RONDE KEPERAWATAN
Disususn oleh
Dwi Setyo P
115070201131003
115070201131018
115070201131019
Ratna Wirawati R
115070201131020
Dian Aristanti
115070201131021
Ephysia Ratriningtyas
115070201131022
115070207131001
Shindy Wulandari
115070207131002
Farida Laksitarini
115070207131005
115070207131006
115070201111025
Bernandha Hargi P
115070207131003
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan untuk
MPKP
yang
di
dalamnya
terdapat
kegiatan
ronde
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas disimpulkan yang
Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dicapai setelah penyampaian materi tentang ronde
c.
d.
keperawatan
Mengetahui tujuan ronde keperawatan
Mengetahui kriteria pasien yang memerlukan ronde
e.
f.
g.
keperawatan
Mengetahui dan memahami manfaat ronde keperawatan
Mengetahui dan memahami tipe tipe ronde keperawatan
Mengetahui dan memahami langkah-langkah ronde
h.
keperawatan
Mengetahui dan memahami mekanisme ronde
i.
j.
keperawatan
Mengetahui masalah etik dalam ronde keperawatan
Mengetahui dan memahami strategi ronde keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.3.
Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke
hari
masalah klien.
Meningkatkan pola pikir sistematis
Meningkatkan validitas data klien
Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja, dan
memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra)
2.4.
Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2009) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde
Peningkatan
ini
bukan
hanya
keterampilandan
pengetahuan
keperawatan saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan
oleh Wolek et al (2008) peningkatan kemampuan perawat bukan hanya
keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat
untuk tumbuh dan berkembang secara profesional.
Melalui ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal itu juga dtegaskan
oleh OConnor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter
penilaian atau teknik intervensi.
Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa
perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan
sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi siswa perawat dengan ronde keperawatan
akan mendapatkan pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
Manfaat
ronde
keperawatan
yang
lain
adalah
membantu
mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk
tidak tahu mengenai pasien yang di rawat di ruangan. Dengan ronde
keperawatan
hal
ini
bisa
dicegah,
ronde
keperawatan
membantu
2.5.
macam
tipe
ronde
keperawatan
dikenal
dalam
studi
kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada empat
tipe ronde yaitu matronsrounds, nurse management rounds, patient comfort
rounds dan teaching rounds.
1. Matron rounds menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa
standar pelayanan, kebersihan dan kerapian, dan menilai penampilan dan
kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds menurut Close & Castlide (2005) ronde ini
adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien dan keluarga pada proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
dengan head nurse.
3. Patient comfort rounds menurut Close & Castledine (2005) ronde di sini
berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan
pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari, perawat menyiapkan
tempat tidur untuk pasien tidur.
4. Teaching rounds menurut Close & Castledine (2005) dilakukan antara
teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjad proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau siswa
perawat. Dengan pembelajaran langsung perawat atau siswa dapat
langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.
Menurut Daniels (2004) walking round terdiri dari nursing round, physiciannurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing round adalah ronde yang
dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician nurse rounds adalah ronde
pada pasien yang dilakukan dokter dengan perawat, sedang interdisciplinary
rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga
kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi dsb. Sedangkan
menurut Clement (2011) menyebutkan berbagai jenis word round yang dilakukan
oleh perawat meliputi rounds with the doctors, rounds to discuss psychological
problem of patients, social service rounds, medical rounds for nurses, rounds
with the physical therapits, dan nursing rounds.
2.6.
nyaman
serta
dorong
untuk
mengajukan
pertanyaan
(2)
didiskusikan
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
c. Pasca Ronde
- Evaluasi, revisi, dan perbaikan
- Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.7.
Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada beberapa strategi agar
ronde keperawatan berjalan efektif yaitu:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde
keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait, dsb.
2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:sistem apa
yang
akan diajarkan,
aspek-aspek apa
yang
harus
ditekankan:
4. Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi: (1) memperkenalkan
diri kepada pasien (2) pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu
terutama dimaksudkan untuk berdiskusi mengenai pemberian perawatan
pada pasien (3) keluarga tidak perlu diminta untuk perg jika pasien ingin
untuk ditemani.
5. Meninggalkan
waktu
untuk
pertanyaan,
klarifikasi,
menempatkan
pembacaan lebih lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari pasien
jarak pendengaran. Ini adalah kesembatan untuk mendiskusikan aspek
sensitive dari riwayat pasien.
6. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk
pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil
ronde yang telah dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan satu- satunya rumah sakit yang ada di
Tapanuli Utara dengan status kelas B non pendidikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia
No.1809/MENKESKESSOS /SK/XII/2000, dengan jumlah tempat tidur 110 unit.
Pada tahun 2003 sesuai Perda nomor 7 tahun 2003, Rumah Sakit Umum
Tarutung berubah status menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung. Status
tersebut maka sitem penugasan pelayanan perawatan dengan metode tim dalam
praktek pelayanan dilakukan sesuai dengan penugasan berdasarkan shift kerja
yang telah ditetapkan oleh RSU Swadana Daerah Tarutung, pelaksanaan ronde
keperawatan yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat yang shift pagi
tidak melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk
seringnya perawat rawat inap operan hanya dilakukan di nursing station secara
administrasi saja berdasarkan hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang
kebutuhan pelayanan keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya
lama perawatan pasien (lengt of stay).
3.2.
ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus tersebut pihak manajemen diharapkan segera
mengambil langkah cepat untuk merespon kondisi tersebut, hal ini mungkin
diakibatkan kelemahan petugas perawat pelaksana rawat inap dalam pemberian
asuhan keperawatan, pengetahuan tentang Standard Operating Procedur (SOP)
serta perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia yang belum
sesuai terhadap kebutuhan rumah sakit seperti sistem reward dan punishment.
Masalah mengenai ronde keperawatan pada kasus tersebut adalah
ketidakoptimalan mekanisme ronde khususnya pasca ronde dimana perawat
yang shift pagi tidak melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien
kepada perawat shift selanjutnya. Berdasarkan mekanisme ronde yang benar,
perawat shift pagi setelah melakukan intervensi kepada klien seharusnya
melaporkan rincian hasil tindakan meliputi laporan kondisi klien, tindakan apa
saja yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan, pengobatan serta rencana
lain.
Hal tersebut akan berdampak pada proses ronde keperawatan pada shift
selanjutnya. Karena informasi yang tidak lengkap, perawat shift selanjutnya akan
kesulitan melakukan proses ronde keperawatan. Pada tahap pra ronde, perawat
seharusnya membaca dulu rincian kondisi klien yang diperoleh dari hasil
intervensi sebelumnya untuk menentukan tindakan apa saja dan tujuan apa yang
akan dicapai ketika melakukan intervensi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk melaksanakan rangkaian ronde
keperawatan dengan benar adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde
keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait, dsb.
akan diajarkan,
aspek-aspek apa
yang
harus
ditekankan:
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Simpulan
Ronde kepearwatan merupakan kegiatan yng bertujuan untuk mengatasi
masalahh keperawatan yang berfokus pada pasien dan dilakukan oleh perawat.
Dalam hal ini pasien dilibatkan secara langsung dan pasien yang dipilih memeiliki
kriteria pasien dengan kasus baru atau langka, serta pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakuakan tindakan
keperawatan. Ronde keperawatan akan meninhkatkan keterampilan dan
pengetahuan pada perawat, selain perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde keperawatan,
Saran
Mahasiswa keperawatan dan perawat harus mempunyai aspek kognitif,
afektif dan skill yang mempunyai nilai lebih untuk dapat melaksanakan ronde
keperawatan secara efektif dan benar sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
pihak manapun.
Daftar Pustaka
Aitken, L., Burmeister E., Clayton S., Dalais C., & Gardner G (2010). The impact
of nursing rounds on the practice environment & nurse satisfaction in
intensive care: pre-test post-test comparative study. International Journal
of Nursing Studies. 48 (2011) 918-925.
Bimbaurner,.
D.,
M.
(2004)
Bedside
teaching.
http://archieve.cordem.
Org/facdev/2004meeting/birnl.doc.
Clement, I. (2011). Management nursing services and education. Edition 1. India:
Elsevier.
Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part 1: Matrons
rounds. Britsh Journal of Nursing. Vol 14, No 15.
Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part 2: Nurse
management rounds. Britsh Journal of Nursing. Vol 14, No 16.
Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part : Teaching rounds
for nurses. Britsh Journal of Nursing. Vol 14, No 18.
Febriana, N. (2009). Pengaruh nursing round terhadap kepuasan pasien pada
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit MMC Jakarta. Tesis kekhususan
kepemimpinan dan manajemen keperawatan program pascasarjana FIK
UI. Tidak dipublikasikan.
Kozier, B., Erb & Berman, A. (2004) Fundamental of Nursing: Concept, process,
& practice. Seven third ed. New Jersey: Pearson prentice hall.
Nursalam, Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta.
Nursalam. 2009 Manajeman keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
professional. Salamba Medika: Jakarta.
OConnor, A. B. (2006). Clinical instruction and evaluation: Teaching resource.
Second edition. Canada: Jones & Bartlett publishers