Anda di halaman 1dari 108

LAPORAN STASE MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SITI FATIMAH

Disusun Oleh :

Pembimbing akademik :
Ilit puspita, S.Kep., Ns.,M.Kes

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKTI TINGGI

PROGRAM PROFESI NERS


TAHUN PELAJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah seminar ini. Makalah ini akan membahas tentang
“Laporan Stase Manajemen Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Siti Fatimah”.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami
buat. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua
pihak untuk perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermaanfaat
bagi yang membaca khususnya mahasiswa/i IKesT Muhammadiyah
Palembang .

Palembang, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang........................................................................................ 1
B. Tujuan ................................................................................................... 3
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................... 3
C. Peserta ................................................................................................... 4
D. Metode Pengambilan Data .................................................................... 5
E. Kategori Penilaian ................................................................................. 5
BAB II Hasil Pengkajian
A. Profil dan Gambaran Umum Tentang Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Fatimah Palembang ......................................................................... 6
B. Unsur (Teori Dan Data) Dan Analisis Input ......................................... 11
C. Unsur (Teori Dan Data) Dan Analisis Proses........................................
D. Unsur (Teori Dan Data) Dan Analisis Output ......................................
BAB III Masalah dan Perencanaan Identifikasi Masalah
A.Identifikasi Masalah .........................................................................
B. Analisa SWOT ......................................................................................
C.Skoring ...................................................................................................
D. Prioritas Masalah ..................................................................................
E. Planning Of Action ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok
yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang
terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi
manajemen di rumah sakit (Nursalam, 2011).
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan
pelayanan jasa kesehatan seringkali menimbulkan tekanan psikologis dan
ekonmi bagi konsumennya. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO, 2012). Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik (Kuntoro, 2010).
Salah satu tujuan pelayanan asuhan keperawatan adalah memelihara
kesehatan. Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan
(WHO, 2012). Sejalan dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya
keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang-
Undang N0. 23 Tahun 1992, dimensi kesehatan mencakup 4 aspek, yakni:
fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes, 2013 dalam
Sitorus dan Panjaitan, 2015).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Menurut UU No. 38 tahun 2014, perawat adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun diluar
negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat dalam kaitannya dengan
pelayanan kesehatan yakni memberikan asuhan keperawatan langsung
pada pasien (Depkes RI, 2016).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses
profesionalitas (Satrianegara dan Siti, 2009).
Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar dapat
menjadikan kepuasan pasien yang tergantung pada kualitas pelayanan.
Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi
keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu
pelayanan dikatakan baiuk oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah
jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan
menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima
(memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk lamanya waktu
pelayanan) (Marquis dan Huston, 2009).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali
datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk
berdasarkan lima prinsip service quality yaitu kecepatan, ketepatan,
keramahan dan kenyamanan pelayanan. Dan pelayanan tersebut harus
dikelola secara professional melalui manajemen keperawatan (Nursalam,
2011).
Maka dalam manajemen keperawatan inilah mahasiswa program
porfesi ners IKesT Muhammadiyah Palembang diharapkan mampu
mengaplikasikan pengetahuan managerialnya dan mengelola ruangan
dengan pendekatan proses manajemen keperawatan di Ruang Ponek
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami manajemen keperawatan baik
pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan
klinik

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan kemampuan dalam hal :
a. Melakukan pengkajian di Ruang Ponek Rumah Sakit Umum
Daerah Siti Fatimah
b. Menganalisis dan memprioritaskan masalah di Ruang Ponek
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
c. Melaksanakan POA
d. Membuat analisis SWOT
e. Melakukan pengorganisasian dengan konsep manajemen
keperawatan di Ruang Ponek Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Fatimah

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Oleh
Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
dilaksanakan di Ruang Ponek Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
dari tanggal 12 April s/d 24 April 2021.

D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan Mahasiswa
Program Profesi Ners IKes prima nusantra bukit tinggi terdiri dari 21
mahasiswa yaitu :
a. Destri Utari S
b. Devi Pradina
c. Diah Ayu Putri
d. Dwi Tya Danta
e. Ebing Sofyan
f. Indah Noerjanah
g. Jemi Budiman
h. Joko Hendra Saputra
i. Lidya Berta
j. M. Rizki Hidayatullah
k. Nanda Efrianti
l. Regki Anggriani
m. Riska Falentina
n. Rizka Nabillah
o. Rizki Suci Wulandari
p. Siti Masnawati
q. Sri Erni Agustini
r. Sukrismiati Ningsih
s. Susanti
t. Umi Chania
u. Yurika Putri R
2. Pembimbing
Pembimbing akademik dalam stase manajemen keperawatan ini yaitu:
Ilit Puspita, S.Kep., Ns., M.Kes
E. Metode pengambilan Data
Metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan metode kuesioner,
observasi, dan wawancara.
1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengobervasi secara langsung
seluruh kegiatan yang ada diruangan.
2. Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan
wawancara secara lisan kepada narasumber seperti kepala ruangan,
ketua tim, perawat pelaksana, pasien serta keluarga pasien.
3. Study dokumen yaitu pengambilan data dari rekam medik. Kepala
Ruangan
F. Kategori Penilaian
Berdasarkan kesepakatan kelompok, penilaian untuk hasil instrument
dikategorikan menjadi 4 yaitu, sebagai berikut :
1. Sangat Baik : 76 – 100 %
2. Baik : 51 – 75 %
3. Cukup : 26 – 50 %
4. Buruk : 1 – 25 %
9

BAB II
PENGKAJIAN DATA

A. Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Provinsi Sumatera Selatan
1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Provinsi Sumatera Selatan
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan merupakan Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang dibangun atas inisiatif
Gubernur Sumatera Selatan Bapak Ir. H. Alex Noerdin untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya daerah Palembang dan
sekitarnya. Pembangunan rumah sakit menggunakan anggaran Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Rumah sakit ini merupakan milik
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan akan dikelola sebagai badan
layanan umum daerah yang mempunyai kewenangan dalam mengelola
rumah sakit secara mandiri. Sehingga dengan status BLUD tersebut
diharapkan rumah sakit ini dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
profesional dan bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Pendirian RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan di Palembang adalah sebuah rencana
yang sangat strategis dan cukup penting untuk mendukung Asian Games
2018 dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi Sumatera
Selatan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B yang mempunyai
fasilitas lengkap di Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi rumah sakit ini
terletak di Jalan Kol. H. Burlian Km 6.5 Palembang, berdampingan dengan
RS Mata dan RS Gigi Mulut yang berada di luas lahan 14 hektar. Rumah
sakit ini mempunyai 400 kapasitas tempat tidur, yang akan dibuka secara
bertahap dalam rangka persiapan sarana dan prasarana untuk mewujudkan
pelayanan yang berkualitas.
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan memiliki IGD khusus
masalah perinatology dan kebidanan yaitu ruang Ponek. Penulis melakukan
pengkajian di unit kerja ruang ponek yang terdiri dari ruang tunggu, ruang
ponek, ruang eklamsi, ruang bersalin I, ruang bersalin II dan ruang isolasi.
10

Pada ruang tersebut terdapat 1 bed disetiap ruang. Dan juga terdapat 3
incubator dan bed bayi 1.

Gambar 2.1 RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan

2. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Provinsi Sumatera Selatan
a. Motto
“Kami selalu terdepan melayani kesehatan anda”.
b. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Umum Rujukan Provinsi dan Rumah
Sakit Pendidikan yang mewujudkan pelayanan yang bermutu,
professional, efisien dengan standar pelayanan kelas dunia.
c. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu,
prima, informatif, dan efektif dengan tetap memperhatikan aspek
sosial kemasyarakatan.
2) Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan keramahan,
kecepatan, keselamatan, keamanan, kemudahan, dan kenyamanan.
3) Memberikan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat
rujukan tertinggi dengan menggunakan teknologi modern dan
pelayanan kesehatan secara komprehensif kepada masyarakat.
4) Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan
sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
11

5) Menciptakan SDM yang mempunyai daya saing tinggi dan loyal


terhadap organisasi.
6) Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang
terintegrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
7) Menjalin kerja sama dengan institusi terkait untuk meningkatkan
kinerja.
8) Mewujudkan sistem manajemen Rumah Sakit yang mampu
meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dan menjamin
kepastian hukum secara transparan, akuntabel, dan auditabel.
9) Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekitar.

3. Direksi dan Pegawai


a. Direksi
1) Direktur RSUD : dr. Syamsuddun Isaac Suryamanggala, Sp. OG (plt)
2) Wakil Direktur Medik dan Keperawatan : dr. Asep Zainuddin, Sp. PK
3) Wakil Direktur SDM, Humas dan Protokol, Pemasaran dan Kemitraan
: dr. Syamsuddun Isaac Suryamanggala, Sp. OG (plt)
4) Wakil Direktur Umum, Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik
Daerah : MeidiArtata, S.E., Ak., M.Comm
b. Pegawai
Keseluruhan pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Palembang pada tahun 2021, pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Fatimah Palembang terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum,
Perawat, Bidan, dan Non-medis.
Di Ruang Ponek jumlah perawat dan bidan sendiri terdapat 14
pegawai beserta kepala ruangan, ketua tim, dan pj shift.
12

4. Fasilitas dan Pelayanan


Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RSUD
Siti Fatimah Provinsi Sematrea Selatan mempunyai pelayanan sebagai
berikut :
a. Fasilitas Umum
1) Bank Sumsel Babel
2) Area Parkir Kendaraan
3) Ruang Tunggu
b. Pelayanan Khusus
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Rawat Inap
4) Instalasi Laboratorium
5) Instalasi Radiologi
6) Medical Check Up
9

5. Struktur Organisasi
9

A. Denah Ruang IGD RSUD Siti Fatimah

Nurse
R. Kepala Ruangan R. Neonatus R. Linen Statio Ruang Tunggu
n

Ruang
Isolasi
R. Bersalin II Pentri R. Bersalin I R. Eklamsi R. Ponek
10

B. Unsur Input
1. Row Input
a. Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau
mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima
dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan
(Wilhamda, 2012).
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya
menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan
mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan
(Wilhamda, 2012). Total pasien di IGD RSUD Siti Fatimah pada
bulan Januari hingga Maret 2021 adalah 89 orang.
Tabel 2.1
Jumlah Pasien Dari Bulan Januari – Maret 2021
di IGD RSUD Siti Fatimah Palembang
No Bulan Jumlah
1 Januari
2 Febuari 7
3 Maret
Total
Sumber : Data Primer IGD 2021

Tabel 2.2
Penyakit Terbanyak periode Bulan Januari – Maret 2021
di IGD RSUD siti Fatimah Palembang

No. Penyakit Januari Februari Jumlah


Maret
1.
2.

Dari data tabel 2.2 dapat dilihat bahwa data igd di bagi menjadi 2
golongan Kebidanan dan perinatologi yaitu dari 89 kasus yang terjadi
sebagian besar berasal dari Kasus Kebidanan 60 (%) dan Kasus
perinatologi 29 (15%).
11

b. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal atau pendidikan non formal, pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan,
menurut kepala ruangan Ponek, maksimal mahasiswa yang praktik
berjumlah 7 orang dalam satu shift. kompetensi yang harus di capai oleh
mahasiswa praktikkan seperti vital sign, kompress hangat persiapan
pemberian obat baik itu obat oral maupun obat injeksi yang di sesuaikan
dengan kompetensi yang harus di capai berdasarkan buku panduan yang
dibawa oleh praktikkan di ruangan. Mengenai sistem bimbingan,
bimbingan bersama pembimbing lapangan dapat dilakukan perhari atau
bisa juga per tiga hari observasi.

2. Instrumental Input
a. MAN (Sumber Daya Manusia)
3. Instrumental Input
b. MAN (Sumber Daya Manusia)
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukkan pada individu,
keluarga dan masyarakat ( Depkes RI, 2002). Menurut UU no 38 tahun
2014, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Pendekatan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Berdasarkan hasil data diruangan ponek didapatkan jumlah tenaga
pelaksanaan diruang. kepala ruang berpendidikan D3 Kebidana, D IV
Kebidan 1 orang, D3 Kebidanan 8 Orang , D3 Keperawatan 2 orang,
dan profesi Ners 2 orang. memiliki tenaga Kesehatan berjumlah 14
12

perawat dengan kualifikasi Pendidikan yang tertera diatas. Dari 14


tenaga Kesehatan yang ada, dilakukan dalam satu kelompok tim, yang
pelaksanaanya sudah ditentukan oleh Kepala Ruang. Perawat di Ruang
Ponek dibagi menjadi 3 shift jaga, yaitu :
1) Karu : 1 Orang
2) Katim : 1 Orang
3) Shift Pagi : 2 Orang
4) Shift Sore : 2 Orang
5) Shift Malam : 2 Orang
6) Libur Lepas Malam : 2 orang
7) Cuti : 1 orang

Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap


adalah Kepala ruangan, Ketua Tim serta perawat lain sesuai jadwal
shift. Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang
Ponek adalah sebagai berikut
Tabel 2.3
Jumlah Pasien yang Didapatkan Selama Obervasi 2 Hari yang
Dilakukan Pada Tanggal 16 April – 17 April 2021

Tanggal Jumlah Pasien


14 Maret 2021 3
15 Maret 2021 3
Total 6
Rata-rata 3

1) Model Pendekatan dalam Perhitungan Kebutuhan Tenaga


Keperawatan
Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat dilakukan
dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah :

a) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut Depkes RI:


Loss day

Non Nursing
Loss Day = Jumlah hari minggu Job + cuti + hari besar
dalam 1 tahun xjumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif
13

Non Nursing Job

Non Nursing Job= (jumlah tenaga keperawatan + loss day ) 25


100

 Berdasarkan tingkat ketergantungan rata – rata jumlah jam


perawatan
- Askep minimal 2 jam
- Askep sedang 3,08 jam
- Askep agak berat 4,15 jam
- Askep maksimal 6,16 jam
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasidi ruangan didapatkan jumlah
tenaga medis di ruang Ponek terdiri dari 1 Kepala ruangan , 1
Ketua tim, 4 PJ shift dan 8 orang perawat pelaksana dan dibagi
menjadi 3 shift jaga yaitu :
- Shift pagi : 07.00 - 14.00 WIB
- Shift sore : 14.00 - 21.00 WIB
- Shift malam : 21.00 - 07:00 WIB
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat
Ruang Ponek adalah sebagai berikut :
a) Menurut Rumus Depkes RI 2005
Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan rumus
ini berdasarkan observasi pada tanggal 23-24 April 2021
berjumlah :
Tanggal Jumlah Pasien
14 23 april 2021 27 orang
24 april 2021 11 orang
Total 38 orang
Rata-rata 19
14

Jumlah jam perawatan/ hari = jumlah klien x rata-rata


perawatan
= 19 x 4 jam = 76 Jam
-                        Kebutuhan Tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari

Jam efektif perawat


= 76 : 7
= 10,8 Jadi 11 Orang
 Loss Day

( jumlah hari minggu dalam1 tahun+ cuti+hari besar ) x jumlah perawat


Lossday=
Jumlahhari kerja efektif
( 52+12+10 ) x 20
= (52+6+ 13) x 10
286
313
= 355/313 = 2.2 jadi 3 orang

 Non Nursing Job


Jumlah klien+lossday x 25
non nursing job=
100
= 19 + 3 x 25
14+ 4 x 25
100nonnursingjob=
100
= 6 orang

 Faktor koreksi = loss day + non nursing job


=3+6=9
 Jumlah kebutuhan tenaga
jumlah Tenaga=kebutuhan tenaga +faktor resiko
=3+7
= 10 perawat
Jadi jumlah perawat IGD yang dibutuhkan di ruangan ponek adalah 10
orang.

Tabel 2.4
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Ponek Januari 2021
Rumus Jumlah tenaga Jumlah Keterangan
Penyediaa yang tenaga yang
15

n Tenaga dibutuhkan/ ada saat ini


Kerja hari
Depkes RI 10 36 Cukup
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi NersIKEST MP Tahun 2021
Analisis
Dari data tabel 2.4 didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan / hari adalah 10 orang sedangkan jumlah
tenaga yang ada adalah 36 orang perawat. Dapat dilihat bahwa masih
bahwa tenaga perawat di ruang ponek Cukup.
Tabel 2.5
Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di IGD
RSUD Siti Fatimah Palembang
Hasil
Metode Tersedia Keterangan
perhitungan
Depkes RI 9 14 Sesuai

3) Jumlah Perawat Menurut Jenjang Pendidikan


a) Status Kepegawaian
Tabel 2.6
Jumlah dan Status Kepegawaian di IGD RSUD Siti fatimah
Provinsi Sumatrea Selatan Periode Tahun 2020
No Nama Jabatan Pendiidkan Masa Kerja Status
Terakhir Kepegawaian
Masayu cindy 2018 Pegawai
Kepala
1. kartikasari, Ners Tetap
Ruang
s.kep
Faradina 2018 Pegawai
2. rosa, s.kep, Kepala Tim Ners tetap
ners
Novita 2018 Pegawai
DIII
3. mustika, PJ Shift Kontrak
Keperawatan
a.md.kep
Afrinda r, 2018 Pegawai
4. PJ Shift Ners
s.kep, ners Kontrak
5. Nurul PJ Shift DIII 2018 Pegawai
16

hikmah, Kontrak
Keperawatan
a.md, kep
Nastaria, DIII 2019 Pegawai
6. PJ Shift
a.md.kep Keperawatan Kontrak
Indah 2018 Pegawai
Perawat DIII
7. megawati, Kontrak
Pelaksana Keperawatan
A.md.Keb
Apriansyah, Perawat DIV 2019 Pegawai
8.
a.md, kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
Weni Perawat 2019 Pegawai
DIII
9. Rahmah,a.m Pelaksana Kontrak
Keperawatan
d, kep
M. Fahrizal Perawat 2019 Pegawai
DIII
10. ali usman, Pelaksana Tetap
Keperawatan
a.md, kep
Ria andriani, Perawat 2018 Pegawai
11. Ners
s.kep, ners Pelaksana Kontrak
Deti arianty, Perawat DIII 2018 Pegawai
12. Kontrak
a.md, kep Pelaksana Keperawatan
Aprillia tri Perawat 2018 Pegawai
Diii Kontrak
13 lestari, Pelaksana
keperawatan
a.md.kep
Yasir satria, Perawat DIII 2018 Pegawai
14 Kontrak
a.md.kep Pelaksana Keperawatan
15 Setiawan, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep pelaksana Keperawatan Tetap
16. Eko Perawat DIII 2018 Pegawai
agustian , Pelaksana Keperawatan tetap
a.md.kep
17. M. Amran Perawat DIII 2018 Pegawai
utami, Pelaksana Keperawatan Kontrak
a.md.kep
18. Novan Perawat DIII 2018 Pegawai
Giofammy, Pelaksana Keperawatan Kontrak
a.md.kep
19. Wira mas Perawat DIII 2018 Pegawai
kusuma jaya, Pelaksana Keperawatan Kontrak
17

a.md.kep
20. Jenwari, Perawat DIII 2019 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
21. Astia paulina, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
22. Puji Perawat DIII 2019 Pegawai
nugrahaputra Pelaksana Keperawatan Kontrak
, a.md.kep
23. Epin nuryani, Perawat DIII 2019 Pegawai
a.md, kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
24. Ahmad Perawat DIII 2019 Pegawai
zulfikri, Pelaksana Keperawatan Tetap
a.md, kep
25. Andrean Perawat DIII 2018 Pegawai
Julius, Pelaksana Keperawatan Kontrak
a.md.kep
26. Lisa Perawat Ners 2018 Pegawai
Kontrak
pebriani, Pelaksana
s.kep, ners
27. Anita, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan tetap
28. Ayu apriani, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
29. Nia Perawat DIII 2018 Pegawai
fransiska, Pelaksana Keperawatan Kontrak
s.kep. ners
30. Junita Perawat Ners 2018 Pegawai
merdalina, Pelaksana Kontrak
s.kep. ners
31. Fatimah, Perawat DIII 2019 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
32. Eka novianti, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
33. tri utami , Perawat DIV 2019 Pegawai
s.tr,kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
34. Mery Perawat DIII 2019 Pegawai
akhyani, Pelaksana Keperawatan Kontrak
18

a.md, kep
35. Hendra praja, Perawat DIII 2019 Pegawai
a.md, kep Pelaksana Keperawatan Tetap
34. Tyas Perawat DIII 2018 Pegawai
cahyani, Pelaksana Keperawatan Kontrak
s.kep, ners
35. Nirman hadi, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak
36. Dwi Perawat DIII 2018 Pegawai
rachmasari, Pelaksana Keperawatan Kontrak
a.md.kep
37. Leni Perawat DIII 2018 Pegawai
sefrtiana, Pelaksana Keperawatan Kontrak
a.md.kep
38. m. abdul Perawat DIII 2019 Pegawai
karim, Pelaksana Keperawatan Kontrak
a.md.kep
39. Lismadahniar, Perawat DIII 2018 Pegawai
a.md.kep Pelaksana Keperawatan Kontrak

a) Status Kepegawaian
Tabel 2.11
Kualifikasi Status Kepegawaian Tenaga Kesehatan
Di Ruang Ponek
N Status Jumlah %
o Kepegawaian
1 Pegawai tetap 2 14
2 Pegawai kontrak 12 86
Jumlah 14 100

Berdasarkan tabel 2.11 dapat diketahui bahwa dari presentase jumlah


pegawai tetap 2 orang (80%) dan pegawai kontrak 12 (80%).
b) Pendidikan Formal
Tabel 2.12
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Kesehatan
Di Ruang Ponek
19

No Jenis Jumlah
Pendidikan
1 DIII 2
Keperawatan
2 Ners 2
3 D3 9
Kebidanan
4 D4 1
kebidanan
Jumlah 14

Berdasarkan tabel 2.12 dapat diketahui bahwa dari presentase


jumlah keseluruhan perawat diruang Ponek Perawat yang jenjang
pendidikan DIII Kebidanan berjumlah 9 Orang, DIV kebidanan
Berjumlah 1 Orang, DIII Keperawatan berjumlah 2 orang , 2 orang
Profesi Ners (Hal ini menunjukkan bahwa perawat diruang rawat
perempuan B diharapkam melanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi.

4) Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis


Keperawatan
Tabel 2.13
Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinisdi Ruang Ponek
No Pelatihan Sudah Belum
1. APN dan Midwifery Update √ 0
(MU)
2. APN dan Midwifery Update √ 0
(MU)
3. APN dan Midwifery Update √ 0
(MU)
4. APN √ 0
5. APN √ 0
6. APN √ 0
7. APN √ 0
8. APN √ 0
9. BTCLS √ 0
10. BTCLS √ 0
11. BTCLS √ 0
20

12. BTCLS √ 0
13. BTCLS √ 0
14. BTCLS √ 0
Sumber : Data Primer Ruang Ponek

Berdasarkan tabel diatas rata-rata perawat diruang Ponek pernah mengikuti


beberapa pelatihan. Pelatihan dan seminar yang telah dilakukan tidak lain
untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dimana
semakin banyak pelatihan yang diikuti maka akan semakin banyak ilmu yang
didapatkan sehingga bisa berbagi dengan perawat lain sebagai pembelajaran
dan meningkatkan kualitas karena kualitas seseorang tidak hanya dilihat dari
data pendidikannya saja.

c. Money
1) Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan
asli daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari
wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu
kegiatan dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang
harus diperbaiiki agar dapat memberikan data dan informasi yang
mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan
rumah sakit.
2) Kajian Data

Berdasarkan hasil pengkajian Rumah Sakit Siti Fatimah


Palembang merupakan rumah sakit Negeri, yang pembiayaannya
bersumber dari Pemerintah Provinsi Sumsel , BPJS dan pasien
umum.
21

d. Material
1) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan
spesifikasi) serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas (Depkes, 2011).
2) Kajian Data
a) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan
jumlah, jenis, dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun
yang memadai untuk mencapai pelayanan keperawatan.
a) Alat Tenun

Alat tenun merupakan penetapan kebutuhan alat tennun


berdasarkan jumlah, jenis, dan spesifikasi menjamin
tersedianya alat tenun yang memadai untuk mencapai
pelayanan keperawatan.
Tabel 2.9 Standar Alat Tenun di Ruang Rawat
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Sprei 1:5
2 Taplak meja 1:3
3 Handuk kecil 1:3
4 Sarung bantal 1:6
5 Baju pasien 1:5
6 Perlak 1:5
7 Celana 1:5
Sumber: Depkes, 2011

b) Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi jumlah,
jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan
yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan :

Tabel 2.10 Standar Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap


No Nama Barang Ratio
Pasien alat
1 Stetoskop 2/Ruangan
2 Tensi Meter 2/Ruangan
3 Bak Instrumen Besar 2/Ruangan
22

4 Bak Instrumen Kecil 2/Ruangan


5 Bengkok 2/Ruangan
6 Standar Infus 1:2
7 Korentang 2/Ruangan
8 Gunting Perban 2/Ruangan
Sumber: Depkes, 2011

c) Alat rumah tangga


Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi
jumlah, jenis, spesifikasi menjamin tersedianya alat rumah
tangga yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.
Tabel 2.11 Tabel Standar Alat Rumah Tangga
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Nampan 1-3/ruangan
2 Plato/piring makan 1:1
3 Piring snack 1:1
4 Gelas 1:2
5 Tatakan dan tutup gelas 1:2
6 Sendok 1:2
7 Garpu 1:2
8 Kran air 1:1
9 Baki 5/ruangan
10 Tempat sampah pasien 1:1
11 Senter 2/ruangan
Sumber :Depkes, 2011

1) Kajian Data
a) Alat dan Bahan
Tabel 2.7
Standar Alat dan Bahan di Ruang Ponek

No Peralatan Jumlah Keterangan


Saat Ini
1 ALKES
1) Trolley tindakan 1 Baik
2) Tensimeter Manual 2 Baik
3) Stetoskop 3 Baik
4) Wheel chair/ kursi roda 1 Baik
5) Ambu Bag Anak 1 Baik
6) Timbangan Dewasa 1 Baik
7) Kulkas Obat 1 Baik
8) Temperatur Suhu Ruangan 0 Baik
9) Temperatur Suhu Kulkas 0 Baik
10) Oksigen portable sedang 4 Baik
11) Pen light 2 Baik
12) Glukometer 1 Baik
23

13) Torniquit Baik


14) Bedside Monitor & mobile Baik
Bracket Baik
15) Oksigen Flow meter Baik
16) Tiang Infus mobile Paramoun 1 Baik
17) Film Viewer 1 Baik
18) Pulse Oximetry bayi 1 Baik
19) Lampu periksa/examination 1 Baik
20) Emergency Trolley 1 Baik
21) ECG Philips 1 Baik
22) Timbangan Bayi 1 Baik
1 Baik

2 Rumah Tangga Jumlah Keterangan


Saat Ini
1) Dispenser Miyako (2 suhu) + 1 Baik
galon 2 Baik
2) Keranjang Obat pasien ( untuk 5 Baik
cairan/ hari, obat-obatan dan 5 Baik
BMHP) Baik
3) Box Set (Labor) Baik
4) Box Darah Baik
5) Trolley Linen Kotor 1 Baik
6) Trolley Linen Bersih 1 Baik
7) Kotak sampah sedang warna 2 Baik
abu-abu (yang diinjak) Baik
8) Kotak sampah sedang warna 3 Baik
kuning (yg diinjak) Baik
9) Kotak sampah sedang warna 3 Baik
hijau (yg diinjak) Baik
10) Rak Status 2 Baik
11) Box Container ukuran sedang Baik
(yang ada penutupnya) 0 Baik
12) Tikar 0 Baik
13) Keset Kaki (abu-abu) 1 Baik
2 Baik
3 Alat Tenun Jumlah Kreterangan
Saat Ini
1) Laken 10 Baik
2)  Bed Cover Kingkoil 5 Baik
3) Selimut 11 Baik
4)    Bantal 7 Baik
5)    Perlak Dewasa 9 Baik
6)   Handuk Dewasa 4 Baik
7)   Waslap 10 Baik
8) Baju Pasien Perempuan ukuran 10 Baik
S/M/L/XL
10) Setelan Baju bayi Perempuan 0 Baik

11) Setelan Baju Bayi Laki-laki 0 Baik


12) Seset sarung tangan dan kaki 0 Baik
bayi
13) Topi 0 Baik
14) Handuk bayi 9 Baik
15) Kelambu box bayi 5 Baik
24

16) Bantal bayi 0 Baik


17) Laken Merk RSUD 10 Baik
18) Stik Laken 0 Baik
19) Gaun Reuse 15 Baik
4 IT Jumlah Keterangan
Saat Ini
1) Kamera CCTV 1 Baik
2) Komputer 1 Baik
3) Mouse 1 Baik
4) Keyboard 1 Baik
5) Printer 1 Baik
6) Kabel Lan 2 Baik

5 ATK Jumlah Keterangan


Saat Ini
  1) Buku ekspedisi besar,sedang, 2/2/2 Baik
kecil, panjang
  2) Map bantek untuk status pasien 10 Baik
dan Arsip Ruangan
  3) File box 10 Baik

  4) Necis besar dan kecil 1/1 Baik

  5) Pembolong kertas kecil dan 0./1 Baik


Besar
  6)  Tempat isolasi 2 Baik
  7)  Pena Merah,Biru,Hitam 2 Baik
  8)  Pensil 1 Baik
  9)  Tip x 2 Baik
  10)  Gunting besar dan kecil 0/.1 Baik
  11)  Kertas A4 2 Baik
  12)  Kertas F4 2 Baik
  13)  Map foder 5 Baik
  14)  Cutter 1 Baik
  15) Spidol permanen dan boar 02/02 Baik
maker
  16)  Penghapus 1 Baik
  17)  Amplop besar/kecil 1/1 Baik
  18)  Penggaris besar 1 Baik
  19)  Batrai jam 10 Baik
  20)  Lem kertas 0 Baik
  21) Double tape 2 Baik
  22) Stempel pembatas (Warna- 0 Baik
Warni)
  23) Map File 1 Baik
  24) pembatas warna-warni 1 Baik

6 Meubelleur Jumlah Keterangan


Saat Ini
1)    Lemari Dokumen 0 Baik
2)    Lemari Alkes 1 Baik
3)    Lemari Linen 1 Baik
4)    Loker Pegawai 2 Baik
5)    Lemari Pakaian 1 Baik
6)    Lemari Obat 2 Baik
8) Sofa Bed 0 Baik
9) Meja Kantor 0 Baik
25

10) Lemari perlengkapan Bayi, 1 Baik


bagian atas ada kasur bayi
bahan perlak
11) Set Meja makan+ Kursi makan 1 Baik

11) Kursi tunggu panjang deret 5 0 Baik

12) Kursi Kerja Beroda 1


13) Kursi Kuliah yang ada meja
0
16) Meja sofa
0 3 Mampet
17) Meja rapat (Kurang
18) Kursi tunggu panjang deret 3 3 Baik)
19) Toilet duduk
5

Analisis
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Ponek Rumah Sakit Umum
Daerah Siti Fatimah Provinsi sumatera Selatan didapatkan bahwa
peralatan yang digunakan di Ruang Rawat Ponek sudah memenuhi
standar dengan kualitas yang baik hanya saja untuk toilet duduk yang
ada diruang ponek dari 5 toilet duduk yang ada diruang ponek 3
diantaranya mengalami mampet (susah untuk mengalir).
e. Machine
1) Kajian Data
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energi untuk melakukan membantu pelaksanaan
tugas manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai
pelatuk, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran yang melakukan tugas yang telah di setel, machine atau
mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

2) Kajian Data
Tabel 2.8
Standar alat di Ruang Ponek
No Peralatan Jumlah Keterangan
Saat Ini
1) Tensimeter otomatis 1
2) Glukomete 1
26

3) Bedside Monitor & mobile 3


Bracket
4) Oksigen Flow meter 0
2
5) Emergency Trolley
3 Semuanya
6) ECG Philips 0 Baik
7) Timbangan Bayi 0
8) Baby Tafle 6
9) Ac 2
10) Monitor 1
11) Doppler 1
1
12) USG
1
13) Priter 2
14) Komputer
15) Infant warmer
Analisa
Berdasarkan tabel di atasinvertaris mesin banyak dalam
kondisi baik dan dapat berfungsi baik.

f. Method
1) Standar Asuhan Keperawatan
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu
tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang
diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur
atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding. Sedangkan
menurut Schroeder (2007) standar adalah nilai atau acuan yang
menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada
pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima
sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan
keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh
proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang
dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan dan
membentuk dasar pengambilan keputusan klinik (Retnariska,
2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai
pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
27

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang


lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan,
data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi kumpulan
data yang harus menggunakan format yang baku, sistematis, diisi
sesuai item yang tersedia, aktual dan valid.
b) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
kehidupan pasien, dan diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.

d) Standar IV implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secaramaksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
e) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien dan menilai hasil
dari setiap tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
f) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
28

setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses


keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang


Ponek mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan
dan SAK ( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur tetap
keperawatan di Ruang Anak mengacu pada prosedur tetap yang
diterbitkan oleh RSUD Siti Fatimah.Standar ini diperlukan untuk
menentukan mutu pelayanan, bagaimana kegiatan-kegiatan akan
dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.

2) Standar Operasional Prosedur


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
rawat inap Ponek, mempunyai standar operasional prosedur, seperti
SOP Timbang Terima Antar Shift, Komunikasi Terapeutik.
C) PROSES

1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan


Keperawatan Profesional (Instrumen A)
a. Kajian Teori
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara
tersirat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang
mencakup sub sistem pelayanan kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Depkes RI, 2009).
29

Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan,


dimana selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad
21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan
kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan
semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk
mengatasi perubahan tersebut maka sistem pelayanan keperawatan
harus dituntut profesional (Kuntoro, 2010).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional
adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang
rawat di rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian
asuhan keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan
perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional
bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik
dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur seara professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional
bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat
(Nursalam, 2011).
30

1) Kepala ruangan
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang
melakukan kegiatan manajemen.Manajer dalam manajemen
keperawatan terdapat beberapa tingkat dimana kepala ruangan
merupakan firstline manajer dikatakan sebagai manajer operasional
yang merupakan pemimpin langsung mengelola sumber daya di
unit perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati,
2014).
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan
profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat
(Depkes, 1994 dalam Hutahaen, 2009).
Bagi perawat diruang rawat inap, kepala ruangan adalah
pemimpin yang dapat menggerakkan perawatnya untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik (Mulyono, 2013).
Peranan kepala ruangan sangat penting dalam menentukan
kualitas pelayanan keperawatan di ruangan.Salah satu peran
manajer ruangan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya pada
manajemen pelayanan keperawatan adalah fungsi pengarahan.
Pengarahan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk
mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas yang telah
direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana yang
memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik,
memfasilitasi kolaborasi, pendelegasian, dan supervisi (Marquis &
Huston, 2010).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan
baik maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan kemampuan profesional dalam mengatur
terlaksananya pelayanan perawatan dimana manajer atau kepala
ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk
31

pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan


pelaksanaan fungsi manajemen Arwani & Supriyatno (2006).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari
kepala ruang juga meliputikomponen-komponen yang sama yaitu
planning, organizing, actuating dan contolingterhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey dalam Nursalam, 2009).
Tugas pokok kepala ruangan adalah mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya. Adapun fungsi
manajemen keperawatan kepala ruangan adalah:
a) Perencanaan (Planning)
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi danpersiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukanterhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatanmembimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatandan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
32

diskusi untuk pemecahan masalah sertamemberikan


informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8) Membantumengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didikkeperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit
b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
di ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan/peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga
keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang
rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai
standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat,
dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris
peralatan
33

10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan


keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata
tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non
injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap
pasien/keluarga dalam batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan
terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang
rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala
instansi, dan kepala UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.

c) Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
2) Melalui supervisi :
34

a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati


sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat ini.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatandilaksanakan(didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer.

d) Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)
bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang
berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat–obatan secara efektif dan efisien,
mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain
di ruang rawat.

2) Perawat Primer
Perawat primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa
pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika
35

perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan


sesuai rencana (Gilies, 2009).
Karakteristik Perawat Primer
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan
sampai pemulangan.
b) Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan
pasien dan profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana
perawatan, semua ini ada ditangan perawat primer.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.
Keuntungan Keperawatan Primer
a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b) Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial
pasien dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan
pengkajian riwayat dan fisik, mengembangkan rencana
perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan antara
pasien dan pekerja kesehatan lain.
d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan
pasien yang akan memungkinkan pembentukan hubungan
terapeutik.
e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan
pasien langsung.
36

g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran


manajer operasional: untuk menghadapi masalah staf dan
penugasan dan memotivasi serta mendukung staf
Kerugian Keperawatan Primer
Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf menjadi
RN, yang meningkatkan pengaturan staf dan biaya. Sebagai contoh,
uang dihemat bila tugas bukan keperawatan dilakukan oleh
kategori personel lain dan tidak diambil alih oleh RN.
Kelebihan Keperawatan Primer
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan pertanggungjawaban yang jelas.
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.
f) Lebih mencerminkan.
g) Menurunkan dana perawatan
Kekurangan Keperawatan Primer
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehtan maupun kedokteran.
d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

3) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan
langsung pada klien. Uraian tugas perawat pelaksana adalah
sebagai berikut:
37

a) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung


berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
1. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
2. Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan rencana
3. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
4. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab:
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
4) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien
5) Memelihara klien dan lingkungan
6) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman,nyaman dan ketenangan
7) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
c) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
d) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
e) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
f) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian atau formulir
3) Rujukanharian atau formulir
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai
38

h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan,


kenyamanan, dan keindahan ruangan
i) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas
j) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
l) Membuat laporan harian klien

4) Meeting Morning
a) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
b) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi) Kebijakan :
1) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai
dalam memberikan askep yang optimal dan tepat
2) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu
pelaksana kurang lebih 15 menit
3) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
pramusaji, tenaga, administrasi ruang dan house keeping
c) Prosedur
1. Persiapan
1) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
2) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning
meeting
3) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
39

4) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga


pagi dan malam
2. Pelaksanaan
1) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan
doa bersama
2) Spiritual corner (membacabassmallah dan Quran)
3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan
keyakinan dasar) dibacakan oleh salah satu peserta
ditirukan oleh semua peserta meeting morning
4) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
5) Karu melakukan klasrifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf
6) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan
7) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
yang dapat di tempuh
8) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
3. Penutup
a) Karu menutup meeting morning
b) Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulensi
c) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga

Indikator SP2KP indikator pelayanan manajerial pelayanan


keperawatan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pelayanan
keperawatan 2013 RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan
kepmenkes Nomor 836 tahun 2005 dan modul pelatihan SP2KP
meliputi Pre-onferene dan Post-onferene.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 16-17
April 2021 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.20
Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning
40

Di Ruang Ponek
Periode 16-17 April 2021
N= 8
Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
Karu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting
4 4
morning.
Karu membuka meeting morning dilanjutkan
8 0
dengan doa bersama
Karu memberikan informasi dan arahan kepada staff
serta melakukan klarifikasi apa yang telah 8 0
disampaikan kepada staff.
Memberikan kesempatan staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di 8 0
ruangan.
Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
6 2
masalah yang dapat tempuh
Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada
5 3
staff
Karu menutup meeting morning 0 8
Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulen, Selanjutnya dilanjutkan dengan operan 0 8
jaga.
Jumlah 39 27
Persentase 60 % 40 %
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan
rawat inap Ponek selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi,
didapatkan bahwa panduan tetap (SOP) belum ada tetapi
pelaksanaan kegiatan meeting morning di Ponek sudah ada
beberapa point variabel yang dinilai telah terlaksanakan seperti:
karu menyiapakan tempat untuk melakukan meeting morning, karu
membuka meeting morning dilanjutkan dengan doa bersama, karu
memberikan informasi dan arahan kepada staff serta melakukan
klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff, memberikan
kesempatan staff untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan, bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
masalah yang dapat di tempuh, karu memberi motivasi dan
reinforcement kepada staff. Sehingga didapatkan hasil berdasarkan
41

penilaian dalam pelaksanaan kegiatan meeting morning diruang


Ponek sebesar 60% dikategorikan cukup.

5) Pre conference
Pre conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim
setelah membaca laporan shift sebelumnya untuk menyusun
rencana kegiatan askep shift lanjutannya. Pre-conferene dilakukan
untuk memperjelas rencana yang akan dilakukan dan pembagian
tugas tim keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan yang
diberikan lebih optimal, efesien dan efektif
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka pre conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
d) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
e) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
f) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference
g) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya
42

Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses


pelaksaan pre conferencedi Ruang Ponekdapat dilihat tabel di
bawah ini.
Tabel 2.21
Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference
diRuang Ponek Pada Tanggal 16-17 April 2021
N=4
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan
1 PJ menyiapkan ruangan 3 1
2 PJ menyiapkan rekam medic dan buku laporan shift 3 1
pasien dalam tanggung jawabnya
Pelaksanaan
1 PJ membuka pre conference dengan salam dan 4 0
berdoa jika belum dilakukan.
2 PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference 0 4
3 PJ memandu pelaksanaan pre conference 4 0
4 PJ menjelaskan masalah keperawatan pasien, 3 1
keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
5 PJ membagi tugas kepada anggota Tim dengan 2 2
memperhatikan keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 3 1
pasien/tindakan
7 PJ memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 2 2
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
8 PJ mengklarifikasi kesiapan anggota Tim untuk 3 1
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
9 PJ memberikan reinforcement positif pada anggota
Tim 2 2
10 PJ menyimpulkan hasil pre conference 3 1
Penutup
11 PJ mengakhiri pre conference 4 0

12 PJ mendokumentasikan pre conference 4 0

Jumlah 37 16
Jumlah Persentase 66% 34%
Presentase 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners

Analisa
43

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan Ponek


selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan preconference di
ruangan rawat inap Ponek sudah ada beberapa point variabel yang
dinilai telah terlaksanakan kecuali seperti: PJ menyiapkan rekam
medic dan buku laporan shift pasien pasien dalam tanggung, PJ
menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference. Didapatkan hasil
penilaian kepala tim pada saat preconference sebesar 66%dan
termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini menyatakan bahwa kepala
tim diruangan Pinek sudah baik dalam kegiatan pre confrence.

6) PostConference
Post conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota
tim pada akhir shift atau telah melakukan askep atau mencatat
dibuku laporan untuk disampaikan pada operan shift berikutnya.
Post-conferene dilakukan untuk memperjelas hasil askep yang
dilakukan da evaluasi dari tindakan tugas tim keperawatan
sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan lebih
optimal, efisien dan efektif.
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka post conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
d) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
44

e) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang


masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
f) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
g) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
h) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan post conference di Ruang Ponek dapat dilihat tabel
di bawah ini
Tabel 2.22
Presentase Proses Pelaksanaan Post Conference Di Ruang Ponek
Pada Tanggal 16-17 April 2021
N=4
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
A. Persiapan
1. PJ menyiapkan ruangan post conference 3 1
2. PJ menyiapkan rekam medic pasien dalam 3 1
tanggungjawabnya
B. Pelaksanaan
1. PJ membuka post conference 3 1
2. PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya post 0 4
conference
3. Anggota Tim menjelaskan tentang hasil 3 1
tindakan/ hasil asuhan keperawatan yang
telah dilakukan.
4. Mendiskusikan masalah yang telah 3 1
ditemukan dalam memberikan ASKEP pada
pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
5. PJ memberi reinforcement pada Anggota 3 1
Tim
6. PJ menyimpulkan hasil post conference 3
7. PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum 3 1
melakukan operan jaga shift jaga berikutnya
C. Penutup
11 Mengakhiri post conference dengan doa 3 1
45

12. Mendokumentasikan post conference 3 1


Jumlah 30 14

Jumlah presentase% 68% 32%

Persentase 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners


Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan Ponek
selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan postconference di
ruangan Ponek sudah ada beberapa point variabel yang dinilai telah
terlaksanakan kecuali seperti: PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya
postconference. Didapatkan hasil penilaian kepala tim pada saat
postconference sebesar 68%dan termasuk dalam kategori sangat baik,
hal ini menyatakan bahwa kepala tim diruangan Ponek sudah baik
dalam kegiatan postconfrence.
7) Handover
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utamadan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang
akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau
handover. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2011). Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat
itu.Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
46

kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan


sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.

1. Tujuan Timbang Terima ( Handover)


Ada beberapa tujuan kenapa timbang terima itu dilakukan yaitu:
a) Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data
fokus).
b) Menyampaikan hal yang sudah /belum dikerjakan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh perawat dinas berikutnya
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
(Urrahman, 2009).
2. Manfaat Timbang Terima ( Handover)
Menurut Friesen (2008), manfaat Timbang Terima ( Handover)
bagi perawat adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
dilaksanakan secara berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.
Sedangkan bagi pasien, manfaat yang didapat pasien
bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang
47

diberikan karena setiap perkembangan yang terjadi maupun


tindakan yang akan dilakukan diinformasikan dengan jelas
kepada pasien/keluarga (Notoadmojo, 2005).
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan handover di Ruang Ponek dapat dilihat tabel di bawah
ini.

Tabel 2.23
Presentase Proses Pelaksanaan Handover Di Ruang Ponek
Pada Tanggal 16-17 April 2021
N=8
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8
2. Laporan/pencatatan tentang pasien kritis 8
3 Permintaan tindakan pasien cito 8
Tahap Pelaksanaan
4 Melakukan doa bersama 8
5. Melaporkan
1) jumlah pasien berdasarkan tingkat 8
ketergantungan
a. Minimal care
b. Parsial care
c. Total care
2) Nama pasien kritis (total) beserta 8
diagnosa,intervensi,implementasi, dan
evaluasi
3) Perintah tindakan pasien cito 8
6. PJ shift yang selesai bertugas memberi 8
wewenang secara tertulis tentang subjektif,
Objektif, analisis dan Planning (SOAP)
pasien kritis (Total Care)
7. PJ Shift yang akan bertugas menerima 8
semua laporan dan kedua PJ shift
menandatangani laporan di dalam buku
registrasi
8 Kedua PJ shift dan anggotanya bersama 8
sama mengunjungi pasien
9 Mencuci tangan handrub sebelum kontak 2 6
dengan pasien
10. Mengucapkan salam kepada pasien dan 2 6
keluarga
11. Perawat yang akan bertugas
48

Orientasi
No Variabel Ya Tidak
1). Memperkenalkan diri kepada pasien,
menyebutkan nama panggilan dan
memastikan dia yang akan merawat 2 6
2) membawa buku catatan pasien kritis,
pasien nyeri berat, pasien risiko jatuh
3) Memberikan kesempatan pasien dan 2 6
keluarga untuk bertanya
12. Berpamitan kepada pasien 2 6
13. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 2 6
14. Mencuci tangan dengan Hand rub 3 5
15. PJ shift yang akan bertugas bersama 11
anggotanya menelaah rekam medis

16. Edukasi tentang


1) Bantuan Hidup Dasar 0 11
2) Sasaran Keselamatan Pasien 11
3) Hand HygienJalur Evakuasi 0 11
4) SPO 0 11
0
17. Penyampaian Informasi dan masalah 3 8
yang terjadi misalnya Alkes dan SDM
18. Ikut dalam penutupan proses timbang 11
terima
Jumlah 120 93
Persentase (%) 76,3% 23,6%
Persentase Total (%) 100%
Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang Ponek
didapatkan hasil handover sebesar 76,3 %, dan termasuk dalam
kategori penilaian baik , hal ini menyatakan bahwa Handover
ruang Ponek sudah dilaksanakan dengan baik.

b. Kajian Data
1) Kepala ruang
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepala ruang
Ponek kami sampaikan pada tabel berikut:
Tabel 2.24
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang Di Ruang ponek Rumah
Sakit Siti Fatimah
Periode 16-17 April 2021
N=1
49

No Variabel yang dinilai


Ya Tidak
1 Membagi staf ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan tim 1 0
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan 1 0
ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk laporan
permasalahan dinas malam
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk 1 0
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan
diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas ketua 1 0
tim dan anggota tim
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh 1 0
staf keperawatan untuk mencapai kinerja optimal

8 Memberikan reinforcement positif kepada semua staf 0 1


termasuk pada saat mengakhiri meeting morning
kepada dinas malam dan dinas pagi
9 Berperan serta sebagai konsultan 1 0
10 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui 1 0
daftar hadir yang ada di ruang
Jumlah 9 1
Jumlah Persentase 90% 10%
Presentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat inap
Ponek selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian
dalam pelaksanaan beberapa uraian tugas kepala ruangan dikategorikan
sudah baik, dengan persentase nilai sebesar 90 %. Dari uraian 10 kegiatan
kepala ruangan hanya ada beberapa hal yang tidak dapat terlaksanakan
seperti : Tidak menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan
ruangan yang ada pada hari tersebut, Kepala ruangan sudah memberikan
reinforcement positif kepada semua staf teteapi tidak ada pengakhiran
kegiatan meeting mornig kepada shift malam dan shift pagi, karena
meeting mornig tidak dilakukan selama observasi.

2) Kepala Tim
50

Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepalatimdi ruangan


Ponek kami sampaikan pada tabel berikut
Tabel 2.25
Pelaksanaan UraiannTugas Kepala Tim Di Ruang Ponek Rumah
RSUD Siti Fatimah
Periode 16-17 April 2021
N=1
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari 1 0
2 Bersama Perawat Pelaksana menerima 1 0
operan tugas jaga dari yang Perawat
Pelaksana tugas malam.
3 Bersama Perawat Pelaksana melakukan 1 0
konfirmasi/supervise tentang kondisi
pasien segera setelah selesai operan tugas
jaga malam.
4 Bersama Perawat Pelaksana melakukan 1 0
do’a bersama sebagai awal dan akhir
tugas dilakukan setelah selesai operan
tugas jaga malam.
5 Melakukan pre conference dengan semua 1 0
Perawat Pelaksana yang ada dalam
grupnya setiap awal dinas pagi.
6 Membagi tugas atau pasien kepada 1 0
Perawat Pelaksana sesuai kemapuan dan
beban kerja.
7 Melakukan pengkajian, menetapkan 1 0
masalah atau diagnose dan perencanaan
keperawatan kepada semua pasien yang
menjadi tanggung jawab ada bukti di
rekam keperawatan.
8 Memonitor dan membimbing tugas 1 0
Perawat Pelaksana.

9 Membantu tugas Perawat Pelaksana 1 0


untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien.
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi 1 0
catatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh Perawat Pelaksana yang
ada di bawah tanggung jawabnya.
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap 1 0
pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada
bukti dalam rekam keperawatan.
12 Melaksanakan post conference pada 1 0
setiap akhir dinas dan menerima laporan
akhir tugas jaga dari perawat pelaksana
untuk persiapan operan tugas jaga
51

Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
berikutnya.
13 Mendampingi perawat pelaksana dalam 1 0
operan tugas jaga kepada anggota tim
yang tugas jaga berikutnya.
14 Memperkenalkan perawat pelaksana 1 2
yang ada dalam satu grup atau yang akan
merawat selama pasien dirawat atau
kepada pasien/keluarga baru.
15 Mendelegasikan tugas kepada perawat 1 0
pelaksana pada sore malam libur.
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ 1 0
ruang bila pagi hari tidak bertugas.
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam 0 1
pertemuan dalam rutin keperawatan di
ruangan minimal sebulan sekali.
18 Melakukan bimbingan klinik 0 1
keperawatan kepada Perawat Pelaksana
minimal seminggu sekali (ronde
keperawatan/bed side teacshing).
Jumlah 60 2
Jumlah Persentase 93,7% 6,6%
Persentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan Ponek selama
tiga hari dalam 2 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam pelaksanaan
uraian tugas kepala tim dikategorikan sangat baik, dengan persentase nilai
sebesar 93,7%.

3) Perawat Asosiatif (Perawat Pelaksana)


Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif
diruangan ponek kami sampaikan pada tabel berikut:
Tabel 2.26
Presentase Uraian Tugas Perawat Asosiatif Di Ruang Ponek
Periode 16-17 April 2021
N=9
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Mengerjakan semua tugas yang diberikan kepala 9
ruang
2. Menerima sesuai SPO di rumah sakit 9
3. Melakukan pengkajian keperawatan 9
4. Menganalisis data pasien sesuai bio 9
5. Menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan 9
masalah yang dirumuskan
6. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan data 9
52

Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
hasil pengkajian keperawatan

7. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam 9


menyusun perencanaan keperawatan
8. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan 6 3
SOP
9. Memperkenalkan diri setiap bertemu pasien dan 5 4
mendengarkan setiap keluhan pasien
10. Memberikan penjelasan pada klien sebelum 5 4
melakukan tindakan keperawatan
11. Mengutamakan keselamatan klien dalam 9
memberikan asuhan keperawatan dan melakukan
dokumentasi keperawatan

12. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan 9


berdasarkan tujuan
13. Melakukan discharge planning pada pasien pulang 9
14. Melakukan operan dengan penanggung jawab shift 9
berikutnya
15 Mengikuti setiap pertemuan yang diadakan 9
ruangan dan bekerjasama serta membantu sesama
rekan kerja
16. Memberikan dukungan terhadap atasan ketika 9
melaksanakan tugas atau pekerjaan
Jumlah 133 11
Jumlah persentase % 92% 8%
Presentase 100%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan Ponek
selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam
pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif dikategorikan sangat baik,
dengan persentase nilai sebesar 92%. Dari uraian 16 kegiatan perawat
asosiatif, hanya ada beberapa hal yang tidak dapat terlaksanakan
sepenuhnya
2. Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen B)
a. KajianTeori
Standar adalahsuatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
53

pembanding (Marr dan Biebing, 2001).Standar praktik keperawatan


adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang
perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai
pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 53, ayat 1: “tenaga kesehatan
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien”. Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) RS Muhammadiyah Palembang disusun
berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar acuan
yang dipakai adalah Standarized nursing language yaitu NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk
diagnose keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification)
untuktujuandan outcome yang ingindicapai, dan NIC (Nursing
Intrevension Classification) untuk rencana tindakan/intervensinya.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman
dan instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang
disusun oleh Depkes yaitu:
a. Standart I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara
terus menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b. Standart II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis
dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)
bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
54

c. Standart III perencanaan atau intervensi keperawatan


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d. Standart IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e. Standart V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standart VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
b. Kajian Data
Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penilaianAsuhan keperawatan
di Ruang Ponek RSUD Siti Fatimah kami sampaikan dalam tabel
berikut
Tabel 2.27
Penilaian Asuhan Keperawatan Di Ruang Ponek
Periode 16-17 April 2021
N= 9
Tida
No Aspek yang dinilai Ya k
Pengkajian
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
1
pedoman pengkajian 9 0
2 Data dikelompokan (Bio-Psiko-sosial-spiritual) 9 0
Data yang dikaji sejak pasien masuk sampai
3
pulang 9 0
4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan 9 0
55

Tida
No Aspek yang dinilai Ya k
antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
1
yang telah dirumuskan 7 2
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PES 7 2
Merumuskan diagnosa keperawatan
3
aktual/potensial 9 0
Intervensi
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 9 0
2 Disusun menurut urutan prioritas 9 0
Rumusan tujuan mengandung komponen pasien
3
perubahan perilaku, kondisi pasien atau criteria 9 0
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
4
kalimat perintah, terinci dan jelas 9 0

5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan


pasien/keluarga 9 0
Rencana tindakan menggambarkan kerjasama,
6
dengan tim kesehatan lain 9 0
Implemetasi
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
1
keperawatan 9 0
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
2
tindakan keperawatan 7 2
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 6 3
Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
4
ringkas dan jelas 9 0
Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 9 0
2 Hasil evaluasi dicatat 9 0
Catatan Asuhan Keperawatan
1 Menulis pada format yang baku 9 0
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
2
yang dilaksanakan 9 0
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
3
yang baku dan benar 9 0
Setiap melakukan tindakan, perawat
4 mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal
dilakukannya tindakan. 9 0
Berkas catatan keperawatan di simpan sesuai
5
dengan ketentuan yang baku 9 0
Total 228 9
Presentase 95% 5%
Sumber: Depkes RI, 2015
Analisa
56

Berdasarkan hasil penilaian evaluasi proses asuhan


keperawatan di ruang Ponek sebesar 95% dilakukan. Berarti
asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang Ponek sudah
dilakukan dengan sangat baik namun ada beberapa hal yang
perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan data yang didapatkan maka
dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil data, dalam pengangkatan diagnosa
keperawatan di ruang Ponek masih ada yang tidak
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
2. Selain itu intervensi yang digunakan ada beberapa tidak
berdasarkan diagnosa keperawatan.
3. Untuk urutan intervensi sudah bagus namun ada beberapa
intervensi yang tidak dicantumkan sesuai prioritas yang ada.
4. Dan juga ada beberapa tindakan keperawatan di ruang Ponek
yang tidak mengacu pada rencana keperawatan

1) Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Suatu komunikasi yang tidak efektif adalah hal paling sering
disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus sentinel. Suatu
komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan
dimengerti oleh sang penerima informasi. Penelitian menunjukkan bahwa
penundaan dalam menanggapi hasil yang penting dapat mempengaruhi
secara negative hasil akhir pasien. Menerapkan sebuah proses/ prosedur
untuk perintah yang disampaikan melalui telpon (lisan), atau
penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi dengan
“mengulang” selengkap-lengkapnya perintah ataupun hasil uji klinis
yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang yang menerima
informasi tersebut.
a. Kajian Data
Selama observasi 2 hari komunikasi yang efektif sudah baik.Namun
masih ada keluarga yang tidak dijelaskan tentang kondisi dan
perkembangan pasien serta kurang tersampainya pendidikan
57

kesehatan tentang cuci tangan, resiko jatuh ataupun penjelasan obat


yang akan diberikan pada pasien. Observasi yang dilakukan selama 2
hari dari 16-17 April 2021, Komunikasi yang efektif di Ruang Ponek
Muhammadiyah Palembang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.28
Pelaksanaan Peningkatan Komunikasi yang Efektif
di ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 14
No Variabel Ya Tidak
1 Keluarga mendapatkan penjelaskn 14 0
tentang kondisi pasien
2 Keluarga dijelaskan tentang tata tertib 9 5
ruangan
3 Keluarga pasien diberikan penjelasan 9 5
tentang perkembangan pasien
4 Dokumentasi perawat di R.M 14 0
5 Dokumentasi medis di R.M 14 0
Jumlah 60 10
Persentase (%) 86% 14%
Persentase total (%) 100 %
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners

Analisa
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan
persentase komunikasi yang efektif sebesar 86% dengan kategori
sangat baik. Ini menunjukkan bahwa perawat di ruang Ponek
sudah sangat baik dalam melakukan komunikasi teraupetik yang
efektif kepada pasien. Komunikasi bagian penting dalam
menunjang keberhasilan proses kesembuhan pasien. Komunikasi
yang salah, berdampak pada kesalahan tindakan yang akan
dilakukan dan memicu terjadinya konflik pasien dan perawat,
karena komunikasi bagian akses informasi yang diperoleh pasien,
dan hak pasien yang harus diperoleh.

2) Proses Pemberian Obat


Perawat harus cermat, terampil dan tepat saat memberikan
obat, tidak sekedar memberikanterapi untuk diminum (oral) atau
injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
58

mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.


Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat.Perawat memiliki peran yang utama dalam
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang diorder dan turut serta
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama dengan tenaga kesehatanlain. Perawat dalam
memberikan obat juga harus memperhatikan kejelasan resep obat
yang diberikan, hitungan dosis obat yang diberikan tepat/sesuai resep
dan selalu menggunakan prinsip 6 benar. Begitu banyaknya pasien
yang berobat ke rumah sakit, banyaknya petugas kesehatan dari
berbagai disiplin ilmu, dan begitu banyaknya prosedur tindakan,
memungkinkan terjadinya berbagai potensi kesalahan terutama
dalam pemberian pengobatan. Untuk mencegah hal ini, diperlukan
beberapa cara, yaitu :
1. Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Look
Alike Sound Alike (LASA) atau istilah bahasa indonesia, nama
Obat Rupa Ucapan dan Mirip (NORUM).
2. Menerapkan double check dan counter sign setiap distribusi
dan pemberian obat.
3. Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.
4. Perhatikan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu:Benar
obat, Benardosis, Benar waktu pemberian, Benar cara dan
tempat pemberian (route), Benar pasien dan Benar
dokumentasi.
a. Kajian data
Observasi yang dilakukan selama 2 hari, penatalaksanaan
pemberian obat di ruang sangat baik. Namun ada beberapa variable
59

yang kurang yaitu perawat tidak memberikan nama jenis obat


tambahan yang di driff pada infus pasien.Observasi yang dilakukan
untuk mengetahui pengukuran instrumen pastient safety dalam hal
pemberian obat di ruang Ponek dapat sebagaimana dilihat
padatabel sebagai berikut :

Tabel 2.29
Pengukuran Instrument Patient Safety :Pemberian Obat
Di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 11
No Variabel Ya Tidak
1 Tersedianya loker pemisahan obat antar 11 0
pasien
2 Pemberian label nama pasiendan dosis 11 0
pada obat pasien
3 Pemisah obat norum (nama obat, rupa 11 0
dan ucapan mirip)
4 Penyimpan obat sesuai indikasi tempat 11 0
penyimpanan
5 Tersedia obat-obat emergency 11 0
6 6 benar dalam pemberian obat (benar 11 0
obat, dosis, waktu, cara, pasien,
dokumentasi)
7 Pemberian nama obat dan drif pada 11 0
botol infuse.
8 Menjelaskan manfaat obat yang 6 5
diberikan pada pasien
9 Perawat menjelaskan efek samping 2 9
pemberian obat yang telah diberikan
kepada pasien
Jumlah 85 14
Persentase (%) 85 % 13
Persentase total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners
Analisa
Pemberian obat dengan prinsip 6 benarserta penjelasan oleh
tenaga perawat pada pasien maupun keluarga tentang manfaat dan
efek samping dari obat yg diberikan telah dilakukan dengan sangat
baik, pencapaian persentase keseluruhan dari item penilaian dalam
penatalaksanaan pemberian obat mencapai 87%. Hasil observasi
pada poin (8) didapatkan bahwa sudah sebagian besar perawat
sudah menjelaskan manfaat pemberian obat kepada pasien tetapi
60

sebagian besar pula perawat tidak memjelaskan efek samping


pemberian obat yang telah diberikan.

3) Resiko Infeksi Nasokomial


Infeksi diartikan sebagai adanya suatu organisme pada jaringan
atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik. Menurut Karen adams & janet M. Corrigan (2009) Infeksi
nasokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah
infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada ditempat tersebut. Infeksi ini
terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal
atau sistemik.
Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh
penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan
dari satu pasien ke pasien lainnya (soeparman, 2006).
Contoh penyebab terjadinya infeksi nasokomial apabila dokter atau
perawat mengelola seorang pasien yang menderita infeksi karena
mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat
ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, pasien kelolaan lain
berpotensi tertular dari perawat dan dokter yang sebelumnya
berkontakan dengan pasien infeksi.
a. Kajian Data
Setelah dilakukan observasi selama tiga hari tentang resiko
infeksi nosokomial di ruang data diperoleh 83% telah tercapai.
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui Pengukuran
Instrument Patient Safety Resiko Jatuh di Ruang Rumah Sakit
Bantul Periode 16-17 April 2021 di ruang Ponek dapat dilihat
pada tabel berikut :
61

Tabel 2.30
Pengukuran Instrument Pasien Safety : Resiko Infeksi
Nosokomial di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 14
No Variabel Ya Tidak
1. Perawat dapat melakukan cuci tangan 2 12
6 langkah dengan benar
2. Perawat mencuci tangan ditempat 2 12
yang sudah disediakan
3. Handsrub tersedia 14 0
4. Handuk / tissue untuk mengelap 14 0
setelah cuci tangan tersedia
5. Mempunyai tempat sampah infeksius 14 0
6. Mempunyai tempat sampah non 14 0
infeksius
7. Mempunyai tempat kotor linen 14 0
8. Mempunyai tempat pembuangan 14 0
benda tajam
9. Petugas mencuci tangan 6 langkah 3 11
benar sebelum prosedur aseptic
10. Perawat menjelaskan langkah cuci 1 13
tangan kepada keluarga
Jumlah 88 52
Persentase (%) 63 % 37%
Persentase Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan
bahwa pencegahan infeksi nosokomial kurang dengan persentase
63%.Namun mayoritas perawatbelum melakukan cuci tangan
dengan cara 6 langkah walaupun sudah ada tempat untuk
melakukan cuci tangan. Kemudian perawat sebagian sudah
menjelaskan langkah cuci tangan kepada keluarga pasien. Hal ini
akan berdampak buruk pada pasien dan perawat itu sendiri, karena
resiko penyebaran mikroorganisme tetap dapat terjadi baik dari
keluarga pasien yang tidak mendapatkan edukasi yang dapat
menularkan infeksi maupun dari tenaga perawat yang tidak benar
dalam mencuci tangan.
1) Resiko Jatuh
Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan
kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.
62

Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya


paparan, lokasi, pengguna, kuantitif serta kerentananunsur yang
terlibat.Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat
kurang menyenangkandari sesuatu perbuatan, usaha, dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2006).
Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang
sering terjadi dan dapat mengakibatkan cedera serius dan
kematian. Pasien jatuh merupakan adverse event kedua terbanyak
dalam institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan
pengobatan/medication erors (AHRQ). Insiden pasien jatuh tidak
hanyaberdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak
keuangan yang ditanggung pasien dan rumah sakit (RS).
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk
pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak-
anak. Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh,
menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan
berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain-lain.
Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi
resiko jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien
beresiko jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat
diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan
pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh,
merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan
resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.
a. Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di
ruangan Ponek selama 3 hari dari tanggal 16-17 April 2021
didapatkan hasil tentang pasien safety dengan masalah resiko jatuh
yang menunjukkan bahwa semua perawat mengerti tentang
pengkajian resiko jatuh dan pernah melakukan identifikasi pasien
63

resiko jatuh akan tetapi untuk mengaplikasikannya masih ada


perawat yang belummengaplikasikannya seperti penangan pasien
dengan benar terkait resiko jatuh dan masih ada yang tidak
melakukan pemberian tanda/label resiko jatuh pada tempat tidur
pasien.Hasil observasitentang resiko jatuh di Ruang Ponek dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.31
Pengukuran Instrument Patient Safety Resiko Jatuh
di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 14
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat mengerti tentang pengkajian resiko 14 0
jatuh (Humpty Dumpty)
2 Perawat sudah pernah melakukan 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
3 Perawat antusias dalam melaksanakan 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
4 Perawat mau mengaplikasikan kembali 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
5 Perawat sudah menjelaskan tentang resiko 5 9
jatuh kepada pasien
6 Perawat sudah menanggani pasien dengan 14 0
benar terkait dengan resiko jatuh
7 Perawat sudah memasang label atau tanda 0 14
resiko jatuh pada pasien
Jumlah 75 23
Persentase (%) 77% 23%
Persentase Total (%) 100 %
Sumber: Hasil Observasi Dan Wawancara Mahasiswa Ners

Analisa
Setelah dilakukananalisa dari hasil observasi, didapatkan
persentase pencegahan pasien resiko jatuh sebanyak 100%, angka
tersebut menunjukan bahwa proses penatalaksanaan pasien resiko
jatuh di ruang Ponek sangat baik.
4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
a. Kajian Teori
1) APP (Alat Perawatan Peralatan)
a) Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk
mencegah kontak langsung dengan kulit atau membran
mukosa/ selaput lender.
64

b) Cegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau


lingkungan
c) Cuci dan desinfeksi (pembasmian hama penyakit)peralatan
bekas pakai sebelum di gunakan kembal
2) Linen (perlak)
a) Tangani linen (perlak) kotor dengan menjaga jangan terkena
kulit atau membrane mukosa Jangan merendam/membilas linen
kotor diwilayah ruang perawatan
b) Jangan mengibaskan linen dan melekatkan linen kotor di lantai
c) Segera ganti linen yang tercemar/terkena darah / cairan tubuh
d) Penggantian plastik linen terbagi atas 5 warna :
1. Putih : linen non infeksius
2. Kuning: linen infeksius
3. Hitam : limbah non infeksius
4. Merah : linen pasca digunakan untuk radioaktif
5. Ungu : linen pasca digunakan untuk yang mengandung
cytotoki
a. Kajian Data
Berdasarkan Hasil Observasi 2 hari pada 16-17 April 2021
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.32
Pengkajian Data Pengendalian Infeksi Periode
16-17 April 2021
n=9
No Variabel Ya Tidak
Membuang sampah infeksiusdi tempat 9 0
1
sampah berwarna kuning
Membuang sampah non infeksius di 9 0
2
tempat sampah berwarna hitam
Mengumpulkan linen infeksius di 0 0
3
dalam kantong bewarna kuning
Mengumpulkan linen non infeksius 0 0
4 kedalam kantong bewarna
putih/tempat linen kotor non infeksius
Membuang jarum,vial,ampul ke dalam 9 0
5
tempat sampah tajam
Ketatan pengunjung pada jam 9 0
6 kunjungan (Pagi : jam 10.00-14.00 dan
Sore : jam 16.00-21.00 )
65

No Variabel Ya Tidak
Perawat mengajarkan etika batuk dan 5 4
7 bersin kepada keluarga dan pasien

Jumlah 41 4
Persentase (%) 92 % 8%
Persentase total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners
Analisa
Berdasarkan data yang didapat mahasiswa dari hasil
observasi selama tiga hari dengan sampel 9 orang perawat bahwa
pengendalian infeksi masih sangatbaik sebanyak 92% tetapi dalam
mengumpulkan linen infeksius dan non infeksius belum ditempatkan
pada kantong yang sesuai dengan tempat yang seharusnya.
a. Kajian Teori
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi anatar
suseptibilitas oejamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan
dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu
dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi
insiden terjadinya infesi (HAIs), baik pada pasien atau pun pada
petugas kesehatan. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi
terdiri dari :
1) Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi
aktif (vaksinasi hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif
(immunoglobin).
2) Memutus mata rantai penularan
3) Tindakan pencegahan paska pajanan Post Exposure Praphylaxis
(PEP)terhadap petugas kesehatan.
Adapun 9 Pilar PPI adalah sebagai berikut :
1) Kebersihan tangan
2) Penggunaan APD
3) Penatalaksanaan strilisasi alat
4) Penatalaksanaan linen
5) Penggolahan sampah
6) Kesehatan Karyawan
66

7) Etika Batuk
8) Tindakan lumbal fungsi
9) Teknik menyuntuk yang aman
b. Kajian Data
1) Penggunaan APD
Hasil observasi di ruang Ponek yang dilakukan pada
tanggal 16-17 April 2021 untuk penilaian terhadap
penggunaan APD yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 2.33
Penilaian Terhadap Penggunaan APD di Ruang Ponek
Periode 16-17 April 2021
N=10
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat memakai APD 3 7
2 Apakah APD tersebut mengganggu aktivitas 5 5
anda
3 Apakah APD tersebut menimbulkan bahaya 10 0
tambahan
4 Apakah di rumah sakit terdapat peraturan 10 0
yang mewajibkan anda untuk menggunakan
APD
5 Jika ada, apakah peraturan itu sudah diketahui 10 0
oleh semua Pekerja
6 Apakah dengan peraturan tersebut 10 0
keselamatan dan kesehatan anda menjadi
lebih terjaga
7 Apakah anda perlu menggunakan APD pada 3 7
saat bekerja
Total 51 19
Presentase 82% 18%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa penggunaan APD dilakukan dengan kategori
kurang. Dari hasil observasi sebesar 82% yaitu didapat dari poin
perawat yang sudah melakukan penggunaan APD pada saat
memberikan tindakan keperawatan kepada pasien. Akan tetapi poin
kurang pada instrument perawat memakai APPD. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian Annishia (2011) bahwa pentingnya ketersediaan APD
67

yang memadai dan pentingnya ditegakkan suatu peraturan yang sifatnya


mengikat dan harus sehingga mendorong perawat agar berprilaku aman.

2) Pembuangan Sampah

Berdasarkan hasil observasi di ruang Ponek yang dilakukan


pada tanggal 16 Maret -17 April untuk penilaian terhadap
pembuangan sampah data yang diperoleh adalah sebagai berikut
Tabel 2.34
Penilaian Terhadap Pembuangan Sampah Di Ruang Ponek yang
dilakukan pada tanggal 16-17 April 2021
N: 10
No Variabel Ya Tidak
1 Apakah tersedia tempat sampah di ruangan √ -
2 Apakah tersedia tempat sampah infeksi dengan √ -
kantong warna kuning
3 Apakah tersedia tempat sampah non infeksi √ -
dengan kantong warna hitam
4 Apakah tersedia tempat sampah untuk benda √ -
tajam
5 Apakah pembuangan sampah infeksi di √ -
kantong warna kuning
6 Apakah pembuangan sampah non infeksi di √ -
kantong warna hitam
8 Apakah seluruh tempat sampah terdapat label √ -
untuk sampah infeksi atau non infeksi
Total 7 0
Persentase 100% 0%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas. hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa pembuangan sampah di ruang Ponek yang
dilakukan pada tanggal 16-17 April 2021 dilakukan dengan baik.
Dari hasil observasi sebesar 100% yaitu didapat dari poin ketepatan
dalam pembuangan sampah tajam, infeksi, dan non infeksi dan
pemberian label sampah infeksi dan non infeksi. Hal ini didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2010) bahwa
peningkatan dalam pengolahan sampah akan mencipta lingkungan
RS yang sehat dan meningkatkan citra Rumah Sakit.
68

3) Lima Momen Kebersihan Tangan


Berdasrakan hasil observasi di ruang Ponek yang dilakukan
pada tanggal 16-17 April 2021 untuk penilaian terhadap 5 momen
kebersihan tangan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 2.35
Penilaian Kepatuhan Perawat Terhadap 5 Momen Kebersihan Tangan
di Ruang Ponek
Periode 16-17 April 2021
N=10
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
sebelum kontak dengan pasien
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
sebelum melakukan tindakan aseptic
3 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 8 2
terkena cairan tubuh pasien
4 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 7 3
kontak dengan pasien
5 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 2 8
kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Total 21 29
Persentase 42% 58%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners

Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa penatalaksanaan 5 moment kebersihan tangan
di ruang Ponek dilakukan dengan kategori kurang. Dari hasil
observasi sebesar 42% yaitu didapat dari poin, perawat masih
kurang patuh terhadap cuci tangan sebelum ke pasien dan sesudah
kontak dengan pasien maupun lingkungan pasien. Menurut teori
centers for disease control (CDC), kebersihan tangan menjadi hal
yang penting karena tangan petugas kesehatan merupakan pelaku
yang paling sering untuk terkena infeksi nasokomial. Hal ini akan
berhasil saat kepatuhan dan kesadaran para tenaga medis dalam
mencuci tangan dilakukan secara optimal.

6. Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Kepuasan Pasien
a. Kajian Teori
69

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi


setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan
yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar
Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin
setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal,
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia (Info Askes,
2010).
Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan di rumah sakit.
Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan
fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber
daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan
terhadap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien ataupun
keluarga pasien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu
yang tidak lama, rumah sakit akan kehilangan banyak pasien dan
dijauhi oleh keluarga calon pasien. Pasien/keluarga pasien akan
beralih ke Rumah Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien, hal
tersebut dikarenakan pasien merupakan asset yang sangat berharga
dalam mengembangkan industri rumah sakit (Diah, 2009).
Pasien adalah aset utama yang harus mendapat pelayanan
sebuah rumah sakit yang akan mempengaruhi eksistensi rumah sakit
tersebut. Kepuasan keluarga merupakan keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan keluarga terpenuhi oleh rumah sakit.
Kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dapat
dipengaruhi dari komunikasi perawat memberikan pelayanan, sikap
empati, keramahan dan ketanggapan kepada keluarga, komunikasi dan
pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diberikan (Ifada, 2008)
Kepuasan keluarga pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Oleh
sebab itu, manajemen suatu pelayanan kesehatan perlu menganalisis
sejauh mana mutu pelayanan yang diberikan.Seiring dengan
banyaknya pelayanan kesehatan yang telah berdiri dan memberikan
berbagai macam alternatif kepada konsumennya, untuk memilih
sesuai dengan harapan yang menyebabkan persaingan yang ketat.
70

b. Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17April
2021, Penilaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang
Ponek dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.36
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan di Ruang
Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 14
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat menyambut dengan ramah ketika saudara/i 14 0
datang
2 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien 10 4
3 Perawat menjelaskan sarana dirungan yang dapat 8 4
dimanfaatkan
4 Perawat menjelaskan aturan-aturan yang berlaku saat ini 8 4
selama perawatan
5 Perawat menanyakan masalah-maslah yang saudra/i 11 3
alami terkait dengan kondisi kesehatan saudara/i
6 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus dilatih untuk 11 3
dilakukan secara mandiri
7 Perawat segera menangggapi keluhan saudara/i 14 0
8 Perawat mendampingi saudara/i ketika dilakukan 13 1
pemeriksaan dokter
9 Perawat menjaga privasi saudara saat melakukan 14 0
tindakan keperawatan
10 Perawat memberikan pengamanan pada bed agar tidak 11 3
jatuh/memberikan tanda resiko jatuh
11 Perawat menggunakan sarung tangan saat melakukan 7 7
tindakan
12 Perawat bersikap sopan 14 0
13 Perawat berpenampilan rapi 14 0
14 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus saudara/i 10 4
dilakukan dirumah
15 Perawat menjelaskan obat-obatan yang harus diteruskan 10 4
dirumah
16 Perawat menjelaskan obat yang akan diberikan 9 5
17 Perawat identitas obat sesuai dengan nama dan 12 2
No.kamar saudara/i
18 Perawat menjelaskan obat pada waktu control 14 0
Jumlah 218 44
Prosentase 84,3 % 15,7%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners
Analisa
Berdasarkan pengkajian yang telah kami lakukan selama 2 hari
diruang Ponek mengenai kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
diruangan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 84,3 %, yang berarti
71

penilalaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang Ponek


baik.
2) Kepuasan Kerja Perawat
Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan
pada diri seseorang.Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan
dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya
bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang
bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan
termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan
tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan
kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,
sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,
perjanjian psikologis dan motivasi (Robbins & Judge, 2009).
Dalam Nursalam (2009) faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu:
a. Motivasi
Rowland (1997) menyatakan fungsi manager meningkatkan
kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor motivasi yang
meliputi: keinginan untuk peningkatan percaya bahwa gaji
yang diterima sudah mencukupi, memiliki kemampuan
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperlukan,
umpan balik, kesempatan untuk mencoba, instrumen
penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkat
penghasilan.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara prilaku sesorang. Motivasi
adalah subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
72

diamati atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan


dari perilaku sesorang( Handoko, 2003).
Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan
kunci dalam suatu motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang
bekerja, maka kebutuhan pencapaian prestasi tersebut berubah
sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi:
program pelatihan, pembagian dan jenis tugas yang diberikan,
tipe supervisi yang dilakukan perubahan pola motivasi dan
faktor lain. Seseorang memilih suatu perkaryaan didasarkan
pada kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Motivasi
akan menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan
tugasnya.
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberikan
kesempatan untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari
hasil yang diberikan. Oleh karena itu , penghargaan psikis
sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan serta dibimbing bila melakukan suatu kesalahan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
mendukung motivasi kerja untuk pencapaian kepuasan kerja
yang meliputi: komunikasi, potensial pertumbuhan,
kebijaksanaan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.
c. Peran Manajer
Peran dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang
teratur yang timbul karena suatu jabatan tertentu, kepribadian
sesorang juga amat mempengaruhi bagaimana peran harus
dijalankan. Peran timbul karna seorang manajer memahami
bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan
yang setiap saat perlu berinteraksi dengan beraneka ragam
perbedaan yang ada di lingkung sekitarnya tetapi perannya
73

harus dimainkan dengan tidak membuat perbedaan antara satu


dengan yang lain (Thoha, 2008).
Kepuasan kerja staf dapat juga dilihat dari terpenuhinya
kebutuhan fisik dan psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut
dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan
stafnya.Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan
kepada staf untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Ada dua
belas kunci utama dalam kepuasan kerja, yaitu: input,
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat
kerja, istirahat dan makan yang cukup, diskriminasi, kepuasan
kerja, penghargaan penampilan, klarifiksi kebijakan,
mendapatkan kesempatan, pengambil keputusan dan peran
manajer (Nursalam, 2009).
Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17 April
2021, Kepuasan Kerja Karyawan Di Ruang Ponek dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 2.37
Kepuasan Kerja Karyawan di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 14
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di tempat 8 6
saya bekerja
Gaji yang terima sesuai dengan tingkat pendidikan 8 6
saya
2 Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan 14 0
kerja saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman 14 0
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah sakit 8 6
menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak 12 2
merugikan karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih 14 0
memuaskan saya
74

No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
14 0
Rekan kerja saya di rumah sakit ini menyenangkan
5 Supervisi
Komunikasi dengan atasan sangat baik 14 0
Atasan membantu dalam permasalahan yang 14 0
menyangkut pekerjaan
6 Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini 14 0
Saya mendapatkan pengakuan yang selayaknya 14 0
atas prestasi kerja saya
7 Pengakuan
Saya sangat dihargai di tempat kerja 14 0
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya 14 0
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan 12 2
job descrption
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama 14 0
jam kerja
9 Tanggung Jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab 14 0
dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas 14 0
pekerjaan yang diberikan kepada saya
10 Promosi/ Pengembangan Karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai 14 0
untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai dengan 14 0
adil dengan memperhatikan masa kerja, kinerja
dan kemampuan.
Jumlah 258 22
Persentase 92,1% 7,9%
Sumber Observasi Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners
Analisa
Dari tabel diatas dapat dilihat setelah kami melakukan
pengkajian selama 2 hari bahwa untuk kepuasan kerja perawat di
rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan perawat yang bekerja di
ruang Ponek sebesar 92,1%, yang berarti kepuasan kerja karyawan di
ruang Ponek sangat baik.
3) Kepuasan Keluarga
a. Kajian Data
75

Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17 April


2021, Kepuasan Keluarga Pasien Di Ruang Ponek dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 2.38
Kepuasan Keluarga Pasien di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N = 10
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Perawat bersikap sopan dan berpenampilan rapi 10 0
2. Perawat menggali informasi dari keluarga 8 2
3. Perawat memberikan informasi mengenai masalah 9 1
yang dihadapi pasien
4. Perawat memberikan informasi mengenai tindakan 9 1
yang akan dilakukan kepada pasien (inform consent)

5. Perawat menjelaskan perkembangan pasien 8 2


6. Perawat melakukan penyuluhan kepada keluarga 7 3
mengenai cara perawatan yang harus dilakukan
keluarga dirumah
7. Perawat menyiapkan keperluan pulang pasien yang 10 0
meliputi jadwal kegiatan harian dan sisa obat
8. Perawat menjelaskan waktu control 10 0
9. Perawat memberikan pesanan pulang yang mudah di 10 0
mengerti
10. Perawat memberikan penjelasan rujukan yang bisa 10 0
digunakan bila ada yang perlu dikonsulkan
11. Perawat membantu keluarga untuk konsul dokter 10 0
Jumlah 101 9
Presentase 91% 9%
Sumber : Observasi Mahasiswa Co Ners
Analisa
Berdasarkan tabel diatas setelah kami melakukan
pengkajian selama 2 hari bahwa keluarga pasien merasakan puas
terhadap pelayanan di ruang Ponek dengan presentasi 91% (sangat
baik), dalam hal ini keluarga pasien mengatakan puas karena
mendapatkan informasi mengenai masalah yang dihadapi pasien
dan pelayan yang biak terhadap asuhan keperawatan
3. Standar Operasional Prosedur ( Instrumen C)
a. Kompress Hangat
Kompres hangat adalah sepotong balutan kasa yang dilembabkan
dengan cairan hangat yang telah diprogramkan.Panas dapat
meingkatkan vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit
76

(Potter & Perry 2007).Setelah dilakukan observasi pada 2 orang


perawat tentang pengompressan hangat didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 2.39
Kompress Hangat
di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Perawat menyiapkan alat 3 0
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 1 2
3 Mengucapkan salam 3 0
4 Memastikan identitas pasien 3 0
5 Perkenalkan diri 3 0
6 Menjelaskan prosedur tindakan 3 0
7 Memakai APD 3 0
8 Mengukur suhu tubuh pasien 3 0
9 Membasahi kain pengompres dengan air hangat, 3 0
diamkan selama 5 menit (diulangi beberapa kali)
10 Memeras kain pengompres hangat 3 0
11 Membereskan alat 3 0
12 Melakukan salam 3 0
13 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 3 0
14 Dokumentasi 3 0
15 Memperhatikan pasien safety 3 0
Jumlah 43 2
Jumlah Persentase 95% 5%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil
dalam Penatalaksanaan Kompress Hangat didapatkan nilai
presentase sebesar 95% dan termasuk dalam kategori penilaian
sangat baik.
a. Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
memungsi vena secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam
yang kaku dilakukan dengan teknik steril seperti angeocateter atau
dengan jarum yang disambungkan dengan spuit (Eni K, 2016). 
Setelah dilakukan pengkajian tentang Pemasangan Infus didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 2.40
Penatalaksanaan Pemasangan Infus
77

di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021


N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Mencuci tangan 3 0
2 Persiapan alat dan menggantungkan botol cairan 3 0
pada tiang infuse
3 Mengdesinfeksikan tutup botol dengan alcohol 3 0
swab
4 Menghubungkan infuse set, dan mengalirkan 3 0
cairan kedalam selang infuse, kemudian selang
infuse di klem
5 Mengeluarkan gelembung-gelembung udara dari 3 0
selang infuse
6 Mengatur posisi pasien, dan menentukan tempat 3 0
yang akan dipasang infuse
7 Menggunakan handscoon 2 1
8 Membendung dengan tourniquet bagian atasnya. 3 0
Yang akan dipasang iv catheter
9 Mendesinfektan kulit sekitar yang akan dipasang 3 0
infuse
10 Menusukkan IV Cath kedalam vena dengan 3 0
lubang jarum mengarah keatas, bila darah
mengalir menandakan ajrum masuk kedalam vena,
tourniquet dilepaskan, tekan bagian atasnya dari
tempat tusukan, menarik jarum iv kateter
11 Hubungkan infuse set dengan iv kateter, 3 0
kencangkan sambungan kemudian di klem
dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan
12 Fiksasi menggunakan hansaplast di bagian 3 0
tusukan
13 Fiksasi bagian selang infuse dengan plester 3 0
14 Atur tetesan sesuai order dokter 3 0
15 Membuang sampah pada tempatnya 3 0
16 Melepaskan handscoon 3 0
17 Membuang handscoon pada tempatnya 3 0
18 Berpamitan dengan pasien 3 0
19 Mengucapkan salam 2 1
20 Mencuci tangan 2 1
21 Dokumentasi 3 0
Jumlah 54 3
Jumlah Persentase 96,4% 3,6%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemasangan infus didapatkan nilai presentase sebesar
96,4% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.
b. Pemberian Obat Oral
78

Pemberian Obat Oral adalah suatu tindakan keperawatan yang


dilakukan berupa memasukkan obat melalui mulut yang bermanfaat
untuk memperbaiki status kesehatan seseorang (Andara, 2013).
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Pemberian Obat Oral
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.41
Pemberian Obat Oral di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 0 3
2 Perkenalkan diri 1 2
3 Pastikan identitas pasien 2 1
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 0 3
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar dosis, 3 0
benar waktu, benar cara pemberian, benar indikasi
dan dokumentasi
6 Tentukan kemampuan pasien untuk menelan 3 0
sirup/tablet
7 Cek kemampuan interaksi obat dan kontraindikasi 3 0
8 Catat alergi pada klien sebelum memberikan tiap 3 0
obat
9 Yakinkan bahwa obat yang akan diberikan sesuai 3 0
aturan
10 Cek tanggal kedaluwarsa pada wadah obat 3 0
11 Informasikan pada pasien efek obat yang 3 3
diharapkan dan kemungkinan efek yang tidak
diharapkan
12 Bantu pasien untuk menelan obat 2 1
13 Monitor pasien dari kemungkinan aspirasi dan efek 3 0
terapi
14 Informasikan pasien dan anggota keluarga 1 2
bagaimana cara pemberian obat
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien 3 0
Jumlah 24 21
Jumlah Persentase 53% 47%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemberian obat oral didapatkan nilai presentase
sebesar 53% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.
c. Pemberian Obat IV
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena
melalui port injeksi pada infuse set. Berdasarkan hasil pengkajian tentang
79

Pemberian Obat melalui injeksi intravena bolus didapatkan hasil sebagai


berikut:
Tabel 2.42
Pemberian Obat Injeksi Intravena Bolus di Ruang Rusyd Thalib
Periode 16-17 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 0 3
2 Perkenalkan diri 0 3
3 Pastikan identitas pasien 0 3
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 0 3
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar dosis, 3 0
benar waktu, benar cara pemberian, benar indikasi
dan dokumentasi
6 Atur posisi port Injeksi pada daerah yang bebas dan 3 0
aman
7 Bersihkan daerah penyuntikan dengan alcohol swab 0 3
8 Tusukan jarum kedalam port Injeksi yang telah 0 0
tersedia dalam infuse set (karet khusus)
9 Hentikan aliran infuse dengan cara di klem dan 3 0
lakukan aspirasi, pastikan jalur IV line baik dengan
adanya darah saat dilakukan aspirasi
10 Masukan obat perlahan-lahan sampai habis 3 0
11 Cabut jarum setelah obat masuk semua 3 0
12 Buang spuit dan jarum bekas pada bengkok 3 1
13 Buka klem infuse dan atur kembali tetesan infuse 3 0
14 Rapikan pasien dan Bereskan alat 2 1
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien 3 0
Jumlah 26 5
Jumlah Persentase 84% 16%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemberian obat melalui injeksi intravena bolus
didapatkan nilai presentase sebesar 84% dan termasuk dalam kategori
penilaian Baik.
d. Pengukuran Pernapasan
Pengukuran pernapasan adalah menghitung jumlah pernapasan
(inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.Setelah dilakukan
pengkajian tentang pelaksanaan pengukuran pernafasan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2.43
Mengukur Pernafasan di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
80

N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik 3 0
Buku catatan
2 Melakukan Kebersihan Tangan dan Bismillah 2 1
3 Memperkenalkan diri 3 2
4 Menghitung pernafasan dengan memperhatikan 3 0
irama nafas selama satu menit
5 Melakukan cuci tangan 3
6 Kebersihan tangan 3 0
7 Dokumentasikan hasilnya dalam buku catatan dan 3 0
rekam medik pasien.
Jumlah 20 3
Jumlah Persentase 87% 13%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan perhitungan pernafasan diruang Ponek cukup baik
dilakukan dengan persentase diruang Ponek adalah 87%.
e. Pengukuran Nadi
Pengukuran nadi adalah menghitung jumlah denyut nadi (irama,
frekuensi dan kekuatan).Berdasarkan hasil pengkajian tentang
Pengukuran nadi didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.44
Mengukur Nadi di ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik dan 3 0
Buku catatan
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 1
3 Mengucapkan salam 3 0
4 Perkenalkan diri 3 2
5 Memastikan identitas klien 3 0
6 Menjelaskan prosedur tindakan 2 1
7 Hitung denyut nadi dengan menggunakan arloji 3 0
8 Tempelkan jari telunjuk dan jari tengah diatas 3 0
arteri klien selama satu menit
9 Membereskan alat 3 0
10 Mengucapkan salam 3 0
11 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 1 2
12 Dokumentasikan hasil perhitungan pada buku 3 0
catatan
Jumlah 32 6
Jumlah Persentase 84,2% 15,7%
81

Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan perhitungan nadi diruang Ponek cukup baik dilakukan
dengan persentase diruang Ponek adalah 84,2%.
D) Output
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan mulaidari instrument A, B, dan C di
Ruang Ponek RSUD Siti Fatimah 2021 periode 16-17 April 21
a) Rentang kendali
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, rentang kendali di Ruang
Ruang Ponek RSUD Siti Fatimah 2021 periode 16-17 April 2021, dapat
dilihat pada table berikut :
Tabel 2.45
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A,B,C)
di Ruang Ponek Periode 16-17 April 2021
Target yang harus di
No Aspek Tercapai (%)
capai
1 Instrumen A 72,8% >70%
2 Instrumen B 81,8% >70%
3 Instrumen C 76% >70%
Total %
Sumber: Data Observasi Mahasiswa Ners

Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil penilaian mutu
pelayanan yang meliputi: instrument A dengan presentase hasil
sebesar 72,8%, yang berarti asuhan keperawatan yang telah
dilakukan di ruang Ponek telah memenuhi standar dan sudah
dilakukan dengan sangatbaik. Instrumen B hasil presentasi
81,8% yang berarti timbal balik tenaga perawat, pasien dan
keluarga perawat terhadap mutu pelayanan sudah sangat baik,
Sedangkan instrumen C didapatkan hasil presentase sebesar
76%, yang berarti semua tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat sudah termasuk sangat baik sesuai dengan
prosedur atau SOP yang ada di RSUD Siti Fatimah. Jadi dapat
82

disimpulkan bahwa mutu pelayanan yang ada di ruang Ponek


sudah baik dan telah memenuhi target standar pelayanan mutu
rumah sakit.
1. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2009), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2009).
Rumus :(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
Menurut Depkes RI (2005) ALOS adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :(jumlah lama dirawat) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
Menurut Depkes RI (2005), TOI adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :((jumlah tempat tidur ×  Periode) −  Hari Perawatan) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati).
E. Identifikasi Masalah
Tabel 2.47
Identifikasi Masalah
No MASALAH C A R L TOTAL RANK
Proses Pelayanan Keperawatan (SP2KP)
83

No MASALAH C A R L TOTAL RANK


1. TugasKepala Ruangan : 90% 3 2 4 3 72 14
2. Tugas Kepala Tim/Pj : 93,7% 4 2 3 3 48 17
3 Tugas Perawatan Sosiatif : 92% 2 2 3 3 36 16
4. Meeting Morning : 60% 2 2 2 2 16 6
5. Pre Conference : 66% 2 3 3 2 36 7
6. Post Conference : 68% 2 3 3 1 18 8
7. Handover : 76,3% 1 2 1 2 4 4
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
7. Pemberian Obat : 87% 2 3 2 2 24 13
8. KomunikasiEfektif : 86% 1 3 3 2 2 12
9 Resiko Jatuh : 77% 4 4 4 4 256 9
10 Resiko Infeksi Nosokomial: 63% 2 2 3 5 20 5
StandarAsuhanKeperawatan (Instrument A)
11 Penilaian Asuhan Keperawatan : 95 % 4 4 4 3 192 18
PencegahanDanPengendalianInfeksi (PPI)
12 PPI Secara Umum : 92% 3 4 5 4 240 16
13 Penggunaan APD : 82% 4 2 1 1 8 10
14 Pembungan Sampah : 100% 5 4 3 3 180 20
17 Lima Momen Cuci Tangan : 42% 2 1 1 1 2 1
Instrument B
KepuasanPasienTerhadapMutuPelayan
18 3 3 4 4 144 9
an : 84,3%
19 Kepuasan Kerja Karyawan : 92,1% 3 3 4 4 144 16
20 Kepuasan Keluarga Pasien : 91% 3 4 4 3 144 15
StandarOperasionalProsedur (SOP)
21 Pemasangan IVFD: 96,4% 4 4 4 4 256 17
22 Kompress Hangat : 95% 5 4 4 3 240 19
23 Pemberian Obat Oral : 53%% 3 2 1 2 12 2
Pemberian Obat IV Bolus : 84%
24 3 2 1 1 23 13
25 Pengukuran Respirasi : 87% 3 3 3 4 108 13
26 Pengukuran Nadi : 84,2% 2 2 4 3 58 11

BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Masalah yang dpat di identifikasi dari hasil pengkajian di ruang Ponek
RSUD Siti Fatimah sebagai berikut:
84

1. Input (Masukan)
a. Man(Sumber Daya Manusia)
1) Kuantitas
Jumlah perawat diruangan Ponek didapatkan jumlah tenaga
pelaksanaan berjumlah 14 orang. Dengan perincian 1 orang
Kepala Ruangan, 1 orang Ketua Tim, 4 orang PJ shift, 9 orang
Perawat Pelaksana. Latar belakang pendidikan S1 Ners 2 orang,
D3 Kebidanan ada 9 orang D4 Kebidanan ada 1 orang, dan DIII
Keperawatan ada 2 orang, kemudian perhitungan tentang
kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan Formula
Depkes 2005 kebutuhan perawat di ruang Perawatan Ponek
yaitu berjumlah 9 orang perawat sesuai dengan perawat yang
tersedia diruangan. Jadi dari hasil perhitungan dan kenyataan
dalam ruangan dikatakan cukup.
b. Material (Materi)
Sebagian besar alat-alat medis atau keperawatan yang
tersedia di ruang Ponek RSUD Siti Fatimah Palembang, peralatan
medis yang tersedia dengan kondisi baik dan sudah memenihi
standar untuk ruang ponek . hanya saja untuk toilet duduk yang ada
diruang ponek dari 5 toilet duduk yang ada diruang ponek 3
diantaranya mengalami mampet (susah untuk mengalir).
c. Money
Sumber dana yang didapatkan berasal dari Pemerintah provinsi
sumatera selatan juga menerima pasien umum dan BPJS. Sumber
dana yang didapatkan berasal dari tarif pasien, penggolongan
keuangan diruangan sepenuhnya diatur secara sentral oleh bidang
keuangan Rumah Sakit.
d. Method (Metode)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
Ponek mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan
dan SAK ( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur tetap
keperawatan di Ruang Ponek mengacu pada prosedur tetap yang
85

diterbitkan oleh Rumah Sakit Siti Fatimah.Standar ini diperlukan


untuk menentukan mutu pelayanan, bagaimana kegiatan-kegiatan
akan dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut
dikerjakan.
2. Proses
Tabel 3.1
Identifikasi Hasil Analisa Sub Masalah
No Sub Masalah Hasil Kriteria Hasil yang di inginkan
1 Proses Pelayanan Keperawatan (SP2KP)
Pelaksanaan tugas Kepala 90% Baik
100%
Ruang
Pelaksanaan tugas Ketua 93% Baik
100%
Tim
Pelaksanaan tugas perawat 92% Baik 100%
pelaksana
Timbang Terima 75,3% Baik 100%
2 Pre Conference 66% Cukup 100%
3 Post conference 68% Cukup 100%
4 Meeting morning 60% Cukup 100%
Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A)
5 SAK 95% Baik 100%
6 Kepuasan Keluarga (Instrumen B)
Kepuasan Keluarga 91% Baik 100%
7 Kepuasan Karyawan 92,1% Baik 100%
8 Standar Prosedur Operasional (Instrumen C)
Pemberian Pemasangan IVFD 96,4 % Baik 100%

Merapikan Tempat Tidur 100% Baik 100%


9 Keselamatan Pasien (Patien Safety)
Identifikasi pasien 100 % Baik 100%
Peningkatan komunikasi yang 85 % Baik
100%
efektif
Pemberian Obat 89 % Baik 100%
Resiko Infeksi 63,3 % Cukup 100%
Resiko Jatuh 77 % Baik 100%

PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)


Penggunaan APD 82 % Baik 100%
Pembuangan sampah 100% Baik 100%
penatalaksanaan linen 100 % Baik 100%
Lima momen kebersihan tangan 42 % Kurang 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk


pengelompokkan masalah yang harus diseslesaikan dapat dilihat di tabel di
bawah ini.
86

Keterangan :
1. Kategori baik > 75 %
2. Kategori cukup 60-75 %
3. Kategori kurang <60 %
Dengan keterangan :
Apabila kriteria dengan kategori baik >75% tapi salah satu poin yang
penting didalam instrumen tidak dilaksanakan maka akan dijadikan masalah.

3. Output
a) BOR (Bed Occupancy Ratio) di ruang Ponek RSUD Siti Fatimah
Palembang selama 3 hari adalah 34 % dimana untuk pemakaian
tempat tidak sesuai dengan standar Depkes yaitu 60%- 85%
b) AVLOS (Average Length of Stay) menunjukan lama rata-rata
hari perawatan pasien di ruang Ponek RSUD Siti Fatimah
Palembang secara umum nilai ALOS yang ideal antara 4-10
hari. Hal ini dimungkinkan kebanyakan pasien diruang rawat
perempuan B yang kebanyakan lama perawatan hanya 5 hari
di ruangan untuk diobservasi dan kondisi pasien yang cepat
membaik
c) TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata-rata satu
tempat tidur kosong di ruang ponek adalah 6 hari, dimana hal
ini tidak sesuai dengan Depkes yaitu 1-3 hari.

B. SKORING

Berdasarkan hasil pengkajian data ditemukan beberapa masalah dan


dilanjutkan dengan planning of action dan disusun dalam bentuk
tabel.Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability,
Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-5 dengan
indikator 1: sangat kurang, 2: kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: sangat baik.
Kriteria C.A.R.L tersebut mempunyai arti.
87

C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan sarana/peralatan)


A : Kemudahanmasalah yang diatasi atau tidak diatasi.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersedian metode/
cara/ teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
R : peraturan atau juklk.
Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran
L : seperti keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan rangking


atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.
Tabel 3.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan CARL
Di Ruang Ponek RSUD Siti Fatimah
No MASALAH C A R L TOTAL RANK
Lima momen cuci
1. 2 1 1 1 2 1
tangan 42%
(Material) 3
kamar mandi
2 yang lubang 2 2 1 1 4 2
saluran airnya
tidak mengalir.
88

C. PERMASALAHAN
1. PPI (Kepatuhan Lima Moment kebersihan tangan)
Proses pelaksanaan Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
belum optimal yaitu penerapan lima momen cuci tangan oleh perawat
dengan persentase 42%.

2. Material
Dari hasil observasi yang telah dilakukan Sebagian besar alat-alat medis
atau keperawatan yang tersedia di ruang Ponek RSUD Siti Fatimah
Palembang, peralatan medis yang tersedia dengan kondisi baik dan sudah
memenihi standar untuk ruang ponek . hanya saja untuk toilet duduk yang
ada diruang ponek dari 5 toilet duduk yang ada diruang ponek 3
diantaranya mengalami mampet (susah untuk mengalir).
89

4
90

D. Analisa SWOT
Tabel 3.2
Analisa SWOT
No Elemen Strengths Weaknesses Opportunities Threatening
(kekuatan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
1 Pengaplikasian 1. Telah tersedianya 1. Masih ditemukan perawat 1. Dukungan supervisor 1. Resiko terkena infeksi
pencegahan fasilitas cuci tangan yang tidak melakukan cuci dalam meningkatkan pada perawat
infeksi (cuci seperti handscrub di tangan lima momen kepatuhan perawat untuk 2. Resiko penularan
tangan 5 moment) pintu masuk setiap sebelum melakukan cuci tangan lima momen infeksi pada pasien
belum optimal ruangan pasien, di tindakan. 2. Dukungan teman sejawat lainnya
beberapa tem pat tidur 2. Ditemukan perawat yang untuk saling memotivasi 3. Adanya tuntutan tinggi
dan ruangan tindakan. mencuci tangan ketika dan mengingatkan dari masyarakat untuk
2. Adanya washtafel, akan melakukan pentignya 5 momen dalam pelayanan lebih
sumber air mengalir tindakan/kontak pasien, cuci tangan profesional
yang cukup, dan sabun setelahnya memakai
cuci tangan. handscone, tetapi ketika
3. Tersedianya poster berpindah kepasien lain
dinding cara mencuci dan melakukan kontak,
tangan 6 langkah. tidak mengganti
handscone dan tidak
melakukan cuci tangan
kembali.

2 Material 1. Kamar mandi / WC 1. 3 kamar mandi tidak 1. RSUD siti fatimah 1. Adanya tuntutan tinggi
terletak pada setiap dapat digunakan sejak 1 merupakan rumah dari masyarakat untuk
sakit tipe B milik
91

No Elemen Strengths Weaknesses Opportunities Threatening


(kekuatan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
kamar bulan terakhir karena pemerintah sehingga pelayanan yang lebih
lubang saluran mampet memiliki pendanaan profesional dengan
yang cukup untuk
airnya tidak mengalir. fasilitas yang llengkap.
melakukan perbaikan
dan pengadaan alat- 2. Banyaknya rumah
alat yang rusak dan sakit yang memiliki
habis.
fasilitas lengkap dan
2. Adanya kesempatan
untuk penggantian memadai menjadi
alat-alat yang tidak persaingan menjadi
layak pakai dan
semakin kextat.
perbaikan fasilitas
yang rusak
3. Adanya kesempatan
menambah anggaran
untuk pembelian
nurssing kit
92

E. POA (Planning Of Action)


Tabel 3.3
POA (Planning Of Action)
No Masalah Sub Rank Target UraianKegiatan Waktu Sasaran PJ Yang terkait
Masalah
1 Pengendali Kepatuhan 1 Perawat belum 1. Koordinasi dengan 16 April Katim, Amalia Kepala
an dan lima momen mengoptimalkan lima kepala ruangan 2021 Perawat, Dwi Ruangan
pencegahan cuci tangan momen cuci tangan 2. Siapkan materi dan Mahasiswa Yanty Ponek,
Infeksi sebelum dan diruangan, dari 42% bahan  yang akan Perawat
(PPI) sesudah naik 58% menjadi diperlukan saat Ruangan Dan
kontak 100% dengan kriteria sosialisasi Staf
dengan hasil: Perawat mampu 3. Siapkan tempat dan
pasien melaksanakan cuci atur waktu
42% tangan lima momen 4. Sosialisasi dengan
perawat ruangan
tentang lima momen
cuci tangan
5. Implementasi sesuai
SOP
6. Melakukan evaluasi
Pendokumentasian

4
93

No Masalah Sub Rank Target UraianKegiatan Waktu Sasaran PJ Yang terkait


Masalah
Material Fasilitas dan 3 Perbaikan Sarana Dan 1. Koordinasi kepala Katim, Amalia Kepala
alat yang prasarana yang ada di
ruangan Perawat, Dwi Ruangan,
rusak dan ruang ponek
tidak tersedia (termasuk Perbaikan 2. Siapkan tempat dan Mahasiswa Yanti, Dan Staf
( 3 kamar Toilet )
atur waktu S.Kep ,
mandi yang
lubang 3. Mendiskusikan
saluran
dengan Kepala
airnya tidak
mengalir.) ruangan untuk
masalah sarana dan
prasara yang ada
diruang ponek
4. Mengarahkan KaRu
mengajukan
Perbaikan Sarana dan
prasarrana yang ada di
ponek ke Tim
manajemen RS
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Berdasarkan Plan of Action (PoA) yang telah disusun, berikut ini adalah
laporan pelaksanaan kegiatan di Ponek RSUD Siti Fatimah Palembang dilaporkan
pelaksanaan dan evaluasi berikut:

A. 5 (Lima) Moment Cuci Tangan


1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan 5 moment Cuci
Tangan, kelompok 4 melaksanakan pengontrolan 5 moment Cuci Tangan
di ruang Ponek. Adapun target yang ingin dicapai yakni 100%. Langkah-
langkah untuk mencapai target sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan di
Perawatan Ruang Ponek RSUD Siti FAtimah
Tanggal
Keterangan
No Uraian kegiatan Pelaksanaan

Koordinasi dengan kepala ruangan terkait


1 dalam pelaksanaan SOP Cuci Tangan √
perawat di ruang Ponek
Menyarankan agar SOP Cuci Tangan
2 yang dilakukan perawat sesuai SPO yang √
berlaku
Mencari literature terkait pelaksanaan √
3
SOP Cuci Tangan di ruang Ponek
Melakukan simulasi SOP Cuci Tangan di √
4
Ponek
100 %

Keterangan :
√ : Pelaksanaan

94
95

Analisa
Berdasarkan dari hasil tabel bahwa pengontrolan pelaksanaan SOP
Cuci Tangan di ruang Ponek dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa
yang direncanakan dalam uraian tugas, yaitu hasilnya mencapai 100%.

2. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan 5 moments cuci tangan di ruang rawat inap
Ponek RSUD Siti Fatimah yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu, target
yang ingin dicapai dari 42% naik menjadi 70%. Adapun hasil evaluasi
dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 4.2
Pengkajian Ulang Pelaksanaan 5 Moment Cuci Tangan
di Ruang Ponek
N=6
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat melakukan kebersihan tangan sebelum 3 3
kontak dengan pasien
2 Perawat melakukan kebersihan tangan sebelum 6 0
melakukan tindakan aseptic
3 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 6 0
terkena cairan tubuh pasien
4 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 4 2
kontak dengan pasien
5 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 2 4
kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Total 21 9
Persentase 70% 30%

3. Faktor Pendukung dan Penghambat


b) Faktor Pendukung
Untuk pelaksanaan pengkajian ulang mengenai pelaksanaan 5
moment cuci tangan di ruang Ponek RSUD Siti Fatimah yang menjadi
faktor pendukung yakni dukungan dari kepala ruang, draft SPO yang
berlaku dan staf perawat yang ada di ruang Ponek Rumah RSUD Siti
Fatimah.
96

c) Faktor Penghambat
Cuci tangan 5 moment yang seharusnya dilakukan perawat,
namu tidak dilakukan sepenuhnya, dikarena kesibukkan dan kelalaian
peawat, sehingga dari 5 moment cuci tangan ada yang terlewatkan.

4. Kesinambungan
Dukungan dari kepala ruangan/katim maupun perawat yang
membantu dalam jalannya kegiatan pelaksanaan yaitu 5 moments
cuci tangan yang harus dilakukan untuk menghindari penularan, dan
mencegah bakteri. Kesadaran yang tinggi akan pentingnya 5 moment
cuci tangan oleh semua pihak baik kepala ruangan, ketuan tim, dan
perawat pelaksana ruangan, sehingga diharapkan dapat lebih
memahami dan melaksanakan 5 moment cuci tangan secara optimal.
B. Perbaikan Fasilitas Dan Alat Yang Rusak Dan Tidak Tersedia
1. Pelaksanaan
Untuk perbaikan fasilitas dan alat yang rusak dan tidak tersedia,
kelompok 4 melaksanakan pengontrolan perbaikan fasilitas dan alat yang
rusak dan tidak tersedia di ruang Ponek . Adapun target yang ingin
dicapai yakni 100%. Langkah-langkah untuk mencapai target sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Pengontrolan Perbaikan Fasilitas Dan Alat Yang
Rusak Dan Tidak Tersedia Di Ruang Ponek

Tanggal
Keterangan
No Uraian kegiatan Pelaksanaan

Mendiskusikan tentang kemungkinan


dilaksanakannya perbaikan 3 kamar mandi √
1 yang aliran airnya mampet gsejak 1 bulan
terakhir karena lubang saluran airnya tidak
mengalir

Observasi dan evaluasi
2

100 %
97

Keterangan :
√ : Pelaksanaan
Analisa
Berdasarkan dari hasil tabel bahwa pengontrolan pelaksanaan
perbaikan fasilitas dan alat yang rusak dan tidak tersedia di ruang Ponek
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang direncanakan dalam
uraian tugas, yaitu hasilnya mencapai 100%.
2) Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan perbaikan fasilitas dan alat yang rusak dan
tidak tersedia di ruang Ponek yang dilakukan oleh kelompok 5 yaitu,
target yang ingin dicapai dari 50% naik menjadi 100%. Adapun hasil
evaluasi dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.5
Pengkajian Ulang Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Pengontrolan
Perbaikan Fasilitas Dan Alat Yang Rusak Dan Tidak Tersedia Di Ruang
Ponek Tahun 2021
N:1
No Variabel Ya Tidak
1 Melakukan perbaikan aliran air yang tersumbat di 1
kamar mandi yang rusak
Persentase 100 0%
%

3) Faktor Pendukung dan Penghambat


a. Faktor Pendukung
Untuk pelaksanaan pengkajian ulang mengenai perbaikan fasilitas dan
alat yang rusak dan tidak tersedia ruang Ponek yang menjadi faktor
pendukung yakni dukungan dari kepala ruang ruang Ponek dan jajaran
Manajemen rumah Sakit
b. Faktor Penghambat
Tidak ada faktor penghambat dalam pelaksanaan perbaikan fasilitas
dan alat yang rusak di ruang Ponek RSUD Siti FAtimah.
98

Kesinambungan
Dukungan dari kepala ruangan, perawat, maupun jajaran
Manajemen yang membantu dalam jalannya kegiatan pelaksanaan
perbaikan fasilitas dan alat yang rusak dan tidak tersedia yang harus
dilakukan untuk meningkatkan mutu serta pelayanan sehingga pasien
mendaapatkan fasilitas dan pelayanan yang di butuhkan dengan
optimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan umum bahwa praktek manajemen sudah dilaksanakan di ruang
Ponek RSUD Siti Fatimah Palembang dari tanggal 12 april sampai 24 april
2021.
2. Lima moment cuci tangan persentase sebelumnya 42% naik menjadi 100%,
sudah mencapai target.
B. Saran
1. Menerapakan 5 moment cuci tangan sangat penting dilakukan untuk
mencegah kerjadian yang tidak diinginkan, dan merupakan perlindungan
diri dari penyebaran penyakit.
2. Melakukan pemberian obat dengan menerapkan prinsip 6 benar itu sangat
penting karena apabila pemberian obat pada pasien salah akan terjadi akibat
yang fatal karena setiap pasien memiliki obat dan dosis masing-masing,
dalam pemberian obat Komunikasi tetap harus dilakukan walaupun pasien
tidak sadar, terutama menanyakan pasien untuk mencocokan obat dengan
identitas pasien.

99
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Montague. (1997). Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
Depkes RI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Depkes RI. 2006. Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI, 2011. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Direktorat Jendral
PelayananMedik. Jakarata.
Gillies, D. A., (1994), Nursing management  : A system approach, Third edition,
Philadelphia: WB. Saunders Company.
Kron & Gray, (1987), The management of patient care putting leader ship skill to
work, Philadelphia: WB. Saunders Company.
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Marguis & Huston. (2000). Leadership role and management in nursing:  theory
and application, Philadelphia: Lippincott.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan  Aplikasi Dalam Praktik
Keperawata nProfesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.(2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Perry. (2009). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7.Vol. 3.Jakarta : EGC
Satrianegara, M. Faisdan Siti Saleha. (2009).Buku Ajar Organisasi dan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta :Salemba
Medika.
Schroeder, Richard G, Clark, Myrtlew. Dan Cathey, Jack M. (2007). Financial
Accounting Theory and Analysis, (7th ed.). United States of America: John
Wiley & Sons, inc.
Sitorus, Ratna & Panjaitan, R. (2011).Manajemen Keperawatan: Manajemen
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
Suryanti. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Lamanya Waktu Proses
Pendaftaran Pasien Rawat Inap di RS Pondok Indak. Tesis. Jakarta:
FKMU
Dokumentasi penatalaksanaan 5 Momen Cuci Tangan

Anda mungkin juga menyukai