Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL MBEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA APENDISITIS

Oleh :
Kelompok 2 B

1. Ni Luh Putu Mas Ari Puspa Dewi (18.321.2841)


2. Ni Nyoman Budi Rahayu (18.321.2850)
3. Putu Ayu Dyah Noviana Dewi (18.321.2861)
4. Putu Diah Wulandari (18.321.2862)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2020
KONSEP DASAR TEORI.

1. PENGERTIAN
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut padakuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedahabdomen
darurat (Smeltzer, 2001). Appendiktomy merupakan suatu pengangkatan
appendiks terinflamasi,dengan menggunakan pendekatan endoskopy. (Marilynn,
E. Doengoes,2000) .Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai
jari,melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth,2002
hal 1097).
Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis,
danmerupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer
ddk2000 hal 307). Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwaAppendiksitis adalah peradangan pada appendiks (ujung seperti jari-jari
kecilsepanjang ± 10 cm, melekat pada sekum tepat di bawah katub ileosekal) yang
disebabkan oleh bakteri, dicetuskan oleh sumbatan lumen seperti fekalit,tumor
appendiks dan cacing askaris. Sedangkan Appendiktomy adalah suatutindakan
pembedahan atau pemotongan organ bagian appendiks.

2. ETIOLOGI
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor
prediposisi Yaitu :
a. Faktor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi initerjadi
karena :
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji – bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli danstreptococcus
c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringanlimpoid pada
masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks

3. PATOFISIOLOGI
1. Proses perjalanan penyakit
Appendiksitis merupakan suatu peradangan pada appendiks yang
mengenaisemua lapisan organ appendiks. Tanda patogenesis primer di duga
karenaobstruksi lumen, biasanya oleh fecolith (mucus) mengakibatkan
pembengkakan, infeksi peningkatan tekanan intraluminal dapat
menyebabkanokulasi pada arteri appendikularis. Bila keadaan ini dibiarkan
berlangsunglama biasanya mengakibatkan nekrosis, gangren dan peforasi.
2. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala appendiksitis adalah nyeri di daerah ambilikus / perlumbilikus
berhubungan dengan muntah, nyeri beralih ke kuadron kanandalam 2 – 12 jam,
anoreksia, malaise, demam tidak terlalu tinggi, konstipasi,kadang – kadang
diare, mual dan muntah, tungkai kanan saat di tekuk sakit.
3. Komplikasi
Komplikasi utama apendiksitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secaraumum
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengansuhu 37,7o
C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue. Beberapakomplikasi
yang dapat terjadi yaitu :
a. PerforasiKeterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya
perforasi.Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang
ditandaidengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan
perutmenjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di
seluruhperut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paral
itik (Syamsuhidajat, 1997)
b. Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat
terjadidalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi
tersebarluas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitisgeneralisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai
timbulileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan
danelektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi,
gangguansirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam,
lekositosis, nyeriabdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan
bunyi ususmenghilang (Price dan Wilson, 2006).
c. Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi
pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk padahari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitisgeneralisata.
Massa apendix dengan proses radang yang masih aktifditandai dengan
keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi,terdapat tanda-tanda
peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massaapendix dengan proses
meradang telah mereda ditandai dengan keadaanumum telah membaik, suhu
tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis,teraba massa berbatas tegas
dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofilnormal (Ahmadsyah dan
Kartono, 1995).
d. Portofleblitis
Portofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistemvena
portal. Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dannantinya
dapat ditemukan abses hepar, merupakan pertanda telahtetjadinya
komplikasi ini. Pemeriksaan untuk menemukan trombosis danudara di vena
portal yang paling baik adalah CT scan.

4. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada appendiksitis akut dapat dilakukan dengan operasi appendiktomidan
konservatif dalam waktu 48 jam. Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan
standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalahoperasi. Pada
kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosakemungkinan pemberian
obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikiantingkat kekambuhannya
mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup(laparoskopi).
Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama7 – 10 hari.
Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar darikemungkinan
infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll.
a. Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeriKuadran
kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekanlepas),
peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekanrectal
pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidakdiberikan
apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat – obatan
seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
b. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera
dilakukansetelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
c. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari
jikaappendicitis telah mengalami perforasi.
5. WOC
Pathway Appendisitis

Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses


yang membatu, polahidup, benda asing.

Apendiksitis

Inflamasi

Edema
(berisi Pus)

Infeksi

Apendik Obs. Usus


Bakteri flora usus (bawah kanan rongga abdomen)

Abses
konstipasi Rangsang
sekunder
syaraf
reseptor

Diafragma
Pelvis Hati
Nyeri

jumlah
lekosit

Hiperthermy
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

A. Pengumpulan Data

1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, no. register, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa
medis.

Keluhan Utama
Klien akan mendapatkan nyeri do sekitar epigastrium menjalar keperut kanan
bawah.timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri dipusat atau diepigastrium, nyeri dirasakan terus menerus keluhan
yang menyertai antara lain mual muntah, panas

Riwayat Penyakit Sekarang


Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual, muntah,
anorexia dan demam pada klien post operasi ditemukan nyeri pada luka operasi,
klien merasa lemah, pemulihan kesadaran

Riwayat Penyakit Dahulu


Kemungkinan klien pernah menderita atau mengalami gangguan pencernaan
kebiasaan klien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, sering mengalami
gangguan BAB seperti konstipasi atau sebaliknya

Riwayat Penyakit Keluarga


Appendisitis bukan merupakan penyakit keturunan ataupun penyakit menular
seperti penyakit lainnya
Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

Pola-Pola Fungsi Kesehatan


Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus appendicitis biasanya klien tidak mengetahui tentang penyakit yang
diderita sehingga untuk perlindungan terhadap kesehatan kurang.

Pola Nutrisi dan Metabolisme


Biasanya klien mengalami gangguan pada pemenuhan kebutuhan makan dan
minum Karena proses penyakit yang diderita yang menyebabakan mual, muntah
dan anorexia pada pasien appendisitis

Pola Eliminasi
Biasanya terjadi gangguan eliminasi terutama pada awitan awal dengan gejala
konstipasi bisa juga mengalami diare pada penyakit appendicitis

Pola Tidur dan Istirahat


Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur Karena rasa nyeri yang
dirasakan sehingga menimbulkan rasa ketidaknyamanpada daerah abdomen pada
pasien appendisitis

Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, maka keterbatasan gerak pada kasus appendicitis
terganggu begitu juga dengan aktivitas sehari-hari klien dapat terganggu Karena
tanda dan gejala yang muncul

Pola Hubungan dan Peran


Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien harus menjalani rawat inap sehingga untuk berinteraksi dengan keluarga
sedikit terganggu begitu juga dengan masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien appendicitis timbul rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D,
1995).
Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien dengan appendicitis untuk masalah penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, peraba tidak terganggu akan tetepi jika sebelumnya sudah
mengalami gangguan maka disebabkan bukan Karena penyakit appendisitis

Pola Reproduksi Seksual


Dampak pada klien appendicitis biasanya tidak dapa melakukan hubungan
seksual dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan, dapat menganngu pola reproduksi
seksual.

Pola Penanggulangan Stress


Pada klien appendisitis timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping
yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

Pola Tata Nilai dan Keyakinan


Untuk klien appendisitis tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien dengan appendicitis.

Pemeriksaan fisik:

1. Kepala dan wajah : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pendek, lurus, alopsia,
kulit kepala kotor/ tidak kotor
2. Mata : anemis tidak anemis, ikterik tidak ikterik.
3. Kesadaran : kompos mentis
4. Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi pendarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
6. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
7. Leher : biasanya JVP dalam batas normal

8. Thorax/dada :
Inspeksi : biasanya simetris kiri kanan, tidak ada lesi, pernafasan Bradikardi.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan kiri.
Perkusi : tidak ada nyeri pada perkusi dada
Auskultasi : terdapat napas pendek/ tidak,ada ronki/tidak

9. Abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : peristaltic usus hilang
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : ada nyeri yang khas pada bagian kanan bawah
10. Genitalia : biasanya tidak ada edema
11. Ekstermitas : ekstermitas dingin atau pucat, bagaimana kekuatan otot

Pemeriksaan Diagnostik
A)  Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendicitis,
terutama pada kasus dengan komplikasi, pada appendicular infiltrate, LED akan
meningkat. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri
dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnose
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala
klinis yang hamper sama dengan appendisitis

B) Pemeriksaan lain-lain

(1) Pemeriksaan radiologis, foto polos abdomen pada appendicitis akut yang terjadi
lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis)

(2) Appendicogram, hasil positif bila : non filling, partial filling, mouse tail cut off

(3) Pemeriksaan USG, bila hasil meragukan bisa dilakukan pemeriksaan USG

(4) CT-SCAN, dapat menunjukan tanda-tanda dari appendicitis, selain itu juga dapat
menunjukan komplikasi dari appendisitas seperti bila terjadi abses
(5) Laparoscopi, tindakan pemeriksaan dengan menggunakan kamera fiberoptic
yang dimasukan dalam abdomen appendix dapat divisualisasikan secara
langsung, tehnik ini dilakukan dibawah pengaruh anastesi umum bila pada saat
melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu
juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan


postAppendiktomy menurut Marilynn, E. Doengoes ( 2000 ) adalah sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca
operasi (puasa).
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah.
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengananorexia, mual.
5. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post operasi berhubungan
dengankurangnya informasi.

G. PERENCANAAN

Perencanaan adalah proses penyusunan strategi keperawatan atau intervensiyang


di butuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah – masalah
klien yang teridentifikasi sebagai hasil analisa atau sintesa, adapun perencanaan
untuk diagnosa diatas adalah sebagai berikut :

 Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.

Tujuannya

 adalah meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tandainfeksi.

Kriteri hasil

 tanda-tanda infeksi tidak terjadi (kalor, dolor, rubor, tumor,fungsiolesa), suhu


tubuh normal (36-370C).
Rencana tindakan : mandiri :

observasi tanda-tanda vital, rasionalnya adalah demam merupakan salah


satudugaan adanya infeksi, lakukan perawatan luka dengan teknik septik
danantiseptik, rasionalnya adalh menurunkan resiko penyebaran bakteri,
observasiinsisi dan balutan, rasionalnya adalah memberikan deteksi dini terjadinya
prosesinfeksi.

Kolaborasi :

 berikan antibiotik sesuai indikasi, rasionalnya adalahmenurunkan penyebaran dan


pertumbuhan organisme. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pasca operasi (puasa).

Tujuannya

adalah mempertahankan keseimbangan cairan.

Kriteria hasil :

keseimbangan cairan terpenuhi, tanda-tanda vital dalam batasnormal, turgor kulit


baik, intake dan output adekuat.

Rencana tindakan :mandiri :

observasi tanda-tanda vital, rasionalnya adalah membantumengidentifikasi


fluktuasi volume intravaskuler, awasi masukan dan keluarancairan, rsionalnya
adalah mengetahui lebih dini terjadinya dehidrasi,
auskultasi bising usu, rasionalnya adalah indikator normalnya peristaltik usus kesia
panuntuk pemasukan per oral, lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan
pengisiankapiler, rasionalnya adalah indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan
hidrasiseluler, berikan sejumlah kecil minuman bila pemasukan per oral dimulai
dandilanjutkan diet sesuai toleransi, rasionalnya menurunkan iritasi
gaster/muntahuntuk meminimalkan kehilangan cairran.

Kolaborasi :

berikan cairan Resikotinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


pembatasan pasca operasi (puasa). Dan elektrolit, rasionalnya adalah untuk
menggantikan cairan danelektrolit yang hilang, mencegah terjadinya
hipovolemia.Gangguan rasa nyaman nyeri berhungan dengan adanya insisi bedah.
Tujuannya

adalah nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak rileks.

Kriteriahasil :

 nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak rileks, klien mampu tidur atauistirahat.

 Rencana tinadakan: mandiri :

 kaji skala nyeri, rasionalnya

adalah berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, pert
ahankan istirahat dengan posisi semi fowler, rasionalnya adalah menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang,dorong ambulasi dini,
rasionalnya adalah meningkatkan normalisasi fungsi organcontoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus dan menurunkanketidaknyamanan abdomen,
berikan aktivitas hiburan, rasionalnya adalahmeningkatkan relaksasi dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.

Kolaborasi:

 berikan analgetik sesuai indikasi, rasionalnya adalah menghilangkan


nyeri, berikan kantong es pada abdomen, rasionalnya adalah menghilangkan danm
engurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.Kurangnya pengetahuan
tentang perawatan post operasi berhubungandengan kurangnya informasi.

 Tujuannya

adalah menyatakan pemahanan tentang perawatan post operasi.

Kriteria hasil :

 klien mengatakan pemahaman tentang perawatan post operasi.

Rencana tindakan :

 kaji pengetahuan klien


tentang perawatan post operasi, rasionalnya adalah mengetahui sejauh mana klien
mengetahui tentang perawatan post operasi, beri penkes tentang perawatan
postoperasi, rasionalnya adalah diharapkan klien memahami tentang perawatan
postoperasi sehingga meningkatkan kerjasama dalam proses perbaikan, evaluasi
pemahaman klien tentang materi yang diberikan, rasinalnya adalah menilaiapakah
klien benar-benar memahami tentang perawatan post operasi
H. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yangdilaksanakan
untuk mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yangtelah disusun.
Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalamcatatan keperawatan,
agar tindakan keperawatan terhadap klien berkelanjutan.Prinsip dalam
melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan padaklien efektif,
tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakanyang diberikan
kepada klien.Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga
tahap,yaitu : independen, dependen dan interpenden.
Tindakan keperawatansecaradependen adalah suatu tindakan yang di
laksanakan oleh perawat tanpa petunjukdan perintah dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Interdependen adalahtindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kerjasama dengan tenagakesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi dan dokter.Sedangkan tindakan dependen adalah tindakan yang
berhubungandengan pelaksanaan rencana tindakan medis. 
Keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan tindakan 
keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor.Dalam melakukan tindakan
keperawatan khususnya klien denganappendiktomi yang harus diperhatikan adalah
penanganan terhadap nyeri denganmelakukan tehnik relaksasi napas dalam dan
distraksi, mengobservasi keadaan cairan, meningkatkan masukan cairan,
perawatan luka dengan cara ganti balutan,serta melakukan tindakan dengan tehnik
septik dan antiseptik.
I. EVALUASI
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proseskeperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencanatindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, kemungkinan yang dapatterjadi pada tahap
evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasisebagian, masalah belum
teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi yangdilakukan yauti evaluasi
proses dan evaluasi hasil.Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan
segerasetelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu efektifitas t
erhadaptindakan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada
akhirtindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
padatujuan. Adapun keberhasilan asuhan keperawatan pada klien dengan
appendiktomi adalah klien mampu merawat diri sendiri dan tidak ada
komplikasi,klien mampu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, klien
mengerti dalammerawat luka operasi di rumah, klien dapat melakukan aktifitas
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.Smeltzer,


Bare (2002).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddarth. Edisi 8.Volume 2.
Jakarta, EGC
Nursalam.2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik .Jakarta:
SalembaMedikaPotter & Perry.2005.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan Praktik .
Jakarta:EGCPrasetyo, Nian Sigit.2010.
Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta: Graha IlmuSjamsuhidajat, R dan
Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai