri).
1.2.2 Tujuan khusus
- Mengetahui definisi nyeri
- Mengetahui etiologi nyeri
- Mengetahui manifestasi klinik dari nyeri
- Mengetahui patofisiologi nyeri
- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien nyeri
- Mengetahui komplikasi nyeri
- Mengetahui penatalaksanaan nyeri
- Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien nyeri
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
danekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang
tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).

2.2 Etiologi
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
 Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
 Menunjukkan kerusakan
 Posisi untuk mengurangi nyeri
 Muka dengan ekspresi nyeri
 Gangguan tidur
 Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
 Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)

b. Nyeri kronis
 Perubahan berat badan
 Melaporkan secara verbal dan non verbal
 Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
 Kelelahan
 Perubahan pola tidur
 Takut cedera
 Interaksi dengan orang lain menurun

2. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Factor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. emosi

2.3 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang
dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan
sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat
juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).

Nyeri dapat disebabkan karena beberapa hal seperti stimulasi kimia, pembekakan
jaringan, spasme otot, kehamilan, inflamasib dan Agen cidera yang lain (agen biologis).
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan
dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf
bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke komu dorsalis medulla spinalis, thalamus,
dan korteks srebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan diskriminasikan sebagai kualitas
dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf
pusat.Ransangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan
karena trauma / inflamasi. Gejala yang mungkin timbul karena nyeri ini seperti tanda-tanda
inflamasi, febris(demam), perubahan denyut jantung, perubahan tekanan darah.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, ternal, elektris menjadi pontesial oksi yang dijalankan ke
system saraf pusat dengan kata lain dapat dikatakan bhwa mekanisme nyeri adalah
berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam ;
1. Nyeri nosiseptif / nyeri inflamasi yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulasi
mekanis terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neutropatik,yaitu yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf.
3. Nyeri idiopatik, nyeri dimana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik, berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai
dalam istilah nyeri osteoneuromuskuler.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi

2.5 Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
 Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang)
 Kompres hangat
 Mengajarkan teknik relaksasi

b. Penatalaksanaan medis
 Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
 Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti
gula, larutan garam/ normal saline, atau air.Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri,
hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
2.8 Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

2.9 Pengkajian
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah,
gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu
ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat menggunakan
skala dari 0-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana
timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri

2.10 Diagnosa Keperawatan


1. Diagnose : nyeri akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman nyaman, mual, kram
otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri

Factor yang berhubungan :


a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis

2. Diagnose : nyeri kronis


Batasan karakteristik :
Subyektif
a. Depresi
b. Keletihan
c. Takut kembali cidera
Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Wajah topeng
e. Perilaku melindungi
f. Iritabilitas
g. Perilaku protektif yang dapat diamati
h. Penurunan interaksi dengan orang lain
i. Gelisah
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi tubuh)
l. Perubahan berat badan

Factor yang berhubungan


a. Kanker metastasis
b. Cedera
c. Neurologi
d. Arthritis

2.11 Intervensi
1. Diagnose: nyeri akut
NOC:
 Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan

NIC:
 Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
 Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
 Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

2. Diagnose: nyeri kronis


NOC:
 Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat
dengan peristiwa hidup
 Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk meminimalkan
melankolia dan mempertahankan minat dengan peristiwa hidup
 Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang kognitif dan
emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap nyeri fisik
 Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan.

NIC:
 Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri
 Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
 Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distrorsi pola pikir
dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
 Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan peran
hidup.
 Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif
 Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan
pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi
maupun peningkatan alam perasaan
 Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat yang
lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
 Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang menekankan
perubahan perilaku bersama
 Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi pengendalian
pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
 Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap perilakunya sendiri.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Kamis, 29 November 2018
Jam : 13.00 WIB

A. IDENTITAS PASIEN
a. Identitas Pasien

Nama : Ny.k

Umur : 81 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD Sederajad

Pekerjaan : Petani

Suku/bangsa : Jawa

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jln. Kedung nasri

Tanggal masuk RS : 28 November 2018

No. RM : 569236

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.F
Umur : 40 TAHUN
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidian : SMA sederajat
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Kedung Nasri
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri yang memberat pada kedua kaki ketika digerakkan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pusing kurang lebih 4 hari, lemas, kedua kaki nyeri, mual kurang
lebih 4 hari. Keluarga pasien memutuskan pasien untuk dibawa periksa ke IGD RSUD
SOEWONDO KENDAL. Di IGD, dokter jaga menyarankan untuk dirawat inap di
Ruang Cempaka dengan diagnosa Diabetes mellitus pada tanggal 28 November 2018.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat magh kurang lebih 1 tahun, DM kurang lebih 5
tahun dan pasien mengatakan pernah rawat inap di RSUD H SOEWONDO KENDAL
sebanyak 4x dengan keluhan DM.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada dari pihak keluarga yang menderita penyakit
seperti yang dialami pasien.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, cuaca dan lain-lain
f. Genogram Keterangan:

: Laki-laki

: garis keturunan

: perempuan

X : meninggal
: garis perkawinan

: pasien
C. POLA FUNGSIONAL
a. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas dan tidak pernah memakai
bantuan oksigen.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan sesak nafas dan menggunakan bantuan oksigen dengan nasal kanul
3lt/mnt dengan RR=24x/mnt.
b. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan makan 3x sehari,makan nasi, lebih banyak sayur, lauk pauk dan
habis 1 porsi. Minum air putih kurang lebih 8 gelas perhari.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan saat sakit makan 3x sehari, memakan menu dari RS, bubur, sayur,
lauk pauk dan habis setengah porsi terkadang mual.
c. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidurnya dalam kualitas nyenyak. Tidur malam kurang lebih 8 jam,
tidur siang kurang lebih 2 jam.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan bisa tidur kadang terbangun karena nyeri, pusing, sesak nafas. Tidur
malam hari kurang lebih 5 jam dan tidur siang hari kurangf lebih 1 jam.
d. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan minum air putih kurang lebih 8 gelas perhari.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan minum air putih kurang lebih 8 gelas perhari.
e. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
Selama Sakit :
Pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki hingga sulit bergerak.
P: Nyeri pada kedua kaki hingga sulit bergerak.
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Kaki kiri dan kaki kanan
S: Skala 4
T: Hilang timbul
f. Kebutuhan Mobilisasi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan saat sebelum sakit pasien bebas bergerak tanpa bantuan orang lain.
Selama Sakit :
Pasien mengatakan selama sakit kedua kaki terasa kram sulit bergerak, bergerak pelan-
pelan dan selama aktifitas dibantu keluarganya
g. Kebutuhan Mobilisasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 2x sehari berwarna kuning,kecoklatan,lembek.
BAK dengan frekuensi 6-7x sehari warna urine kuning,bau khas
Selama sakit :
Pasien mengatakan BAB 1x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau
khas feses. BAK dengan frekuensi 6-7x sehari warna kuning, bau khas.

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
E : 4 ( spontan )
M : 6 ( mengikuti perintah)
V : 5 ( orintasi baik )
= 15, GCS =15
c. TTV
Tekanan Darah : 113/74 mmhg
Suhu Tubuh : 36,5 C
RR :24x/ Menit
Nadi : 108x/Menit
d. Lila : 32 m
e. Kepala : Simetris,bentuk mesocephal, rambut sedikit beruban
f. Wajah : pucat, simetris, tidak ada pembekalan
g. Mata : Kemampuan penglihatan kurang baik, pandangan mata kanan
kabur
h. Hidung : simetris, tidak ada polip
i. Mulut : warna bibir pucat, tidak ada perdarahan pada gusi
j. Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
k. Leher : tidak ada pembengkakan atau pembesaran kelenjar tirod
l. Dada
Paru-paru
I : Bentuk simetris, tidak ada luka
P : tidak ada pembengkakan
P : sonor
A : suara bunyi wheezing
Jantung
I : lctus cordis terlihat
P : ictus cordis teraba di intercostal ke-5
P : bunyi irama tidak teratur
A : suara jantung S 3
m. Abdomen
I : Simetris
A : bising usus terdengar
P : tidak ada luk, normal
P : tidak ada nyeri tekan
n. Genetalia : tidak dikaji, tidak menggunakan kateter
o. Ekstrmitas atas : terpasang, infus Rl tangan kanan, kulit kering,
Bawah : ada kelemahan pada kedua kaki
E. DATA PENUNJANG
a. Hasil laborat, tanggal 27- 11- 2018
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Metode
normal
1 Farmatologi edta (D)
2 Darah lengkap
3 Eritrosit 10,97 10^3/ul 3.6 – 11 Focused flow
4 Lekosit 4,26 10^6/ul 3,8 - 5,2 Impedance
5 Hemoglobin L 11,60 g/dl 11,7-15,5 Focused flow
6 Hemotoksit L 34, 20 % 35-47 Impedance
7 MCU 80,30 Fl 80- 100 Eyanide free
8 MCH 27,20 Pg 26- 34 Hemaeglobine spe
9 MCHC 33,90 g/dl 32 – 36 Focused flow impedance
10 Trombosit 327 10^3/ul 150 – 440
11 RIW 12,30 11,5-14,5
12 PLCR 19,1
13 STF count
14 Basinofil absolute 0,08 10^3/ul 0,045-0,44
15 Basofil absolute 0,03 10^3/ul 0 – 0,2
16 Netrofil absolute 7,13 10^3/ul 1,8 – 8
17 Lim fosit absolute 3,03 10^3/ul 0,9 - 5,2
18 Monosit absolute 0,60 10^3/ul 0,16 – 1
19 Basinofil L 0,70 2–4
20 Basofil 0,30 0–1
21 Neutrofil 65,60 50 – 70
22 Lim foist 27,90 25 – 40
23 Monosit 5,50 2–8
b. Hasil pemeriksaan EKG , tanggal : 28-11-2018 : 10.00
Sinus tnchycardsa
Nonspesifec ST abnormality
Abnormal EKG
c. Pemeriksaaan laboratorium, tanggal 27-11-2018 :21.02
Pemeriksaan hasil Satuan Nilai normal Metode
Fisik klinik (Serum) B

3,81 Mmol/L ISE


135,7 Mmol/L ISE
98,9 Mmol/L ISE
H 6,8 Mg/dl 3,4-5,7 PAP
11 u/l 0-35 IFCC
16 u/l 0-25 IFCC
48,9 Mg/dl 10,0-50,0 Enaimatik vv
H 1,09 Mg/dl 0,60-090 Enaimatik
L 6,0 u/l 7-25
3,2 g/dl 3,2-5,2 Brocecrond green
d. Terapy obat dan indikasi
Tanggal 26-27 dan tanggal 28-29
Infus RL 112 tpm -> mengenbalikan kesemibangan elektrolit dan keadaan dehidrasi
Injeksi ranitidine 2x1 amp -> tukak lambung dan 12 jari
Injeksi ceftriankson 3x1 amp -> pengobatan infeksi saluran atas bawah
Dimenhrdnt 3X1 hari -> mencegah mual muntah
ISDN 3x1 mg -> mengurangi rasa nyeri , pencegahan angina pekforis
Aspilet 1x80 mg -> pencegahan dan pengobatan trombosit
Dosioprid 1x2,5 mg -> mengobati hipertensi, gagal jantung
Strnvastatin 20 mg -> mengurangi resiko serangan jantung

F. ANALISA DATA
Hari/TGL Symptom Etiologi Problem
Kamis DS: pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki Agens cedera Nyeri akut
29,november hingga sulit bergerak biologis
,2018 Nyeri :
P : nyeri pada kedua kaki sulit bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : kaki kiri dan kaki kanan
S : skala 3
T : hilang timbul

DO: kaki Nampak bergerak sebelah kiri post op


DM, kaki kanan dan kiri Nampak sulit
bergerak:
Ku : lemas
TD :113/74 mmhg
N : 108x/M
S : 37,0C
RR : 24x/M
DS : pasien mengatakan sesak nafas Hiperventilasi Pola nafas
tidak efektif
DO : pasien tampak lemas terpasang O2 32/M
RR : 24x/M
S : 37,0C
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari/TGL Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional TTD


1 Nyeri akut b.d agens cedera 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
biologis 2. Kaji tingkat perkembangan pasien
Tujuan : setelah dilakukan tindakan nyeri 2. Mengetahui skala
keperawatan selama 3x24 jam 3. Ajurkan teknik nyeri
diharapkan nyeri pasien hilang. relaksasi 3. Mengurangi rasa nyeri
Pasien mampu mengontrol nyeri, 4. Beri posisi 4. Mengurangi nyeri
nyeri hilang, menyatakan rasa nyaman 5. Mengurangi nyeri
nyaman setelah nyeri berkurang 5. Kolaborasi
analgetic
Pola nafas tidak efektif b.d 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
hirventilasi 2. Monitor aliran perkembangan pasien
Tujuan : setelah dilakukan tindakan oksigen 2. Mengetahui
keperawatan selama 3x7 jam 3. Monitor kelancaran oksigen
diharapkan pasien tidak sesak nafas kecemasan 3. Mengetahui
KH: menunjukan jalan nafas paten, pasien terhadap kecemasan pasien
TTV normal oksigen 4. Memberi posisi
4. Pertahankan nyaman dan
posisi pasien mengurangi sesak
5. Atur peralatan nafas
oksigen 5. Memberi posisi O2
nyaman

I. IMPLENTASI KEPERAWATAN

Hari / Tgl Implementasi Respon / Hasil TTD


Mengkaji nyeri pasien S= pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki dan kaki
kiri bengkak post DM ,skala= 3
O= kaki kiri Nampak bengkak
Memberi posisi nyaman S= pasien mengatakan bersedia
O= pasien tampak posisi lurus
Kolaborasi pemberian analgetic S= pasien mengatakan bersedia
O= kolaborasi di lakukan
Memonitor aliran oksigen S= -
O= O2 3x/ Menit
Mempertahankan posisi pasien S= -
O= posisi pasien semi fowler
Mengatur peralatan oksigen S= pasien mengatakan O2 ditinggikan sedikit
O= O2 ³’⁵x/ Menit

Monitor TTV S= pasien mengatakan bersedia


O=Td : 118/82 mmhg
RR : 22 x/Menit
N : 91x/Menit
S : 36,7C
Mengkaji tingkat nyeri S= pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki sudah
sedikit berkurang , skala 2
O= kaki kiri Nampak bengkak post op DM
Memonitor kecemasan terhadap S= -
oksigen O=pasien tidak cemas
Memonitor aliran oksigen S= -
O= O2 3x/Menit
Mengajurkan teknik nafas dalam S= pasien mengatakan bersedia
O=pasien kooperatif
Memberi posisi nyaman S= -
O=posisi semi fowler
Mempertahankan posisi pasien S= pasien mengatakan sesak
O=posisi semi fowler
Mengatur peralatan oksigen S= pasien mengatakan air O2 habis
O=O2 diisi dengan 3x/Menit
S= pasien mengatakan nyeri berkurang pada kedua
Mengkaji tingkat nyeri kaki, skala 1
O=kaki kiri masih bengkak tidak seperti kemarin post
DM
Memonitor kecemasan pasien S= pasien mengatakan tidak cemas dan tidak sesk lagi
oksigen O= O2 dilepas
Kolaborasi analgetic S= -
O=kolaborasi dilakukan
Memberi posisi pasien nyaman S= -
O= posisi pasien nyaman dengan posisinya
Memonitor TTV S= pasien mengatakan bersedia
O= RR : 20x/Menit
Memonitor TTV S= pasien mengatakan bersedia
O=TD: 130/85 mmhg
N : 89x /Menit
RR : 20x/Menit
S : 36,5C

J. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl Evaluasi TTD
S= pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki hingga sulit untuk bergerak
skala :3
O= post op DM ± 4 tahun kaki kanan dan kiri Nampak bengkak keadaan
umum lemas
TD :13/74 mmhg
N : 108x/Menit
S : 37,0C
RR : 24x/Menit
A= masalah nyeri belum teratasi
P= lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi analgetic
S= pasien mengatakan sesak nafas
O= keadaan umum ; lemas
- posisi pasien semi fowler
- terpasang nasal kanul O2 dan
RR:24x/Menit
A= masalah pola nafas belum teratasi
P= lanjutkan intervensi
- Monitor aliran oksigen
- Monitor TTV
- Pertahankan posisi pasien
- Atur perlatan oksigen
S= pasien mengatkan nyeri pada kedua kaki hingga sulit bergerak pasien
mengatakan pusing nyeri skala : 2
O= kaki kiri Nampak bengkak post op DM ± 4 tahun
Kaki kanan dan kiri Nampak bengkak
TD : 118/82 mmhg
N : 91x/Menit
RR: 22x/Menit
S : 36,7C
A= masalah nyeri belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Kaji skala nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi analgetic
S= pasien mengatakan sesak nafas menurun, tidak seperti kemarin
O= pasien tampak lemas
Posisi semi fowler
Terpasang nasal kanul O2,
RR: 22x/Menit
A= masalah pola nafas belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
- Monitor TTv
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Atur peralatan oksigen
S= pasien mengatakan sesak nafas menurun
O= pasien tampak lemas
Posisi pasien tirah baring
Sudah tidak terpasang nasal kanul O2
TD : 130/85 mmhg
N : 89x/Menit
RR : 20x/Menit
S : 36,5C
A= masalah nyeri belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
- Kaji skala nyeri
- Ajurakan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi analgetic

Anda mungkin juga menyukai