Oleh Kelompok 3 :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Trend Pendidikan Yang Akan dibahas Dalam Keperawatan Paliatif”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa kini
ataupun masa yang akan datang bagi pembaca umumnya dan tenaga kesehatan
khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan………….………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
…………………………………3
……………………………8
3.2. Saran…………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pelatihan
a. Modul pelatihan : penyusunan modul pelatihan di lakukan dengan
kerjasama antara pakar perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan
(Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut terdiri
dari modul nuntuk dokter,modul untuk perawat,modul untuk tenaga
kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
b. Pelatih : pakar perawatan paliatif dari RS Pendidik dan Fakultas
kedokteran
c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan Pusat Pelatihan dan Pendidikan
Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan sertifikasi pemutihan dan
untuk pelaksana perawatan palliative di 5 provinsi yaitu : Jakarta,
Yogyakarta,Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnya
sertifikasi di berikan setelah mengikuti pelatihan.
d. Pendidikan : pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif,
ilmu keperawatan paliatif)
2. Tujuan umum dari pelatihan
Sebagai paying hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia
2
3. Tujuan khusus :
a. Tatalaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia
b. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang di perlukan
1. Gejala fisik
2. Kemampuan fungsional (aktivitas)
3. Kesejahteraan keluarga
4. Spiritual
5. Fungsi social
6. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
7. Orientasi masa depan
8. Kehidupan seksualitas,termasuk gambaran terhadap diri sendiri
9. Fungsi dalam bekerja
Adapun jenis penyakit yang masuk dalam keperawatan paliatif:
a. Penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%
b. Kanker 34%, penyakit pernafasan kronis 10.3%
c. HIV/AIDS 5.7%
d. Diabetes 4.6%
3
Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan
paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter,et
al.,2014). Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu
Benua Pasifik Berat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22%
(WHO,2014).
Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah
tidak dapat disembuhkan , perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas
hidup (WHO,2016).
Trend penelitian keperawatan paliatif yaitu pada beberapa penyakit antara lain:
4
sangat penting oleh reponden (62.7%). Diikuti oleh domain kasih saying
(58.8%), domain keagamaan (56.9%), dan domain keberadaan (42,2%).
Kebutuhan spiritual dianggap sangat penting oleh sebagian besar atau
mayoritas responden dalam penelitian ini. Hasil ini senada dengan
penelitian terdahulu mengatakan kebutuhan spiritual dianggap sebagai
kebutuhan spiritual yang penting (Farida,2014 dan fitriana,2013).
Kebutuhan spiritual tersebut juga terbagi dalam empat kategori,
kebutuhan beragama, kebutuhan kedamaian, kebutuhan makna keberadaan
dan kebutuhan memberi (Yosalina, et all, 2012). Kebutuhan spiritual
yang terpenuhi diharapkan pasien akan mencapai kesejahteraan spiritual
(Moeni,2011) jika kesejahteraan spiritual ini tidak tercapai maka dimensi
lain seperti kesehatan biologis , psikologis, dan social tidak dapat
berfungsi dengan baik dan tidak dapat mencapai kapasitasnya secara
maksimal, akibatnya derajat kualitas kehidupan yang paling tinggi tidak
dapat tercapai
5
Menurut hasil penelitian Susilawati (2013) dukungan social keluarga
yang supportif mampu membantu pemulihan kesehatan penderita karena
terjalinnya hubungan kekerabatan keluarga dalam bentuk perhatian untuk
mengurangi kecemasan. Hasil penelitian ini sebagian besar penderita kanker
di Yayasan Kanker Indonesia memiliki dukungan social keluarga supportif.
6
( Yosalina, et all, 2012.). kebutuhan spiritual yang terpenuhi diharapkan
pasien akan mencapai kesejahteraan spiritual (Moeni, 2012). Jika
kesejahteraan spiritual ini tidak tercapai maka dimensi lain seperti kesehatan
biologis, psikologis, dan social tidak dapat berungsi dengan baik dan tidak
dapat mencapai kapasitasnya secara maksimal, akibatnya derajat kualitas
kehidupan yang paling tinggi tidak dapat tercapai.
7
Hasil penelitian yang berjudul “ Terapi Kognitif Perilaku Religius
Menurunkan Kecemasan Terhadap Kematian Pada Penderita HIV/Aids”. Dari
penelitian ini seseorang penderita HIV/AIDS dapat diberikan terapi religious , ada
perubahan yang sangat signifikan setelah dilakukan terapi religious. Kelompok
eksperimen lebih memiliki kecemasan yang lebih rendah.
2.3. Organisasi non profit yang terlibat dalam bidang keperawatan palliative
1. Rachel House
Home care yang dikelola oleh perawat yang mengembangkan uoaya
pelayanan palitif rawat rumah pada anak penderita kanker atau
HIV/AIDS. Bentuk pelayanan yang diberikan oleh Rachel house
diantaranya perawatan untuk menangani nyeri pasien dan gejalanya,
memberikan edukasi kepada keluarga dan pendamping pasien,
memberikan pinjaman alat medis seperti kursi roda dan tabung oksigen
bila diperlukan, dan memeberikan dukunagn emosional, social, dan
spiritual untuk pasien dan keluarganya. Pelayanan untuk perawatan
pailatif ini juga diperluas dengan memberikan pelayanan Home visit dan
8
berkolaborasi dengan organisasi lainnya untuk menyelenggarakan
pelayanan berbasis komunitas.
Pendekatan perawatan paliatif diperlukan ketika suatu penyakit sudah
tidak berespon sama sekali terhadap penangan medis aktif, mulai saat
diagnosis hingga akhir hidupnya hingga keadaan berkabungnya. Trend
untuk merawat pasien adalah secara holistic, dengan pendekatan bio-
psiko-sosio-spiritual religious. Peran pendekatan spiritual-religius dalam
perawatan pasien ternyata mempengaruhi penyembuhan. Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa doa adalah cognitive
analgesic/terapiutic (Sagiran, 2016)
Ketika upaya medis sudah tidak mampu memberikan harapan
kesembuhan, yang diperlukan saat itu adalah terapi spiritual dan religious
yang terarah dan dipadukan dengan perawatan paliatif terhadap gejala-
gejala yang menyiksa pasien diakhir hidupnya. Dengan harapan pasien
mendapati “good death”, tanpa derita dan putus asa. Keadaan good death
ditambah dengan kesadran penuh pengambhaannya, penerimaan atas
takdir sakitnya dan kesiapan menghadapi kematiannya itulah husnul
khoyimal. Perawatan paliatif inilah yang dikembangkan oleh salah satu
dokter di Indonesia “Hasnul Khatimah-Car (Hu-Care)”. Hu-Care
merupakan mekanisme koping dengan modalitas agama (religious
coping ) dan merupakan perpaduan konsep dari hasnul khoyimah dan
palliative care. Ciri khas dari Hu-Care adalah model Islamic palliative
care diamana terapi riligius diberikan sejak sebulan seseorang menjadi
pasien rawatan rumah sakit. Dan akan terus diberikan hingga meninggal,
bahkan setelah meninggal.
Perawat sebagai salah satu tim pelayanan paliaif berperan dalam
penatalaksanaan pada perwatan paliatif yang meliputi meningkatkan
kualitas hidup, mengatasi penderita yang muncul akibat efek penyakit
yang timbul, memberi dukunagn psikososial-spiritual-cultural srta
melakukan persiapan menjelang akhir kehidupan. Bahkan penting pula
9
pelaksanaan perawatan dan dukungan pada ssat pasien meninggal dan
setalah pasien meninggal (Kamenkes RI, 2013). Dalam hal ini perlu
diingat, bahwasannya lematian itu pasti akan dating, “tiap=tiap yang
berjiwa akan merasakan masti (Qs. Al-Ankabut: 57).
2. Yayasan Kanker Indonesia (YKI)
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang
bersifat social dan kemanusiaan di bidang kesahatan, khususnya dalam
upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan
penganggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang
promotif, prefentif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan
kanker hanya kegiatan dengannya dengan bekerjasama dengan semua
pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga mungkin berhasil bila
dilakukan oleh smeua pihak, maka YKI melakukan swadaya masyakarat,
swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun diluar negeri. YKI
memiliki cabang diseluruh Indonesia. YKI menjalankan pelaksanaan
program penanggulangan kanke denan memprioritaskan [elaksaan
program pada 10 kanker utama berikut :
a) Kanker Leher Rahim
b) Kanker payudara
c) Kanker hati
d) Kanker paru
e) Kanker kulit
f) Kanker nasofaring
g) Kanker kolorektal
h) Leukemia
i) Trofoblas ganas
j) Limfoma malignum
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definsi
ini maka jelas perawatan palitif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya
sudah tidak repossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat
disembuhkan dengan upaya kuratif apapun.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ferrel, B.T & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed. New
York : Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif
PasienHiv/Aids.http://www.healtthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/27/paliative_ca
re.pdf.Dakses tanggal 17 Mei 2013.
12
13