Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

EKSTRAKSI VAKUM

Referat Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior Bagian Obstetri Dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Haji
Medan

Disusun Oleh :

Cindy Tiara 20360176

Pembimbing:

dr. Ahmad Khuwalid, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MEDAN SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan tehnik “cupping” untuk persalinan sudah diawali pada abad ke 18. Profesor

Young Simpson tahun 1849 memperkenalkan satu alat bantu persalinan yang dinamakan

ekstraksi vakum – Ekstraksi Vakum (EV) .

Pada tahun 1956 Malmstrom mengenalkan instrumen ekstraktor vakum modern yang

terbuat dari “stainless steel” namun akibat sejumlah komplikasi maka alat ini lambat laun

ditinggalkan.

EV kembali digunakan setelah dikenalkannya jenis cawan penghisap sekali pakai yang

relatif lunak. Inovasi dalam desain instrumen dan ketrampilan aplikasi cawan penghisap telah

meningkatkan keamanan penggunaan EV . Secara progresif, EV telah menggeser penggunaan

ekstraksi cunam – EC dalam proses persalinan.

Saat ini EC masih populer dikalangan dokter senior karena alasan konservatif. Meski pun

memang untuk kelainan presentasi janin tertentu masih terlihat keunggulan penggunaan EC

dibandingkan EV. Tindakan EV menjadi semakin terkenal akibat mudahnya penggunaan,

rendahnya morbiditas ibu dan tingginya keamanan bagi ibu meskipun masih ada sejumlah

komplikasi serius pada neonatus. Masalah dalam penggunaan EV harus diatasi dengan

menentukan indikasi , tehnik aplikasi ekstraksi vakum secara tepat .

Semakin banyaknya ahli obstetri ginekologi senior yang pensiun, penyelenggaraan

pelatihan persalinan operatif per vaginam yang terkendala, masalah mediko-legal dan perubahan

perubahan praktis lain termasuk juga dengan semakin tingginya angka seksio sesar – SS
merupakan faktor yang menyebabkan tidak jelasnya kelanjutan berbagai macam tindakan

persalinan operatif pervaginam termasuk diantaranya adalah EV.

Sebenarnya, dengan memperhatikan indikasi, syarat, kontraindikasi serta tehnik aplikasi,

persalinan operatif per vaginam dengan menggunakan alat seperti misalnya EC atau EV masih

diperlukan untuk mengatasi tingginya biaya serta resiko tindakan operasi SS.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan bantuan di mana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.

Ekstraksi vakum merupakam tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala

pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu,

kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat

penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.

Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari

aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala

yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik

(yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada

prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga

mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).


2.2 INDIKASI

Mempersingkat kala II pada keadaan :

1. Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri tertentu (pre

eklampsia berat, anemia, diabetes mellitus, eklampsia)

2. Kondisi obstetri tertentu :

1. Riwayat SC

2. Kala II memanjang

 Pada Nulipara 2 jam

 Pada Multipara 1 jam

3. Maternal distress pada kala II

4. Gawat janin pada kala II

2.3 KONTRA INDIKASI

a.Kontraindikasi Absolute :

 Disproporsi sepalo-pelvik .

 Operator tidak dapat mengenali denominator dengan baik

 Operator tidak kompeten untuk melakukan ekstraksi vakum.

 Kelainan letak :

 Presentasi Muka

 Letak Dahi
 Presentasi Lintang

 “After coming head” pada presentasi sungsang

 Indikasi tindakan EV tidak jelas

 Posisi dan penurunan kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas

 Diduga atau terdapat gangguan faal pembekuan darah pada janin.

b. Kontraindikasi Relatif:

1. Pasca pengambilan sediaan darah dari kulit kepala janin.

2. Prematuritas <36 minggu

 Kecuali pada persalinan gemelli anak ke II dimana persalinan hanya memerlukan traksi

ringan akibat sudah adanya dilatasi servix dan vagina.

 Dikhawatirkan terjadi trauma intrakranial, perdarahan intrakranial , ikterus neonatorum

berat.

3. IUFD

 Oleh karena : tidak dapat terbentuk kaput.

 Pada janin maserasi, kranium sangat lunak sehingga pemasangan mangkuk menjadi sulit.

4. Kelainan kongenital janin yang menyangkut kranium : anensephalus


2.4 ALAT-ALAT

1. Cawan Penghisap (Cup)

Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksadaneum artifisialis. Dengan

mangkuk inilah kepala diekstraksi. Pemilihan ukuran cawan penghisap disesuaikan

dengan dilatasi serviks.Pada dilatasi servik yang sudah lengkap biasanya dipasang ukuran

yang terbesar (70 mm). Pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda

letak denominator.

Macam-macam Cup :

Cawan penghisap baru terbuat dari berbagai material seperti polietilene atau silastik

plastik. Desain cawan penghisap yang kaku dan terbuat dari “stainless steel” ditemukan pada

berbagai model dari Malmstrom yang sudah dikenal sejak tahun 1960 an. Sekarang ini di

produksi berbagai cawan penghisap yang menyerupai model Malmstrom namun terbuat dari

bahan plastik yang lunak atau kaku. Model ini pertamakali digunakan pada kasus posisi kepala

defleksi atau pada posisio osipito posterior namun saat ini peralatan tersebut sudah lazim

digunakan pada berbagai jenis persalinan pervaginam.

Cawan penghisap lunak sering menyebabkan kegagalan EV dibandingkan dengan

penggunaan cawan penghisap kaku (pastik atau metal ) atau EC. Hal ini terutama disebabkan

oleh mudahnya cawan penghisap lunak tersebut lepas (“pop off”) dari kepala saat dilakukan

traksi. Akan tetapi, aplikasi cawan penghisap lunak ini lebih jarang menyebabkan cedera pada

kepala janin meskipun daya cengekeramnya lebih kurang dibandingkan cawan yang kaku.
Masalah lain adalah bahwa sebagian desain alat ekstraktor yang terbuat dari plastik memiliki

tabung penghubung yang kaku sehingga menyulitkan aplikasi cawan penghisap secara tepat

khususnya pada letak defleksi atau posisio osipitalis posterior dan ini merupakan faktor

penyebab kegagalan EV. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka EV dilakukan dengan

menggunakan instrumen Malmstrom klasik dan menggantikan cawan penghisap dengan bahan

yang terbuat dari bahan silastik atau plastik yang rigid.

2. Botol Penutup

Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol terdapat manometer, saluran

menuju tempat penghisap, dan saluran yang menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan

pentil.

3. Selang vakum

Pipa karet mengubungkan kap dengan botol penghisap

4. Pompa penghisap

5. Manometer

Fungsinya untuk mengukur tekanan negative, mempunyai 2 skala yaitu atm/cm2 dan kg/cm2.

6.Rantai penghubung
Pada penampang melintang cawan penghisap terlihat adanya rantai yang merupakan alat

pengaman agar cawan tidak mudah terlepas dari “pegangan” saat melakukan traksi.

7. Pegangan

Logam palang dengan lubang di dalamnya yang dilalui oleh rantai penarik

2.5 SYARAT-SYARAT

1. Informed Consent

Pada setiap tindakan medik diperlukan “informed consent” yang harus dilihat

sebagai bagian dari suatu proses dan bukan sekedar selembar formulir yang harus diisi

dan ditanda tangani oleh penderita dan atau keluarganya.

“Informed Consent” berisi penjelasan mengenai perlunya satu tindakan medis

harus dilakukan, manfaat serta resiko yang mungkin terjadi serta bagaimana tindakan

tersebut dilakukan. Selain itu harus disampaikan pula berbagai alternatif tindakan medis

lain untuk menyelesaikan masalah medik yang terjadi.

2. Janin cukup bulan

3. Persentasi kepala

4. Pembukaan lengkap atau >7 pada multigravida

5. Penurunan kepala H III-IV

6. Selaput ketuban negative

7. Harus ada kekuatan mengeran ibu dan kontraksi uterus

8. Janin harus dapat lahir pervaginam

Bila posisi dan derajat penurunan janin masih belum jelas maka dapat dilakukan
1
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal atau transperineal terlebih dulu .
Ultrasonografi dapat digunakan pula untuk menentukan ketepatan aplikasi cawan

penghisap.

Posisi kepala ditentukan dengan melihat kedudukan orbita janin dan identifikasi

karakteristik anatomi intrakranial (falx cerebri, fossa posterior) dan station kepala janin

ditentukan berdasarkan pemeriksaan utrasonografi translabial.

Pemeriksaan konfirmatif dengan ultrasonografi ini memerlukan pengalaman dan

dilakukan secara “bedside”.

2.6 PROSEDUR EKSTRAKSI VAKUM

1. Persiapkan ibu dalam posisi litotomi

2. Kosongkan kandung kemih dan rectum

3. Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptic

4. Beri infus bila diperlukan

5. Siapkan alat-alat yang diperlukan


Teknik Ekstraksi

1. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah ubun-ubun kecil

terletak di depan atau kepala, kanan/kiri depan, kanan/kiri belakang untuk

menentukan letak denominator.

2. Lakukan episiotomi primer dengan anestesi lokal sebelum mangkuk dipasang pada

primigravida. Sedangkan pada multipara, episiotomi dilakukan tergantung pada

keadaan perineum. Dapat dilakukan episiotomi primer atau sekunder (saat kepala

hampir lahir dan perineum sudah meregang) atau tanpa episiotomi.

3. Lakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat

serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan posisinya. Pilih mangkuk yang akan

dipakai. Pada pembukaan serviks lengkap, biasanya dipakai mangkuk nomor 5.

4. Masukkan mangkuk ke dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak miring, dipasang

di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang

kepala, pasang mangkuk pada oksiput atau sedekat-dekatnya.

5. Dengan satu atau dua jari tangan, periksa sekitar mangkuk apakah ada jaringan

serviks atau vagina yang terjepit


6. Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/ cm2, tunggu

selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan – 0.2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai sesuai tenaga

vakum yang diperlukan, yaitu – 0,7 samapi – 0,8 kg/cm2

7. Sebelum mengadakan traksi, lakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada bagian

lain jalan lahir yang ikut terjepit

8. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta mengejan. Tarik mangkuk sesuai arah

sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan

kiri menahan mangkuk agar selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan

menarik pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika

his berhenti traksi juga dihentikan.

9. Lahirkan kepala janin dengan menarik mangkuk ke atas sehingga kepala melakukan

gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion, sementara tangan kiri

penolong menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, lalu mangkuk

dilepas. Lama tarikan sebaliknya tidak lebih dari 20 menit, maksimum 30 menit.

TIPS

1. Jangan memutar kepala bayi dengan cara memutar mangkok. Putaran kepala bayi

akan terjadi sambil traksi.

2. Tarikan pertama menentukan arah tarikan

3. Jangan lakukan tarikan diantara his

4. Jika tidak ada gawat janin, tarikan “terkendali” dapat dilakukan maksimum 30 menit.
2.7 KRITERIA EKSTRAKSI VAKUM GAGAL

1. Waktu dilaukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.

Mangkuk terlepas pada saat traksi, mungkin disebabkan:

a. Tenaga vakum terlalu rendah

b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk caput suksedaneum

yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk

c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk

tidak dapat mencengkram dengan baik

d. Bagian-bagian dalam jalan lahir ada yang terjepit kedalam mangkuk.

e. Kedua tangan kiri dan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.

f. Traksi terlalu kuat

g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung

h. Adanya disproporsi sefalo-pelvik.

2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi,janin tidak lahir

2.8 KOMPLIKASI

1. Pada Bayi

Tidak ada satu tindakan persalinan operatif per vaginam yang tidak disertai

peningkatan resiko ibu dan atau anak .

Angka kejadian kematian janin atau cedera neonatus yang berat akibat EV sangat

rendah dan berada pada rentang 0.1 – 3 kasus per 1000 tindakan EV.

Secara klinik, cedera kulit kepala terutama disebabkan oleh sifat fisik cawan penghisap yang

digunakan. Saat diberikan tekanan negatif, kulit kepala akan masuk kedalam cawan
penghisap sehingga terjadi chignon. Traksi yang terlalu kuat akan menyebabkan terpisahnya

kulit kepala dari dasarnya sehingga meski jarang namun dapat menyebabkan perdarahan

(cephalohematoma dan hemoragia subgaleal.

Resiko lain yang dapat terjadi pada tindakan EV adalah :

a. Laserasi kulit kepala

b. Fraktur cranium

c. Perdarahan subarachnoid

d. Sefalhematoma, akan hilang dalam 3 – 4 minggu.

e. Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang

mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikhterus neonatorum yang

agak berat.
Laserasi pada kepala janin

Akibat EV sering terjadi ekimosis dan laserasi kulit kepala dan ini umumnya terjadi bila

cawan penghisap dengan tekanan tinggi berada diatas kulit kepala janin dalam waktu yang relatif

lama ( 20 – 30 menit ).

Cawan penghisap bukan suatu alat yang di masksudkan sebagai rotator ; usaha

melakukan rotasi kepala dengan menggunakan EV akan menyebabkan cedera pada kulit kepala

janin. Bila operator menghendaki terjadi rotasi kepala maka hal itu dilakukan secara manual

tanpa paksaan dan bukan dengan menggunakan cawan penghisap.

Outcome neonatus jangka panjang

Tidak terdapat perbedaan outcome jangka panjang antara anak yang lahir secara spontan dengan

yang dilahirkan melalui EV atau EC.

Pengamatan outcome jangka panjang dalam berbagai penelitian dilakukan sampai usia 18 tahun

dan skoring dibuat atas kemampuan sekolah, berbicara, perawatan diri sendiri dan status

neurologi.
2.Cedera Maternal

Resiko cedera ibu pada tindakan ekstraksi vakum lebih rendah dibandingkan dengan

tindakan ekstraksi cunam atau seksio sesar.

1. Laserasi jalan lahir

Laserasi perineum adalah komplikasi paling sering terjadi pada persalinan

operatif per vaginam. Seringkali terjadi robekan perineum berkaitan dengan episiotomi.

Ruptura perinei tingkat III dan IV pada tindakan EV berkisar antara 5 – 30% .

Angka kejadian ruptura perinei pada tindakan EV lebih rendah dibandingkan tindakan

ekstraksi cunam. Tindakan ekstraksi cunam sering menyebabkan ruptura perinei totalis.

Episiotomi elektif merupakan predisposisi terjadinya ruptura perinei tingkat IV

dan banyak ahli berpendapat bahwa episiotomi sebaiknya dikerjakan bila perineum yang

tegang mengganggu jalannya persalinan. Jenis episiotomi sebaiknya dari jenis medio

lateral yang meskipun rekosntruksinya lebih sulit namun jarang meluas sehingga

menyebabkan ruptura perinei tingkat IV ( ruptura perinlei totalis ).

2. Trauma jalan lahir

3. Infeksi

2.9 KEUNTUNGAN EKSTRAKSI VAKUM DIBANDINGKAN DENGAN

EKSTRAKSI CUNAM

1. Pemasangan mudah

2. Tidak diperlukan narcosis umum

3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir.
4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks

yang belum lengkap

5. Trauma pada kepala janin lebih ringan

2.10 KERUGIAN EKSTRAKSI VAKUM DIBANDINGKAN DENGAN

EKSTRAKSI CUNAM

1. Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam.

3. Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit.

4. Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterus neonatorum


BAB III

KESIMPULAN

Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan bantuan di mana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Operator harus menggunakan peralatan ini

dengan hati hati untuk membatasi terjadinya cedera maternal atau fetal. Penggunaan instrumen

vakum untuk persalinan operatif per vaginam harus dilakukan oleh operator yang berpengalaman

dan kompeten.

Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan komplikasi utama pada

penggunaan alat ini, namun mayoritas penyulit tersebut adalah akibat seleksi yang buruk dan

pemaksaan persalinan pervaginan dengan segala resiko. Laserasi pada jalan lahir adalah

komplikasi paling sering pada ibu. Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat

melewati perineum dapat lebih mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat menghindari

perlunya episiotomi.
DAFTAR PUSTAKA

1.Prawiroharjo, Sarwono. 2010 . Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

2. Akmal S, Kametas N, Tsoi E, Hargreaves C, Nicolaides KH. Comparison of transvaginal

digital examination with intrapartum sonography to determine fetal head position before

instrumental delivery. Ultrasound Obstet Gynecol. May 2003;21(5):437-40. [Medline].

3. American College of Obstetrics and Gynecology: Clinical management guidelines for

obstetrician-gynecologists. In: ACOG Practice Bulletin. 17: June 2000.

4. Cunningham FG (editorial) : Forceps Delivery and Vacuum Extraction in “William

Obstetrics” 22nd ed p 547 – 563 , Mc GrawHill Companies 2005

5. Duchon MA, DeMund MA, et al: Laboratory comparison of modern vacuum extractor.

Obstet Gynecol 72 : 155, 1998

6.Ekstrasi vakum. 2008. Diunduh dari :  www.scrib.com/doc/6502554/ekstraksi-vakum.html

7.Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.repository.ui.ac.id.dokumen/lihat/2162.pdf

8.Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.obfkumj.blogspot.com/2009/07/ekstraksi-vakum.html

9.Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.rafani.co.cc/2009/07/ekstraksi-vakum.html


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Usia : 19 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Alamat : Dusun III, Bekala Inda Kasih, Medan Tembung
No. RM : 342801
Tanggal Masuk : 11 Oktober 2021
Pukul : 08.00 WIB

IDENTITAS WALI/SUAMI
Nama : Tn. J
Usia : 22 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Alamat : Dusun III, Bekala Inda Kasih, Medan Tembung

II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir
Telah : Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan
keluar air dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu disertai keluar darah seperti haid.
Pasien merasakan perut mulas sampai ke pinggang. Ditemukan adanya lendir.
RPT : Tidak ada
RPK : Tidak ada
RPO : Tidak ada
Alergi : Tidak ada

RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan : G1P0A0
HPHT : ?-01-2021
TTP : ?-10-2021
ANC : Ya, di dokter kandungan
KB :-

RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 6-7 Hari
Banyak darah : 2-3 x ganti pembalut/hari
Dismenore :-

RIWAYAT PERKAWINAN DAN SEKSUAL


Umur Kawin : 18 Tahun
Lama kawin : 1 Tahun
Kemandulan :-
Vaginismus :-
Libido : Sedang
Frekuensi : 2-3x seminggu
Dispareunia :-
Riwayat Kontrasepsi :-

TANDA-TANDA KERACUNAN PADA KEHAMILAN


Edema :-
Pusing :-
Mual :-
Muntah :-
Nyeri ulu hati :-
Vertigo :-
Gang, Usus :-
Kejang :-
Ikterus :-

RIWAYAT PERSALINAN
1 / hamil sekarang

RIWAYAT KEBIASAAN
Nafsu makan : Normal
Penurunan BB :-
Alkohol dan merokok :-

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU


Anemia :-
Hipertensi :-
Penyakit Ginjal :-
Rheumatik :-
Diabetes Melitus : -
Tuberculosis :-
Penyakit Jantung : -
Riwayat Operasi : -
Riwayat Abortus : -
Penyakit Lainya : HIV

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS PRESENT
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 98/99 mmHg
HR : 88x/i
RR : 21x/i
T : 36,7°C
TB : 150 Cm
BB : 60 Kg
STATUS GENERALISATA
Kepala : Normocephali, Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Bunyi suara nafas vesikuler dikedua lapang paru
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

IV. STATUS OBSTETRI


PEMERIKSAAN LUAR
- Inspeksi : Abdomen membesar, cembung, simetris, bekas luka operasi (-)
- Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah processus xipoideus / 33 cm
fundus uteri teraba bagian bulat, lunak, susp. Bokong
Leopold II :Teraba seperti papan pada perut sebelah kanan dan teraba bagian-
bagian kecil pada perut sebelah kiri
Leopold III : Teraba bulat keras susp. Kepala
Leopold IV : Kepla diatas, PAP mudah digerakkan 5/5
- Auskultasi : DJJ 145x/menit
- TBJ : 2400 Gram
- HIS : (-)
PEMERIKSAAN DALAM
PEMERIKSAAN INSPEKULO
- Porsio : Licin
- OUE : Tertutup
- Vagina : Tampak cairan tergenang di introitus vagina dan dilakukan
lakmus tes terjadi perubahan warna pada kertas dari merah menjadi biru
- Kesan : Air ketuban merembas
VAGINAL TOUCH (VT)
- Indikasi : Ketuban Pecah Dini
- Pembukaan : Tertutup
- Bagian Terbawah : Kepala
- Effacacement : 30%
- Posisi : Sulit dinilai
- Promontorium : tidak teraba
- Lin. Inominata : 2/3 anterior
- Sacrum : cekung
- S. ischiadica : Tidak menonjol
- Arcus pubis : Tumpul
- Kesan Panggul : Adekuat

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TRANS ABDOMINAL SONOGRAFI (TAS)
Janin tunggal, presentasi kepala anak hidup
Biparietal Diameter : 17,66 cm
Abdominal Circumference : 33,02 cm
Femur Length : 7,1 cm
EPW : 2400 Gram
Plasenta : Corpus Anterior
Cairan Ketuban : Oligohidroamnion, AFI < 3 cm

VI. DIAGNOSA BANDING


1. Ketuban pecah dini + Primigravida + KDR 35-36 minggu + Oligohidroamnion +
Presentasi Kepala + Anak Hidup + HIV
2. Inkontinensia + Primigravida + KDR 35-36 minggu + Oligohidroamnion +
Presentasi Kepala + Anak Hidup + HIV
3. Infeksi + Primigravida + KDR 35-36 minggu + Oligohidroamnion + Presentasi
Kepala + Anak Hidup + HIV
VII. DIAGNOSA KERJA
Ketuban pecah dini + Primigravida + KDR 35-36 minggu + Oligohidroamnion +
Presentasi Kepala + Anak Hidup + HIV
VIII. TATALAKSANA
TERAPI IGD
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefriaxone 2 gr
RENCANA
- Lapor supervisor : dr. H. Muslich Perangin-angin Sp.OG
- Pasang kateter urin
- Persiapan operasi sectio caesaria
PERSIAPAN PRE-OPERASI
- Inform consent
- Konsul dengan dokter anestesi
- IVFD RL terpasang kateter urin terpasang
- Sterilisasi kamar operasi dan alat operasi
- Pemeriksaan penunjang medis
PERIHAL OPERASI
Supervisor : dr. H. Muslich Perangin-angin Sp.OG
Tanggal : 12 Oktober 2021
Pukul : 13.00 WIB
PROSEDUR OPERASI
1. Ibu duduk di meja operasi, lalu dilakukan anestesi spinal (buficaine).Kemudian
ibu dibaringkan di meja operasi, dengan infus dan kateter terpasang dengan baik.
Dilakukan tindakan septic aseptic dengan betadine dan alcohol lalu ditutup
dengan duk steril kecuali lapangan operasi
2. Dilakukan insisi abdomen dengan metode midline mulai dari kutis, subkutis.
Dinding abdomen dibuka lapis demi lapis hingga tampak uterus
3. Peritoneum dijepit ke atas dank e bawah hingga tampak uterus. Identifikasi
segmen bawah Rahim. Pasang blas hack, lalu lakukan insisi uterus lalu servisks
sampai subendometrium, endometrium digunting ke kiri dan ke kanan, lahir bayi
laki-laki dengan berat 2400 gram, panjang 40 cm, anus (+), tali pusat di klem di
dua tempat, APGAR score anak ketika lahir 0 lima menit kemudian 9, sepuluh
menit kemudian 10.
4. Uterus dijahit, evaluasi perdarahan terkontrol
5. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
6. Operasi selesai, KU ibu post Operasi stabil

INSTRUKSI POST OPERASI


- Pantau kesdaran
- Vital sign
- Tanda-tanda perdarahan
- Selama 2 jam di ruang RR
TERAPI
- Inj. Ceftriaxone 1gr/8 jam
- Inj. Amikasin 1amp/12 jam
- Inj. Ditranex 1amp/12 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/8jam
- Inj. Ranitidine 1amp/12 jam

Anda mungkin juga menyukai