Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEMINAR

RONDE KEPERAWATAN

Disususn oleh
Dwi Setyo P

115070201131003

Dita febriana Fatmawati

115070201131018

Anisah Puspita Sari

115070201131019

Ratna Wirawati R

115070201131020

Dian Aristanti

115070201131021

Ephysia Ratriningtyas

115070201131022

Maigestu Galuh Dwi S.

115070207131001

Shindy Wulandari

115070207131002

Farida Laksitarini

115070207131005

Arif Dika Mahendra

115070207131006

Dina Mukmilah Maharika

115070201111025

Bernandha Hargi P

115070207131003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas


manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat (Gillies, 1996).
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan
karena dengan adanya factor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi
wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan
professional

MPKP

yang

di

dalamnya

terdapat

kegiatan

ronde

keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan


keperawatan dengan membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer
pengetahuan dan aplikasi pengetahuan secara teoritis kedalam praktek
keperawatan secara langsung yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala
ruangan, MA, kabid keperawatan dengan melibatkan seluruh tim keperawatan.
Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi: pasien dilibatkan secara langsung,
pasien merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi,
konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan
perawat dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Rumah sakit adalah salah satu bentuk sarana kesehatan yang berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan serta upaya
kesehatan penunjang. Pada masa kini perjalanan peran rumah sakit sebagai
organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki lingkungan global yang
kompetitif dan terus berubah. Perubahan lingkungan tersebut menurut
Trisnantoro (2004), akan mendorong rumah sakit menjadi organisasi yang berciri
multiproduk, sehingga membutuhkan pengelolaan yang tepat. Perkembangan
terkini semakin mengarah ke kondisi rumah sakit sebagai lembaga usaha
dengan berbagai konsep bisnis. Transisi ini yang mengakibatkan rumah sakit
menjadi lembaga yang berkarakter sosial sekaligus ekonomi. Pelayanan prima di
rumah sakit sangat bergantung pada kualitas sdm tenaga kesehatan yang ada
didalamnya salah satunya adalah perawat. Menurut RSU Swadana Daerah

Tarutung, pelaksanaan ronde keperawatan yang tidak optimal menimbulkan


ronde perawat yang shift pagi tidak melaporkan secara rinci perkembangan
kesehatan pasien termasuk seringnya perawat rawat inap operan hanya
dilakukan di nursing station secara administrasi saja berdasarkan pengamatan
penulis, hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan
keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya lama perawatan
pasien.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas disimpulkan yang

menjadi masalah pada makalah ini adalah bagaimana pengaruh kompetensi


perawat (kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama,
kepercayaan, kekompakan), terhadap pasien yang ditangani dan Apakah kualitas
ronde keperawatan akan berdampak pada pasien secara langsung?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1

Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Management Keperawatan.


1.3.2

Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dicapai setelah penyampaian materi tentang ronde

keperawatan diharapkan mahasiswa mampu:


a.
b.

Mengetahui dan memahami pengertian ronde keperawatan


Mengetahui dan memahami karakteristik ronde

c.
d.

keperawatan
Mengetahui tujuan ronde keperawatan
Mengetahui kriteria pasien yang memerlukan ronde

e.
f.
g.

keperawatan
Mengetahui dan memahami manfaat ronde keperawatan
Mengetahui dan memahami tipe tipe ronde keperawatan
Mengetahui dan memahami langkah-langkah ronde

h.

keperawatan
Mengetahui dan memahami mekanisme ronde

i.
j.

keperawatan
Mengetahui masalah etik dalam ronde keperawatan
Mengetahui dan memahami strategi ronde keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)


Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping melibatkan


pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan,
perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2009).
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh pengajar atau siswa perawat dengan anggota
sifatnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
2.2.

Karakteristik Ronde Keperawatan


a. Pasien dilibatkan secara langsung.
b. Pasien merupakan fokus kegiatan.
c. Perawat associate, perawat primer, dan konselor melakukan diskusi
bersama.
d. Konselor menfasilitasi kereativitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

2.3.

Tujuan Ronde Keperawatan


Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan bisa dibagi menjadi 2 yaitu :

tujuan bagi perawat dan bagi pasien.


Tujuan bagi keperawatan menurut Amola et al, (2010) adalah
1.

Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien.

2. Mendukungan pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan


3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
stud kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
penilaian keterampilan klinis.

5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta (6) meningkatkan retensi


perawat berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan dalam profesi
keperawatan.
Sedangkan tujuan bagi pasien menurut Clement (2011) adalah
1.

Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke
hari

2. Untuk mengamati pekerjaan staf


3. Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan laporan ke
dokter, misalnya : luka, drainase, perdarahan, dsb
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasaan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan
pada pasien
8. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah seperti ulcus
decubitus, foot drop, dsb.
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada apsien sehingga
perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.
Sedangkan menurut Nursalam (2009) tujuan ronde keperawatan dibagi
menjadi:
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis (Problem-Based Learning PBL)
2. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari
3.
4.
5.
6.

masalah klien.
Meningkatkan pola pikir sistematis
Meningkatkan validitas data klien
Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja, dan
memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra)

2.4.

Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2009) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde

keprawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah


dilakuakn tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.
2.4.

Manfaat Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan

pada perawat. Clement, (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah


membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu juga menurut
Wolak (2008) dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan
perawat.

Peningkatan

ini

bukan

hanya

keterampilandan

pengetahuan

keperawatan saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan
oleh Wolek et al (2008) peningkatan kemampuan perawat bukan hanya
keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat
untuk tumbuh dan berkembang secara profesional.
Melalui ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal itu juga dtegaskan
oleh OConnor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter
penilaian atau teknik intervensi.
Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa
perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan
sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi siswa perawat dengan ronde keperawatan
akan mendapatkan pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
Manfaat

ronde

keperawatan

yang

lain

adalah

membantu

mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk
tidak tahu mengenai pasien yang di rawat di ruangan. Dengan ronde
keperawatan

hal

ini

bisa

dicegah,

ronde

keperawatan

membantu

mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement, 2011).


Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperawatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali
dibanding tidak dilakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al (2009) dengan
tindakan ronde keperawatan menurunkan anga insiden pada pasien yang
dirawat.

2.5.

Tipe - Tipe Ronde Keperawatan


Berbagai

macam

tipe

ronde

keperawatan

dikenal

dalam

studi

kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada empat
tipe ronde yaitu matronsrounds, nurse management rounds, patient comfort
rounds dan teaching rounds.
1. Matron rounds menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa
standar pelayanan, kebersihan dan kerapian, dan menilai penampilan dan
kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds menurut Close & Castlide (2005) ronde ini
adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien dan keluarga pada proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
dengan head nurse.
3. Patient comfort rounds menurut Close & Castledine (2005) ronde di sini
berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan
pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari, perawat menyiapkan
tempat tidur untuk pasien tidur.
4. Teaching rounds menurut Close & Castledine (2005) dilakukan antara
teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjad proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau siswa
perawat. Dengan pembelajaran langsung perawat atau siswa dapat
langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.
Menurut Daniels (2004) walking round terdiri dari nursing round, physiciannurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing round adalah ronde yang
dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician nurse rounds adalah ronde
pada pasien yang dilakukan dokter dengan perawat, sedang interdisciplinary
rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga
kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi dsb. Sedangkan
menurut Clement (2011) menyebutkan berbagai jenis word round yang dilakukan
oleh perawat meliputi rounds with the doctors, rounds to discuss psychological
problem of patients, social service rounds, medical rounds for nurses, rounds
with the physical therapits, dan nursing rounds.

2.6.

Langkah-langkah Ronde Keperawatan


Ramani (2003) menjelaskan rahapan ronde keperawatan adalah (1) Pre-

rounds: Preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientasion (orientasi)


(2) Rounds: Introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan) (3) PostRounds : debriefing (Tanya jawab), feedback (saran), reflection (refleksi),
preparation (persiapan).
Bimbauner (2004) mengatakan bagaimana menyiapkan ronde keperawatan
yaitu:
a. Before rounds meliputi: (1) persiapan, terdiri dari membuat tujuan
kegiatan ronde keperawatan dan membaca status pasien dengan jelas
sebelum melakukan ronde keperawatan (2) orientasi perawat, terdiri dari
membuat menyadari tujuan : demonstrasi temuan klinis, komunikasi
dengan pasien, pemodelan perilaku professional (3) orientasi pasien.
b. During rounds meliputi : (1) menetapkan lingkungan: membuat lingkungan
yang

nyaman

serta

dorong

untuk

mengajukan

pertanyaan

(2)

menghormati: perawat: hormati mereka sebagai pemberi layanan pada


pasien dan pasien : perlakukan sebagai manusia, bukan hanya obyek
dari latihan mengajar, peka terhadap bagaimana penyakit mempengaruhi
kehidupan pasien (3) libatkan semua perawat, bertujuan untuk mengajar
semua tingkat peserta didik dan mendorong semua untuk berpartisipasi
(4) libatkan pasien: dorong pasien untuk berkontribusi mengenai masalah
penyakitnya, dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan tentang
masalahnya, gunakan kata-kata yang dapat dimengerti pasien, dsb.
c. After rounds: waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan balik.
Menurut Nursalam (2009) langkah langkah ronde keperawatan dibagi
menjadi:
a. Pra Ronde
- Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
-

masalah yang langka)


Menentukan tim ronde
Mencari sumber atau literatur
Membuat proposal
Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian

Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Data apa yang mendukung?


Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Dan hambatan apa

yang ditemukan selama perawatan?


b. Pelaksanaan Ronde
- Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
-

didiskusikan
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan.
c. Pasca Ronde
- Evaluasi, revisi, dan perbaikan
- Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.7.

Mekanisme Ronde Keperawatan

1. Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien


sebelum melakukan ronde keperawatan. Hal ini dilanjutkan Clament
(2011) bahwa perawat sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan
psikososial pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan
yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum
menemui asien, sebaiknya perawat membahas tujuan yang ingin dicapai
(Clament, 2011).
2. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
Hal itu disebut Sitorus (2006) sebelum dilakukan ronde perawat primer
(PP) menentukan 2-3 klien yang akan di ronde dan ditentukan pasien
yang akan di ronde. Sebaliknya dipilih klien yang membutuhkan
perawatan khusus dengan masalah yang relative lebih kompleks (Sitorus,
2006).
3. Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat melaporkan kondisi,
tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan, serta
rencana yang lain. Clement (2011) saat ronde keperawatan melaporkan
tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan, perawat medis dan
prognosis. Selain itu juga menurut Annual review of nursing education
dalam ronde keperawatan perawat mendiskusikan diagnosis keperawatan
yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil. Mengenai masalah yang

sensitive hendaknya tidak boleh dibicarakan dihadapan pasien. Masalah


yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan klien (Sitorus,
2006).
4. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi dan
situasi ruangan. Sitorus (2006) menyebutkan waktu yang dilakukan untuk
melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan waktu kurang
lebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relative
tenang. Sedangkan menurut Atiken et al. (2010) pelaksanaan ronde
keperawatan diadakan dua hari setiap minggu dan berlangsung satu jam.
2.8.

Masalah Etik dengan Pasien


Beberapa strategi untuk mendorong kenyamanan pasien selama ronde

keperawatan berlangsung menurut Weinholt & Edward (1992) dalam Clament


(2009) meliputi: (1) memberikan pemberitahuan sebelum kunjungan (2)
membatasi waktu ronde keperawatan agar pasien bias istirahat (3) menjelaskan
semua pemeriksaan dan prosedur kepada pasien (4) semua diskusi dan
komunikasi harus dijelaskan dan dipahami oleh pasien.
2.9.

Strategi Ronde Keperawatan yang Efektif

Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada beberapa strategi agar
ronde keperawatan berjalan efektif yaitu:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde
keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait, dsb.
2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:sistem apa
yang

akan diajarkan,

aspek-aspek apa

yang

harus

ditekankan:

pemeriksaan fisik, melakukan tindakan dsb. Rencanakan agar semua


aktif terlibat dalam kegiatan, pilih pasien yang akan dilakukan proses
pembelajaran, serta tentukan berapa banyak waktu yang harus
dihabiskan dengan pasien tertentu.
3. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut ini
dapat dilakukan selama fase orientasi: (1) orientasikan perawat untuk
tuuan latihan dan kegiatan yang direncanakan (2) memberikan peran
kepada setiap anggota tim (3) buat aturan mengenai ronde (4) setiap
diskusi sensitive perlu ditunda dan seluruh tim harus menyadari hal ini.

4. Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi: (1) memperkenalkan
diri kepada pasien (2) pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu
terutama dimaksudkan untuk berdiskusi mengenai pemberian perawatan
pada pasien (3) keluarga tidak perlu diminta untuk perg jika pasien ingin
untuk ditemani.
5. Meninggalkan

waktu

untuk

pertanyaan,

klarifikasi,

menempatkan

pembacaan lebih lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari pasien
jarak pendengaran. Ini adalah kesembatan untuk mendiskusikan aspek
sensitive dari riwayat pasien.
6. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk
pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil
ronde yang telah dilakukan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Contoh Kasus Ronde Keperawatan


Rumah Sakit Umum Tarutung adalah milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan satu- satunya rumah sakit yang ada di
Tapanuli Utara dengan status kelas B non pendidikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia
No.1809/MENKESKESSOS /SK/XII/2000, dengan jumlah tempat tidur 110 unit.
Pada tahun 2003 sesuai Perda nomor 7 tahun 2003, Rumah Sakit Umum
Tarutung berubah status menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung. Status

Swadana sangat berpotensi menggeser rumah sakit pemerintah yang pada


masa lalu hanya berorientasi pada fungsi sosial ke arah unit sosial ekonomi
RSU Swadana Daerah Tarutung berdasarkan data yang diperoleh dari
Rekam Medik bahwa pada tahun 2007 pencapaian BOR 90,80%, tahun 2008
berkurang menjadi 73,00%, namun masih dalam kategori ideal sesuai dengan
standart Depkes RI.
Kondisi RSU Swadana Daerah Tarutung pada tahun 2008 mengalami
penurunan sesuai perhitungan BOR rumah sakit sebesar 18,72% dari tahun
2007 ini diakibatkan adanya penurunan kinerja rumah sakit. Penurunan indikator
kinerja RSU Swadana Daerah Tarutung sangat terpengaruh dengan kinerja
pelayanan perawat, oleh karena selama 24 jam pasien rawai inap dibawah
pengawasan perawat pelaksana di rumah sakit.
Penurunan kinerja RSU Swadana Daerah Tarutung menimbulkan
berbagai fenomena. Fenomena yang terjadi pada RSU Swadana Daerah
Tarutung didapat dari komite keperawatan bahwa masih adanya keluhan pasien,
keluarga pasien tentang ketidakpuasan layanan yang diperoleh dari perawat
pelaksana rawat inap seperti ketepatan pemberian obat-obatan, pemberian
suntikan, kehadiran petugas tidak tepat waktu dan juga perawat pelaksana rawat
inap kurang senyum dan kurang perhatian kepada pasien. Kondisi seperti ini
dapat menurunkan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSU Swadana Daerah
Tarutung.
Menurut berita terbitan media cetak seperti: Aspirasi (20 Maret 2007),
Metro Tapanuli (31 Mei 2008), Skala Indonesia (27 Agustus 2008) , Bonapasogit
(Januari 2009) menerbitkan bahwa pelayanan RSU Swadana Daerah Tarutung
pada tahun 2008 adanya penurunan, kondisi ini juga berdampak dari semakin
menurunya pelayanan yang diberikan perawat pelaksana rawat inap RSU
Swadana Daerah Tarutung. Pada sisi yang lain kualitas tenaga keperawatan
tersebut berbanding lurus dengan tingkat pendidikan perawat yang ada, dimana
pendidikan perawat pelaksana rawat inap RSU Swadana Daerah Tarutung yang
berjumlah 60 orang belum ada yang berlatar pendidikan sarjana masih memiliki
tingkat pendidikan diploma III, sehingga pelayanan yang profesional tidak dapat
dicapai sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan oleh customer.
Praktek keperawatan yang ditetapkan di RSU Swadana Daerah Tarutung
adalah sistem penugasan dengan metode tim, namun dalam pelaksanaanya
adalah sesuai dengan kebutuhan tatanan rawat inap. Berdasarkan kebutuhan

tersebut maka sitem penugasan pelayanan perawatan dengan metode tim dalam
praktek pelayanan dilakukan sesuai dengan penugasan berdasarkan shift kerja
yang telah ditetapkan oleh RSU Swadana Daerah Tarutung, pelaksanaan ronde
keperawatan yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat yang shift pagi
tidak melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk
seringnya perawat rawat inap operan hanya dilakukan di nursing station secara
administrasi saja berdasarkan hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang
kebutuhan pelayanan keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya
lama perawatan pasien (lengt of stay).
3.2.

ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus tersebut pihak manajemen diharapkan segera

mengambil langkah cepat untuk merespon kondisi tersebut, hal ini mungkin
diakibatkan kelemahan petugas perawat pelaksana rawat inap dalam pemberian
asuhan keperawatan, pengetahuan tentang Standard Operating Procedur (SOP)
serta perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia yang belum
sesuai terhadap kebutuhan rumah sakit seperti sistem reward dan punishment.
Masalah mengenai ronde keperawatan pada kasus tersebut adalah
ketidakoptimalan mekanisme ronde khususnya pasca ronde dimana perawat
yang shift pagi tidak melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien
kepada perawat shift selanjutnya. Berdasarkan mekanisme ronde yang benar,
perawat shift pagi setelah melakukan intervensi kepada klien seharusnya
melaporkan rincian hasil tindakan meliputi laporan kondisi klien, tindakan apa
saja yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan, pengobatan serta rencana
lain.
Hal tersebut akan berdampak pada proses ronde keperawatan pada shift
selanjutnya. Karena informasi yang tidak lengkap, perawat shift selanjutnya akan
kesulitan melakukan proses ronde keperawatan. Pada tahap pra ronde, perawat
seharusnya membaca dulu rincian kondisi klien yang diperoleh dari hasil
intervensi sebelumnya untuk menentukan tindakan apa saja dan tujuan apa yang
akan dicapai ketika melakukan intervensi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk melaksanakan rangkaian ronde
keperawatan dengan benar adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde
keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait, dsb.

2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:sistem apa


yang

akan diajarkan,

aspek-aspek apa

yang

harus

ditekankan:

pemeriksaan fisik, melakukan tindakan dsb. Rencanakan agar semua


aktif terlibat dalam kegiatan, pilih pasien yang akan dilakukan proses
pembelajaran, serta tentukan berapa banyak waktu yang harus
dihabiskan dengan pasien tertentu.
3. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut ini
dapat dilakukan selama fase orientasi: (1) orientasikan perawat untuk
tuuan latihan dan kegiatan yang direncanakan (2) memberikan peran
kepada setiap anggota tim (3) buat aturan mengenai ronde (4) setiap
diskusi sensitive perlu ditunda dan seluruh tim harus menyadari hal ini.
4. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk
pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil
ronde yang telah dilakukan.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1.

Simpulan
Ronde kepearwatan merupakan kegiatan yng bertujuan untuk mengatasi

masalahh keperawatan yang berfokus pada pasien dan dilakukan oleh perawat.
Dalam hal ini pasien dilibatkan secara langsung dan pasien yang dipilih memeiliki
kriteria pasien dengan kasus baru atau langka, serta pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakuakan tindakan
keperawatan. Ronde keperawatan akan meninhkatkan keterampilan dan
pengetahuan pada perawat, selain perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde keperawatan,

evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan


dalam asuhan keperawatan dapat dinilai.
Ada berbagai empat macam tipe ronde keperawatan yang dikenal yaitu
matronsrounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching
rounds. Sedangkan untuklangkah langkah keperawatan dapat dibagi menjadi
pra ronde, pelaksanaan ronde, serta pasca ronde. Adapun strategi ronde
keperawatan yang efektif dapat dilakukan dengan melakukan persiapan yang
seksama, membuat perencanaan apa yg akan dilakukan, orientasikan pada
perawat tujuan yang ingin dicapai, memprekenalkan diri pada tim, meninggalkan
waktu untuk pertanyaan, serta melakukan evaluasi pelaksnaan yang telah
dilakukan.
4.2.

Saran
Mahasiswa keperawatan dan perawat harus mempunyai aspek kognitif,

afektif dan skill yang mempunyai nilai lebih untuk dapat melaksanakan ronde
keperawatan secara efektif dan benar sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
pihak manapun.

Daftar Pustaka

Aitken, L., Burmeister E., Clayton S., Dalais C., & Gardner G (2010). The impact
of nursing rounds on the practice environment & nurse satisfaction in
intensive care: pre-test post-test comparative study. International Journal
of Nursing Studies. 48 (2011) 918-925.
Bimbaurner,.

D.,

M.

(2004)

Bedside

teaching.

http://archieve.cordem.

Org/facdev/2004meeting/birnl.doc.
Clement, I. (2011). Management nursing services and education. Edition 1. India:
Elsevier.

Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part 1: Matrons
rounds. Britsh Journal of Nursing. Vol 14, No 15.
Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part 2: Nurse
management rounds. Britsh Journal of Nursing. Vol 14, No 16.
Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part : Teaching rounds
for nurses. Britsh Journal of Nursing. Vol 14, No 18.
Febriana, N. (2009). Pengaruh nursing round terhadap kepuasan pasien pada
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit MMC Jakarta. Tesis kekhususan
kepemimpinan dan manajemen keperawatan program pascasarjana FIK
UI. Tidak dipublikasikan.
Kozier, B., Erb & Berman, A. (2004) Fundamental of Nursing: Concept, process,
& practice. Seven third ed. New Jersey: Pearson prentice hall.
Nursalam, Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta.
Nursalam. 2009 Manajeman keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
professional. Salamba Medika: Jakarta.
OConnor, A. B. (2006). Clinical instruction and evaluation: Teaching resource.
Second edition. Canada: Jones & Bartlett publishers

Anda mungkin juga menyukai