Anda di halaman 1dari 16

PALIATIF

TREND PENDIDIKAN YANG AKAN DIBAHAS DALAM


BIDANG KEPERAWATAN PALIATIF

Oleh Kelompok 3 :

1. I Komang Widi Mestapa Yoga (18.321.2833)


2. I Made Sujana Yasa (18.321.2835)
3. Ni Luh Putu Mas Ari Puspa Dewi (18.321.2841)
4. Ni Nyoman Budi Rahayu (18.321.2850)
5. Putu Ayu Dyah Noviana Dewi (18.321.2861)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Trend Pendidikan Yang Akan dibahas Dalam Keperawatan Paliatif”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa kini
ataupun masa yang akan datang bagi pembaca umumnya dan tenaga kesehatan
khususnya.

Denpasar , 9 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..i

DASTAR ISI …………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................1

1.3. Tujuan………….………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2

2.1.Ttrend issu pendidikan keperawatan palliative …………………………………..2


2.2. Trend penelitian dalam keperawatan palliative

…………………………………3

2.3. Organisasi non profit dalam keperawatan palliative

……………………………8

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………11

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………..11

3.2. Saran…………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di amerika serikat saat ini, 55% dari rumah sakit dengan lebih dari 100
tempat tidur menawarkan program perawatan paliatif, dan hamper seperlima dari
rumah sakit masyarakat memiliki program perawatan palliative. Terdapat banyak
alas an mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak mendapatkan
perawatan yang memadai, namun semua alas an itu pada akhirnya berakar pada
konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit dari pada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini , ruang lingkup dari palliative
care yang dulunya hanya berfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita,
sekarang telah meluas menjadi perawatan holistic yang mencakup askpek
fisik,social, psikologis, dan spiritual.Perubahan perspektif ini di karenakan
semakin hari semakin banyak pasien menderita penyakit kronis sehingga tuntutan
untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya . oleh karena itu pada
kesempatan imi penulis membuat makalah tentang palliative care untuk mengulas
materi tersebut lebih dalam.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa trend issu pendidikan keperawatan palliative?


2. Apa trend penelitian dalam keperawatan palliative?
3. Apa saja organisasi non profit dalam keperawatan palliative ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui trend dan issu pendidikan keperawatan palliative


2. Untuk mengetahui trend penelitian keperawatan palliative
3. Untuk mengetahui apa saja organisasi non profit dalam keperawatan
palliative

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Trend Pendidikan Keperawatan Palliative

Trend pendidikan pada keperawatan paliatif adalah pelatihan dan penelitian.


Pelaksana perawatan palliative adalah tenaga kesehatan, pekerja
social,rohaniawan, keluarga, relawan . kriteria pelaksana perawtan paliatif adalah
telah mengikuti pendidikan /pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat
sertifikat.

Trend keperawatan paliatif pada bidang pendidikan yaitu:

1. Pelatihan
a. Modul pelatihan : penyusunan modul pelatihan di lakukan dengan
kerjasama antara pakar perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan
(Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut terdiri
dari modul nuntuk dokter,modul untuk perawat,modul untuk tenaga
kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
b. Pelatih : pakar perawatan paliatif dari RS Pendidik dan Fakultas
kedokteran
c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan Pusat Pelatihan dan Pendidikan
Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan sertifikasi pemutihan dan
untuk pelaksana perawatan palliative di 5 provinsi yaitu : Jakarta,
Yogyakarta,Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnya
sertifikasi di berikan setelah mengikuti pelatihan.
d. Pendidikan : pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif,
ilmu keperawatan paliatif)
2. Tujuan umum dari pelatihan
Sebagai paying hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia

2
3. Tujuan khusus :
a. Tatalaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia
b. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang di perlukan

2.2. Trend Penelitian Dalam Keperawatan Paliatif

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang di persepsikan terhadap


keadaan pasien sesuai dengan konteks budaya dan system nilai yang dianutnya.
Termasuk tujuan hidup , harapan dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup menurut
Jennifer J. Clinch , Deborah Dudgeceon dan Harvey Schipper (1999), adalah :

1. Gejala fisik
2. Kemampuan fungsional (aktivitas)
3. Kesejahteraan keluarga
4. Spiritual
5. Fungsi social
6. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
7. Orientasi masa depan
8. Kehidupan seksualitas,termasuk gambaran terhadap diri sendiri
9. Fungsi dalam bekerja
Adapun jenis penyakit yang masuk dalam keperawatan paliatif:
a. Penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%
b. Kanker 34%, penyakit pernafasan kronis 10.3%
c. HIV/AIDS 5.7%
d. Diabetes 4.6%

3
Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan
paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter,et
al.,2014). Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu
Benua Pasifik Berat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22%
(WHO,2014).

Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola


komplikasi penyakit dan pengobatan , mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga , dan merawat saat
sekarat dan berduka oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai.

Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah
tidak dapat disembuhkan , perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas
hidup (WHO,2016).

Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala,dukungan psikososial,


emosional, dukungan spiritual, dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang
tepat,baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan
paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain,
dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin dan mengatasi kebutuhan pasien
dan keluarga mereka (Canadian Canser Sosiety,2016).

Trend penelitian keperawatan paliatif yaitu pada beberapa penyakit antara lain:

1. Penelitian keperawatan paliatif pada penyakit kardiovaskuler


Dari hasil penelitian jurnal yang berjudul “ Gambaran Kebutuhan
Spiritualitas Pasien Gagal Jantung di Intalasi Elang RSUP Karandi Semarang
“ menunjukan bahwa sebagian besar responden menganggap kebutuhan
spiritual sebagai kebutuhan yang sangat penting (62,7%). Berdasarkan domain
kebutuhan spiritual kedamaian menjadi domain yang paling banyak dianggap

4
sangat penting oleh reponden (62.7%). Diikuti oleh domain kasih saying
(58.8%), domain keagamaan (56.9%), dan domain keberadaan (42,2%).
Kebutuhan spiritual dianggap sangat penting oleh sebagian besar atau
mayoritas responden dalam penelitian ini. Hasil ini senada dengan
penelitian terdahulu mengatakan kebutuhan spiritual dianggap sebagai
kebutuhan spiritual yang penting (Farida,2014 dan fitriana,2013).
Kebutuhan spiritual tersebut juga terbagi dalam empat kategori,
kebutuhan beragama, kebutuhan kedamaian, kebutuhan makna keberadaan
dan kebutuhan memberi (Yosalina, et all, 2012). Kebutuhan spiritual
yang terpenuhi diharapkan pasien akan mencapai kesejahteraan spiritual
(Moeni,2011) jika kesejahteraan spiritual ini tidak tercapai maka dimensi
lain seperti kesehatan biologis , psikologis, dan social tidak dapat
berfungsi dengan baik dan tidak dapat mencapai kapasitasnya secara
maksimal, akibatnya derajat kualitas kehidupan yang paling tinggi tidak
dapat tercapai

2. Penelitian keperawatan paliatif pada penyakit kanker


Dari penelitian jurnal yang berjudul persepsi penderita kanker mengenai
dukungan social keluarga (2019) dilakukan pada 36 responden di peroleh
hasil sebanyak 29 (81%) orang memiliki persepsi dukungan keluarga
supportif. Penderita yang memiliki koping efektif dengan dukungan keluarga
yang cukup mampu menangani stress dan tekanan dengan baik (potter &
Harry, 2010 ).
Peneliti berpendapat bahwa dukungan social keluarga yang cukup dapat
meningkatkan semangat hidup. Semangat hidup dapat mempengaruhi
peningkatan system imun tubuh untuk melawan kanker sehingga sangat
penting memelihara semangat dalam diri penderita kanker.
Dari hasil penelitian Afiyah (2017) dukungan social keluarga yang
semakin besar pada penderita kanker dapat membuat penderita kanker
mampu untuk beradaptasi dengan penyakitnya.

5
Menurut hasil penelitian Susilawati (2013) dukungan social keluarga
yang supportif mampu membantu pemulihan kesehatan penderita karena
terjalinnya hubungan kekerabatan keluarga dalam bentuk perhatian untuk
mengurangi kecemasan. Hasil penelitian ini sebagian besar penderita kanker
di Yayasan Kanker Indonesia memiliki dukungan social keluarga supportif.

3. Trend penelitian pada penyakit HIV?AIDS


Hasil penelitian yang berjudul “ Terapi Kognitif Perilaku Religius
Menurunkan Kecemasan Terhadap Kematian Pada Penderita HIV/Aids”. Dari
penelitian ini seseorang penderita HIV/AIDS dapat diberikan terapi
religious , ada perubahan yang sangat signifikan setelah dilakukan terapi
religious. Kelompok eksperimen lebih memiliki kecemasan yang lebih rendah.

Trend penelitian keperawatan paliatif yaitu pada beberapa penyakit. Anatara


lain :

1. Penelitian keperawatan paliatif pada penyakit kardiovaskular


Dari penelitian jurnal yang berjudul “Gambaran Jantung di Kebutuhan
Spiritualitas Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Elang RSUP Kariadi
Semarang” hasil penelitian meninjukan bahwa sebagian besar reponden
menganggap kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan yang sangat penting
(62,7%). Berdasarkan domain kebutuhan spiritual kedamaian menjadi domain
yang paling banyak dianggap sangat penting oleh responden (62,7%), diikuti
oleh domain kasih saying (58,8%), doamain kegagamaan (56,9%), dan
domain keberadaan (42,2%).
Kebutuhan spiritual dianggap sangat penting oleh sebagian besar atau
mayoritas responden dalam penelitian ini. Hasil ini senada dengan penelitian
terdahulu mengatakan kebutuhan spiritual dianggap sebagai kebutuhan
spiritual yang sangat penting ( Farida, 2014 dan Fitriana, 2013). Kebutuhan
spiritual tersebut juga terbagi dalam emmpat katagori, kebuuhan beragama,
kebutuhan kedamaian, kebutuhan makna keberadaan, dan kebutuhan memberi

6
( Yosalina, et all, 2012.). kebutuhan spiritual yang terpenuhi diharapkan
pasien akan mencapai kesejahteraan spiritual (Moeni, 2012). Jika
kesejahteraan spiritual ini tidak tercapai maka dimensi lain seperti kesehatan
biologis, psikologis, dan social tidak dapat berungsi dengan baik dan tidak
dapat mencapai kapasitasnya secara maksimal, akibatnya derajat kualitas
kehidupan yang paling tinggi tidak dapat tercapai.

2. Penelitian keperawatan paliatif pada penyakit kanker


Dari penelitian jurnal yang berjudul persepsi penderita kanker mengenai
dukungan social keluarga (2019) dilakukan pada tanggal 36 responden di
peroleh hasil sebanyak 29 (81%) orang memiliki persepsi dukunagn keluarga
supportif. Penderita yang memiliki koping yang efektif denagn dukungan
keluarga yang cukup mampu menangani stress dan tekanan dengan baik
(Potter & Perry, 2010).
Peneliti berpendapat bahwa dukungan social keluarga yang cukup dapat
meningkatkan semangat hidup. Semangat hidup dapat mempengaruhi
peningkatan system imun tubuh untuk melawan kanker sehingga sangat
penting memelihara semangat dalam diri penderita kanker.
Dari hasil penelitian Afiyah (2017) dukungan social keliarga yang semakin
besar pada penderita kanker dapat membuat penderita kanker mampu untuk
beradaptasi denagn penyakitnya,
Menurut hasil penelitian Susilawati (2013) dukungan social keluarga yang
supportif mampu membantu pemulihan kesehatan penderita karena
terjalinnya hubungna kekerabatan keluarga dalam bentuk perhatian untuk
mengurangi kecemasan. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar
penderita kanker di Yayasan Kanker Indonesia memliki dukungan social
keluarga supportif.

3. Tren penelitian pada penyakit HIV/AIDS

7
Hasil penelitian yang berjudul “ Terapi Kognitif Perilaku Religius
Menurunkan Kecemasan Terhadap Kematian Pada Penderita HIV/Aids”. Dari
penelitian ini seseorang  penderita HIV/AIDS dapat diberikan terapi religious , ada
perubahan yang sangat signifikan setelah dilakukan terapi religious. Kelompok
eksperimen lebih memiliki kecemasan yang lebih rendah.

4. Trend penelitian pada penyakit diabetes militus


Hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Support Group Dengan Model
Keperawatan Kolcoba Terhadap Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes
Militus TIPE 2”. Dari penelitian di dapatkan bahwa pengaruh support group
dengan model keperawatan koleaba terhadap penuruna kecemasan penderita
DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Simpang Timbangan Support Group
dapat menjadi salah satu terapi nonfarmakologi yang daoat dilakukan guna
pendampingan dalam pengobatan DM Tipe 2 sekaligus dapat menemukan dan
meningkatkan kebermaknaan hidupnya sehingga responden dapat beradaptasi
dengan sakitv yang dideritanya dan memuculkan koping positif terhadap sakit
yang dideritanya.

2.3. Organisasi non profit yang terlibat dalam bidang keperawatan palliative
1. Rachel House
Home care yang dikelola oleh perawat yang mengembangkan uoaya
pelayanan palitif rawat rumah pada anak penderita kanker atau
HIV/AIDS. Bentuk pelayanan yang diberikan oleh Rachel house
diantaranya perawatan untuk menangani nyeri pasien dan gejalanya,
memberikan edukasi kepada keluarga dan pendamping pasien,
memberikan pinjaman alat medis seperti kursi roda dan tabung oksigen
bila diperlukan, dan memeberikan dukunagn emosional, social, dan
spiritual untuk pasien dan keluarganya. Pelayanan untuk perawatan
pailatif ini juga diperluas dengan memberikan pelayanan Home visit dan

8
berkolaborasi dengan organisasi lainnya untuk menyelenggarakan
pelayanan berbasis komunitas.
Pendekatan perawatan paliatif diperlukan ketika suatu penyakit sudah
tidak berespon sama sekali terhadap penangan medis aktif, mulai saat
diagnosis hingga akhir hidupnya hingga keadaan berkabungnya. Trend
untuk merawat pasien adalah secara holistic, dengan pendekatan bio-
psiko-sosio-spiritual religious. Peran pendekatan spiritual-religius dalam
perawatan pasien ternyata mempengaruhi penyembuhan. Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa doa adalah cognitive
analgesic/terapiutic (Sagiran, 2016)
Ketika upaya medis sudah tidak mampu memberikan harapan
kesembuhan, yang diperlukan saat itu adalah terapi spiritual dan religious
yang terarah dan dipadukan dengan perawatan paliatif terhadap gejala-
gejala yang menyiksa pasien diakhir hidupnya. Dengan harapan pasien
mendapati “good death”, tanpa derita dan putus asa. Keadaan good death
ditambah dengan kesadran penuh pengambhaannya, penerimaan atas
takdir sakitnya dan kesiapan menghadapi kematiannya itulah husnul
khoyimal. Perawatan paliatif inilah yang dikembangkan oleh salah satu
dokter di Indonesia “Hasnul Khatimah-Car (Hu-Care)”. Hu-Care
merupakan mekanisme koping dengan modalitas agama (religious
coping ) dan merupakan perpaduan konsep dari hasnul khoyimah dan
palliative care. Ciri khas dari Hu-Care adalah model Islamic palliative
care diamana terapi riligius diberikan sejak sebulan seseorang menjadi
pasien rawatan rumah sakit. Dan akan terus diberikan hingga meninggal,
bahkan setelah meninggal.
Perawat sebagai salah satu tim pelayanan paliaif berperan dalam
penatalaksanaan pada perwatan paliatif yang meliputi meningkatkan
kualitas hidup, mengatasi penderita yang muncul akibat efek penyakit
yang timbul, memberi dukunagn psikososial-spiritual-cultural srta
melakukan persiapan menjelang akhir kehidupan. Bahkan penting pula

9
pelaksanaan perawatan dan dukungan pada ssat pasien meninggal dan
setalah pasien meninggal (Kamenkes RI, 2013). Dalam hal ini perlu
diingat, bahwasannya lematian itu pasti akan dating, “tiap=tiap yang
berjiwa akan merasakan masti (Qs. Al-Ankabut: 57).
2. Yayasan Kanker Indonesia (YKI)
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang
bersifat social dan kemanusiaan di bidang kesahatan, khususnya dalam
upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan
penganggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang
promotif, prefentif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan
kanker hanya kegiatan dengannya dengan bekerjasama dengan semua
pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga mungkin berhasil bila
dilakukan oleh smeua pihak, maka YKI melakukan swadaya masyakarat,
swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun diluar negeri. YKI
memiliki cabang diseluruh Indonesia. YKI menjalankan pelaksanaan
program penanggulangan kanke denan memprioritaskan [elaksaan
program pada 10 kanker utama berikut :
a) Kanker Leher Rahim
b) Kanker payudara
c) Kanker hati
d) Kanker paru
e) Kanker kulit
f) Kanker nasofaring
g) Kanker kolorektal
h) Leukemia
i) Trofoblas ganas
j) Limfoma malignum

10
BAB III

PENUTUP

3.1.  Kesimpulan 

Perawatan paliatif adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definsi
ini maka jelas perawatan palitif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya
sudah tidak repossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat
disembuhkan dengan upaya kuratif apapun.

Tujuan umum kebijakan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup yang


seoptimal mungkin bagi penderita dan keluarganya. Yang artinya meningkatkan
kualitas hidup dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal, tidak
memepercepat atau menunda kematian, menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain
yanag mengganggu, menjaga keseimbangan psikososial dan spiritual, berusaha agar
penderita tetap aktif samapi akhir hayatnya serta berusaha membantu duka cita pada
keluarga.

11
 

DAFTAR PUSTAKA

Anomin (2010). Proyek CPP-Indonesia Aged Care Project “Memahami


PerawatanPliatif.http://indonesianwelfare.org.au/d,documents/CPP/Article/Perawa
tan _Paliatif_June_2010.pdf.Diakses tanggal 17 Mei 2013. 

Ferrel, B.T & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed. New
York : Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif
PasienHiv/Aids.http://www.healtthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/27/paliative_ca
re.pdf.Dakses tanggal 17 Mei 2013.

Mankes RI.(2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


812/Mankes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia.http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes812070.pdf.Diakes tanggal 17 Mei
2013.

12
13

Anda mungkin juga menyukai