Anda di halaman 1dari 55

NAMA : ZAKI UL HAQ

KELAS : III C
TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan


dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih
diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan tersebut
juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu
memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability),
menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan
mempunyai aspek legal. MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai
dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai
dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang
melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruang, ketua
tim dan anggota tim (perawat asosiet). Dalam menerapkan praktek keperawatan
profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien
namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan
dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari perawat menurun dan
tidak bersemangat dalam menerapkan MPKP.
Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki pedoman dan
dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak perawat sendiri
dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan masalah pasien sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah
yang terjadi pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu
meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan
dari pasien tersebut baik dari kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi
sosialnya maupun keagamaannya.
Pelaksanaan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruang
rawat inap mengacu pada bidang keilmuan manajemen. Dalam melaksanakan
praktek manajemen keperawatan menekankan pada penerapan konsep – konsep dan
prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tatanan pelayanan
kesehatan nyata. Bentuk pengalaman belajar dengan praktek klinik dan seminar serta
mengintegrasikannya pada keperawatan klinik dalam praktek profesi.

B. Tujuan

B.1 Tujuan Umum

           Setelah melaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, mahasiswa


diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), secara bertanggung
jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang professional serta langkah-langkah
manajemen keperawatan.

B.2 Tujuan Khusus


Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen, peserta
mampu :
a.     Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap keperawatan.
b.     Melaksanakan analisis situasi dan  identifikasi masalah manajemen keperawatan
c.     Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk :
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan
professional di ruangan antara lain :
a. Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b. Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c. Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek
keperawatan professional diruangan
d. Mampu mengembangkan sistem informasi manajeman keperawatan
dirungan dalam menerapkan model praktek keperawatan
professional
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a. Membuat struktur organisasi di ruang model praktek keperawatan
professional
b. Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan Tim di ruang model
praktek keperawatan professional
c. Membuat daftar pasien berdasarkan Tim di ruang model praktek
keperawatan professional

3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model praktek


keperawatan professional antara lain :
a)     Mampu menerapkan pemberian motivasi
b)     Mampu membentuk manajemen konflik
c)     Mampu melakukan supervisi
d)     Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
e)     Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
1)     Operan
2)     Prekonference
3)     Post konference
4)     Ronde keperawatan
5)     Supervisi Keperawatan
6)     Discharge planning
7)     Dokumentasi Keperawatan.
4) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit
hasil di ruangan model praktek keperawatan professional
antara lain :
a) Mampu memperhitungkan (BOR: bed occupancy
rate), yaitu pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu
b) Mampu menghitung (ALOS: average length of
stay), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien
c) Mampu menghitung (TOI: turn over interval),
rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya
d) Mampu menghitung Kejadian infeksi nosokomial
e) Mampu menghitung Kejadian cedera
f) Mampu melakukan Audit dokumentasi asuhan
keparawatan
g) Mampu melakukan Survey masalah baru
h)     Mampu menganalisis kepuasan pasien dan
keluarga
B. Manfaat
1. Bagi pasien
Dengan adanya program MPKP di Rumah Sakit diharapkan pasien merasakan
pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam pemberian asuhan
keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.
2.  Bagi perawat
a.        Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b.        Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c.        Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d.        Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3.  Bagi rumah sakit
a.        Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b.        Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
c.        Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MPKP) secara optimal.
4.  Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Rumah
Sakit.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Filosofi Keperawatan Paru

Filosofi keperawatan paru adalah pemberian tindakan, diagnosa dan treatment


respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dihadapi baik actual maupun
potensial yang berkelanjutan untuk meningkatkan status kesehatan pasien
seoptimal mungkin.

A.1. Pengertian

Ruang rawat inap penyakit paru adalah suatu ruangan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami berbagai gangguan dari system respirasi
baik yang actual maupun yang potensial yang meliputi atelektasis, efusi pleura,
pneumonia, bronchitis, enfisema paru, TB paru, Ca paru, PPOK.

A.2. Tujuan dan Prinsip Keperawatan

a. memberikan askep secara professional

b. meminimalkan penderitaan pasien hingga mencapai kemandirian

c. mencegah terjadinya komplikasi

d. menjamin kebutuhan dasar pasien selama perawatan

e. membina peran serta atau kerja sama keluarga pasien

f. membantu asien agar dapat meninggal dengan damai

A.3.Sifat Kekaryaan
A.3.2 Fokus telaah

Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat inap paru


adalah individu dengan gangguan pada sistem respirasi yang meliputi
atelektasis, efusi pleura, pneumonia, bronchitis, enfisema paru, TB
paru, Ca paru, PPOK.

Dalam bidang pendidikan fokus telaah ruang rawat inap paru


adalah individu atau kelompok ( praktikan, perawat, staf, pasien dan
keluarganya ) yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
dalam memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan
yang dialami dan dampak yang ditimbulkan.

Dalam bidang penelitian fokus telaah ruang rawat inap paru


adalah individu / institusi yang akan atau sedang meneliti
permasalahan yang timbul pada berbagai unsur yang ada di ruang
rawat penyakit inap paru.

A.3.3 Basic Intervensi

Basic intervensi ruang rawat inap paru dalam bidang


pelayanan berupa ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Dalam bidang pendidikan berupa ketidaktahuan ,
ketidakmampuan, dan ketidak mauan peserta didik dalam mencapai
tingkat pengetahuan dan pengalaman tertentu yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang
penelitian basic intervensinya adalah berupa menjadi lahan penelitian
bagi individu atau kelompok yang ingin meneliti permasalahan pada
berbagai insur di ruang rawat inap paru.

A.3.4 Lingkungan Garapan

Lingkup garapan keperawatan paru dalam pelayanan meliputi


pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan dan
pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul baik
aktual maupun potensial.

Elemen – elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap paru :

1. Pemeliharaan pola – pola normal dari fungsi – fungsi dasar /


kebutuhan dasa manusia
2. Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
3. Penanganan masalah psikis ( emosional ) berkaitan dengan
penyakit
& pengobatan
4. Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan
5. Memfasilitasi selfcare ( perawatan diri ) pasien secara mandiri oleh
klien maupun keluarga
6. Membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar
dapat
meninggal dengan damai

B. Manajemen
B.1 Pengertian

Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan kegiatan


organisasi melalui upaya oranglain untuk mencapai bersama. Sedangkan
manajemen keperawatan merupakan pengalokasian aktivitas keperawatan yang
merupakan bagian yang dilaksanakan oleh para perawat dalamupaya memberikan
pelayanan keperawatan yang merupakan bagian yang integral dari pelayanan
kesehatan.

Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan


pelayanan nyata, yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya. Konsep manajemen keperawatan,
perencanaan, berupa rencana strategi melalui pendekatan : pengumpulan data,
analisa SWOT dan menyusun langkah – langkah perencanaan. Pelaksanaan secara
operasional, khususnya dalam pelaksanaan metode asuhan keperawatan,
melakukan pengawasan dan pengendalian serta dokumentasi yang lengkap.

B.2. Fungsi Manajemen

1. Perencanaan

Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan


sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum
mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih
cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2. Pengorganisasian

2.1. Pengertian organisasi

a. Organisasi Menurut Stoner

Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui


mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan
bersama.

b. Organisasi Menurut James D. Mooney

Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk


mencapai tujuan bersama.
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard

Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang


dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Maka dapat disimpulkan organisasi adalah dua orang atau lebih


yang punya tujuan visi dan misi yang telah disepakati bersama
dalam rangka mencapai tujuan

Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu


kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab
atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3. Pengarahan

Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan


agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi
actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja
dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).

4. Pengevaluasian

Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan


pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya
perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer
dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional
perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi
semakin besar.

C. Timbang Terima

C.1. Pengertian Timbang Terima

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi
mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan abik melalui komunikasi
yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lainnya. Salah
satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat
pergantian shift ( timbang teriam pasien ).

Timbang teriam pasien ( overan ) merupakan teknik atau cara untuk


menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan
keadaaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudha dilakukan/ belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
( penanggungjawab ) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

C.2. Manfaat Timbang Terima

1. Bagi Perawat

- Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat

- Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggungjawab antar perawat

- Pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkesinambungan

- Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna


2. Bagi Pasien

- Klien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap

C.2.2. Hal – hal yang perlu diperhatikan saat timbang terima

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift


2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Hal-hal yang harus dilaporkan harus sesuai dengan kondisi klien
5. Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab

D. Dokumentasi Proses Keperawatan

D.1. Pengertian

Dokumentasi berasal dari kata ” document ” yang berarti semua


warkat asli yang dapat dibuktikan dalam persoalan hukum yang bersifat
kebenaran ( Jon ME, 1975 ). Dokumentasi proses keperawatan adalah
bahan komunikasi yang terulis untuk mendukung informasi atau kejadian
( Fiosbach, 1991 )

Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan adalah dokumentasi tentang


fakta – fakta terhadap penyakit klien, gejala – gejala, diagnosa,
penatalaksanaan serta evaluasinya. Catatan tersebut harus lengkap, akurat
dan terbaru, mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga dapat
memberikan informasi yang akurat.

D.2. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan

a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien

b. Memastikan kemajuna hasil yang berfokus pada klien


c. Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan

dan kemajuan pengobatan

d. Teknik evaluasi

Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian


terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat
dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai
kemajuan

e. Pembayaran Kembali ( Reinforcement )

Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi


tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanay pelayanan.

f. Akreditasi

Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut


lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan rekam
medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan.

D.3. Hal – hal yang Penting Diperhatikan dalam Pendokumentasian asuhan

Keperawatan :

a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,


perencanaan, implementasi, dan eveluasi
b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta
berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.
c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format
yang dirancang oleh institusi
d. Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan
e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi
tujuan,
hasil yang di harapkan dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan
berdasarkan diagnosa keperawatan
f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi
yang
membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan
dan
restorasi kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi
kesehatan
g. Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau
kurangnya perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan
h. Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan espon klien
terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.

D.4. Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan

a. Dokumentasi harus ditulis secara objektif tanpa bias dan informasi


subjektif
b. Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil
pengamatan khusus
c. Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda
d. Data dokumentasi sacara jelas, singkat dan ringkas
e. Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang bersih dan dapat dibaca
f. Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin
g. Ejaan harus jelas
h. Dokumentasi harus ditulis dengan tinta jangan dengan pensil, untuk
data biasa gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-
obatan
i. Apaila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi butlah garis
horizontal atau vertikal sepanjang bagian yang kosong
j. Jika ada ksalahan, pernyataan yang salah dicoret, twetapi harus dapat
dibaca selanjutnya diparaf
k. Pencatatan harus selalu dimulai dari tanggal, jam dan diakhiri dengan
tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat

D.5. Pentingnya Dokumentasi Keperawatan

a. Pendokumentasian merupakan mekanisme komunikasi antara


anggota
tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan berbagai disiplin ilmu yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan :
1. Masing-masing disiplin ilmu butuh informasi mutakhir dari klien
melalui pengkajian
2. Agar informasi terpelihara dengan baik perlu didokumentasikan
b. Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan
yang kreatif antara klien dan provider
c. Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien, fokus asuhan
keperawatan dapat ditentukan
d. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat dan
tanggungjawab serta tanggung gugat
e. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status
kesehatan klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat
diperkirakan jumlah kebutuhan teaga perawat
f. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak
ketiga dan bukti tuntutan hukum

D.6. Unsus-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan

D.6.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan,


dimana pada fase ini perawat mengumpulan data tentang status
kesehatan klien secara sistematis menyeluruh, akurat dan
berkesianambungan.

D.6.2. Mengumpulkan Data

Meliputi pengumpulan data dasar mencakup informasi tentang klien :

a. Riwayat kesehatan dulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan


atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah, riwayat
menderita penyakit kronis dan lain-lain
b. Riwayat kesehatan sekarang seperti adanya perasaan nyeri, mual,
gangguan tidur dan lain-lain
c. Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ( IPPA ) dengan prinsip
pemeriksaan ” head to toe ” atau berdasarkan sistem tubuh seperti
sistem pernapasan, pencernaan, eliminasi dan lain-lain
d. Pemeriksaan penunjang seperti meliputi : pemeriksaan
laboratorium, radiologi, CT scan dan lain-lain.

Tipe data yang dikumpul yaitu :


Data subjektif yaitu :
Data yang meliputi gejala yang dirasa kan oleh klien ,kebiasaan dan
persepsi klien terhadap kesehatannya saat ini. Selain klien ,informasi
juga didapatkan dari keluarga ,teman ,dan orang terdekat pasien atau
tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan klien.
Data objektif yasitu:
Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi klien dapat dilihat,
didengar, dirasakan atau dicium serta data – data lain yang dapat
diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik.

D.6.3. Pengorganisasian Data


Untuk mendapat data secara sistematik, perawat menggunakan format
pengkajian atau disebut juga pengkajian perawat .format pengkajian
dapat dimodifikasi dengan keadadan klien. Dalam keperawatan format
pengkajian yang di gunakan dapat didasarkan ada berbagai teori
keperawatan, diantaranya :
1. teori gordon tentang fungsi kesehatan
2. teori orem tentang perawatan diri
3. teori roy tentang model adaptasi
4. teori maslow berdasarkan tingkat kebutuhan manusia

D.6.4. Validasi data

Informasi yang telah dikumpulkan harus slengkap, akurat dan sesuai


dengan keadaan klien sehingga harus dilakukan validasi atau
pemeriksaan kembali terhadap data yang telah dikumpulkan tersebut

D.6.5. Pencatatan Data

Untuk melengkapi pengkajian ,dokumentasi data akurat dan mencakup


semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasarkan hasil intervensi
perawat

D.6.6. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu,


keluarga atau masyarakat yang aktual, resiko dari status kesehatan
seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar untuk
melakukan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan dan dapat
dievalusi ( NANDA, 1990 ).

Tipe diagnosa keperawatan yaitu :

1. Aktual
Pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini
berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti
jalan nafas tidak efektif dan ansietas

2. Resiko

Resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana masalah


lebih beresiko untk menjadi aktual pada klien tersebut dibanding
dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.

Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu :

1. Problem

Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap


terapi yang diberikan oleh perawat yang di tuliskan dalam beberapa
kata antara lain :

1. Perubahan ( perubahan dari sebelumnya )

2. Gangguan ( kelemahan, kerusakan dan pengurangan )

3. Penurunan (pengecilan, dari segi ukuran, jumlah atau tingkat /derajat)

4. Tidak efektif ( tidak menghasilkan efek yang sesuai )

5. Akut ( terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek )

6. Kronis ( terjadi dalam waktu yang lama, berulang dan tetap )

2. Etiologi
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah kesehatan
dalam melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah
laku, lingkungan disekitar atau gabungan dari keduanya .
3. Simtom
Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari
diagnosa keperawatan.

D.6.7. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap sistematik pross keperawatan yang


melibatkan perbuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam
perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian dasar klien dan
pernyataan diagnostik sebagai acuan dalam mewujudkan tujuan klien
dan mendesain strategi keperawatan untuk mencegah, mengurangi
masalah kesehatan klien.
Proses perencanaan keperawatan meliputi :

1. Membuat prioritas perencanaan

Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi


keperawatan.

2. Membuat tujuan dan kriteria hasil

Tujuan adalah pernyataan yang lebih luas tentang dampak dari


intervensi keperawatan. Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih
spesifik, dan diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai .

D.6.8. Implementasi

Dalam proses keperawatan implementasi merupakan suatu tahap


dimana perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu
tindakan. Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan
keperawatan, mendelegasi dan mencatat apa yang dilakukan. Dalam
melaksanakan tindakan kperawatan perawat mencatat tindakan
apasaja yang dilakukan serta respon klien.

D.6.9. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan .evaluasi
merupakan perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktivitas yang mana
klien dan profesional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan
kemajuan klien sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatan.
E. Metode Pemberian Pelayanan Kesehatan

Menurut Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan Marquis&
Huston (1998) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus di kembangkan di masa depan dalam menghadapi trend
pelayanan keperawatan yaitu :

E.1. Metode Fungsional

- Perawat melakukan tugas tertentu sesuai jadwal kegiatan yang ada

- Perawat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sedangkan asuhan


keperawatan pada pasien dilakukakn oleh perawat yunior atau yang belum
punya pengalaman.

- Penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada


tindakan tertentu.

E.1.1 Kelebihan :

 Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang


jelas dan pengawasan yang baik
 Sangat baik untuk rumah sakit yang tenaga dengan perbandingan tenaga
perawat profesiaonal (pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih
sedikit di bandingkan dengan tenaga perawat pelaksana dan perawat
pembantu (pemula).

E.1.2. Kekurangan :

 Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat


 Pelayanan keperawatan dilakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
 Perawat cenderung berorientasi pasa tindakan yang berkaitan dengan
keterampil saja

E.2. Metode Tim

Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda -
beda dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3
grup yang terdiri dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu dengan jumlah tenaga 6 - 7 orang dalam satu tim

E.2.1. Konsep Metoda Tim

 Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan
 Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan
pelaksanaan pemberia pelayanan keperawatan terjamin
 Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
 Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan berhasil
baik bila di dukung oleh kepala ruangan.

E.2.2. Tanggung Jawab Ketua Tim

 Membuat perencanaan
 Membuat koordinasi, penugasan, superfisi, dan evaluasi
 Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien

E.2.3. Tanggung Jawab Anggota Tim

 Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara langsung


 Kerja sama antar anggota tim dan antar tim
 Memberikan laporan
 Mengembangkan kepemimpinan anggota
 Menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk
pengembangan dan revisi rencana askep

E.2.4. Kelebihan

 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
 Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim

E.2.5. Kekurangan

Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan


di waktu sibuk.

E.3. Metode Primer

Metoda penugasan diman satu perawat brtnggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar
rumah sakit, mendorong pratik mandiri perawat, ada kejelasan antar si
pembuat rencana askep pelaksana. Metoda primer ini di tandai dengan adanya
keterkaitan kuat yang terus menerus antara pasien dan perawat yang di
tugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi askep selama
pasien di rawat.

Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab,


tanggung gugat serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan
pasien dan keluarga.

E.3.1. Tugas perawat primer

 menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif


 membuat tujuan dan rencana keperawatan
 melaksanakan rencana yang telah di buat selama dinas
 mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di
berikan dokter maupun perawat lain
 mengevaluasi keberhasilan yang di capai
 menerima dan menyesuaikan rencana
 menyiapkan penyuluhan pulang
 melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial masyarakat
 membuat jadwal perjanjian klinik
 mengadakan kunjungan rumah sakit

E.3.2. Ketenagaan metoda primer

 setiap perawat primer adalah perawat bed side


 beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau dengan rasio perawat dan
pasien sebesar 1 : 4 atau 1 : 5 disesuaikan dengan jumlah yang ada di
ruangan dan jumlah perawat yang ada.

E.3.3. Kelebihan

 bersifat kontiniunitas dan komprehensif


 perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri
 keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah
sakit (Gillies, 1989)
 keuntungan yang di rasakan adalah pasien merasa di manusiawikan
karena terpenuhi kebutuhan secara individu
 asuhan yang diberikan bermutu tinngi dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi informasi dan
advokasi
 pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu di perbaharui dan
koprehensif.
 hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria insertif, sel direction.
Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat menguasai
keperawatan clinik accountable serta mampu berkolaborasi dan
berbagai disiplin.

E.4. Metode pengelolaan kasus

Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan


dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
selama jam dinasnya. Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk
setiap shif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat. Dalam hal ini umunya dilaksanakan oleh perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, Intensive care.

E.4.1. Kelebihan

 perawat lebih memahami kasus per kasus


 sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah

E.4.2. Kekurangan

 belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab


 sperlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama

F. Pengelolaan Pemberian Pelayanan Kesehatan


F.1. Kepala ruangan
F.1.1 Pengertian
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan
kegiatan keperawatan di ruang rawat.

F.1.2. Tanggung jawab kepala ruangan


 Mengatur pembagian tugas pegawai
 Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
 Mengatur dan mengendalikan logistik /administrasi ruangan
 Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
 Mengikuti ronde tim medis
 Mengadakan ronde keperawatan
 Membimbing siswa / mahasiswa dalam proses keperawatan di ruang
rawat
 Menilai kerja staf ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan
pangkat
 Memberikan administrasi, membuat jadwal dinas dan surat menyurat
 Memberikan orientasi pada pegawai baru, termasukkepada residen,
mahasiswa kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan
melakukan praktek di ruangan dan melakukan pembinaan tenaga
keperawatan
 Menciptakan dan memelihara kerja yang harmonis dengan klien,
keluarga,dan tim kesehatan lain.
F.1.3. Wewenang seorang kepala ruangan
 Meminta informasidan pengarahan kepada atasan
 Memberi pentunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf
keperawatan
 Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.
 Menanda tangani surat dan ketepatan yang menjadi keputusan
ruangan.
 Menghadiri rapat berkala dengan kepala instansi atau kepala RS
untuk kelancaran pelaksaan keperawatan.

Peran kepala ruangan menurut burges ( 2988 ) dan Swanaburg ( 1990 ) :


1. Peran interpersonal
Seorang kepala ruangan berperan sebagai simbol pimpinan organisasi
dengan pekerjaan rutin organisasi. Seorang pemimpin bertanggung
jawab memberikan motivasi dan mengaktifkan anggotannya.
2. Peran informasional
Peran monitor, mencari dan menerima berbagai informasi untuk
mengembangkan organisasi. Merupakan pusat informasi internal dan
eksternal. Peran deseminator, menginterpestasikan dan
mentransformasikan informasi yang diperoleh dari luar maupun dari
dalam organisasi. Peran pembicara : meneruskan informasi kepada
orang lain tentang rencana organisasi dan lain –lain. Peran decisional,
yaitu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
F.1.4. Uraian tugas karu
1) Perencanaan
a. Menunjukan ketua tim dan bertugas diruangan masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c. Mengindentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim,
mengatur penugasan / penjadwalan.
e. Merencanakan stategi pelaksaan keperawatan
f. Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendikusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
- Membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan.
- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
- Memberikan informasi kepada pasien / keluarga yang
baru masuk.
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawaratan dan RS
k. Ronde keperawatan, yaitu merupakan suatu metode yang
dilakukan dalam ruangan keperawatan oleh kepala ruangan,
ketua tim, dan perawat pelaksana.

2) Pengorganisasian

 Merumuskan metode penugasan yang digunakan


 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali, karu membawahi 2 katim dan katim
membawahi 2-3 PP
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat, kepada
katim
 Memberikan wewenang tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadwal post dan prakarya
 Identifikasi masalah dan cara penanganan

3) Pengarah dan Pengawasan

3.1. Pengarahan :

 Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada katim


 Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas yang baik
 Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan
keterampilan dan sikap
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain

3.2. Pengawasan

 Melakukan komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi


langsung dengan katim maupun pelaksana askep yang
diberikan kepada pasien
 Melalui super visi : pengawasan langsung, mengamati
sendiri / laporan langsung secara lisan. Pengawasan tidak
langsung yaitu mengecek daftar hadir katim, membaca dan
memeriksa intervensi serta semua catatan dokumentasi,
mendengarkan laporan katim tentang pelaksanaan tugas.

F.2. Ketua Tim

F.2.1. Pengertian

Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai


sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat dan bertanggung jawab langsung
langsung kepada karu.

F.2.2. Tanggung jawab ketua tim

- Mengkaji klien dan menerapkan tindaka keperawatan yang


tepat. Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan
berkesinangan, dapat melakukan serah terima tugas.

- Mengkoordinasikan rencana perawatan yan tepat waktu


membimbing anggota tim untuk mencatat tindakan
keperawatan yang telah di lakukan.
- Meyakinkan semua evaluasi – evaluasi berupa respon klien
terhadap tindakan keperawatan.
- Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung
/ laporan anggota tim.

F.2.3. Ketua tim harus memiliki kemampuan

- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim


- Menjada kesultan dalam asuhan keperawatan
- Mmelakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
- Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
- Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai
kebutuhan pasien
- Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien
maupun kerja dari anggota tim
- Menjadi guru atau pengajar
- Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

F.2.4. Uraian tugas

1. Perencanaan
- Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada
setiap pergantian dinas
- Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan
ketergantungan klien
- Menyusun rencana asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, intervensi dan kriteria evaluasi
- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep
meliputi :
o Menyiapkan format pencatatan
o Menyiapkan alat untuk pemantauan pasien
o Menyiakan peralatan oba
- Mengikuti vissite dokter
- Menilai hasil pengkajian kelompok dan mendiskusikan
permasalahan yang ada
- Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan
antara anggota tim
- Memberikan pertolongan segera pada klien dan
kedaruratan
- Membuat laporan klien
- Melakukan ronde kperawatan bersama dengan karu
- Memberikan orientasi pada klien baru
2. Pengorganisasian
- Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim
keperawatan yaitu tercapainya proses askep sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan klien secara profesional
melaluai pembagian kerja yang tepat, pemanfaatan alat
dan barang yang tersedia tanpa menyimpang dari
prinsip tindakan.
- Melakukan pembagian tugas bersama kepala ruangan
sesuai dengan perencanaan terhadap klien yang
menjadi tanggung jawabnya.
- Pembagian tugas / kerja berdasarkan tingkat
ketergantungan klien dimana seorang perawat
bertanggung jawab terhadap 2 – 3 orang klien dan
saling bekerja sama dengan perawat lain serta tidak
mengabaikan klien yang bukan menjadi tanggung
jawab nya
- Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
- Mendelegasikan pelaksanaan proses asuhan
keperawatan kepada anggota kelompok dan
pelimpahan wewenang yang meliputi wewenang
mengambil keputusan, wewenang dalam menggunakan
sumber daya seperti sesama perawat, pasien termasuk
keluarga pasien.
- Membuat rincian tugas meliputi :
o Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana
o Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah
di
laksanakan.
o Membuat laporan tentang keadaan klien dan asuhan
keperawatan
o Mengevaluasi hasil dan proses keperawatan yang
telah di berikan.
o Melaksanakan kerja sama dengan anggota tim
lainnya.
3. Pengarahan
- Memberikan pengarahan tentang tugas setiap anggota
tim dalam waktu melakukan askep
- Memberikan petunjuk kepada anggota tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
- Memberikan teguran, pengarahan kepada anggota tim
yang melakukan tugas / berbuat kesalahan
- Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan
tugasnya tepat sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip
tindakan, rasional dan sesuai dengan kebutuhan serta
kondisi klien.
4. Pengawasan
- Melaluai komunikasi

Ketua tim mengawasi dan berkomunikasi langsung


terhadap pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.

- Melaluai supervisi langsung


Melihat atau mengawasi proses asuhan keperawatan yang di
laksanakan oleh anggota
- Melalui supervisi tidak langsung

Melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan memeriksa


cover, membaca catatan perawat yang di buat selama proses
keperawatan, mendengar laporan secara lisan dari anggota tim
tentang tugas yang telah di lakukan.

- Melalui evaluasi
o Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota
tim
o Meningkatkan kemampuan analisa ( pengetahauaan ) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan.
o Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep
yang di lakukan oleh anggota tim
o Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang di
lakukan
F.3.Perawat pelaksana

F.3.1. Defenisi

Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi


wewenang untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
diruang rawat.

F.3.2.Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana

 Mengikuti serah terima klien dari dinas pagi, bersama perawat


primer, sore dan malam.
 Mengikuti pre-conference / post conference dengan perawat
primer.
 Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer
tidak ada ditempatnya.
 Melakukan implementasi pada klien berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat oleh perawat primer.
 Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi
keperawatan yang ada diruangan.
 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik / laboratorium,
pengobatan
dan tindakan.
 Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien / keluarga dengan kalimat
yang mudah dimengerti, bersikap sopan, dan ramah tamah.
 Berperan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dan
keluarga.
Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat.
 Menyimpan, memelihara dan menyiapkan perawatan yang diperlukan
sehingga siap pakai.
 Melakukan dinas rotasi sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh
kepala
ruangan rawat.
 Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruang rawat.

F.3.3 Uraian tugas perawat pelaksana

a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan


proses keperawatan dengan penuh kasih sayang.
 Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah klien.
 Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
 Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
 Mencatat / melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien
pada catatan keperawatan.
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
 Pemberian obat
 Pemeriksaan laboratorium
 Persiapan klien yang akan dioperasi.
c. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual dari klien
 Memelihara kebersihan klien dengan lingkungan.
 Penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
 Pendekatan dan komunikasi teraupetik.
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan / diagnosis
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
f. Memeberikan pertolongan segera pada klien gawat/ sakratul maut.
g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan / pulang
secara administratif.
 Menyiapakan data klien baru meninggal / pulang misalnya :
menyediaakn surat izin pulang,surat keterangan istirahat sakit,
petunjuk diet, resep obat untuk dirumah jika diperlukan, kartu
control, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan lain-lain.
 Sensus harian / formulir
 Rujukan harian / formulir.
h. Mengatur dan menyiapkan ala-alat yang ada diruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan, dan
keindahan ruangan.
j. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam/ hari libur secara bergantian
sesuai harian tugas.
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan/tulisan.
m. Melatih pasien untuk melaksanakn tindakan keperawatan dirumahnya,
misalnya : perawatan luka, melatih anggota gerak.
n. Melatih pasien untuk menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti
rodstool, tongkat penyangga, protesa.

2. Wewenang pelaksana
 Membina informasi dan petunjuk pada atasan
 Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.
BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Sejarah Singkat RSUD Karawang

Sejarah rumah sakit dimulai dengan keluarnya Surat Keputusan ......................... yang
mencantumkan keberadaan RSUD Karawang berada dalam struktur organisasi. Pada
tanggal 14 Mei 1966, penggunaan Rumah sakit diresmikan oleh Menteri kesehatan 
dan sejak itulah  melaksanakan kegiatan operasional sampai sekarang.

2. Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan

Berdasarkan surat edaran No.SE/13/V/1999, Rumah Sakit Husada Setya mempunyai


falsafah, motto, visi, misi dan tujuan sebagai berikut:

a. Falsafah
Dengan Iman dan Taqwa berdasarkan Pancasila kita tingkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.

b. Motto

Suksesku adalah kepuasan pasien (pelanggan)

c. Visi

Memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat

d. Misi

1)  Bertindak sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat


2)  Berperan sebagai pusat pelayanan kasus trauma (Traumatic centre)
3)  Bertindak sebagai pusat pelatihan, pendidikan, penelitian dan pengembangan
sumber daya manusia kesehatan
4)  Menjadikan Rumah Sakit yang terakreditasi secara nasional

e.  Tujuan

1)       Menciptakan keluaran kerja:Aman, Informatif, Efektif, Efisien, Mutu, dan


Manusiawi
2)       Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang berbentuk pelayanan:bio,
psiko, sosio, spiritual pada kasus-kasus medis antara lain:
(a)        Bedah thorak kardiovaskular
(b)       Bedah kepala dan leher
(c)        Bedah tumor
(d)       Bedah perut
(e)        Bedah perkemihan
(f)        Bedah plastik
(g)       Bedah saraf
(h)       Bedah tulang
3)       Menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi operasi
4)       Mencegah komplikasi
5)       Menjamin kecukupan nutrisi
6)       Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
7)       Mengurangi morbiditas dan mortalitas
8)       Menciptakan kerjasama yang baik antara petugas, pasien, dan keluarga
9)       Memberikan rasa aman dan nyaman  

3.        Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan

        Pelayanan kesehatan yang ada meliputi pelayanan medik, penunjang medik,
keperawatan, rehabilitasi medik, farmasi dan gizi. Jenis pelayanan yang
diselenggarakan adalah:
a.        Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, dengan Emergency Traumatic Centre (ETC),
yang dilengkapi dengan kamar operasi Cito.
b.        Pelayanan Rawat jalan (Poli Umum, Gigi, Anak, Penyakit Dalam, Bedah,
Kebidanan,  Syaraf, Jiwa, Kulit kelamin, Gigi dan Mulut.
c.        Pelayanan Rawat inap dengan kapasitas 388 tempat tidur yang terbagi pada 19
ruang rawat inap antara lain bedah, penyakit dalam, paru, syaraf, anak, kebidanan,
jiwa dan tahanan. Ruang tersebut terdiri dari VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3, untuk
perawatan pasien anggota Polisi dan keluarga, peserta ASKES dan pasien umum.
d.        Pelayanan laboratorium lengkap
e.        Pelayanan radiologi lengkap
f.         Pelayanan Apotek lengkap (Apotek Dinas dan Umum)
g.        Pelayanan Ruang operasi dengan 6 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk
operasi Bedah, Kebidanan dan Kandungan, Mata dan THT
h.        Pelayanan Perinatologi
i.         Pelayanan Kamar Bersalin
j.         ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU
k.        Pelayanan Keperawatan Jiwa
l.         Pelayanan Kesehatan Tahanan
m.      Pusat Pelayanan Terpadu

4.        Penampilan Kerja

Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit, data triwulan dari bulan
Januari sampai dengan bulan September tahun 2008  yaitu:
a.        Jumlah pasien yang dirawat 6381 orang

b.        BOR 81,59 %

c.        LOS 7,45 hari

d.         BTO 11,71

e.        TOI 1,62

B.       Analisis Hasil Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan di ruang


…………………………….
1.       Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan wawancara dengan kepala komite keperawatan tanggal 14 Oktober
2008, diketahui bahwa masih banyak permasalahan yang ditemui dalam penerapan
manajemen keperawatan, baik dalam fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengawasan dan pengendalian, dimana fungsi manajemen tersebut belum
dilaksanakan secara optimal. Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 s/d 16 Oktober 
2008 yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan aspek
manajemen keperawatan melalui pendekatan terhadap aspek manajemen pelayanan
dan manajemen asuhan keperawatan. Pengkajian manajemen meliputi fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengawasan dan fungsi pengendalian.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah studi literatur dengan
membaca laporan ruangan dan laporan hasil praktek manajemen sebelumnya yang
berkaitan dengan manajemen, kemudian dikonfirmasi dengan masalah-masalah yang
dikemukakan oleh responden,  konfirmasi dilakukan melalui observasi, wawancara,
penyebaran angket. Responden yang terlibat dalam pengisian kuesioner sebanyak
100 orang perawat pelaksana dan 15 orang kepala ruangan. Responden berasal dari
seluruh ruang rawat inap dengan jumlah 15 ruangan.
Observasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya visi dan misi rumah sakit, ruangan
dan bidang keperawatan, struktur organisasi ruangan, SOP/SAK,  ketersediaan
format dokumentasi asuhan keperawatan dan menilai dokumentasi proses
keperawatan dengan menggunakan instrumen A Depkes pada 10 (sepuluh) berkas
rekam medis pasien di 3 (tiga) ruangan.
2.       Analisis Hasil Pengkajian Manajemen diruangan Mawar

a.        Fungsi Perencanaan

1)       Visi, Misi Organisasi

Wawancara, menurut  Kepala ruangan sampai saat ini belum ada visi, misi, filosofi
diruangan mawar, karena belum ada perintah dari atasan untuk membentuk hal
tersebut.

Observasi, hasil pengamatan di ruang Mawar tidak terlihat visi-misi keperawatan


yang ditempel di dinding ruangan yang dapat terbaca dengan mudah oleh semua
orang yang melewatinya.

Kuesioner, perawat pelaksana menunjukkan pengetahuan yang kurang (85,5%)


dalam bekerja berdasarkan visi dan misi keperawatan.

Masalah                 : Perumusan visi dan misi ruangan belum ada

2)       Filosofi keperawatan

Wawancara, menurut Karu agar perawat dapat bekerja berdasarkan filosofi ilmu
mereka secara rutin dilakukan disetiap kesempatan diantaranya pada saat apel pagi,
kesamaptaan dan pada saat pelatihan.

Observasi, belum terlihat filosofi diruangan

Kuesioner, persepsi Perawat  Pelaksana menunjukkan kategori kurang baik (92%)


dalam bekerja berdasarkan filosofi keperawatan.

Masalah                 : Filosofi ruangan belum ada

3)       Peraturan organisasi

Wawancara, menurut kepala bidang keperawatan Rumah sakit sudah memiliki


peraturan yang merujuk ke Depkes, tetapi dalam pelaksanaannya tetap memakai
aturan yayasan.

Observasi, ada uraian peraturan kepegawaian

Kuesioner, persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori baik   (90%).

Masalah                                 : -
4)       Pembuatan rencana harian

Wawancara, menurut Karu di ruangan sudah membuat rencana harian tetapi belum
memiliki bentuk catatan harian yang baku.

Observasi, belum ada catatan harian, bulanan dan tahunan di ruangan

Kuesioner : Persepsi perawat  pelaksana menunjukan kategori cukup      (67  %)  dan
kepala ruang dalam kategori cukup  (64%).

Masalah : Pelaksanaan pembuatan catatan harian, bulanan dan tahunan belum


dilaksanakan

b.       Pengorganisasian

1)       Struktur Organisasi

Wawancara, menurut Kepala ruang didapatkan informasi bahwa struktur


ketenagaan yang ada sudah dibentuk 2 tim sebagai penerjamaan dari konsep MPKP
diruangan.

Observasi : adanya struktur organisasi yang di pasang di dinding ruangan nurse


station.

Kuesioner : Persepsi Perawat  Pelaksana menunjukkan katagori cukup baik (78,3%


& 82 %),

Masalah : -

2)       Pengorganisasian Perawatan klien 

Wawancara : menurut Kepala ruang didapatkan data bahwa metode penugasan yang
dilakukan menggunakan metode tim, dengan membentuk dalam ruangan 2 tim

Observasi : Hasil pengamatan ada 2 tim diruangan yang dibuat sesuai tugas sehari-
hari. Pembagian tanggungjawab terhadap pasien dilakukan berdasarkan kamar,
perawat pelaksana langsung bertanggung jawab kepada kepala ruangan, tidak
bertanggung jawab kepada ketua tim. Dan pada struktur organisasi di ruangan sudah 
menunjukkan penerapan metode tim.
Kuesioner : Persepsi perawat ruang menunjukkan katagori cukup baik (75%) dalam
bekerja berdasarkan metode modifikasi tim-primer.

Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode modifikasi tim-primer.

3)       Uraian tugas

Wawancara : Menurut Kepala ruanga setiap perawat sudah mempunyai uraian tugas
masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan. Batas wewenang dan tanggung jawab
perawat cukup jelas dengan dibuat job discription dimasing-masing ruangan.

Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai perannya.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan katagori


baik     (86 % & 76 %).

Masalah : -

4)       Metode penugasan

Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa penghitungan jumlah


tenaga sudah disesuaikan dengan rasio klien tetapi  menggunakan standart minimal
dengan rumus Gillis.

Observasi : jumlah perawat masih kurang dengan dinas rincian dinas sebagai berikut
Pagi = 2, Siang = 2,  malam 2, libur = 2 dan cuti 2. Untuk  dinas pagi ditambah 1
kepala ruang, 1 wakil kepala ruang  dan 1 ketua tim.

Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana mengenai penghitungan tenaga dengan


kategori cukup (74 %)

Masalah : Rasio jumlah perawat belum sesuai dengan tingkat ketergantungan


klien.

5)       Pendokumentasian asuhan keperawatan


Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai dengan format yang ada yang sudah disepakati bersama antara
kepala ruang dan komite keperawatan, tetapi audit secara rutin belum dilakukan,
sehingga sampai sekarang belum diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam mengisi
dokumentasi keperawatan.

Obseravasi : tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan. Ada beberapa


format yang tidak tersedia seperti format evaluasi (SOAP). Pada format rencana
keperawatan, kolom implementasi tidak disediakan tersendiri namun disamakan
dengan kolom intervensi. Dalam dokumentasi tidak terlihat kesinambungan antara
masalah dan tindakan keperawatan : Pengkajian dan Diagnosa keperawatan belum
mencerminkan kondisi pasien yang seutuhnya, evaluasi belum didokumentasikan
secara kontinyu, tetapi format dokumentasi keperawatan (pengkajian s/d evaluasi)
yang sudah terisi tetapi belum optimal. Format audit penulisan dokumentasi
diruangan tidak ada.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana tentang penulisan dokumentasi keperawatan


dalam kategori baik  (88,75 %)

Masalah : Belum optimalnya kegiatan audit dokumentasi keperawatan

6)       Pengaturan jadual dinas

Wawancara : Menurut Karu ruangan pengaturan shif yang dilakukan oleh Kepala
ruang disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di ruangan dan tidak berdasarkan
pada tingkat ketergantungan klien, karena disesuaikan dengan jumlah perawat dan
kondisi Rumah Sakit.

Observasi : Format daftar shif diruangan menggunakan proporsi jumlah perawat


yang ada.

Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana menunjukan kategori kurang (58,70 % & 74


%).

Masalah : Penjadualan belum menggunakan tingkat ketergantungan klien.

c.        Fungsi pengarahan


1)       Motivasi kepada perawat

Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa peningkatan motivasi


sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya diklat secara rutin mengadakan pelatihan dan pembinaan.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana mengenai motivasi yang ia dapatkan dari


pimpinan dengan katagori baik (82 %) dalam memberikan motivasi.

Masalah : -

2)       Komunikasi

Wawancara : menurut Kasubdepwat didapatkan informasi bahwa jalur komunikasi


dilakukan secara bottum up dan top down. Asuhan keperawatan yang
didokumentasikan diberitahukan pada saat timbang terima pasien dan ditindaklanjuti
oleh perawat yang bertugas pada shift berikutnya.

Observasi : komunikasi antara staff esuai dengan jalur. Pada saat timbang terima
pasien di ruangan, dilaporkan tindakan yang telah dilakukan dan yang akan
dilanjutkan oleh perawat pada shift berikutnya.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori baik (97,5%).

Masalah : -

3)       Pendelegasian

Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendelegasian diruangan


masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan cara lesan.

Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori cukup baik  (74 %).

Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam penerapan


metode MPKP.

d.       Fungsi pengendalian

1)       Program pengendalian mutu


Wawancara : Menurut Karu sudah ada tim pengendalian mutu, tetapi pelaksanaan
gugus kendali mutu masih belum optimal.

Observasi: Belum ada sistem pelaporan dan pencatatan  kegiatan pengendali mutu
dan belum ada struktur kerja dan format pengendalian diruangan.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan katagori


cukup baik (73  % & 62 %).

Masalah : Sistem pengendalian mutu belum optimal .

2)       Pelaksanaan SOP dan SAK

Wawancara : Menurut Karu Asuhan keperawatan yang diberikan sudah mengacu


pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang sudah ditetapkan. Dan saat ini
sedang SOP dan SAK sedang direvisi dan akan segera diberikan kepada tiap-tiap unit
rawat inap diadakan revisi ulang dan saat ini yang sudah berjalan adalah ruang Jiwa.

Observasi : SOP dan SAK sudah ada.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan kategori


baik (86  % & 86 %).

Masalah : -
3.       Prioritas penyelesaian Masalah Manajemen Keperawatan

Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan memperhatikan


aspek-aspek sebagai berikut :
-       Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,
-       Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
-       Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah masalah,
-       Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan,
-       Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan kriteria sebagai berikut :
-       Nilai 1 = sangat kurang sesuai,
-       Nilai 2 = kurang sesuai,
-       Nilai 3 = cukup sesuai,
-       Nilai 4 = sesuai
-       Nilai 5 = sangat sesuai.
Tabel 2.2 Prioritas Masalah  Manajemen Keperawatan
No Masalah Mg Sv Mn N Af Skor
c
1 Visi, misi dan filosofi 2 4 5 4 5 800
belum terbentuk
2 Pelaksanaan 4 3 4 4 4 768
pembuatan catatan
harian, bulanan dan
tahunan belum
dilaksanakan
3 Pemahaman tentang
metode penugasan
5 5 5 5 4 2500
tim-primer belum
seragam
4 Operan belum berjalan
4 3 4 3 3 144
dengan baik
5 Dan seterusnya
Dari tabel diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut :
1.        Pemahaman tentang metode penugasan tim-primer belum seragam
2.        Visi, misi dan filosofi belum terbentuk
3.        Pelaksanaan pembuatan catatan harian, bulanan dan tahunan belum dilaksanakan
4.        Operan belum berjalan dengan baik

4.       Alternatif  Penyelesaian  Masalah

Dari masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi, dengan mempertimbangkan


sumberdaya, waktu, kewenangan dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang
ada, maka masalah yang diatasi hanya 5  masalah. Dan berdasarkan prioritas masalah
diatas maka skor tertinggi akan dilakukan rencana tindak lanjut (masalah 1 sampai
masalah 5). Tindak lanjut yang akan diambil mempertimbangkan keterbatasan
waktu, sumber daya, dana keuangan dan kemampuan.

Seleksi Alternatif Penyelesaian masalah.


Seleksi alternatif penyelesaian masalah menggunakan pembobotan CARL, yaitu :
-       C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif,
-       A = Accesability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif
-       R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif,
-       L = Leverage, artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan
masalah.

Rentang nilai 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai berikut :


-       Nilai 1 = sangat kurang sesuai,
-       Nilai 2 = kurang sesuai,
-       Nilai 3 = cukup sesuai,
-       Nilai 4 = sesuai
-       Nilai 5 = sangat sesuai.

Tabel 2.3 Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah


No Alternatif Penyelesaian C A R L Total
Masalah
1 Membuat visi misi ruangan 4 4 4 4 256
2 Membuat buku catatan harian 4 4 4 3 214
3 Membuat sop operan dan 4 3 4 4 192
pelaksaannya setiap hari
Dan seterusnya

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas penyelesaian masalah sebagai berikut :
1.     Membuat visi misi ruangan
2.     Membuat buku catatan harian
3.     Membuat sop operan dan pelaksaannya setiap hari

5.       Jadual waktu dan Rancangan pelaksanaan

     Rencana kegiatan meliputi:        


1.        Membuat visi misi ruangan
2.        Membuat buku catatan harian
3.        Membuat sop operan dan pelaksaannya setiap hari

Tabel 3.1        Rencana kegiatan residensi manajemen Keperawatan di RS


Polpus R.S Sukanto
No Kegiatan Waktu Ruang Sasaran Metoda Hasil yang
diharapkan
1 Membuat visi
& misi
2 Pembuatan ·   Terbentuk format
perangkat catatan harian
MPKP ·   Terbentuk format
-    Buku pengkajian 
catatan harian keperawatan
-    Format audit ·   Terbentuk rencana
catatan harian diagnosis  (10
-    Format diagnosa)
pengkajian ·   Terbentuk format
awal discharge planning
keperawatan ·   Terbentuk format
-    Renpra (10 BOR, ALOS dan TOI
diagnosis yg.
Sering
dipakai)
-    Format
discharge
planning
-    Format
pendelegasian
-    Format
penghitungan
BOR, LOS,
TOI
DST
 

BAB  4
 PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian
masalah manajemen keperawatan di rumah sakit ...A.... dilaksanakan pada hari
kamis, tanggal 20 November 2007 yang dihadiri oleh, subdepartement keperawatan,
komite keperawatan yang merangkap pembimbing lapangan, kepala instalasi A,B,C
dan para kepala ruangan, serta pembimbing akademik. Pada pertemuan tersebut telah
disepakati prioritas masalah yang telah ditetapkan meliputi : 1) Pemahaman tentang
metode penugasan tim belum seragam, 2) belum optimalnya pelaksanaan umpan
balik dari Karu dalam penerapan dokumentasi asuhan keperawatan, 3) Pemahaman
tentang rencana kegiatan harian belum seragam,  4) tim pengendali mutu
keperawatan belum berjalan sebagaimana mestinya, dan 5) penerapan pendelegasian
dalam penerapan metode MPKP belum dijalankan.
Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan
tema penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode modifikasi
tim-primer. Fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan,
pre post conference, supervisi, pengisian format dokumentasi keperawatan, cara
melakukan audit catatan harian dan dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian
dalam asuhan keperawatan, pengisian format discharge planning dan penghitungan
BOR, ALOS, TOI.

A.      PERSIAPAN KEGIATAN


1.     Penyiapan perangkat MPKP
Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama
dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun dalam bentuk
kartu anggota Tim, Format pengkajian keperawatan, penentuan 10 (sepuluh)
diagnosa yang sering muncul diruangan, format pendelegasian, dan format discharge
planning, format audit dokumentasi keperawatan, serta format penghitungan BOR,
LOS, TOI. Penyiapan perangkat ini dilakukan pada tanggal 18 s/d 20 November
2008. (format hasil diskusi terlampir).

B.       PELAKSANAAN KEGIATAN

1.        Tahap Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 25 November 2008 sesuai
jadwal yang telah disusun. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
antara lain adalah Persiapan hasil kegiatan dalam bentuk pengkajian dan penyiapan
perangkat MPKP, pelaksanaan kegiatan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan
dan evaluasi dengan program control kegiatan.
.
2.        Penerapan Kegiatan
Penerapan dan uji coba MPKP di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a.        Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima
antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh
kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin
oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan
pasien  menurut Taylor (1993)  adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat
membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi
keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang
perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa
dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan
keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu.

Kegiatan operan diruang ....YANG DILAKUKAN OLEH KELOMPOK dilakukan


sesuai dengan STANDART operasional prosedur yang  sudah disepakati oleh
kelompok  dengan menerapkan  prinsip operan, namun masih belum optimal, antara
lain : isi dari operan yang masih bersifat kolaboratif, operan yang dilakukan kadang-
kadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum semua perawat hadir pada
waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, kepala ruang / ketua tim tidak hadir
karena ada acara tertentu.

Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas
pagi, sore dan malam,  menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan
mengenai jam visite dokter, membuat rencana perawatan yang komprehensif dan
terorganisir.

b.        Pre-post conference


Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan dan sebelum operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung
jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan
tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).

Kegiatan  pre conference di kelompok  adalah, setelah operan dan pengarahan dari
kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan pre-post conference bersama anggota
timnya dan membagi habis pasien sesuai dengan pasien kelolaan dan pasien titipan
pada shiftnya. Mahasiswa berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode penugasan
tim primer, bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat ketengantungan
pasien agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam pembagian tugas
perawat pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi
agar pelaksanaan pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas
melalui pendidikan dan pelatihan, kepala ruangan melakukan supervisi dan
mengingatkan katim terhadap pelaksanaan pre-post conference agar terbiasa dan
menjadi budaya kerja. Perlunya peninjauan struktur ruangan dan pemetaan tenaga
yang proporsional, adanya uraian tugas yang jelas di Ruang agar kegiatan diruangan
lebih optimal.

c.        Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004).
Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota.
Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian
dukungan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mc Farland,
Leonard & Morris,1984).
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan
asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak
diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan
partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan
penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-
hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan
kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi ( Bittel, 1997).
Dalam penerapan MPKP diruang kegiatan supervisi sudah dapat dilakukan oleh
kepala ruangan maupun ketua tim, antara lain supervisi kegiatan operan, pre-post
conference, pemberian askep dan dokumentasi asuhan keperawatan, tetapi kegiatan
masih belum terjadual dan dilakukan secara spontan jika kepala ruang tidak sibuk.
Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah belum terbiasa dengan
perencanaan pengarahan dan merasa canggung untuk melakukan supervisi, serta
tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, kepala ruangan
dan katim tidak dapat memberikan masukan dan perbaikan kepada perawat yang
disupervisi. Hal ini akan berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan
keperawatan yang tidak optimal.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan adalah :
direncanakan siapa, kapan waktunya, kegiatan apa yang akan disupervisi, bagaimana
supervisi dilaksanakan dan penentuan standar serta alat supervisi. Agar supervisi
dapat dilakukan dengan lebih baik, kepala ruangan / ketua tim perlu melatih dan
membudayakan kegiatan supervisi secara terus menerus dan mengembangkan ilmu
yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi
diruangan-ruangan, merencanakan pengembangan SDM baik secara formal maupun
informal, dan juga memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan
dan katim terutama yang berkaitan dengan supervisi.

d.       Dan seterusnya...

C.      Evaluasi kegiatan MPKP


Evaluasi kegiatan MPKP adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus 
pelaksanaan rencana kerja  yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap
penyimpangan yang terjadi. Untuk indikator mutu yang dipakai oleh kelompok
dalam melakukan evaluasi selama kegiatan sebukan antara lain adalah :
berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka cedera.

BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan  tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik
adalah  80 -90 %. Standar nasional BOR adalah 70-80 %. Selama praktek maka BOR
di ruangan adalah 85 %, artinya mengalami peningkatan dari rata-rata BOR yang ada
diruangani ini,
ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Hasil analisis alos
selama praktek manajemen 5 hari artinya ada penurunan angka rata-rata lama rawat
pasien dibanding alos sebelumnya

TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan  gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari. Dan hasil
analisis kegiatan Nilai TOI > 3 sehingga ada kemunduran selama praktek

7.     Kejadian infeksi nosokomial


Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul
selama dalam perawatan dirumah sakit. Selama praktek tidak dijumpai kejadian
infeksi nosokomial

Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan
yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini  dapat
menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada
kasus pasien yang cedera. Selama praktek tidak didapatkan kejadian cedera dari
pasien

Kepuasan pasien mengalami peningkatan selama dilakukan praktek manajemen .....

Anda mungkin juga menyukai