Anda di halaman 1dari 23

3.

M3-Metode
a. Penerapan MPKP
1) Kajian Teori
Metode praktek keperawatan profesional merupakan salah satu metode
praktek keperawatan professional, dimana perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien tersebut
masuk sampai keluar dari Rumah Sakit. Metode praktek keperawatan ini
mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat asuhan
keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga konsep dasar metode
ini adalah adanya tanggung jawab dan tanggung gugat model.
Dasar pertimbangan penerapan MPKP:
a) Sesuai visi dan misi Rumah Sakit
b) Ekonomis
c) Menambah kepuasaan klien, keluarga dan masyarakat
d) Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan perannya
dengan baik
e) Dapat diterapkan proses keperawatan
f) Terlaksanannya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Ada 5 metode praktek keperawatan professional :
a) Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat.
b) MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga professional, teknikal
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

c) MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit
d) MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
perawat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift.
e) MPKP Modifikasi
Pada model MPKP ini merupakan kombinasi dari dua system:
(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau
setara
(b) Keperawatan tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab askep
pasien terfragmentasi pada berbagai tim
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas askep terdapat pada primer.

Struktur: Proses:
Jumlah Tenaga Keperawatan Primer

Jenis Tenaga

Standar Tenaga Hubungan Perawat

Tanggung Jawab, Berkesinambungan dan tanggung


gugat

Nilai-nilai professional

Bagan 3.3
Pengembangan Dan Struktur Organisasi MPKP
Sumber : Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit
2) Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MAKP, metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah metode keperawatan tim, namun
pelaksanaannya kurang optimal karena keterbatasan tenaga keperawatan dan
tingkat pendidikan yang dimiliki. Dengan demikian dalam satu ruang rawat
terdapat beberapa jenis tenaga meliputi Kepala Ruangan Rawat, Perawat Primer
(PP) dan Perawat Assosiate (PA).
Kepala

PP1 PP2 PP3

PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
Bagan 3.4 Struktur Organisasi
PA PA PA
Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP
Sumber: Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit

b. Timbang Terima
1) Kajian Teori
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
komplit dan jelas tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer, penanggung jawab dinas
sore atau dinas malam secara tulisan dan lisan
2) Tujuan
Tujuan Umum:
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus:
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus).
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah /belum dilakukan dalam askep pada penderita
c) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
e) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
3) Manfaat Timbang terima
Bagi Perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat .
b) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan bertanggung jawab antara perawat
c) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara paripurna
Bagi pasien
a) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Dilaksanakan tepat pada waktu, setiap penggantian shift.
b) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab penderita (PP).
c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
d) Adanya unsur bimbingan, pengarahan serta tanggung jawab.
e) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi penderita saat ini serta menjaga kerahasiaan penderita
f) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan penderita.
g) Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang privacy bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
didekat klien
h) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya dibicarakan di nurse
station
4) Prosedur Timbang terima
Tabel 3.13
Prosedur Timbang Terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan 5 menit Nurse PP, PA
setiap pergantian shift/operan. Station
2. Prinsip timbang terima, semua
pasien dilakukan timbang terima
khususnya penderita yang
memiliki permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut
3. Perawat yang melaksanakan
timbang terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dan
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal
penting lainya selama masa
perawatan
4. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.
Pelaksanaan Kedua kelompok dinas sudah siap 20 menit Ners KARU, PP, PA
(shift jaga). Station
1. Kelompok yang akan bertugas dan Ruang
menyiapkan buku catatan. Pasien
2. Kedua kelompok sudah siap
3. Kepala ruang membuka acara
timbang terima.
4. PP menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya, hal
yang perlu disampaikan dalam
timbang terima:
Jumlah pasiean
Identitas klien dan
diagnose medis
Data (keluhan/subyektif
dan obyektif)
Masalah keperawatan
yang masih muncul
Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
Intervensi kolaboratif dan
dependen
Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang dll)
5. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-
hal yang telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas
6. Kepala ruangan/ PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien
7. Sedapatnya mengupayakan
penyampaian yang jelas singkat
dan padat
8. Lama timbang terima untuk tiap
pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang
rumit
9. Pelaporan untuk timbang terima
dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang
juga saat itu kepada PA yang
jaga berikutnya
Post 1. Diskusi 5 menit NERS KARU, PP, PA
Timbang 2. Penandatanganan oleh PP dan STATION
Terima diketahui oleh KARU
3. Ditutup oleh KARU

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


a) Dilaksanakan tepat pada pergantian shift
b) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
d) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasian pasien
e) Timbang terima harus berorientasi pada masalah pasien.
f) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar suara yang dirahasiakan bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat
klien.
g) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya dibicarakan di ners
station.
5) Evaluasi
a) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan
selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu
malam ke pagi. Kegiatan timbang terima pada shift pagi ke sore, dan sore ke malam di
pimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b) Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer mengoperkan
ke perawat assosiate berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama
dilakukan di ners station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnose
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan
khusus. Setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
c) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP menandatangani laporan
timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruangan.

PASIEN

DIANOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KOLABORATIF KEPERAWATAN
RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
KEADAAN PASIEN

MASALAH:
Alur Timbang Terima
TERATASI

c. Ronde Keperawatan BELUM TERATASI


1) Kajian teori TERATASI SEBAGIAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat sering
MUNCUL MASALAH BARU
menemukan permasalahan-permasalahan sehubungan dengan tindakan yang
diberikan. Sebagai jalan keluarnya, dibutuhkan suatu pemecahan masalah yang
membutuhkan kemampuan cukup tinggi baik pengetahuan, sikap maupun keahlian.
Salah satu metode pemecahan masalah adalah dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas secara
mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer atau associate, konselor, kepala
ruangan dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung
sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan disamping pasien, membahas, dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat
primer dan atau konselor, kepala ruangan serta perawat associate yang melibatkan
seluruh anggota tim.
Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi :
a) Pasien dan keluarga dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan focus kegiatan
c) PA atau PP dan konselor melakukan diskusi
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas konselor membantu mengembangkan
kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2) Manfaat ronde Keperawatan
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien data terpenuhi
c) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
Kriteria pasien :
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
criteria sebagai berikut:
a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan.
b) Pasien dengan kasus baru atau langka.
Kriteria Evaluasi
a) Struktur
(1) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan lainnya)
(2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
(3) Persiapan dilakukan sebelumnya

b) Proses
(1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
c) Hasil
(1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
(2) Masalah pasien teratasi
(3) Perawat dapat :
(a)Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
(b) Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
(c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
(e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yng berorientasi
pada masalah pasien
(f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
(g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
3) Tahapan ronde
TAHAP PRA RONDE PP
PROPOSAL
PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
INFORMED CONSENT
HASIL PENGKAJIAN

TAHAP APA YANG MENJADI MASALAH


RONDE : CROSS CEK DATA YANG ADA
PENYAJIAN APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TERSEBUT
BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
SAK,SOP)

TAHAP RONDE VALIDASI DATA

DISKUSI KARU, PP,


TAHAP RONDE PERAWAT KONSELOR

TAHAP PASCA RONDE EVALUASI

MASALAH TERATASI
Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien

Keterangan
a) Pra Ronde
(1) Menemukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
(2) Menentukan tim ronde
(3) Mencari sumber dan literature
(4) Membuat proposal
(5) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
(6) Diskusi apa diagnosis keperawatan ? apa data yang mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan ? dan apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan
b) Pelaksanaan Ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
c) Pasca Ronde
(1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya
d) Peran masing masing anggota tim
(1) Peran perawat primer dan Perawat Associate
Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
Menjelaskan diagnose keperawatan
Menjelaskan intervensi yang dilakukan
Menjelaskan hasil yang didapat
Menjelaskan rasional (alas an ilmiah) dari tindakan yang diambil
Menggali masalah masalah pasien yang belum terkaji\

(2) Peran Perawat Konselor


Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement
Memvalidasi kebenaran dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

d. Sentralisasi obat
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat
kondusif dengan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2002), yang slaah satunya adalah pengelolaan sentralisasi obat. Pengawasan
terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat, perlu
dilakukan dalam suatu pola atau alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-
benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko-resiko kerugian baik secara materiil
maupun secara non materiil dapat dieliminir. Kegiatan sentralisasi obat meliputi:
membuat strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta pendokumentasian hasil
pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Tujuan:
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan peran Perawat Primer dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan khusus
a) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan prinsip 6B+1W dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
b) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Perawat Primer dan Perawat
Associate dalam penerapan Prinsip 6B+1W.
c) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan.
d) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
e) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapy.
Peran:
1. Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama pasien
dirawat
d. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program therapy
2. Perawat Primer lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
c. Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasi:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
3. Meresepkan obat sebelum diagnose pasti dibuat
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan akan membuang
atau lupa minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah kadarluasa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
9. Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan
atau dicuri
Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat:
a. Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah diambil
oleh keluarga diserahkan kepada perawat dan menerima lembar terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan obat
dalam kartu control dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien
dalam buku obat
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum
serta kartu sediaan obat
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat
4. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian
obat
b. Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat dan efek samping
d. Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau
petugas yang ditunjuk dan dikomentasikan dalam buku masuk obat
5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan / perubahan jenis, dosis, atau perubahan alur jenis
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat
b. Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi dilakukan
pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan
kartu khusus obat
6. Obat khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu
b. Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer
c. Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama obat, kegunaan,
waktu pemberiaan, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
d. Menyimpan penyediaan obat
e. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis
etiket dan alamat pasien
f. Sistem kartu persediaan
g. Lemari obat

DOKTER
DOKTER
PENDEKATAN
PERAWAT
KELUARGA
/PASIEN

FARMASI/APOTIK

PASIEN/KELUARGA
Sarana persetujuan
sentralisasi obat
Lembar serah
terima obat
PP/PERAWAT YANG
Buku serah terima
MENERIMA
masuk obat

PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH
PERAWAT

PASIEN/KELUARGA
Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat
Keterangan :
: Garis komando
: Garis koordinasi

e. Supervisi
1) Kajian teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksaan kegiatan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif (Subjana,2004).
Menurut Depkes (2000), supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah
pelayanan yang bermutu setiap saat.
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H.Burton, dalam Pier As, 1997:20).
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
1. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas.
2. Prinsip Supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan hubungan
antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip menajemen dan
kepemimpinan
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui
pentujuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara supervisidan
perawat pelaksana. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana
yang spesifik.
e. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas
dan motifasi.
3. Pelaksanaan Supervisi
a. Kepala Ruangan
1. Bertanggung jawab dalam supervise pelayanan keperawatan pada klien di
ruang perawatan
2. Merupakan ujung tombak penentu tetcapai atau tidaknya tujuan
pelayanankesehatan di rumah sakit
3. Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan praktek keperawatan
praktek keperawatan di ruang keperawatan

b. Pengawas Perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala ruangan
yang ada di instalasiya.
c. Kepala seksi perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.

4. Langkah-langkah supervisi
a) Pra supervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
2. Supervisor menetapkan tujuan
b) Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument yang
telah disiapankan
2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
3. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan
4. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan menvalidasi data
sekunder
c) Pasca supervisi
1. Supervisor memberkan supervise (F-Fair)
2. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
3. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
5. Peran supervisor dan fungsi supervise keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperwatan dan manejemen sumber daya yang tersedia
a) Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah :
1. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
2. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
3. Mengrembangjan peraturan dan prosedur pelayanan keperawatan, kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain yang terkait
b) Manejemen anggaran
Manejemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencaranaan dan
pengembangan
Supervisor berperan dalam:
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang
tersedia, menegembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS
b) Membantu mendapatkan informasi statistic untuk merencanakan anggaran
keperawatan
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola
d) Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja,
tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan
dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan
6. Teknik supervisi
a) Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompk, yaitu:
1. Mengacu pada standar asuhan keperawatan
2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai perbandingan untuk
menetapkan pencapaian
3. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan
7. Area supervisi
a) Pengetahuan dan penegrtian tentang klien
b) Keterampil yang dilakukan disesuai dengan standar
c) Sikap penghargaan pekerjaan misalnya kejujuran, empati
8. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang beerlangsung,
dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
1. Perawat pelaksana melakukan secara mendiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor
2. Selama proses, supervisor dapat member dukungan, reinforment dan
petunjuk
3. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang
masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Peran kepala
ruangan, PP dan PA dalam MPKP adalah
a) Peran Kepala Ruangan(KaRu)
1) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
associate
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
b) Peran Perawat Primer(PP)
1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
5) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
6) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
7) Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social, kontrak dengan
lembagasosial di masyarakat
8) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
c) Peran Perawat Associate(PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun oleh PP

Ka Bid Perawatan
KaSi Keperawatan

Ka. Perawatan IRNA

Menetapkan kegiatan dan


tujuan serta instrumen/ alat Ka Ru
ukur
supervisi
menilai kinerja
perawat PP1 PP 2

supervisi
1) Feedback
2) Penyampaian PA1 PA 2
penilaian (fair)
3) Follow up,
pemecahan masalah Kualitas
dan reward Pelayanan
Meningkat

Alur Supervisi
f. Discharge Planing
1) Kajian Teori
Tujuan : memberikan informasi yang tepat tentang perawatan dan pengobatan
yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk melakukan control
kembali.
Deskripsi : perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang penting dalam
keberhasilan asuhan keperawatan pasien rawat inap karena informasi
yang diberikan sebelum pasien pulang merupakan bekal yang sangat
berharga bagi pasien dan keluarganya. Informasi yang tidak adekuat
sebelum pasien pulang dapat menyebabkan pasien dan keluarganya
melakukan tindakan yang kurang tepat akibat kurang informasi.
Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya dilaksanakan:
a) PP memberikan HE(health education) pada pasien yang akan pulang atau
yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan yang masih harus diminum
di rumah, diet, aktivitas, istirahat, waktu dan tempat kontrol kembali, apa
yang dibawa pulang dan hal- hal yang perlu diperhatikan pasien selama di
rumah.
b) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga memberikan kartu
discharge planning dan leaflet lain yang berisi penjelasan yang diberikan.
c) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning maka pasien
atau keluarga menandatangani format discharge planning sebagai bukti telah
mendapatkan discharge planning dari perawat
Dokter dan tim PP dibantu PA

Keadaan Pasien:

1) Klinis dan pemeriksaan


penunjang lain
2) Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Lain- lain


Program HE:
administrasi
1) Control dan obat atau
perawatan
2) Gizi
3) Aktivitas dan istirahat

Monitor( sebagai program


servis safety) oleh: keluarga

Alur Discharge Planning

Keterangan:

a) Tugas Kepala Ruangan: Menentukan estimasi lama perawatan


b) Tugas Perawat Primer :
- Menerima pasien baru
- Membuat rencana discharge planning
- Membuat leaflet
- Memberikan konseling

g. Dokumentasi Keperawatan
1) Kajian Teori
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan professional. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah
komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Kegiatan
pendokumentasian meliputi ketrampilan berkomunikasi dan keterampilan
mendokumentasikan proses keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan.
a) Manfaat:
(1) Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain
(2) Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum
(3) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
(4) Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan
(5) Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan
b) Pelaksanaan
Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:
(1) Pengkaian Keperawatan
(a) Pengumpulan data, kriteria LARB: Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru
(b) Pengelompokan data, kriteria:
- Data biologis : hasil dan observasi, tanda- tanda vital dan pemeriksaan
fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta pemeriksaan
diagnostic atau penunjang: laboratorium dan foto rontgen
- Data Psikologis, social, dan spiritual melalui wawancara dan observasi
- Format pengkaian data awal menggunakan model ROS( Review of
System) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi, dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
(2) Diagnosis Keperawatan
Kriteria:
(a) Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan
(b) Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan pasien
(c) Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat
(d) Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S
(3) Perencanaan Keperawatan
(a) Prioritas Masalah:
Kriteria:
- Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama
- Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua
- Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga
(b) Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART :
- Tujuan dirumuskan secara singkat
- Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
- Spesifik pada diagnosis keperawatan
- Dapat diukur
- Dapat dipertanggungawabkan secara ilmiah
- Adanya target waktu pencapaian
(4) Rencana Tindakan
Didasarkan pada NIC(Nursing Intervention Classification). Enis rencana tindakan
keperawatan mengandung 3 komponen, meliputi DET tindakan Keperawatan:
(a) Diagnosis/Observasi
(b) Edukasi
(c) Tindakan: independen, dependen, dan interdependen

Kriteria:
(a) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
(b) Merupakan alternatif tindakan secara tepat
(c) Melibatkan pasien/keluarga
(d) Mempertimbangkan latar belakang, sosial budaya pasien dan keluarga
(e) Mempertimbangkan kebiaksanaan dan peraturan yang berlaku
(f) Menamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
(g) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan penulisan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti
(h) Menggunakan formulir yang baku
(5) Intervensi Keperawatan
Berorientasi pada 15 komponen dasar keperawatan yang dikembangkan dengan
prosedur teknis perawatan, kriteria:
(a) Dilaksanakan sesuai rencana keperawatan
(b) Mengganti keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien
(c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/ keluarga
(d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
(e) Menggunakan sumber daya yang ada
(f) Menunjukkan sikap sadar dan ramah dalam berinteraksi dengan
pasien/keluarga
(g) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
(h) Menerapkan prinsip aseptis dan antisepsis
(i) Menerapkan etika keperawatan
(j) Menerapkan etika keperawatan
(k) Menerapkan prinsip aman,nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamtan pasien
(l) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
(m)Merujuk dengan masalah yang mengancam keselamatan pasien
(n) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
(o) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
(p) Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah
ditentukan
(6) Evaluasi keperawatan
Dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan. Kriteria:
(a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(b) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah laku
pasien
(c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan
selanutnya
(d) Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain
(e) Evaluasi dilakukan dengan standar
Komponen dalam evaluasi mencakup aspek:
(a) Kognitif(pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)
(b) Afektif(sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan
(c) Psikomotor(tindakan/prilaku) klien dalam upaya penyembuhan
(d) Perubahan biologis(tanda vital,system dan imunologis)

Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya tindakan meliputi:


(a) Masalah teratasi
(b) Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan
tindakan ulang
(c) Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan
(d) Timbul masalah baru

Anda mungkin juga menyukai