Anda di halaman 1dari 17

EVIDENCE BASE PRACTICE

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN 2


ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARK (STEMI)

DISUSUN OLEH:
NAMA: TUTI YUNIARTI
NIM : G1B116017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran penulis sehingga tugas
evidence base practice (EBP) ini dapat penulis selesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Yosi Oktarina, S.Kep., M.Kep. selaku
dosen pembimbing pada penugasan kali ini dalam Praktek Klinik Keperawatan 2
yang telah membimbing dan membantu kami, sehingga kami terbantu dalam
penulisan tugas ini. Serta tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak-pihak yang telah mengambil peran dalam membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis ikhlas dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Terakhir penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis dan bagi pembaca.

Jambi, Oktober 2019

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

1.3 Metode Penulisan........................................................................................................2

BAB II ANALISIS JURNAL....................................................................................................4

2.1 Topik............................................................................................................................4

2.2 Metode Pencarian........................................................................................................4

2.3 Istilah yang Digunakan................................................................................................4

2.4 Analisis Jurnal.............................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................11

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13

4.1 Simpulan....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infark Miokard Akut adalah kematian sel miokardium akibat
terlepasnya plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner yang
mencetuskan terjadiya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan
spasme koroner. ST Elevation Myocardial Infarction penyakit adalah
penyebab utama kematian di beberapa negara negara berkembang. Infark
miokard dengan ST elevasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit
memiliki hubungan dengan faktor-faktor resiko yaitu pasien dengan
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol, memiliki riwayat diabetes melitus
sebelumnya, status obesitas, kebiasaan merokok maupun makanan yang
dikonsumsi oleh pasien dengan tipe infark miokard dengan ST-elevasi
(STEMI).

Menurut American Heart Association (AHA) infark miokard tetap


menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, Setiap
tahun diperkirakan785 ribu orang Amerika Serikat mengalami infark
miokard dan sekitar 470 ribu orang akan mengalami kekambuhan
berulang, setiap 25 detik diperkirakan terdapat 1 orang Amerika yang mati
dikarenakan Infark Miokard (AHA,2012). Di Indonesia menurut
Kemenkes (2013) prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara
terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 %, dan berdasarkan
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen.

Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter


tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta,
Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner
menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%),
diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi
Barat (2,6%). Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan
wawancara yang didiagnosis dokter atau gejala, meningkat seiring dengan

1
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0
% dan 3,6 % menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi
penyakit jantung koroner yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan
1,5%).

STEMI dapat menimbulkan nyeri dada hebat yang tidak dapat


hilang dengan istirahat, berpindah posisi, ataupun pemberian nitrat; kulit
mungkin pucat, berkeringat dan dingin saat disentuh; pada gejala awal
tekanan darah dan nadi dapat naik, tetapi juga dapat berubah menjadi turun
drastis akibat dari penurunan curah jantung, jika keadaan semakin buruk
hal ini dapat mengakibatkan perfusi ginjal dan pengeluaran urin menurun.
Gangguan kebutuhan dasar pada pasien STEMI akan menimbulkan
masalah keperawatan, seperti gangguan kebutuhan aktivitas dan juga sesak
napas yang diakibatkan penurunan curah jantung, serta gangguan
kenyamanan pasien. Sehingga perlu dilakukan penatalaknasanaan pasien
yang lebih baik.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik


untuk mengambil topik dalam penulisan evidence base practice (EBP)
tentang STEMI terkait gambaran, kadar troponin T dan kreatiniN kinase
miokardial band (CKMB), penatalaksanaan, dan management pasien
dengan ST Elevasi Infark Miokard Akut.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan evidence base practice (EBP) pada
kesempatan kali ini ialah untuk melihat gambaran pasien dengan STEMI,
troponin T dan kreatini kinase miokardial band (CKMB) pasien STEMI,
serta management dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan evidence base practice (EBP) ini, penulis
menggunakan media elektronik untuk memperoleh informasi serta analisis
mengenai STEMI, troponin T dan kreatini kinase miokardial band

2
(CKMB) pasien STEMI, serta management dan penatalaksanaan yang
dapat dilakukan pada pasien dengan ST Elevasi miokard infark.

3
BAB II ANALISIS JURNAL

1
2.1 Topik
Topik pada penyusunan evidence base practice ini adalah “ST-
Elevasi Myocardial Infark (STEMI)”.

2.2 Metode Pencarian


Jurnal yang berkaitan dengan ST-Elevasi Myocardial Infark
(STEMI) melalui :

 www.scholar.google.com
 www.google.com

2.3 Istilah yang Digunakan


 STEMI ST-Elevasi Myocardial Infark (STEMI)

2.4 Analisis Jurnal

Jurnal 1

Gambaran Pasien Infark Miokard Dengan St Elevasi (Stemi) Yang


Dirawat Di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandaou Manado Periode
Januari 2010 Sampai Desember 2010

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode


penelitian deskriptif retrospektif, dengan sampel merupakan rekam medis
selama satu tahun sebelumnya di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Didapatkan jumlah sampel sebanyak 83 orang. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah pasien dengan ST-elevation Infark Miokard (STEMI),
dengan variabel bebasnya adalah jenis kelamin, usia, lokasi terjadi infark
miokard, faktor resiko, onset serangan, serta komplikasi infark miokard yang
terjadi

4
Jenis Kelamin

Berdasarkan jurnal pasien yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D.


Kandou Manado berdasarkan jenis kelamin pasien didapatkan bahwa ada
sekitar 70 pasien (84,34%) infark miokard dengan ST-elevasi (STEMI)
dengan jenis kelamin laki-laki dan sebanyak 13 pasien (15,66%) infark
miokard yang dirawat dengan jenis kelamin perempuan.

Umur

Berdasarkan umur pasien gambaran jumlah pasien dengan umur


kurang dari 40 tahun yaitu 4 pasien (4,82%), pasien dengan umur 40-49
tahun yaitu 11 pasien (13,41%), pasien infark miokar yang berumur 50-59
tahun terdapat 27 (31-32%). Pasien infark miokard yang berumur 60-69
tahun terdapat 28 (33,73%) dan pasien yang berumur lebih dari 70 tahun
terdapat 13 pasien (15,66%).

Faktor Resiko

Pada penelitian dapat dilihat beberapa faktor resiko yang dapat


memicu terjadinya STEMI, didapatkan bahwa merokok dapat memicu
terjadinya infark miokard sebanyak 18 pasien (21,69%), diabetes melitus
sebanyak 18 pasien (21,69%), riwayat keluarga yang pernah menderita
infark miokard sebanyak 1 pasien (1,2%), riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol sebanyak 41 pasien (49,39%) dan 5 pasien (6,02%) sisanya
dicetus oleh faktor resiko lainnya.

Lokasi Terjadinya

Gambaran pasien infark miokard dengan elevasi ST menurut lokasi


terjadinya infark miokardium, pada anterior didapatkan sebanyak 44
(42,17%), pada inferior didapatkan sebanyak 37 orang (27,71%) dan
terdapat 2 pasien (2,41%) dengan lokasi terjadinya infark kombinasi antara
anterior dan inferior.

Onset Serangan

5
Pada penelitian onset serangan 0 sampai dengan 3 jam didapatkan
pada 11 pasien (13,25%) yang dirawat, pada infark miokard dengan onset
serangan 4 sampai 6 jam didapatkan sebanyak 9 pasien (10,84%), pada
infark miokard dengan onset serangan 7 sampai 9 jam didapatkan
sebanyak 11 pasien (13,25%), pada infark miokard dengan onset serangan
10 sampai 12 jam didapatkan sebanyak 7 pasien (8,43%) dan pada infark
miokard dengan onset serangan lebih dari 12 jam didapatkan sebanyak 45
pasien (54,22%).

Komplikasi

Gambaran pasien infark miokard dengan elevasi ST berdasarkan


komplikasi yang terjadi. Pada kelompok ini gagal jantung didapati pada 11
pasien (13,25%), pada komplikasi aritmia didapati pada 2 pasien (2,41%),
pada komplikasi syok kardiogenik didapati pada 4 pasien (4,82%),
didapati juga pasien yang meninggal sebanyak 1 pasien (1,2%) dan pasien
tanpa komplikasi didapatkan sebanyak 65 pasien (78,31%).

Jurnal 2

Gambaran Kadar Troponin T dan Creatinin Kinase Myocardial


Band pada Infark Miokard Akut

Troponin T adalah suatu protein jantung yang terdapat pada otot


lurik yang berfungsi sebagai regulator kontraksi otot yang spesifik
terhadap otot jantung. Kadar troponin T darah meningkat 4 jam setelah
keruskaan miokardium dan menetap selama 10-14 hari. pemeriksaan kadar
troponin T dapat diukur dengan metode chemilumnescent dan hasil
dinyatakan secara kuantitatif berupa kadar troponin T dalam satuan ng/ml.
Creatinin Kinase Myocardial Band adalah isoenzim creatinin kinase yang
terdapat pada berbagai jaringan teruatama miokardium. Kenaikan aktivitas

6
CKMB dapat mencerminkan kerusakan miokardium. Enzim CKMB
diperiksa dengan cara enzymatic immuassay wit serum start dengan nilai
normal <24 U/L.

Metode penelitian yang dilakukan pada jurnal dilakukan dengan


metode deskriptif yang mana peneliti mengumpulkan data melalui rekam
medis pasien pada pasien di ruangan jantung. Dari sebanyak 241 orang
peneliti mendapatkan 54 sampel dari keseluruhan pasien IMA di RS. Dari
frekuensi umur pasien IMA berada pada kelompok umur 40-60 tahun
sebanyak 30 orang (55,56%), kelompok umur >60 tahun sebanyak 18
orang (33,33%) dan kelompok umur <40 tahun sebanyak 6 orang
(11,11%). Frekuensi jenis kelamin laki laki sebanyak 39 orang (72,20%)
dan pasien dengan jenis kelamin perempuan berjumlah sebanyak 15 orang
(27,80%).

Dari sampel tersebut setelah diteliti didapatkan frekuensi pasien


IMA yang memiliki kadar CKMB besar atau sama 20 U/L sebanyak 35
orang (64,82%) dan yang kurang dari 24 U/L sebanyak 19 orang
(35,18%). Kemudian pada kadar troponin didapatkan pasien dengan kadar
troponin T besar atau sama dengan 0,1 ng/ml sebanyak 44 orang (81,48%)
dan yang kurang dari o,1 ng/ml sebanyak 10 orang (18,52%).

Jurnal 3

Manajement Pasien ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

STEMI adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kematian sel otot


jantung karena adanya iskemia yang berkepanjangan. Proses aterosklerotik
dimulai ketika adaya luka pada sel endotel yang bersentuhan langsung
dengan zat-zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin
menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah menempel dan masuk
kelapisan dinding arteri. Penumpukan plaque yang semakin banyak akan
membuat lapisan pelindung arteri perlahan-lahan mulai menebal dan

7
jumlah sel otot bertambah. Setelah beberapa lama jaringan penghubung
yang menutupi daerah itu berubah menjadi jaringan sikatrik, yang
mengurangi elastisitas arteri. Semakin lama semakin banyak plaque yang
terbentuk dan membuat lumen arteri mengecil.

Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plaque aterosklerosis


mengalami fisura, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis sehingga mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red
trombus, yang dipercaya menjadi alasan pada STEMI memberikan respon
terhadap terapi trombolitik. Cardiac biomarker merupakan hal yang
sangat penting dalam diagnosis STEMI. Pemeriksaan yang dianjurkan
adalah Creatinin Kinase (CK)MB dan cardiac specific troponin (cTn)T
atau (cTn)I dan dilakukan secara serial. Pada STEMI, pemberian terapi
trombolitik tidak perlu menunggu hasil biomarker jantung namun
dilakukan sesegera mungkin. Peningkatan nilai enzim diatas 2 kali nilai
batas atas normal menunjukkan adanya nekrosis pada miokard jantung.

Manajemen keperawaan pada pasien STEMI

Perawat sebagai salah satu anggota team dalam tatanan


keperawatan klinik sangat berperan dalam melakukan pengkajian riwayat
kesehatan secara teliti, mengidentifikasi tanda dan gejala awal ischemia
memberikan intervensi dan implementasi keperawatan yang cepat dan
tepat sehingga akan mengembalikan aliran darah koroner dan mencegah
pasien dari komplikasi. Selain itu perawat dapat mengidentifikasi faktor
risiko, memodifikasi dan mempromosikan positive outcomes sehingga
dapat hidup lebih produktif. Adapun tujuan utama perawatan pasien
STEMI adalah: Menghilangkan nyeri, Istirahat fisik, Memperbaiki
fungsi respirasi

Jurnal 4

Exercise Pada Pasien Dengan ST Elevasi Miokard Infark

8
(STEMI)

Pada paska STEMI, dalam 4-7 hari setelah insiden, maka


miokardium menjadi mudah sekali mengalami injuri sehingga dalam 2
minggu pertama resiko berulangnya insiden dapat terjadi kapan saja dan
biasanya fatal (10% mortalitas). Setelah 2-3 bulan maka terjadi remodeling
dengan jaringan parut yang setelah beberapa bulan menyebabkan dilatasi
progresif dan akan mempengaruhi kontraktilitas seluruh miokadium dan
meningkatkan resiko CHF, aritmia ventrikel, dan ruptur dinding
miokardium dimana saja. Pencegahan serangan ulang dan resiko
komplikasi dapat dilakukan dengan upaya peningkatan fungsi jantung.
Salah satu upaya peningkatan fungsi jantung adalah latihan fisik yang
sesuai dengan program pencegahan maupun rehabilitasi pasien post
STEMI.

Antman (2004) dalam ACC/AHA (2004) menjelaskan pada fase


pencegahan, latihan fisik yang dapat dilakukan adalah intervensi
pencegahan faktor risiko yang intensif, seperti yang diprogramkan pada
pasien CHD (LOE A). Bentuk latihan yang dianjurkan adalah aerobik dan
latihan yang bersifat resisten dengan frekwensi minimal 3 hari dalam
seminggu. Latihan aerobik dapat berupa jalan cepat, joging ringan, dan
bersepeda minimal selama 20-30 menit sehari. Pada fase akut post
serangan dan setting perawatan di RS, petugas kesehatan perlu
memperhatikan pasien yang memiliki riwayat serangan henti jantung atau
cardiac arrest, stroke atau STEMI sebelumnya bedrest dapat dilakukan
lebih lama serta peningkatan intensitas latihan harus dilakukan secara
perlahan.

Pada fase rehabilitasi, Van de Werf (2008) menganjurkan exercise


test dilakukan dengan latihan bersifat aerobik misalnya treadmill, namun
protokol yang digunakan perlu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien.
Program latihan selanjutnya adalah latihan fisik pada fase pencegahan
sekunder. Antman (2004) dalam ACC/AHFA (2004) merekomendasikan

9
pemberian latihan dalam bentuk jalan, joging, bersepeda, atau aktivitas
aerobik lainnya dengan durasi 30-60 menit, minimal 3-4 kali dalam
seminggu. Bentuk latihan aerobik juga dapat ditambahkan dengan
peningkatan aktivitas seharihari misalnya berkebun dan sebagainya.

10
BAB III PEMBAHASAN

Pada jurnal pertama telah dijelaskan gambaran pasien dengan


STEMI. Pada hasil penelitiannya dapat dilihat ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan STEMI. Pada hasil uji umur rata rata pasien dengan
STEMI adalah pasien dengan umur 40-60 tahun dan berjenis kelamin laki-
laki. Karena pada pada masa ini pasien telah memasuki masa menopause
yang mana itu dapat mempengaruhi sistem peredaran darah dalam tubuh
dan elestisitas dari pembuluh darah.

Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa faktor resiko atau


penyebab paling banyak adalah pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok. Seperti yang diketahui rokok mengandung banyak CO yang
dapat merangsang produksi katekolamin dalam tubuh. Selain itu Jantung
juga memerlukan nutrisi yaitu Oksigen. Dengan merokok kadar CO dalam
darah meningkat sehingga membuat otot jantung harus bekerja lebih keras
untuk mendapatkan oksigen. Co berlebih yang dikandung darah akan
membentuk plak plak di pembuluh darah khususnya pada jantung yang
dapat menyumbat aliran darah kejantung sehinga dalam keadaan sumbatan
akan menimbulkan rasa nyeri dan jika berlangsung lama akan
menyebabkan kematian pada otot jantung. Selain merokok, tingginya
kadar kolesterol juga dapat menyebabkan STEMI tersebut.

Ketika seseorang mengalami Infark Miokard tanda pertama yang


muncul adalah nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung disertai
keringat dingin, mual dan muntah. Di lain kasus juga dapat muncul gejala
sesak nafas. Hal tersebut menandakan bahwa terjadinya sumbatan pada
arteri di jantung. Tubuh memiliki enzim yang di sebut kreatinin dan
troponin T yang kadar dalam tubuhnya itu sangat sedikit. Ketika seseorang
mengalami serangan jantung enzim tersebut akan meingkat yang
menandakan bahwa pasien tersebut positif mengalami serangan jantung.

11
Pasien dengan penyakit jantung sangat tidak dianjurkan melakukan
aktiftas berat karena dapat memperberat kerja jantung. Pada fase akut
serangan jantung Pasien sangat disarankan istirahat terlebih dahulu,
minimalisir aktifitas dan pada umumnya di RS pasien dengan penyakit
jantung akan terpasang kateter untuk mempermudah eliminasinya dan
mempermudah perawat dalam monitoring balance cairan. Adapun tujuan
utama perawatan pasien STEMI adalah: Menghilangkan nyeri, Istirahat
fisik, Memperbaiki fungsi respirasi. Namun tidak selama nya pasien
tersebut akan berbaring saja di tempat tidur. Setelah melewati fase akut,
pada fase rehabilitasi dan sekunder pasien akan diperbolehkan aktifitas
yang ringan seperti olahraga dengan jalan santai di pagi hari, joging dan
bersepeda.

12
BAB IV PENUTUP

2
4.1 Simpulan
Pengetahuan masyarakat terhadap infark miokard secara khusus
infark miokard dengan elevasi ST (STEMI) sangat berpengaruh terhadap
tingkat kejadian infark miokard Pengetahuan masyarakat terhadap infark
miokard secara khusus infark miokard dengan elevasi ST (STEMI) sangat
berpengaruh terhadap tingkat kejadian infark miokard. Dengan pola hidup
yang tidak sehat ditambah dengan faktor usia dengan jenis makanan yang
dikonsumsi banyak mengandung LDL serta merokok dapat mempengaruhi
kesehatan terutama pada jantung. Upayakan lah hidup sehat dengan
mengonsumsi makanan mengandung serat dan olahraga teratur, serta
menghindari aktifitas berlebihan diluar batas kemampuan tubuh terutama
pada jantung.

13
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2002. Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar.


Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana, Bandung.

MyersE.2006.Myocardial Infarction Post-Discharge MedicationTherapy From:


http://www.ulm.edu/pharmacy.pdf diakses tanggal 7 oktober 2019

Zafari. AM. Yang. EH. Myocardial Infarction. Diunduh dari


http://emedicine.medscape.com/article/155919. 12 oktober 2019

Antman EM, Braunwald E. STSegment Elevation Myocardial Infarction. Dalam :


Braunwald, Fauci,et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th
Edition. USA. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai