Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

Nama : Rizky Trio Prasdika


NIM : 1620017
Tugas : Manajemen Keperawatan

Analisa PICO

No. Kriteria Jawaban Pembenaran & Critical Thinking


1. P Ya Dalam jurnal ini, masalah yang ditemukan yaitu banyak ulasan
tentang serah terima keperawatan yang telah dilakukan, namun
tidak satupun yang berfokus pada pasien. (Tobiano, Bucknall,
Sladdin, Whitty, & Chaboyer, 2019)
2. I Ya a. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan komunikasi
efektif yang terintegrasi dengan keselamatan pasien dalam
timbang terima pasien dan disosialisasikan secara menyeluruh
pada perawat pelaksana akan meningkatkan efektifitas dan
koordinasi dalam mengkomunikasikan informasi penting
sehingga meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam
mendukung keselamatan pasien. (Cecep Triwibowo,
Zainuddin Harahap, 2016)
b. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan alat
komunikasi SBAR (Situasion Background Assessment
Recommendation). (Hani Tuasikal, 2015)
c. Intervensi yang dilakukan adalah dengan metode ISBAR
(Introduction, Situation, Background, Assesment,
Recomendation). (Astuti & Ilmi, 2019)
d. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan
pelayanan yang mengacu pada keselamatan pasien. Sasaran
keselamatan pasien meliputi tercapainya ketepatan identifikasi
pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi,
tepat-prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko
pasien jatuh. (Faisal, Syahrul, Jafar, & Hasanuddin, 2016)
e. Intervensi yang dapat dilakukan adalah komunikasi dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dan belum dilakukan serta perkembangan pasien pada saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. (Rudi Kurniawan, Nur Ayu Yulirocita, 2018)
3. C Ya a. Pada dasarnya jenis bedside handover (melibatkan pasien dan
keluarga) adalah jenis handover yang paling tepat. Menurut
McKenna (1997) dalam Scovell (2010), Metode bedside
handover dilakukan lebih cepat, lebih awal, dan melaporkan
hal-hal yang rahasia dari pasien. Bedside handover memiliki
banyak keunggulan seperti adanya kesempatan bagi perawat
untuk mengklarifikasi hal-hal yang tidak mengerti atau
terdapat proses tanya jawab. (Cecep Triwibowo, Zainuddin
Harahap, 2016)
b. Metode komunikasi SBAR (Situasion Background Assessment
Recommendation) memiliki potensi untuk meningkatkan
komunikasi perawat. Oleh karena itu metode SBAR sangat
efektif dalam pelaksanaan handover, yang disesuaikan
kondisinya dapat membantu dalam komunikasi, baik individu
dengan tim yang akhirnya dapat mempengaruhi perubahan
dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien dari tim,
sehingga ada dampak positif dan terlihat ada perbaikan pada
pelaporan insiden keselamatan pasien. (Hani Tuasikal, 2015)
c. Metode Komunikasi ISBAR (Introduction, Situation,
Background, Assesment, Recomendation) adalah komunikasi
dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur
informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat, efisien untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis,
efektif, terstruktur dan menghemat waktu serta tercapai
peningkatan keselamatan pasien. (Astuti & Ilmi, 2019)

d. Keselamatan pasien merupakan komponen penting dan vital


dalam asuhan keperawatan yang berkualitas. Hal ini menjadi
penting karena keselamatan pasien merupakan suatu langkah
untuk memperbaiki mutu pelayanan dalam memberikan
asuhan keperawatan. Informasi terkait dengan keadaan klinis
pasien, kebutuhan pasien, keadaan personal pasien, sampai
pada faktor sosial pasien. (Faisal et al., 2016)
e. Pada dasarnya ketidakdisiplinan perawat dalam melakukan
timbang terima disebabkan karena kurangnya motivasi dari
dalam diri, kurangnya SDM atau tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam ruang perawatan, kurangnya penghargaan yang
diberikan oleh rumah sakit sehingga menurunkan semangat
perawat untuk mendisiplinkan diri dalam melakukan timbang
terima. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(Kristianto & Santosao, 2013) tentang hubungan pemberian
reward ucapan terima kasih dengan kedisiplinan waktu saat
mengikuti timbang terima yaitu terdapat hubungan antara
pemberian reward ucapan terima kasih dengan kedisiplinan
waktu saat mengikuti timbang terima perawat. (Rudi
Kurniawan, Nur Ayu Yulirocita, 2018)
4. O Ya a. Prosedur timbang terima efektif dalam meningkatkan
kesinambungan, kualitas serta keselamatan dalam memberikan
pelayanan pada pasien. Untuk itu agar pelaksanaan handover
dapat berjalan dengan baik serta keselamatan pasien
terlindungi diperlukan adanya pelatihan tentang handover,
supervisi tiap ruangan, adanya tanggung jawab, kerjasama,
motivasi, dan komunikasi antar perawat serta sistem pelaporan
yang adekuat, kejujuran dan keterbukaan. (Cecep Triwibowo,
Zainuddin Harahap, 2016)
b. Ada beberapa Rumah Sakit yang mengadopsi SBAR dalam
melakukan handover. SBAR dalam handover dapat
meningkatkan komunikasi antar perawat dalam menciptakan
kepercayaan dalan tim perawatan kesehatan, karena semua
anggota tim disedikan informasi yang objektif dalam format
yang terstandar. (Hani Tuasikal, 2015)
c. Partisipan merupakan perawat yang memenuhi kriteria dan
bekerja di ruangan yang menerapkan metode komunikasi
SBAR yaitu ruang rawat inap syaraf, ruang rawat inap bedah,
ruang rawat inap vip lantai 2 dan ruang rawat inap vip lantai 3
di RSUD Banjarmasin. Adapun jumlah partisipan 7 (tujuh)
orang yang terdiri dari 6 orang wanita dan 1 orang laki-laki
dengan usia termuda 30 tahun dan usia tertua 40 tahun. tingkat
pendidikan partisipan 4 (empat) orang S.Kep Ners dan 3 (tiga)
orang D3 Keperawatan. Pengalaman bekerja partisipan rata-
rata 6- 17 tahun. (Astuti & Ilmi, 2019)
d. Kegiatan dalam pengabdian ini terlaksana dengan baik,
adapun hasil evaluasi pelaksanaan hand over dengan SBAR
pencapaian rata- rata 83,8 % yang sebelumnya hanya 66,2 %
Jadi ada peningkatan sekitar 17,6%. Dari hasil statistik adalah
adanya perbedaan pelaksanaan hand over pasien dengan
SBAR sebelum dan sesudah pendampingan dengan nilai
signifikansi P = 0,01 (P<0,05). (Faisal et al., 2016)
e. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan timbang
terima (operan shift sore-malam) yang dilaksanakan di
Instalasi Rawat Inap RSUD Ciamis Tahun 2018 menunjukan
bahwa dari 72 responden, rata- rata keterlaksanaanya hanya
sebesar 55%, dari indikator keterlaksanaan sebesar 100%.
Adapun sebagian besar responden melaksanakan timbang
terima dalam tahap persiapan rata-rata keterlaksanaanya
sebesar 51.4%, tahap pelaksanaan timbang terima rata-rata
keterlaksanaanya sebesar 59.4%, dan tahap post timbang
terima rata-rata keterlaksanaanya sebesar 38.8%. (Rudi
Kurniawan, Nur Ayu Yulirocita, 2018)

Kesimpulan :

Dari beberapa intervensi yang ditemukan dalam handover salah satunya untuk
meningkatkan pasien safety di RS adalah dengan metode komunikasi SBAR. Komunikasi S-
BAR merupakan komunikasi yang terdiri dari 4 komponen yaitu S (Situation): merupakan
suatu gambaran yang terjadi pada saat itu. B (Background): merupakan sesuatu yang melatar
belakangi situasi yang terjadi. A (Assessment): merupakan suatu pengkajian terhadap suatu
masalah. R (Recommendation): merupakan suatu tindakan dimana meminta saran untuk
tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan untuk masalah tersebut. Metode SBAR
sangat membantu atau mempermudah perawat dalam meningkatkan komunikasi tentang
informasi pasien dan diharapkan dapat mencegah sesuatu kejadian yang tidak diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N., & Ilmi, B. (2019). Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan Handover. 3(1), 42–51.
Cecep Triwibowo, Zainuddin Harahap, S. (2016). STUDI KUALITATIF: PERAN
HANDOVER DALAM MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT.
6(2), 72–79.
Faisal, F., Syahrul, S., Jafar, N., & Hasanuddin, U. (2016). PENDAMPINGAN HAND OVER
PASIEN DENGAN METODE KOMUNIKASI SITUATION , BACKGROUND ,
ASSESMENT , RECOMMENDATION ( SBAR ) PADA.
Hani Tuasikal. (2015). FEKTIFITAS METODE HANDOVER DALAM MENINGKATKAN
KOMUNIKASI PERAWAT.
Rudi Kurniawan, Nur Ayu Yulirocita, N. H. (2018). PATIENT HANDOVER IN HOSPITALS
IN CIAMIS DISTRICT.
Tobiano, G., Bucknall, T., Sladdin, I., Whitty, J. A., & Chaboyer, W. (2019). International
Journal of Nursing Studies Reprint of : Patient participation in nursing bedside
handover : A systematic mixed-methods review $. 97, 63–77.

Anda mungkin juga menyukai