Anda di halaman 1dari 28

MANAGEMENT KEPERAWATAN

M3 (METHOD)

A. SOP (Standar Operasional Prosedur) Dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)


Standar Operasional Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
1. Dasar Hukum SOP
a) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063)
b) Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan (lembaran Negara
Repulik Indonesia tahun 2009 nomor 152 , tambahan lembaran Negara nomoor
5071)
c) Permen PAN Nomor: PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan
Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan.

2. Tujuan Dari Penyusunan SOP


a) Agar petugas atau pegawai menjaga konsisitensi dan tingkat kinerja
petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
b) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiaptiap posisi dalam organisasi.
c) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugasatau pegawai terkait.
d) Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai dari malpraktek
atau kesalahan administrasi lainnya.
e) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.
f) Memberikan keterangan tentang dokumen- dokumen yang dibutuhkan dalam
suatu proses kerja.

3. Penyusunan SOP
Berikut cara efektif dalam membuat Standart Operating Procedur:
a) Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedure dalam kalimat yang
pendek. Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti.
b) Menuliskan setiap tahapan proses pada susatu prosedure dalam bentuk kalimat
perintah. Kalimat perintah menunjukkan langsung apa yang harus dilakukan.
c) Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu
prosedure.
d) Menggunakan istilah istilah atau singkatan yang memang sudah umum
digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

Daftar SOP Keperawatan :


1. Pengukuran suhu 25. Mengevakuasi feses secara
2. Pemeriksaan denyut manual
3. Pemeriksaan pernafasan 26. Memenuhi kebutuhan berkemih
4. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan urinal
5. Menyiapkan tempat tidur terbuka 27. Melakukan kateterisasi
dan tertutup perkemihan
6. Merawat kulit pada daerah 1. Pemasangan kateter
tertekan perkemihan pria
7. Merawat rambut 2. Pemasangan kateter
8. Merawat gigi dan mulut perkemihan wanita
9. Merawat kuku 28. Memasang kondom kateter
10. Melakukan higiene vulva 29. Membantu pasien duduk
11. Memandikan pasien ditempat tidur
12. Melakukan pemberian oksigen 30. Mengatur posisi ditempat tidur
1. kateter nasal 1. posisi sim
2. kanul nasal 2. posisi trendelenberg
3. masker oksigen 3. posisi dorsal recumbent
13. Melakukan fisiotherapi dada 4. posisi genu pectoral
1. drainage postural (knee chest)
2. clapping dan vibrasi 31. Memindahkan pasien dari tempat
14. Melakukan penghisapan lendir tidur ke kursi roda
15. Melakukan pemberian nutrisi 32. Memindahkan pasien oleh
melalui oral dua/tiga perawat
16. Melakukan pemberian nutrisi 33. Membantu pasien berjalan
melalui pipa lambung 34. Membantu pasien melakukan
17. Melakukan pemberian nutrisi mobilisasi (latihan rentang gerak)
parenteral 1. Fleksi dan ekstensi
18. Melakukan pemberian cairan pergelangan tangan
melalui infus 2. Fleksi dan ekstensi siku
19. Melakukan tranfusi darah 3. Pronasi dan supinasi
20. Menghitung balans cairan lengan bawah
21. Memenuhi kebutuhan defekasi 4. Abduksi dan adduksi
menggunakan pispot bahu
22. Memberikan huknah rendah 5. Rotasi bahu
23. Memberikan huknah tinggi 6. Fleksi dan ekstensi jari-
24. Melakukan pemberian gliserin jari
per rektal 7. Infersi dan effersi kaki
8. Fleksi dan ekstensi 3. Pemberian obat melalui
pergelangan kaki subcutan
9. Fleksi dan ekstensi 4. Pemberian obat melalui
lutut intra vena langsung
10. Rotasi pangkal paha 5. Pemberian obat melalui
11. Abduksi dan adduksi wadah cairan intra vena
pangkal paha 6. Pemberian obat melalui
35. Melakukan teknis masase intramuskular
36. Melakukan kompres panas basah 7. Pemberian obat melalui
37. Melakukan kompres dingin basah anus/rektum
38. Melakukan rendam secara benar 8. Pemberian obat melalui
1. Rendam tangan dan vagina
kaki 9. Pemberian obat topikal:
2. Rendam gluteal pada kulit
3. Rendam seluruh bagian 10. Pemberian obat topikal:
tubuh pada mata
39. Mencuci tangan dengan benar 11. Pemberian obat topikal:
1. Mencuci tangan biasa pada telinga
2. Mencuci tangan dengan 12. Pemberian obat topikal:
desinfektas pada hidung
3. Mencuci tangan steril 46. Prosedur dan pemeriksaan khusus:
40. Menggunakan sarung tangan 1. Pengambilan sampel
41. Menggunakan masker darah vena untuk pemeriksaan
42. Perawatan luka 2. Pengambilan sampel
43. Perawatan luka dekubitus darah arteri untuk pemeriksaan
44. Pembalutan 3. Pemeriksaan
45. Pemberian obat: hemoglobin cara sahli
1. Pemberian obat melalui 4. Pemeriksaan golongan
oral darah dengan kacva obyek
2. Pemberian obat melalui
intracutan

Standar Asuhan Keperawatan


Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan,
sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti
pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat,
karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk
(Wilkinson, 2006).
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur kualitas asuhan
kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan standar
menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang
bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar
asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat
professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus
dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi
perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar standar yang ada seperti merancang kebutuhan
dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan distribusi pasien dalam
unit khusus, standar pendidikan bagi perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk
dan praktek dalam tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
PPNI telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan sebagai panduan bagi perawat
Indonesia untuk melakukan Asuhan Keperawatannya.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia terdiri atas lima kategori :
1. Fisiologis : respirasi sirkulasi, nutiri / cairan, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
neurosensori, reproduksi dan seksualitas
2. Psikologis : nyeri dan kenyaman, integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan
3. Perilaku : kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran
4. Lingkungan : keamanan dan proteksi
B. Model Manajemen Keperawatan
1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang
lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria
efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang
akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh
perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
a. Kelebihan :
1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
b. Kelemahan :
1) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
dalam penerapan proses keperawatan.
2) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
4) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
5) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6) Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

2. Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan
selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan /
asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun
1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim
dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk
menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model
tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien
di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja
bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien
dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan
rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan
kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim
saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada
filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang
berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan
kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien.
Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk
klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
a) Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
b) Anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
c) Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
d) Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
e) Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.
a. Kelebihan :
1) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
2) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
b. Kelemahan :
1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpin maupun perawat klinik
2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya
tidak diimplementasikan dengan total
3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
c. Tanggung jawab Kepala Ruang
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.
4) Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
5) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim
dalam pemberian asuhan keperawatan.
6) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
7) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
8) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
9) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya,
10) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
11) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
d. Tanggung jawab ketua tim
1) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,
2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya,
4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens.
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan,
8) Menyelenggarakan konferensi
9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan,
10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,
11) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
e. Tanggung jawab anggota tim
1) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.
3) Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
4) Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6) Memberikan laporan
3. Timbang Terima / Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis dan lisan. (Nursalam, 2011).
Menurut Keliat, 2009. Operan adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan antara
shift pagi , sore dan malam. Operan dari shif malam ke shif pagi dan dari shif pagi ke shif
sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari shif sore ke shif malam
dipimpin oleh penanggung jawab shif sore.
a. Proses Operan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian 5 menit Ners PP dan PA


shift/ operan station
2. Prinsip timbang terima semua pasien baru
masuk dan pasien yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan belun/ dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut
3. PP menyampaikan timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam
timbang terima:
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan diagnosis medis
c. Data (keluhan/ subjektif dan objektif)
d. Masalah keperawatan yang masih muncul
e. Intervensi keperawatan yang belum
dilaksanakan (secara umum).
f. Intervensi kolaboratif dan dependen.
g. Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dll).
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga) 20 menit Ners KARU, PP
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan station dan PA
buku catatan.
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan timang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan
melakukann validasi terhadap hal-hal yang
telah ditimbang terimakan an berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang
jelas.
5. Kepala ruangan/ PP menanyakan kebutuhan Ruang
dasar pasien perawat
6. Penyampaian yang jelas, singkat, dan padat. an
7. Perawat yang melaksanakan timbang terima
mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang
telah/ belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya.
9. Lama timbang terima hntuk tiap pasien tidak
lebih dari lima menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan keterangan yang rumit
1. Diskusi. 5 menit Ners KARU, PP
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan station dan PA
secara langsung pada format timbang terima
yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu
dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh
kepala ruang.
3. Ditutup oleh kepala ruang

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


1) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5) Peran harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat Operan di kamar pasien, mengunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
didekat pasien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan
di nurse station.

c. Alur Operan
1) Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk., 2012)
adalah sebagai berikut :

Nurse Station:
1. Operan dipimpin kepala ruangan
2. Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi pasiennya berdasarkan dokumentasi keperawatan.
3. Ketua Tim/Penanggung jawab sif dan perawat pelaksana dalam tim mencatat hariannya
4. Proses klasifikasi informasi.

Bedside
1. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien
2. Validasi data pasien.

Nurse Station
1. Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan balik dan saran tidak lanjut.
2. Menutup operan (doa dan bersalaman).

Nurse Station
Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference bersama anggota tim/perawat pelaksana.
d. Renstra Operan
1) Pelaksanaan Operan
Hari/ tanggal :
Pukul :
Topik :
Tempat :

2) Metode
Diskusi :
Tanya jawab :

3) Media
Status klien
Buku Operan
Alat tulis
Leaflet
Sarana dan prasarana perawatan

4) Pengorganisasian
Kepala ruangan :
Perawat primer (pagi) :
Perawat primer (sore) :
Perawat associate (pagi) :
Perawat associate (sore) :
Perawat associate (malam) :
Perawat associate (libur) :
Pembimbing/ supervisor :

5) Uraian kegiatan
Prolog
Pada hari....... jam....... seluruh perawat ( PP dan PA) shift pagi dan sore serta
kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan operan.

Sesi I di Nurse station


Kepela ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan
kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya
(sore). PP dan PA shift sore memberikan klarifikasi keluhan, intervensi
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi
kolaboratif dan dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dll), hal yang belum jelas atas laporan
yang telah disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di nurse station
berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien

Sesi II di Ruang Perawatan pasien


Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ketempat pasien. PP
dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien
atau keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak
mengalami masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan tidak
lebih lima menit perpasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien
dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse station setelah
kunjungan kepasien berakhir.
Epilog
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia.
Setelah proses operan selesai dilakukan, maka kedua PP menandatangani laporan
operan dengan diketahui oleh kepala ruangan.

f) Evaluasi
1. Struktur (input)
Pada operan, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift oepran. Kepala ruang
selalu memimpin kegiatan operan yang dilaksanakan pada pergantian shift,
yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan oepran pada shift sore ke
malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas pada saat itu.
2. Proses
Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer
mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Operan pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan
pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi operan mencakup jumlah pasien,
diagnosis keperawatan, dan intervensi yang belum/sudah dilakukan. Waktu
unutuk setiap pasien tidak lebih dari lima menit saat klarifikasi ke pasien.
3. Hasil
Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.

e. Format Operan

FORMAT OPERAN PENDERITA


Nama Pasien : Kamar :
Umur : Dx. Medis :
Tanggal :

Asuhan Operan
Keperawatan Sift Pagi Sift Sore Sift Malam

Masalah Keperawatan

Data Fokus S: S: S:
(Subyektif & O: O: O:
Obyektif) A: A: A:
P: P: P:
Intervensi yang sudah
Dilakukan
Intervensi yang belum
Dilakukan
Hal-hal yang perlu di
Perhatikan (Lab,
Obat,-
Advis Medis)
Tanda Tangan PP PP Pagi: PP Sore: PP Malam:
PP Sore: PP Malam: PP Pagi:

Karu: Karu:
4. Supervise
Supervisor adalah pengawas utama, pengontrol utama, penyedia. Supervisi adalah
merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus - menerus pada setiap tenaga
keperawatan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut
Swansburg dan Swansburg (1990), supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-
sumber yang diperlukan staf keperawatan untuk menyelesaikan tugas - tugasnya.

a. Tugas dan Wewenang Supervisi


Posisi supervisor adalah posisi yang sangat vital, karena sebagai manajer lini
terdepan banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Semua
dimaksudkan agar pekerjaan lapangan berjalan dengan sebaik-baiknya dengan hasil
yang optimal. Beberapa tugas utama dari banyak tugas seorang supervisor adalah
seperti yang diuraikan sebagai berikut :
1) Mengatur kerja para staf 8) Mengendalikan
2) Membuat job desk para perubahan
staf 9) Mengevaluasi kinerja
3) Bertanggung jawab atas 10) Membuat planning
hasil kerja staf pekerjaan untuk
4) Memberi motivasi ke staf kedepannya yaitu kerja
5) Membuat jadwal untuk harian,mingguan,bulanan,
karyawan dan tahunan
6) Memberikan breafing 11) Membentuk Tim kerja
7) Memecahkan masalah yang solid
Tim

b. Ciri-ciri Supervisi Efektif


Ciri-ciri yang dimaksud adalah :
1) Pendelegasian
Dapat membawa timnya ke arah target yang telah ditetapkan. Dengan
keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih efektif jika seorang supervisor
mendelegasikan tugas-tugasnya, terutama yang bersifat teknis lapangan kepada
bawahannya.
2) Keseimbangan
Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan
memberikan tugas kepada orang-orang di bawah tanggung jawabnya. Otoritas ini
harus digunakan dengan tepat, artinya manajer atau supervisor harus
menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan harus
menggunakan otoritas ini, dan kapan membiarkan bawahannya bekerja dengan
mengoptimalkan kreativitas mereka. Keseimbangan mengacu pada sikap yang
diambil oleh seorang pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan harus
memberi kesempatan pada bawahannya untuk menyampaikan pendapat.
3) Jembatan
Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka
pimpin dan manajemen puncak. Jadi seorang supervisor harus dapat
menyampaikan keinginan atau usulan karyawan kepada pihak manajemen.
Sebaliknya, ia juga harus mampu menyampaikan visi dan misi yang telah
ditetapkan serta keputusan-keputusan lain yang telah dibuat oleh manajemen
puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota timnya.
4) Komunikasi
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif
adalah kemampuan berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud bukan
komunikasi satu arah (memberikan tugas-tugas saja), tetapi yang lebih utama
adalah komunikasi multiarah, yang juga mencangkup kemampuan mendengarkan
keluhan, masukan, dan pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan
tugas-tugas, supervisor perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
orang yang harus melaksanakan tugas tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan
kemampuan, dan cara berpikir bawahannya.
c. Langkah-langkah supervisi keperawatan
Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam,
2014)
1) Prasupervisi
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b) Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2) Pelaksanaan Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
c) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
3) Pascasupervisi-3F
a) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi
data sekunder.
1. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
b) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
1. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
2. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
c) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi).
d) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
1. Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward
diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan
mendapatkan penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan
respon atau merangsang pengulangan perilakunya. Ke dua
reinforcement negative atau hukuman adalah situasi yang terjadi
ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk menghindari
konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al, 2003)
2. Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah
episode dari penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada
pasien mendapatkan intervensi jangka panjang atau tindak lanjut,
rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama dengan
orang-orang di sekitarnya untuk memperluas pemantauan dan
mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni, 2005).

d. Teknik Supervisi
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan
dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan
keperawatan. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan
keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri
mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
1) Teknik Supervisi secara langsung
Supervisi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor
terlibat dalam kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu perintah.
Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan
mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan
jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan
arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8)
Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut
Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian
formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap
komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.

2) Teknik Supervisi secara tidak langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan
baik tertulis maupun lisan. Kepala ruangan tidak melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel 1987 dalam Wiyana 2008).
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi
pada buku rekam medik perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis
pada perawat yang mendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau
sesuai standar

e. Peran dan Fungsi Supervisor


Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.
1) Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah:
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan
b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2) Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan
pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dan tahunan yang
tersedia, mengembangkan tujuan yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistic unutk perencanaan anggaran
keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d) Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalani
dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan.

f. Tugas dan Fungsi Supervisor


Tugas supervisor adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman dan aman, efektif dan efisien. Tugas dan fungsi supervisor menurut Suyatno
(2008) adalah sebagai berikut:
1) Mengorientasi staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru
2) Melatuh staf dan pelaksana keperawatan
3) Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan
4) Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan
Dalam keperawatan, fungsi supervisi adalah untuk mngatur dan mengorganisasi
proses pemberian pelayanan keperawatan menyangkut pelaksanaan standart asuhan
keperawatan. Seorang supervisor harus menyadari fungsinya dalam supervisi antara
lain adalah:
1) Menilai dalam memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian
pelayanan asuhan keperawatan
2) Mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mendorong kea rah peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.
3) Membanttu (asistensing), member support (supporting), dan mengajak untuk ikut
sertakan (sharing)
g. Contoh Format Penilaian pada Supervisi Keperawatan

INSTRUMEN SUPERVISI INJEKSI INTRAVENA


Hari/Tanggal : Supervisor :
Yang disupervisi : Ruangan :

Dilakukan Total
Aspek Penilaian Ket
Parameter Skor Ya Tidak Skor

A. Menyiapkan alat steril


1. Bak injeksi
2. Spuit sesuai kebutuhan 2 v
3. Alcohol swab 2 v
2 v
B. Menyiapkan alat nonsteril
1. Sarung tangan
2. Pengalas 3 v
3. Bengkok 3 v
4. Alat tulis 3 v
5. Buku injeksi 3 v
Persiapan 3 v
35
C. Menyiapkan bahan-bahan
1. Obat
2. NaCl 0,9% 4 v
4 v
D. Menyiapkan Pasien
1. Memberi penjelasan
kepada pasien tentang 3 v
prosedur yang akan
dilakukan
2. Mengatur posisi pasien 3 v
yang nyaman

Pelaksanaan injeksi intravena:


1. Cuci tangan kemudian 3 v
menggunakan sarung
tangan 3 v
2. Oplos obat dengan NaCl
0,9% dengan memasukan
obat dalam spuit 3 v
3. Pastikan infus dalam
keadaan menetes lancar
tidak ada tanda-tanda
febitis, kemudian klem
atau pengtaur tetesan 3 v
dimatikan
4. Melakukan desinfeksi
dengan alkohol 70% pada 3 v
Pelaksanaan daerah yang akan
30
diinjeksi. 3 v
5. Sampaikan pada pasien 2 v
bahwa obat akan di
injeksikan 2 v
6. Obat dimasukan
7. Perhatikan ekspresi wajah
pasien
8. Pengtaur tetsan dibuka
kembali, kemudian tetsan 2 v
diatur sesuai dengan
kebutuhan yang sudah 2 v
ditentukan
9. Pasien dirapikan, alat-alat 2 v
dibereskan
10. Ucapkan terimakasih 2 v
kepada pasien
11. Melepas sarung tangan
dan cuci tangan
12. Mencatat dan memberi
tanda pada format
pemberian injeksi dan
buku injeksi

Sikap perawat pada waktu


injeksi:
5 v
1. Komunikasi
Sikap 5 v 20
2. Kerjas sama
5 v
3. Tanggung jawab
5 v
4. Kewaspadaan

Evaluasi:
1. mengevaluasi lokasi
penyuntikan dan
kelancaran tetesan 5 v
Evaluasi 15
2. mengevaluasi
kenyamanan posisi 5 v
3. mengobservasi 5 v
kemungkinan flebitis

Total Nilai 100 100 Baik

Criteria:
Baik : 85-100
Cukup : 70-85
Kurang : <70

Keterangan:
Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan baik

h. Lembar Evaluasi Supervisi Keperawatan

Masalah Penyabab Solusi

Kota, Tanggal Bulan Tahun


Supervisor Perawat yang di supervisi

TTD TTD
( ) ( )
5. Discharge Planning
Discharge planning dianggap sebagai proses yang dimulai saat pasien masuk dan
tidak berakhir sampai pasien dipulangkan. Keluar dari rumah sakit tidak berarti bahwa
pasien telah sembuh total. Ini hanya berarti bahwa dokter telah menetapkan bahwa kondisi
pasien cukup stabil untuk melakukan perawatan dirumah. (Ali Birjandi, 2008)

a. Prinsip Discharge planning


Prinsip pada pelaksanaan discharge planning menurut Nursalam (2011), yaitu:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3) Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

b. Jenis Discharge planning


Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut:
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien
harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas
terdekat.
c. Komponen Discharge planning
Ada beberapa komponen spesifik dari discharge planning yang harus
didokumentasikan menurut Kowalski (2008), meliputi:
1) Peralatan atau barang yang diperlukan dirumah; pastikan bahwa keluarga dapat
memperoleh atau mengetahuinya dimana keluarga dapat mendapatkan segala
peralatan atau barang yang dibutuhkan pasien
2) Perkenalkan cara penggunaan peralatan atau barang yang diperlukan pasien,
termasuk ajarkan dan demonstrasikan cara perawatan pasien kepada keluarga
3) Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan keluarga
agar memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi maupun tidak.
4) Obat-obatan selalu dipastikan selalu tersedia di rumah
5) Untuk prosedur tertentu, seperti penggantian dresssing, dapat dilakukan dirumah.
Pada kondisi awal, prosedur harus didampingi oleh perawat supervisi dan klien
atau keluarga dapat mengikuti untuk mempraktekkan dibawah pengawasan
perawat supervisi
6) Pada setiap kunjungan, perawat selalu mendokumentasikan apakah pasien dan
keluarga mendapatkan atau menyediakan obat atau alat yang dibutuhkan pasien
dirumah
7) Membuat janji untuk kunjungan rumah selanjutnya
8) Ajarkan mengenai aktivitas yang dianjurkan dan boleh dilakukan serta yang tidak
diperbolehkan
9) Dokumentasikan setiap edukasi yang telah diajarkan pada pasien dan keluarga
Contoh Form Pasien

No. Reg : 121 3111456


DISCHARGE PLANNING Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal MRS : 20-11-2015 Tanggal KRS : 27-11-2015


Bagian : Bagian :

Dipulangkan dari RSUA dengan keadaan

Sembuh Pulang paksa


Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal

A. Kontrol :
a. Waktu : -
b. Tempat : -

B. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dan lain-lain
Melakukan diet teratur dan stres control sebagai pencegahan kekambuhan

C. Aturan diet/nutrisi :
Dianjurkan makan 3x sehari, makan tepat waktu, menghindari makanan pedas, menghindari makanan setengah matang.

D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya :


Obat Analgesik @10
Obat Mual @10

E. Aktivitas dan istirahat :


Istirahat yang teratur, menghindari stress

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya) :
Hasil lab, obat analgesik dan anti mual serta leaflet tentang GEA

Lain-lain :

Surabaya, 27 November 2015

Pasien/Keluarga Ners

(Ny.N) (Ners Jaya)


6. Dokumentasi Keperawatan (Instrumen A)
*lihat form Instrumen Evaluasi bagian A
Pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap, bahkan menurut Jasun
(2006) Sistem Informasi Manajemen Keperawatan merupakan papper less untuk seluruh
dokumen keperawatan.

a. Program-Program Yang Dirancang Dalam SISTEM INFORMASI MANAGER


(SIM) Keperawatan
Menurut Jasun (2006) beberapa program yang dirancang dalam SIM
Keperawatan antara lain :
1) Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan menggunakan standar Internasional dengan
mengacu pada Diagnosa Keperawatan yang dikeluarkan oleh North American
Nursing Diagnosis Association, standar outcome keperawatan mengacu pada
Nursing Outcome Clasification dan standar intervensi keperawatan mengacu
pada Nursing Intervention Clasification (NIC) yang dikeluarkan oleh Iowa
Outcomes Project. Standar Asuhan Keperawatn ini juga telah dilengkapi dengan
standar pengkajian perawatan dengan mengacu pada 13 Divisi Diagnosa
Keperawatan yang disusun oleh Doenges dan Moorhouse dan standar evaluasi
keperawatan dengan mengacu pada kriteria yang ada dalam Nursing Outcome
Clasification (NOC) dengan model skoring.
2) Standart Operating Procedure (SOP)
Standart Operating Procedure (SOP) adalah uraian standar tindakan
perawatan yang terdapat dalam standar asuhan keperawatan. SOP merupakan
aktifitas detail dari NIC.
3) Discharge Planning
Discharge Planning adalah uraian tentang perencanaan dan nasihat
perawatan setelah pasien dirawat darii rumah sakit. Dalam sistem, discharge
planning sudah tersedia uraian dimaksud, perawat tinggal print out yang
selanjutnya hasil print out tersebut dibawakan pasien pulang.
4) Jadwal dinas perawat
Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer,
sehingga penanggung jawab ruang tinggal melakukan print.
5) Penghitungan angka kredit perawat.
Masalah yang banyak dikeluhkan oleh perawat adalah pembuatan angka
kredit, dikarenakan persepsi yang berbeda antara Urusan Kepegawaian dengan
tenaga perawat. Disamping itu, kesempatan perawat untuk menghitung angka
kredit sangat sedikit. Sehingga penghitungan angka kredit banyak yang tertunda
dan tidak valid. Sistem yang dibuat dalam SIM Keperawatan, angka kredit
merupakan rekapan dari aktifitas perawat sehari-hari, yang secara otomatis akan
dapat diakses harian, mingguan atau bulanan..
6) Daftar diagnosa keperawatan terbanyak.
Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasar input
perawat sehari-hari. Penghitungan diagnosa keperawatan bermanfaat untuk
pembuatan standar asuhan keperawatan.
7) Daftar NIC terbanyak
Adalah rekap tindakan keperawatan terbanyak berdasarkan pada masing-
masing diagnosa keperawatan yang ada.
8) Laporan Implementasi
Laporan implementasi adalah rekap tindakan-tindakan perawatan pada satu
periode, yang dapat difilter berdasar ruang, pelaksana dan pasien. Laporan ini
dapat menjadi alat monitoring yang efektif tentang kebutuhan pembelajaran bagi
perawat. Laporan implementasi juga dapat dijadikan alat bantu operan shift.
9) Laporan statistik
Laporan statistik yang di munculkan dalam sistem informasi manajaman
keperawatan adalah laporan berupa BOR, LOS, TOI dan BTO di ruang tersebut.
10) Resume Perawatan
Dalam masa akhir perawatan pasien rawat inap, resume keperawatan harus
dicantumkan dalam rekam medik. Resume perawatan bermanfaat untuk melihat
secara global pengelolaan pasien saat dirawat sebelumnya, jika pasien pernah
dirawat di rumah sakit. Dalam sistem, resume perawatan dicetak saat pasien akan
keluar dari perawatan. Komputer telah merekam data-data yang dibutuhkan
untuk pembuatan resume perawatan.
11) Daftar SAK
Standar Asuhan Keperawatan yang ideal adalah berdasarkan evidance based
nursing, yang merupakan hasil penelitian dari penerapan standar asuhan
keperawatan yang ada. Namun karena dokumen yang tidak lengkap, SAK banyak
diadopsi hanya dari literatur yang tersedia. Dalam sistem informasi manajemen
keperawatan, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah dibuat.
12) Presentasi Kasus On Line
Sistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data pasien dapat diakses
dalam ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di ruang rawat dapat
dilakukan on line ketika pasien masih di rawat
13) Mengetahui Jasa Perawat
Dengan system integrasi dengan SIM RS, memugkinkan perawat
mengetahui jasa tindakan yang dilakukannya.
14) Monitoring Tindakan Perawat & Monitoring Aktifitas Perawat
Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing perawat telah
melakukan aktifitas keperawatan apa
15) Laporan Shift
Laporan shift merupakan rekapan dari aktifitas yang telah dilakukan dan
yang akan dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang akan dilaporkan
pada masing-masing pasien.
16) Monitoring Pasien oleh PN atau Kepala Ruang saat sedang Rapat
Monitoring pasien oleh PN atau Kepala Ruang dapat dilakukan ketika PN
atau Kepala Ruang sedang rapat di ruang converence. Akan diketahui apakah
seorang pasien telah dilakukan pegkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi atau belum
7. Ronde Keperawatan
a. Persiapan (Pra)
1) Menentukan kasus dan topik
2) Menentukan tim rond
3) Mencari sumber atau literatur
4) Mempersiapkan pasien (informed consent)
5) Membuat proposal (studi kasus / resume keperawatan)
b. Pelaksanaan
1) Penjelasan / penyajian tentang pasien oleh perawat yang mengelola pasien
tersebut.
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Ke bed pasien, perawat lain / konselor / tim kesehatan lainnya melakukan
pemeriksaan / validasi dengan cara observasi yaitu membca status atau dokumen
lainnya dan menanyakan kepada pasien.
c. Pasca (di Nurse Station)
1) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data, masalah pasien, rencana,
tindakan yang akan dilakukan dan kriteria evaluasi akhir.
2) Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan keperawatan selanjutnya oleh Kepala
Ruangan atau Pimpinan Ronde

Anda mungkin juga menyukai