Anda di halaman 1dari 7

GIZI BURUK

Ulumul Wasithoh

NIM 16.20.056

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

KABUPATEN MALANG

2019
GIZI BURUK

A. Definisi
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energy dan protein (KEP) tingkat berat
yang disebabkan kekurangan asupan energy dan protein juga zat gizi mikro dalam
waktu yang lama.
Gizi buruk adalah salah satu penyebab tidak langsung kematian pada anak.
Anak gizi buruk sangat rentan terhadap kondisi kliinis yang dapat menyebabkan
kematian seperti hipoglikemi, hipotermia, dan dehidrasi. Oleh sebab itu, tindakan
yang cepat dan tepat harus dilaksanakan oleh tim asuhan gizi.
Ada tiga jenis gizi buruk :
1. Marasmus, adalah suatu bentuk malnutrisi kurang energy-protein yang berat.
2. Kwashiorkor, adalah salah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
kekurangan asupan protein yang berat dengan asupan karbohidrat yang normal
atau tinggi.
3. Marasmus-kwashiorkor, adalah bentuk malnutrisi gabungan dari marasmus dan
kwashiorkor.

B. Etiologi
Penyebab Gizi buruk :
1. Penyebab Langsung
Kurang gizi disebabkan ketidakseimbangan antara asupan makanan (jumlah
dan mutu), serta zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal
karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit. Keduanya
merupakan factor utama penyebab anak menderita gizi buruk yang saling
memengaruhi. Anak yang menderita kurang giizi atau gizi buruk sangat rentan
terkena penyakit infeksi, sementara anak yang menderita sakit (infeksi dan
penyakit lain) cenderung mengalami penurunan nafsu makan sehingga anak
berisiko mengalami kurang gizi.
2. Penyebab Tidak Langsung
Penyebab tidak langsung gizi buruk :
1. Tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola
pengasuhan anak terutama caara pemberian makanan kepada anak.
2. Anak yang tidak pernah atau jarang dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya, serta sanitasi rumah yang tidak bersih, menyebabkan
anak rentan terhadap peyakit infeksi.

Beberapa penyebab gizi buruk lainnya yaitu :

1. Agen.
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai.
2. Host
a. Berat Badan lahir anak Balita
b. Status imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita
yang disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita
yang telah memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya
otomatis sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka
jika ada kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan
membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.
c. Status ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi.
Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi
sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau
makanan tambahan yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu
formula sangat susah diserap usus bayi sehingga dapat menyebabkan
susah buang air besar pada bayi. Proses pembuatan susu formula yang
tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare. Hal ini akan
menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.
d. Pemberian kolostrum
e. Tingkat pendidikan ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat
pendidikan yang lebih tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi
tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
f. Pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi
masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu
sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan
bagi keluarga, ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui
pendidikan formal maupun informal.
g. Pekerjaan ibu
Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk
tugas-tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI.
h. Jumlah anak dalam keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat
nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama
mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi makanannya
jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang
tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap
kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling
kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.
i. Penyakit Infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan
tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi
pada anak-anak yaitu kwashiorkor atau Marasmus sering didapatkan
pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita
kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.
3. Environment (lingkungan)
a. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan
kebersihan lingkungan.
b. Tidak cukupnya persediaan pangan di keluarga (householdfood
insecurity).

C. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup
karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino
dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan
otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan
hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport
lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di
hati.

D. Manifestasi Klinis
Ada tiga jenis gizi buruk, yaitu marasmus atau gizi buruk tanpa edema (sangat
kurus hingga seperti tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng,
rewel, kulit keriput, iga gambang, dan perut umumnya kembung), kwashiorkor atau
gizi buruk dengan edema (apatis, rewel, rambut tipis kemerahan seperti rambut
jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit serta rontok, wajah membulat dan
sembab, pandangan mata sayu, pembesaran hati dan edema), serta marasmus-
kwashiorkor (campuran dari kedua bentuk gizi buruk).
Tanda dan gejala lainnya dari gizi buruk yaitu :
 Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah
terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
 Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi
badan lebih rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunan BB ini tidak
mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
 Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan
maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam,
kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut
mungkin edema anasarka.
 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan
tipis dan lembek.
 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare
terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain infeksi penyebabnya
mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi).
Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
 Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut.
Pada tahap lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna
pucat atau putih, juga dikenal signo debandero.
E. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan
laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang disamping karena asupan zat besi yang kurang dalam
makanan,kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan
kadar albumin serum yang menurun.
 Pemeriksaan radiologi (dada, dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.

F. Penatalaksanaan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi buruk,
diantaranya:

1. Memaksimalkan peran posyantu, yaitu dengan meningkatkan cakupan deteksi


dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu.
2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di puskesmas
/ Rumah Sakit dan rumah tangga.
3. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan (PMT-P) kepada
balita kurang gizi dari keluarga miskin.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan
gizi kepada anak (ASI/MP-ASI).
5. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2009. Buku Bagan dan Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

Depkes RI, 2009. Buku Pemantauan Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

Diah Krisnansari, Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health, Volume 4, No I, Januari
2010.

Kementerian Kesehatan RI, 2010. Draft Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk .

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.


1995/Menkes/SK/XII/2010.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Penyelenggaraan Training of Trainer (TOT)


Tatalaksana Anak Gizi Buruk .

Anda mungkin juga menyukai