Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara

profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan

yang dihadapi. Salah satu bentuk penataan system pemberian pelayanan

keperawatan adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan yang

ilmiah dan sering disebut sebagai model praktik keperawatan professional

(MPKP) (Sitorus, R & Nurachmah, 2005).

Salah satu metode yang diterapkan pada MPKP adalah dengan

memperhatikan seluruh kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien

kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan

pemecahan masalahnya.

Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal

tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan

merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat

assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang

melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan

keperawatan.

Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat ruangan

untuk membahas lebih dalam tentang kebutuhan pasien karena melibatkan

pasien dan seluruh tim keperawatan yang ada mulai dari perawat pelaksana

sampai konsultan perawatan. Ronde keperawatan juga merupakan suatu


7

proses belajar bagi perawat, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat

akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan

pengapilikasian konsep teori secara langsung pada kenyataan.

Melalui ronde keperawatan ini, maka diharapkan mahasiswa perawat

dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor bersama

dengan perawat di RS. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan

adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

Ronde keperawatan merupakan salah satu unsur dalam penerapan

MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional). Jadi, dengan adanya

ronde ini diharapkan dapat menumbuhkan cara berpikir secara kritis,

menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari

masalah klien, meningkatkan validitas data klien, menilai kemampuan

justifikasi, meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja dan

kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan sehingga pelayanan

keperawatan yang diberikan dapat optimal. Namun, praktek di klinik sendiri

masih jarang diimplementasikan karena perawat cenderung mengidentikkan

dengan timbang terima. Padahal jikalau ini diimplementasikan dengan baik,

beberapa masalah mengenai proses perawatan dapat berkurang.

Di Negara maju, seperti di Amerika Serikat sistem ronde keperawatan

yang diterapkan yakni ronde tiap jam (Hourly Rounds). Hourly

Rounds atau ronde per jam ini adalah pemeriksaan secara intensif pada pasien

atau klien dengan interval yang teratur. Efek Hourly Rounds oleh Meade et all
8

dilaporkan bahwa berkurangnya insidensi jatuh (52 %), penggunaan Call

lights/ panggilan darurat (37%) dan penekanan ulkus (14 %).

Penerapan Hourly Round (ronde per jam) ini memang sudah banyak terbukti

dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama pasien di

rumah sakit. Selain itu, kepuasan pasien juga meningkat karena pelayanan

keperawatan yang diberikan sangat intens dirasakan oleh pasien.

Di ruang melati RSKIA Astana Anyar Kota Bandung terdapat

beberapa pasien dengan diagnosa BBRL (berat badan lahir rendah) , hal ini

seharusnya menjadi suatu perhatian yang serius karena semakin meningkatnya

jumlah pasien yang menderita BBRL , dan kita ketahui juga bahwa BBRL

bukanlah penyakit yang bisa di anggap mudah untuk di sembuhkan, karena

jika tidak ditangani segera akan mengakibatkan penurunan berat badan.

Dengan adanya fenomena tersebut maka kami ingin mengangkat masalah

tersebut untuk kami jadikan dalam ronde keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari konsep ronde keperawatan?

2. Bagaimana tujuan dari ronde keperawatan?

3. Bagaimana proses dari ronde keperawatan?

C. Tujuan Penulisan

1. Umum
9

Mahasiswa dapat membantu menyelesaikan masalah pasien melalui

pendekatan berpikir kritis.

2. Khusus

1. Dapat menjelaskan tentang pengertian dari konsep ronde keperawatan.

2. Dapat menjelaskan tentang tujuan dari ronde keperawatan.

3. Dapat menjelaskan tentang proses dari ronde keperawatan.

4. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.

5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

6. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.

7. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.

8. Meningkatkan kemampuan justifikasi

9. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

10. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep ronde keperawatan

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi proses ronde keperawatan di rumah

sakit

3. Masalah pasien dapat teratasi dengan menyeluruh

4. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

5. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional

6. Terjalinnya kerjasama antar tim.


10

7. Mahasiswa beserta perawat dapat melaksanakan model asuhan

keperawatan dengan tepat dan benar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Bayi berat lahir rendah

adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat

lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi

prematur. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak seluruh bayi dengan

berat badan lahir rendah lahir secara premature. World Health Organization

(WHO) mengubahistilah bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi

lahir rendah (low birth weight) dan sekaligus mengubah kriteria BBLR yang

sebelumnya ≤2500 gram menjadi < 2500 gram.

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa

gestasinya. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, antara lain :

1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan

berat lahir 1500 – 2499 gram.


11

2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight

(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.

3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth

weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram.

Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat

badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif

lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang,

tangisnya lemah dan jarang,.

2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya

untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin.

Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

faktor ibu dan faktor janin. Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum

hamil rendah, penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan,

malnutrisi, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir rendah, remaja, tubuh

pendek, sudah sering hamil, dan anemia. Infeksi pada ibu selama kehamilan,

sosial ekonomi rendah, dan stres maternal, juga dapat menyebabkan

terjadinya kelahiran BBLR. Faktor janin dan plasenta yang dapat

menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda, hidroamnion, dan cacat


12

bawaan. Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan

antenatal, tenaga kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat

pertama kali pemeriksaan kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan

BBLR.

Masalah yang sering dijumpai pada BBLR antara lain keadaan

umum bayi yang tidak stabil, henti nafas, inkoordinasi reflek menghisap dan

menelan, serta kurang baiknya kontrol fungsi motorik oral, sehingga beresiko

mengalami kekurangan gizi dan keterlambatan tumbuh kembang.

Keterlambatan tersebut dapat dilihat pada fisik BBLR, seperti berat badan

rendah (< 2500 gram), panjang badan pendek (≤ 45 cm), dan lingkar kepala

kecil (< 33 cm). Kekurangan gizi ini diantaranya disebabkan oleh

meningkatnya kecepatan pertumbuhan, serta semakin tingginya kebutuhan

metabolisme, cadangan energi yang tidak mencukupi, sistem fisiologi tubuh

yang belum sempurna, atau karena bayi dalam keadaan sakit.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki resiko tinggi dalam

mortalitas dan morbiditas pada neonatus. BBLR sangat rentan terhadap

infeksi, karena daya tahan tubuh BBLR yang masih rendah. Selain itu,

keadaan organ-organ BBLR yang belum matang merupakan faktor resiko

terjadinya necrotizing enterocolitis (NEC) pada BBLR. Kejadian NEC

tertinggi pada bayi berat lahir < 1500 gram. Bayi yang lahir dengan kisaran

berat badan antara 2000 – 2500 gram memiliki resiko kematian neonatal 4

kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan kisaran berat
13

badan 2500 – 3000 gram dan 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi

yang lahir dengan kisaran berat badan 3000 – 3500 gram.

Kematangan fungsi organ khususnya saluran cerna, sangat

menentukan jenis dan cara pemberian nutrisi pada BBLR. Kondisi klinis

seringkali merupakan faktor penentu, apakah nutrisi enteral atau

parenteralyang akan diberikan. Ketersediaan enzim pencernaan baik

untukkarbohidrat, protein, maupun lemak sangat berkaitan dengan masa

gestasi. Kemampuan pengosongan lambung (gastric emptying time) lebih

lambat pada bayi BBLR daripada bayi cukup bulan. Demikian pula fungsi

mengisap dan menelan (suck and swallow) masih belum sempurna, terlebih

bila bayi dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu.

Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial.

Namun, penyebab terbanyak yang mempengaruhi adalah kelahiran prematur.

Bayi prematur harus dipersiapkan agar dapat mencapai tahapan tumbuh

kembang yang optimal seperti bayi yang lahir cukup bulan sehingga akan

diperoleh kualitas hidup bayi yang lahir prematur secara optimal pula.Salah

satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan asupan nutrisi

yang mencukupi untuk proses tumbuh kejar pada bayi prematur yang lebih

cepat dari bayi cukup bulan.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang tepat

untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR

meliputihal-hal berikut :
14

1. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami

hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan

ketat.

2. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus

memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan.

Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan

sebelum memegang bayi.

3. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum

sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan

hati-hati.

4. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara

ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.

B. Nutrisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar

dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan untuk

mencapai tumbuh kembang optimal. Pertumbuhan BBLR yangdirefleksikan

per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga

BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan tata laksana nutrisi

khusus dikarenakan keterbatasan cadangan nutrisi tubuh, termoregulasi yang


15

belum stabil, imaturitas fungsi organ, potensi pertumbuhan cepat, serta risiko

tinggi terhadap terjadinya morbiditas (Rukmini et al., 2008). Bayi yang

dilahirkan secara prematur dengan berat badan 2000 gram (4 ½ lb) atau lebih

biasanya tumbuh subur dengan ASI. Namun bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2000 gram, dapat mempunyai angka pertumbuhan demikian cepat

sehingga ASI saja tidak dapat memasok nutrien esensial yang cukup untuk

pertumbuhan normal.

Densitas kalori ASI baik ASI untuk bayi aterm maupun ASI untuk

bayi prematur adalah 67 kkal/100 ml pada 21 hari pertama laktasi. Formula

dengan densitas sama dapat digunakan untuk BBLR, tetapi formula dengan

konsentrasi lebih tinggi yaitu 81 kkal/100 ml seringkali lebih disukai.

Formula ini memungkinkan pemberian kalori lebih banyak dengan volume

lebih kecil, menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi

memerlukan restriksi cairan. Juga mensuplai cukup air untuk ekskresi

metabolit dan elektrolit dari formula.

Bayi dapat mencapai full enteral feeding (~150 – 180 mL/kg/hari),

kira-kira 2 minggu untuk bayi 1000 gram pada waktu lahir dan kira-kira 1

minggu untuk bayi 1000 – 1500 gram dengan menerapkan protocol evidence-

based feeding. Dapat dicatat bahwa beberapa bayi, terutama yang kurang dari

1000 gram, tidak akan mentolerir volume yang lebih besar dari pemberian

makan (seperti 180 mL/kg/hari atau lebih). Pencapaian yang cepat dari full

enteral feeding akan menyebabkan pelepasan yang lebih awal dari kateter
16

pembuluh darah dan berkurangnya kejadian sepsis serta komplikasi yang

berkaitan dengan kateter.

Frekuensi dari pemberian makan diakukan pemberian makan setiap 3

jam sekali untuk bayi > 1250 gram. Angka kejadian dari intoleransi makanan,

apnea, hipoglikemik, dan necrotizing enterocolitis (NEC) tidak terlalu

berbeda, tetapi waktu rawat dalam pemberian makan setiap 3 jam sekali,

menjadi berkurang.

Waktu untuk memulai, volume, serta durasi disarankan volume

minimal dari pemberian susu (10 – 15 mL/kg/day). Hal ini dilakukan pada 24

jam pertama kehidupan. Jika pada 24 – 48 jam, tidak ada ASI maupun susu

donor, pertimbangkan susu formula. Pengenalan lebih dini pada pemberian

makan awal dibandingkan dengan bayi yang dipuasakan, tidak menunjukkan

hasil yang signifikan pada kejadian NEC.

Namun minggu-minggu awal kehidupan, dukungan nutrisi lengkap

sulit pada Very Low Birth Weight (VLBW), karena toleransi makan yang

buruk terkait dengan ketidakdewasaan sistem gastrointestinal. Dengan

demikian, adanya defisit relevan pada energi dan nutrisi yang diberikan

selama dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan banyak bayi

prematur yang tumbuh terbatas.


17

Tabel 1. Rekomendasi WHO untuk optimal feeding pada BBLR (WHO, 2011)

Kualitas Bukti

No. Rekomendasi Tipe dari Rekomendasi (sedikitnya

keluaran kritis)

Diberi Apa ?

a. Pilihan Susu

1 ASI Ibu Sendiri Kuat Sedang

2 ASI Donor (ASI ibu sendiri tidak tersedia ) Kuat Situasional Tinggi

3 Susu Formula (ASI dan ASI Donor tidak


Lemah Situasional Rendah
tersedia)

4 Susu Formula diberikan dari discharge


Lemah Situasional Rendah
sampai 6 bulan

5 Jika diberi ASI atau ASI Donor, sebaiknya

tidak rutin diberikan bovine milk-based + Lemah Situasional Rendah

Human Milk Fortifier.

6 Jika berat gagal dicapai setelah pemberian

ASI, diberikan Human Milk Fortifier.


Lemah Situasional Rendah
Sebaiknya dicampurkan dengan ASI bukan

dengan bovine based.

b. Suplemen

1 Vitamin D (400 i.u. – 1000 i.u. per hari)


Lemah Sangat Rendah
untuk BBLSR sampai 6 bulan.

2 Kalsium (120-140 mg/kg per hari) dan

Fosfor (60-90 mg/kg per hari) untuk BBLSR


Lemah Rendah
yang diberi ASI atau ASI donor selama 1

bulan pertama kehidupan

3 Besi (2-4 mg/kg per hari) untuk BBLSR


Lemah Rendah
yang diberi ASI atau ASI donor dari 2
18

minggu sampai 6 bulan.

4 Vitamin A oral tidak direkomendasikan


Lemah Rendah
untuk BBLR

5 Zinc oral tidak direkomendasikan untuk


Lemah Sedang
BBLR

Kapan dan bagaimana memulai pemberian makan ?

1 BBLR yang mampu menyusu ASI diletakkanKuat


Rendah
di dada secepatnya ketika klinis stabil

2 BBLSR diberikan enteral feed 10 ml/kg,Lemah Situasional


Rendah
sebaiknya dari ASI dari hari pertama

Durasi yang optimal untuk menyusui eksklusif

1 BBLR seharusnya menyusu eksklusif sampai


Rendah
6 bulanKuat

Bagaimana pemberian nutrisi ?

1 BBLR yang butuh nutrisi oral alternative


Sedang
diberikan dengan cup atau sendok Kuat

2 BBLSR membutuhkan intragastric tube


Rendah
feeding secara bolus intermittenLemah

3 BBLSR membutuhkan intragastric tube


Sangat Rendah
feeding diletakkan di oral atau nasalLemah

Berapa sering untuk memberi dan bagaimana menaikkan daily feed volumes?

1 Jika BBLR mendapatkan nutrisi alternatif,

diberikan sesuai dengan tanda lapar bayi


Sedang
kecuali bayi tetap tidur selama 3 jam Lemah Situasional

setelah makan terakhir

2 BBLSR membutuhkan intragastric tube


Sedang
feeding dinaikkan sampai 30 ml/kg per hariLemah
19

C. Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang paling baik untuk

BBLR. Beberapa bayi yang karena beberapa hal tidak mendapatkan ASI,

memperoleh susu formula sebagai sumber utama nutrisi pada beberapa bulan

pertama setelah keluar dari rumah sakit.

Telah lama diketahui, ASI mempunyai manfaat bagi bayi termasuk

pada bayi prematur untuk mengurangi kejadian infeksi dibandingkan susu

formula. American Academy of Pediatrics (AAP) pada tahun 1997

mengeluarkan rekomendasi tentang ASI yang direvisi pada tahun 2005 yang

merekomendasikan agar dokter anak dan tenaga kesehatan lain membantu ibu

untuk memulai menyusui bayinya baik untuk bayi yang sehat maupun untuk

bayi yang resiko tinggi, termasuk bayi prematur dan BBLR. Pemberian ASI

pada BBLR dilakukan on demand (sesering mungkin setiap bayi mau disusui)

atau paling lambat setiap 2 jam.

Air susu ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan bagi bayi usia 6

bulan pertama yang mencukupi seluruh unsurkebutuhan bayi baik fisik,

psikologis, sosial maupun spiritual. ASI sangat bermanfaat bagi bayi,

terutama dalam mengurangi kejadian infeksi, karena ASI 24 jam pertama

mengandung kolostrum yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Keuntungan pemberian ASI untuk jangka pendek diantaranya

pencernaan yang lebih mudah, residu lambung dan muntah lebih sedikit,

menurunnya kejadian infeksi, sedangkan jangka panjang diantaranya:


20

penurunan prevalensi intelligence quotient (IQ) yang rendah pada BBLR

yang mendapat ASI.

Air susu ibu (ASI) mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan

faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi. ASI mengandung

berbagai zat protektif seperti imunoglobulin, makrofag, lisozim, dan

sebagainya. Kandungan hormon ASI jumlahnya sedikit, tetapi sangat

diperlukan dalam proses pertumbuhan dan sistem metabolisme, antara lain

insulin, tyhroid stimulating hormone (TSH), thyrotropine releasing

hormone(TRH), tiroksin, dan lain-lain.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama yang paling baik bagi

awal kehidupan bayi. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung semua zat

gizi yang dibutuhkan dengan menyediakan antibodi atau zat kekebalan untuk

melawan infeksi dan juga mengandung hormon untuk memacu pertumbuhan.

Sehingga demikian, ASI merupakan peranan penting dalam pertumbuhan,

perkembangan dan kelangsungan hidup bayi. ASI mengandung kalori 735

kkal/L, protein 10,6 g/L, lemak 45,4 g/L, kalsium 35 mg/100 ml, natrium 15

mg/100 ml, dan fosfor 15 mg/100 ml.

Faktor kekebalan non-spesifik yang terdapat dalam ASI antara lain

faktor bifidus, laktoferin, dan lisozim. Faktor bifidus adalah tempat yang

subur bagi bakteri usus yang baik, yaitu Lactobacilus bifidus, tetapi

menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya. Hal tersebut dikarenakan

asam laktat dari laktosa yang difermentasi di dalam usus. Laktoferin adalah

gugus asam amino dalam ASI yang mampu menghambat bakteri yang
21

merugikan.Misalnya, Candida albicans yang menghambat pertumbuhan E.

Colipatogen. Kadar laktoferin ASI 6 mg/ml, kadar dalam air susu sapi 5

mg/ml, tetapi kadarnya cepat turun. Kerja laktoferin mengikat Fe, B12, dan

asam folat. Lisozim adalah suatu substrat anti-infeksi yang berguna untuk

mata dan kadarnya 2 mg/100 ml.

Kadar ini 5.000 kali lebih banyak dari air susu sapi. Lisozim dan IgA

memecah dinding sel bakteri kuman enterobakteri dan kuman gram positif.

Lisozim melindungi tubuh bayi terhadap virus herpes.

Salah satu kandungan didalam ASI adalah protein utama, yang

merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein

ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya

terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI

merupakan kelompok protein whey (protein yang bentuknya lebih halus).

Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus, lembut, dan mudah

cerna, sedangkan komposisi protein yang ada dalam air susu sapi adalah

kelompok kasein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus

bayi. Perbandingan protein unsur whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40

sehingga menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap tubuh.

Adanya kandungan kunci dari ASI, seperti laktoferin dan sitokin

yang berperan utama dalam penyakit intestinal. Laktoferin adalah salah satu

dari protein utama pada ASI, yang mempunyai antimikroba, pengurang besi,

dan sudah menunjukkan hasil dalam pengurangan insidensi dari sepsis onset

lama pada neonatus yang mempunyai berat kurang dari 1000 gram. Efek
22

utama dari laktoferin yang berkaitan dengan pengikatan besi melibatkan

proses pada reseptor-mediated pada iron-bound di sel epitel intestinal.

Pemberian ASI yang adekuat merupakan dasar tercapainya

peningkatan pertumbuhan bayi. Tanda-tanda keadekuatan pemberian ASI

meliputi: buang air kecil minimal 6 kali dalam 24 jam, bayi tidur lelap setelah

pemberian ASI, peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama minimal 20

gram setiap hari, ASI akan menetes dari payudara yang lain apabila pada satu

payudara dihisap.

Kemampuan bayi untuk menyusu bergantung pada kematangan

fungsi refleks hisap dan menelan. Bayi dengan usia kehamilan ibu di atas 34

minggu (berat di atas 1800 gram) dapat disusukan langsung kepada ibu

karena refleks hisap dan menelannya biasanya sudah cukup baik. Bayi yang

usia kehamilan ibu 32 minggu hingga 34 minggu (berat badan 1500 – 1800

gram) seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks menghisap masih

kurang baik, oleh karena itu, ibu dapat memerah ASI dan ASI dapat diberikan

dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet. Jika bayi lahir dengan usia

kehamilan ibu kurang dari 32 minggu (berat badan 1250 – 1500 gram), bayi

belum memiliki refleks hisap dan menelan yang baik, maka ASI perah

diberikan dengan menggunakan pipa lambung/orogastrik (sonde).

Berdasarkan penelitian Schanler RJ, bayi preterm ataupun BBLR

yang menerima ASI ibu sendiri mempunyai toleransi pemberian makanan

yang lebih baik dan insidensi NEC yang lebih rendah daripada pemberian

susu formula BBLR. Selain itu, bayi kurang bulan yang diberikan ASI saja
23

mempunyai pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan yang

diberikan susu formula prematur. Hal ini dapat dimengerti karena rendahnya

kadar protein dan mineral dalam ASI. Oleh karena itu bayi kurang bulan

harus diberikan ASI yang difortifikasi, susu formula prematur atau kombinasi

keduanya.

D. Susu Formula Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Susu formula merupakan susu buatan pabrik yang telah

diformulasikan menyerupai ASI, walaupun ASI tetap yang terbaik. Bayi yang

tidak mendapatkan ASI harus diberikan susu formula bayi yang sesuai

dengan kebutuhan dan umurnya.

Susu formula tidak dianjurkan untuk bayi karena susu formula

mudah terkontaminasi, pemberian susu formula yang terlalu encer membuat

bayi kurang gizi, yang terlalu kental akan membuat bayi kegemukan, tetapi

apabila disebabkan oleh alasan tertentu bayi harus mendapatkan atau

menggunakan susu formula maka untuk mencegah resiko harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: hanya boleh memberi susu formula

bila pemberian ASI tidak memungkinkan, membaca label susu formula harus

dengan petunjuk yang jelas tentang cara penyajian dan diberikan harus atas

persetujuan kepala dinas kesehatan setempat.

Susu formula BBLR adalah susu formula yang lebih bernutrisi

daripada susu biasa yang diberikan untuk bayi BBLR atau prematur

tergantung seberapa matur dan kondisi medis. Dalam berbagai kasus, susu
24

formula BBLR selalu dijadikan alternatif jika ibu memilih untuk tidak mau

maupun tidak mampu memberikan ASI.Susu Formula BBLR mempunyai

kandungan antara lain energi 81 kkal/100 ml, protein 2,3 g/100 ml, lemak 4,1

g/100 ml, kalsium105 mg/100 ml, sodium 34 mg/100 ml, dan fosfor 58

mg/100 ml.

E. Penilaian Pertumbuhan

Penilaian pertumbuhan bayi dapat dilakukan

pengukuranantropometri, diantaranya sebagai berikut.

1. Berat Badan (BB)

Berat badan (BB) adalah ukuran antropometrik yang terpenting,

dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua

kelompok umur. BB merupakan hasil peningkatan/penurunan semua

jaringan tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya.

Pengukuran BB digunakan untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh

kembang anak.

2. Panjang Badan (PB)

Panjang badan (PB) adalah parameter pertumbuhan yang lebih

akurat dan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. PB

menggambarkan pertumbuhan linier bayi yang biasanya menunjukkan

keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang

diderita di waktu lampau. Pengukuran PB bersifat obyektif dan dapat

diulang, murah dan mudah dibawa. Ketepatan pembacaan panjang badan


25

dilakukan sampai pada 0,1 cm. PB merupakan indikator yang baik untuk

pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan

terhadap perubahan relatif, seperti berat badan.

3. Lingkar Kepala

Pertumbuhan lingkar kepala merupakan salah satu proses

pertumbuhan yang rumit. Lingkar kepala menggambarkan pertumbuhan

otak dari estimasi volume dalam kepala. Tingkat kesalahan pada

pengukuran lingkar kepala sekitar 0,4 – 1%. Walaupun perubahan lingkar

kepala sejalan dengan pertambahan berat badan, lingkar kepala memiliki

sensivitas yang rendah terhadap kondisi kurang gizi oleh karena

pertumbuhan otak tetapdipertahankan pada kondisi kurang gizi.

http://digilib.unila.ac.id/20646/15/BAB%20II.pdf
26

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN

By. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISIPADA

DIAGNOSIS MEDIS BBLR

Topik : Asuhan keperawatan pada pasienBy. S dengan masalah

keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Sasaran : Pasien By. S (21 Hari)

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Desember 2017

Waktu : 60 Menit (Pkl. 10.00 – 11.00)

 Tujuan

1. Tujuan umum

Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi

2. Tujuan khusus

a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi yaitu gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi.

b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat pelaksana, tim

kesehatan lain.

c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien


27

d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah

pasien

 Sasaran

Pasien By. S umur 21 hari yang dirawat di kelas II no tempat tidur 4 Ruang

Anak RS X

 Materi

1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan BBLR

2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan BBLR

 Intervensi keperawatan pada pasien BBLR dengan masalah gangguan

pemenuhan nutrisi.

 Metode

Diskusi

 Media

1. Dokumen/status pasien

2. Sarana diskusi

3. Materi yang disampaikan secara lisan


28

A. KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat

1 hari Pra Ronde Pra Ronde : Penanggung Ruang

sebelum 1. Menentukan kasus Jawab : Anak RS

ronde dan topik. X

2. Menentukan tim

ronde.

3. Menentukan

literature.

4. Membuat

proposal.

5. Mempersiapkan

pasien.

6. Diskusi

pelaksanaan.

5 menit Ronde Pembukaan Kepala Nurse

1. Salam pembukaan Ruangan Station

2. Memperkenalkan

tim ronde

3. Menyampaikan

identitas dan

masalah

4. Menjelaskan

tujuan ronde

30 menit Ronde Penyajian masalah PP Nurse


29

1. Memberi salam Station

dan

memperkenalkan

pasien dan

keluarga kepada

tim ronde

2. Menjelaskan

riwayat penyakit

dan keperawatan

pasien

3. Menjelaskan

masalah pasien

dan rencana

tindakan yang Karu, PP,

telah dilaksanakan Perawat,

dan serta Konselor

menetapkan

prioritas yang

perlu didiskusikan

Validasi data Karu, PP,

4. Mencocokkan dan Perawat, Memberikan Ruang

menjelaskan Konselor respon dan Perawatan

kembali data yang menjawab

telah disampaikan. pertanyaan


30

5. Diskusi antar

anggota tim dan

pasien tentang

masalah

keperawatan

tersebut.

6. Pemberian

justifikasi oleh

perawat primer

atau konselor atau

kepala ruangan

tentang masalah

pasien serta

rencana tindakan

yang akan Karu

dilakukan.

7. Menentukan

tindakan

keperawatan pada

masalah prioritas

yang telah

ditetapkan
31

10 menit Pasca 1. Evaluasi dan Karu, Nurse

Ronde rekomendasi Supervisor, Station

intervensi Perawat

keperawatan. Konselor,

2. Penutup Pembimbing

B. KRITERIA EVALUASI

1. Struktur

a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Anak RS X

b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde

keperawatan

c. Persiapan dilakukan sebelumnya

2. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran

yang telah ditentukan

3. Hasil

a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan

b. Masalah pasien dapat teratasi

c. Perawat dapat:

1) Menumbuhkan cara berpikir kritis


32

2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis

3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien

6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan

7) Meningkatkan kemampuan justifikasi

8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

C. PENGORGANISASIAN

1. Kepala Ruangan : Resti Nurdini

2. Ketua Tim : Dede Juarsih

3. PP I : Nadya Ima Mustika

4. PP II : Nurinda Marjella

5. PP III : Puryan Rikar

6. PP IV : Deni Fitri

7. PPV : Karisma Gustami

8. PPVI : Arie Gustian

9. PP VII : Mardiana

10. PP VIII : Muhammad Farhan

11. Konselor : Alvison Ginthama

12. Pembimbing : Yesti Narulita


33

13. Supervisor : La Ode Indra

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN

RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
34

Alamat :
Adalah suami/istriorang tua/anak dari pasien :
Nama :
Umur :
Alamat :
Ruang :
No. Rm :
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan

Bandung, Desember 2017

Perawat yang menerangkan Penanggung Jawab


………………………… …………………

Saksi-saksi : Tanda tangan


1. ……………….. …………..
2. ……………….. …………..

Resume Pasien dalam Pelaksanaan Ronde Keperawatan

1. Identitas

Nama : By. S
35

Umur : 12 Hari

Status :-

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Alamat :-

MRS : 5 Desember 2017

2. Diagnosis Medis :

BBLR problem feeding

3. Keluhan Utama :

Bayi minum baru sedikit

4. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak lahir bayi dirawat di inkubator dan sampai saat ini bayi diberikan

minuman cairan melalui OGT, reflek mnghisap (-), menangis lemah, reflek

morrow (+).

5. Riwayat Penyakit Dahulu

bayi lahir dengan spontan pada kehamilan ibu 32 minggu, dengan apgar 7/9

berat lahir 2.090 gram dan panjang badan 43 cm.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu memiliki riwayat kelahiran premature dengan usia kehamilan 31 minggu

dan bayinya meninggal.

7. Pemeriksaan Fisik
36

a) Tanda-tanda vital

HR : 134x/menit

Suhu : 36,8oC

RR : 66x/menit

SPO2 : 92%

b) Pengkajian per sistem

 Sistem Pernapasan

02 : 0,5 liter/nasal

 Sistem kardiovaskuler

HR : 134x/menit

Suhu : 36,8o C

RR : 66x/menit

SPO2 : 92%

Akral : dingin

 Sistem persyarafan

Bayi tidak punya riwayat kejang, tidak ditemukan kelaianan pada

fungsi susunan saraf pusat maupun perifer.

 Sistem urogenital

Tidak ada tanda-tanda gatal, panas ataupun nyeri pada genital

Urine : bening

Jumlah :tidak diketahui (tidak ditampung karne menggunakan

pempers

Genital : bersih

 Sistem pencernaan
37

Gaster terdengar suara redup, BAB berwarna kecoklatan dan

lembek

Tidak ditemukan kelainan pada anus, tidak ditemukan pembesaran

kelenjar linfe, anus (+).

 Sistem integument

Rambut kusam dan jarang

c) Psikososial Spiritual

Ibu mengatakan selalu berdo’a untuk kesembuhan bayinya dan ingin

cepat membawa bayinya pulang.

d) Pemeriksaan penunjang

8. Diagnosis Keperawatan: gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: ingesti/

digesti/metabolic kurang dari kebutuhan berhubungan dengan replek hisap

lemah.

9. Intervensi Keperawatan

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi selama 21 hari kebutuhan nutrisi terpenuhi

dengan kriteria Hasil:

1) Tidak muntah

2) Intake makan sesuai diet

3) BB seimbang

4) BU normal

5) GD terkendali

6) Reflek menenal normal


38

7) Tidak ada hematemesis/melena

b. Rencana tindakan

1) Kaji keluhan mual muntah, sakit menelan pada setiap shif

2) Berikan nutrisi sesuai dengan kemampuan klien

3) Gunakan tehnik menelan efektif seperti:

 Tempatkan klien dalam posisi tegak selama dan sesuadah

pemberian makan

 Berikan randangan pada bibir dengan memberikan tekanan ringan

pada bibir atau dagu

 Tempatkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.

4) Berikan minum air hangat sebelum makan

5) Berikan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering

6) Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan pada pasien setiap hari

7) Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi

 Antiemetik ½ jam sebelum makan

 Pemberian albumin

 Pemberian nutris parenteral

 Pemasangan NGT

c. Rasional

1) Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.


39

2) Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki paristaltik dapat

dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernafasan ada cairan

parenatal di indikasikan dan cairan peroral harus di tundah.

3) Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko terhadap pola

pertumbuhan bayi SGA dengan kelebihan cairan ekstrasel

kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. SGA mungkin telah

mengalami penurunan simpanan lemak /glukogen.

4) Memberikan informasi tentang masukan aktual dam hubungan dengan

perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet.

5) Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

6) Unntuk mengetahui apakah ada peningkatan dalam memenuhi

kebutuhan makan.

7) Untuk mengekfektifkan tindakan sebagai terapi pengobatan.

10. Evaluasi

S :-

O :Bayi lahir dengan spontan pada kehamilan Ibu 32 minggu, dengan

apgar7/9 berat lahir 2.090 gram dan panjang badan 43 cm dengan HR:

134x/menit, Suhu : 36,8o C, RR: 66x/menit, SPO2: 92%, Akral: dingin, dan

O2: 0,5 liter/nasal.

A :Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

P : Lanjutkan Intervensi :

1) Berikan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering.

2) Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan pada pasien setiap hari.


40

3) Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi.

Anda mungkin juga menyukai