Paper ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan Klinis Senior
Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Haji Medan
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan
judul “Hernia Pada Bayi dan Anak”
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata
bahasa, dan dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik
konstruktif dari semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada,
semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Bob
Muharly Rambe, M.Ked(Surg), Sp. B yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam menyelesaikan paper ini. Penulis juga berterima kasih
kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama membantu menyusun laporan kasus
ini..
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Tujuan....................................................................................................................................5
C. Manfaat..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................6
A. Definisi...................................................................................................................................6
B. Anatomi dan Fisiologi..............................................................................................................7
C. Klasifikasi................................................................................................................................7
D. Etiologi...................................................................................................................................8
E. Manifestasi Klinis....................................................................................................................9
F. Patofisiologi..........................................................................................................................10
G. Penatalaksanaan...................................................................................................................11
KESIMPULAN....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya
buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang
kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih
disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan
turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang
tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding
perut. Ternyata penderita hernia seringkali disertai gangguan fungsi saluran cerna lainnya,
hipersensitifitas kulit dan gangguan alergi lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi
tetapi pada sebagian kasus khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan
penatalaksanaan penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat
membantu proseses perbaikan secara spontan.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%. Laki-laki
paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama
kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada
sisi kiri (2: 1). 25% pasien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah
pada masa bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang
dari 5 tahun. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana penyakit tersebut sehingga
dapat diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada anak-anak, maka
sangat diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “turun bero”, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia
adalah perpindahan isi suatu ruangan ke ruangan lain melewati dinding pemisah. “Biasanya
dari ruangan yang tekanannya tinggi ke ruangan yang tekanannya rendah.” Hernia adalah
defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak,
usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan
materi abnormal Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari
2.2. Klasifikasi
Hernia Inguinalis Indirek, karena menonjol melalui annulus dan kanalis inguinalis. 2. Hernia
Inguinalis Medialis Disebut juga Hernia Inguinalis direk, karena menonol langsung melalui
1. Kongenital Muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya. Secara umum bayi laki-laki lebih sering mengalami hernia dibandingkan
perempuan karena proses penurunan testis yang merupakan organ reproduksinya berlangsung
lebih kompleks. Hernia pun lebih sering terjadi pada bayi prematur, sebab pada saat
timbulnya hernia: - Prosesus vaginali yang tetap terbuka - Peninggian tekanan intra abdomen:
Pekerjaan mengangkat barang-barang berat, Batuk kronik - Elemahan otot dinding perut:
Usia tua, Sering melahirkan. Hernia inguinalis atau hernia pada lipatan paha umumnya
diderita bayi/anak laki-laki (dominan pada bayi prematur). Sebab saluran tempat turunnya
testis dari rongga perut ke kantung tetis tetap terbuka saat lahir. Ukuran lubang cukup besar,
sehingga sebagian usus bayi bisa turun ‘mengikuti’ testis membentuk benjolan (kurang-lebih
sebesar ibu jari orang dewasa). Kamaluan penderita hernia tipe ini membesar.
Insidens inguinalis pada bayi dan anak tidak diketahui pasti, penelitian dan populasi
tertentu didapatkan 10-20 hernia inguinalis per 1000 kelahiran hidup, dengan perbandingan
anak laki-laki dan wanita berkisar 4:1 sampai 10:1 terutama pada seri kasus dalam jumlah
banyak. Sebagian besar hernia inguinalis ditemukan pada sisi kanan. Penelitian mendapatkan
pada anak laki-laki 60% hernia inguinalis terdapat pada sisi kanan, 30% sisi kiri, dan 10%
bilateral. Insidens hernia inguinalis bayi premature mencapai 30% dengan angka inkarserasi
lebih dari 31%. Insidens hernia inguinalis inkarserasi strangulasi seri pasien yang besar
didapatkan 10%- 20% hampri setengahnya pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Insidens
hernia inguinalis inkarserasi pada anak usia dibawah 1 tahun mencpai 30%, dan insiden
hernia inkarserasi yang perlu tindkan pembedahan segera lebih tinggi pada wanita
inguinalis didapatkan sebanyak 7% pada bayi laki-laki usia kehamilan kurang dari 6 minggu,
dn hanya 0,6% pada bayi laki-laki lahir dengan usia kehamilan lebih besar dari 36 minggu.
Penelitian lain mendpatkan angka 30% insidens hernia pada bayi dengan berat badan lahir
kurang dari insidens hernia inguinalis didapatkan meningkat Karen factor risiko lain seperti
terdapat riwayat keluarga denganhernia inguinalis, penyakit kistik fibrosis, dislokasi panggul
congenital, undensensus testis, ambigus genitalia, hipospadia atau epispadia, asites, pasien
dengan pipa ventrikuloperitoneal, dialysis peritoneal yang menetap, defek congenital dinding
abdomen. Terdapat juga peningkatan insidens hernia inguinalis pada bayi dengan kelainan
Syndrome
gubernakulum ( terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu ). Pada annulus internus kanalis
inguinalis, divertikulum peritoneum yang disebut proseus vaginalis melekat pada bagian
anteromedial testis, kemudian secara bersamaan melalui kanalis inguinalis dan annulus
eksternus mencapai skrotum. Prosesus vaginalis yang melekat dengan testis kemudian
diperdebatka, namun secara umum disepakati obliterasi terjadi pada fase terahir kehamilan.
Benjolan di lipat paha yang timbu hilang. Muncul saat penderita beraktifitas berlebih,
batuk, bersin, mengedan dan menghilang saat penderita berbaring - Nyeri timbul bila
Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat
menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor yang
umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari
hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilikus
akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita, seringkali ditemukan bahwa labianya
besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari alat kelamin perempuan. 2. Irreponible:
benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun di daerah pusat. Pada hernia
inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke dalam
rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun
benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak. 3.
Incarcerata, benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran
makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis bayi pun mulai
berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan
tidak mau makan. 4. Strangulata, ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena
pembuluh darah sudah terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata,
gejala lain juga muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama
pembuluh darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang
kemudian akan menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu
beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat
mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.
dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral
kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah
mencapai annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk
biasanya dapat diraba pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis
profundus karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga
diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis
Gejala klinis hernia inguinalis pada bayi dan anak terdapat benjolan suprainguinal meluas
ke daerah srotum. Sebagian besar gejala muncul pada anak usia kurang dari 1 tahun. Pertama
kali benjolan ditemukan orang tua bayi atau anak saat memandikan, mengganti popok atau
pakaian, dan saat anak menangis atau mengedan, setelah anak relaks dan diam spontan
benjolan menghilang atau dengan sedikit tekanan diatas benjolan tersebut. Benjolan timbul
hilang paling sering terdapat pada lipatan paha, kemudian benjolan bertambah besar tanpa
menimbulkan keluhan lain, dan selanjutnya benjolan menetap sehingga sulit untuk direduksi
dengan tekanan seperti yang sering diceriterakan orang tua pasien. Dari gejala ini dapat dibuat
diagnosis banding antara hernia inguinalis, hidrokel, testis retraktil, testis undesensus,
varikokel atau tumor testis. Pemeriksaan fisik benjolan didaerah inguinal dan penentuan posisi
testis akan dapat membedakannya. Pada testis retraktil, pemeriksaan fisik akan mendapatkan
testis teraba dalam posisi kanalis inguinalis atau annulus eksternus. Sedangkan undesensus
testis seringkali didapatkan terjadi bersamaan dengan hernia inguinalis. Bayi dengan hernia
inguinalis dapat di identifikasikan melalui ekstensi kaki dan tangannya, pada posisi telentang
melewati kepala, sehingga bayi menangis dan tekanan didalam rongga abdomen meningkat.
Jika dengan cara ini benjolan tidak nampak, dilakukan perabaan didaerah inguinal biasanya
funikulus spermatikus menebal seperti sutera disebut sebagai silk sign,namun demikian tanda
ini tidak selalu bernilai diagnosis. Anak lebih besar diperiksa dalam posisi berdiri dibuat
tekanan abdomen meningkat melalui batuk atau meniup balon akan terlihat benjolan diderah
inguinal. Tidak jarang terdapat benjolan inguinal maupun skrotum menetap, tidak bertambah
besar, ini disebabkan penumpukan cairan pada tunika vaginalis disebut hidrokel. Umumnya
hidrokel dapat diserap spontan sampai usia 1 tahun, jika tidak diserap perlu intervensi
pembedahan. Pada hidrokel komunikan ditemukan benjolan yang bertambah besar pasa saat
sedang aktif kemudian mengecil kembali setelah anak istirahat. Hernia inguinalis inkarserasi
atau strangulasi memberikan gejala akut abdomen, anak menjadi rewel, nyeri abdomen,
muntah. Pemeriksaan fisik daerah inguinal ditemukan benjolan tegang meluas sampai ke
skrotum. Pada awalnya kulit skrotum hanya udem, jika organ dalam kantong hernia
mengalami iskemi kulit skrotum menjadi eritematus, pucat dan lunak. Jika proses berlanjut
akan memberikan gejala obstruksi usus mekanik strangulasi. Dalam menegakkan diagnosis
hernia inguinalis tidak perlu pemeriksaan penunjang kecuali terdapat keraguan dengan
kelainan lain seperti undensensus testis, testis retraktil. Pemeriksan penunjang dikerjakan
2.8. Penatalaksanaan
Hernia inguinalis tidak dapat hilang sendiri, sehingga pembedahan merupakan terapi
ditegakkan, untuk menghindarkan resiko inkarserasi (12-15%), terutama pada bayi premature
dan anak usia dibawah 1 tahun insidens mencapai 31%. Secara umum pembedahan hernia
inguinalis bayi dan anak dikerjakan dengan pembiusan umum,bahkan terhadap bayi premature
pembiusan dengan pemsangan pipa endotrakeal sangat penting untuk mengamankan jalan
nafas dan mencegah bayi jatuh ke dalam distress pernafasan. Pada pasien dengan gangguan
benrencana dikerjakan melalui insisi di garis lipatan kulit dinding abdomen paling bawah
suprainguinal sebelah lateral tuberkulum pubikum. Fascia dan muskulus obliquus eksternus
dibuka secara tajam untuk mencapai kanalis inguinalis. Identifikasi funikukus spermatikus,
kemudian muskulus kremaster dibuka secara tajam ke arah anteromedial sehingga kantung
hernia dapat ditemukan pad bagian posteriornya. Pembuluh darah spermatika dibagian lateral
dan vas deferens dibelakang kantong hernia disishkan secara tumpul, sampai mencapai
annulus internus kanalis inguinalis. Kantong hernia dibuka sehingga isi kantong dapat
dievaluasi kemungkinan terdapat inkarserasi atau sliding hernia. Setelah kantong hernia
kosong dan bebas dari jaringan sekitarkemudian diikat dan dipotong setinggi annulus internus,
sisa kantong bagian distal dapat diangkat jika mudah dipisahkan dengan striktur jaringan
lainnya, jika tidak mungkin dipisahkan dibiarkan pada tempatnya. Pada prinsipnya hindarkan
terjadi cidera struktur funikulus spematikus dan dilakukan ligasi kantong hernia. Hernia
inkarserasi tanpa komplikasi untuk sementara dapat dilakukan reposisi untuk menghindarkan
pembedahan emergensi, sekitar 80% kasus berhasil direposisi. Bayi dan atau anak diberikan
sedasi kuat agar hernia tereduksi sempurna. Tindakna ini harus dibawah pengawasan dan
pengamatan yang ketat mengingat resiko dan akibat pemberian sedasi kuat. Jika dalam waktu
tertentu (8-12 jam) belum tereduksi reposisi hernia dapat dibantu dengan melakukan
penekanan ringan diatas benjolan (taxis). Jika berhasil tindakan pembedahan dilakukan
resiko 20 kali lipat kemungkinan komplikai seperti infark testis, cidera pembuluh darah testis
dan cidera vas deferens. Udem kanalis inguinalis pada hernia inkarserasi dan atau strangulsi
membuat herniotomi daerah tersebut kabur, sehingga dapat memacu infeksi pascabedah dan
timbulnya kekambuhan. Terdapat indikasi kontra tindakan terapi konservatif, jika ditemukan
tanda radang pada benjolan, peritonitis dan tanda-tanda perforai usus yang mengisi kantung
hernia.
diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar, sedang bial hidrocele
benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum , maka dilakukan pada satu
sisi , sedangkan disisi yang berlawanan diperiksa melalui diapanascopy. Bial tampak bening
berarti hidrocele (diapanascopy +). Pada hernia: canalis inguinalis teraba usus. Perkusi pada
hernia akan terdengar timpani karena berisi usus. Fluktuasi positif pada hernia. b.
Kriptochismus Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinanya hanya sampai
kanalis inguinalis c. Limfadenopati/ limfadenitis inguinal d. Varises vena saphena magna
didaerah lipat paha e. Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka
2.10. Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu
10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang
terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia
direk, khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi
yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantung. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung
dan biasanya dalam regio tuberkulum pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang
untuk perbaikan yang berhasil, kekambuhan setelah hernioplasti prostesisanterior paling baik
dilakukan dengan pendekatan preperitoneal atau secara anterior dengan sumbat prostesis.
2.11. Komplikasi
Hernia Akreta; Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel; ini
dapat terjadi kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal
(hernia geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. -
Hernia Strangulasi; isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate
yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau
parsial. - Hernia inkarserasi retrograde; (jarang terjadi) yaitu dua segmen usus terperangkap
didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti
hurup W.
2.12. Pencegahan
Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut Untuk mencegah
terjadinya kekambuhan, hindarkan anak dari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga
perut, misalnya batuk dan bersin yang kuat, konstipasi (sembelit), mengejan, serta
mengangkat barang berat. Usahakan anak tidak mengejan kuat ketika buang air kecil atau
besar. Jelaskan pada anak mengenai risiko batuk dan mengejan. Anda pun bisa menggunakan
kondisi ini sebagai alasan agar anak menghindar terlalu banyak permen (menghindari batuk),
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hernia inguinalis merupakan jenis hernia yang paling sering ditemukan pada bayi dan
anak. Diagnosis dapat dilakukan secara klinis tanpa membutuhkan pemeriksaan penunjang,
resiko inkarserasi dan strangulasi lebih sering didapatkan pada bayi premature dan usia kurang
dari 6 bulan. Herniotomi berencana sebaiknya dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan,
Grace PA. dan Borley NR. 2006. At Glance Ilmu Bedah. Erlangga. Jakarta. Indonesia.