Pembimbing :
dr. Herizal Razali, Sp.OG
Disusun Oleh:
Putri Intan Sari
102119001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus degan judul “Letak
Sungsang dan CPD”.
Penulisan refarat ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Batam.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, yakni
dr. Herizal Razali, Sp. OG yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dalam kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai
koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya semoga refarat ini bermanfaat. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin,2008).
Persalinan dibagi menjadi 2, yaitu persalinan fisiologi dan persalinan
patologi.
Persalinan Fisiologis
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun padajanin.
Persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap(10cm).
2) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir.
3) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnyaplasenta.
4) Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum.
Persalinan Patologis
Persalinan patologisdisebut juga dengan dystocia berasal dari
bahasa Yunani.Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya
7
C. KlasifikasiLetakSungsang
Menurut Sulaiman, Djamhoer, dan Firman (2005; h. 132) klasifikasi
letak sungsang dibagi menjadi :
8
janin.
D. Etiologi
Menurut Myles(2009) penyebab dari letak sungsang sering kali tidak
ada penyebab yang bisa diidentifikasikan, tetapi berbagai kondisi berikut ini
mendorong terjadinya presentasi bokong diantaranya :
a. Persalinan prematur. Presentasi bokong relatif sering terjadi
sebelum usia gestasi 34 minggu sehinggga presentasi bokong lebih
sering terjadi pada persalinan prematur.
b. Tungkai ekstensi. Versi sefalik spontan dapat terhambat jika
tungkai janin mengalami ekstensi dan membelit panggul.
c. Kehamilan kembar. Kehamilan kembar membatasi ruang yang
tersedia untuk perputaran janin, yang dapat menyebabkan salah
satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong.
d. Poli hidroamnion. Distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang
berlebihan dapat meyebabkan presentasi bokong.
e. Hidrosefalus. Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung
terakomodasi didalam fundus.
f. Abnormalitas uterus. Distorsi ronggauterus oleh septum atau
10
E. Patofisiologi
Menurut Sarwono (2007) letak janin dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang
yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus.
F. Penegakkan Diagnosis
Pemeriksaan palpasi Leopold:
Leopold I : untuk mengetahui bagian yang berada pada bagian atas
fundus. Pada presentasi bokong akan teraba kepala
11
Pemeriksaan auskultasi
Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ biasanya
terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas umbilikus, sedangkan
bila telah terjadi engagement kepala janin, suara jantung terdengar
paling keras di bawah umbilikus.
Pemeriksaan USG
Untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan bila
mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
Pemeriksaan dalam
Pada presentasi bokong murni, teraba sacrum, anus, kedua
tuberositas iskiadika, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut,
genitalia eksterna dapat dikenali (Cunningham, 2006). Perlu
diperhatikan perbedaan dengan presentasi muka. Cara membedakannya
dengan melakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya sebagai berikut :
a) Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang tidak ada
hisapan, terdapat mekonium, kesimpulannya adalah anus.
b) Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah prosesus
zigomatikus, maka kesimpulan tersebut adalah mulut.
c) Apabila menemukan tumit, sudut 90° dengan jari-jari rata,
12
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk memastikan
perkiraan klinis presentasi bokong dan bila mungkin untuk
mengidentifikasi adanya anomali janin (Cunningham, 2006).
Pemeriksaan sinar X : Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan
diagnosis maupun memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu
(Oxorn, 2010)
H. Penatalaksaan
Penatalaksanaan untuk kehamilan letak sungsang antara lain:
(3) Lakukan pada saat sebelum tidur, sebelum mandi, selain itu
telah melakukan knee chest secara tidak langsung pada
waktu melaksanakan sholat.
(3) Latihan ini hanya efektif jika usia kehamilan maksimal 35-
13
36 minggu.
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik,
maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar. Tujuannya
adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala. Hal ini dilakukan
pada primi dengan kehamilan 34 minggu multi 36 minggu, dan
tidak ada panggul sempit, gemelli, atau plansenta previa.
(1) Lebih dahulu bokong lepaskan PAP dan ibu berada dalam
posisitrandelenburg.
(a) Perdarahan
(c) Infeksi
Trauma persalinan
Arti nilai:
Arti nilai:
<3 : Persalinan per abdominal
4 : Evaluasi kembali, khususnya badan janin, bila nilai tetap, dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : Dilahirkanpervaginam
16
yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.
a) Mueller
(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai
bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan
dengan mengait lengan dibawahnya.
19
(2) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang
masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu
belakang lahir (Wiknjosastro,2007).
Gambar 2.8:(kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila
perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan.
b) Klasik
(1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perutibu.
20
(3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang
sama lengan dapat dilahirkan (Wiknjosastro,2007).
21
c) Lovset
(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga
bahu belakang menjadi bahu depan.
(2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan
dapatdilahirkan.
Gambar 2.13:Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800
kearah yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah
arcus pubis dan dapat dilahirkan.
sehingga bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan
dapat dilahirkan.
d) Mauriceau
Gambar 2.16:Jari tengah masuk ke dalam mulut bayi, jari telunjuk dan jari
manis berada di fossa canina.
23
3) Full Extraction
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi
syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi.
Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung,
persalinanmacet.
Gambar 2.17:Kaitkan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan.
Gambar 2.21:Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari
kaki janin.
(6) Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk
melahirkan trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong
lahir (Gambar2.24).
Gambar 2.28:Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang
diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.
Keunggulan :
(1) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
(2) Bahaya peritonitis tidakbesar.
(3) Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya rupture uteri di
kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen
bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b) Insisi Uterus
(1) Insisi Klasik
Insisi klasik yaitu insisi vertikal ke dalam korpus uterus di
atas segmen bawah uterus dan mencapai fundus uterus, sudah
jarang digunakan saat ini (Cunningham, 2005).
b) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteria uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
c) Komplikasi-komplikasi
Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, emboli paru- paru,
dan sebagainya.
A. CPD (
A. DEFINISI
Disproporsi kepala panggul merupakan suatu keadaan dimana kepala
atau tubuh bayi tidak pas melewati pelvis ibunya. Disproporsi kepala
panggul merupakan ketidakssesuaian antara kapasitas panggul dengan
ukuran – ukuran kepala janin.
B. ANATOMI
Persalinan normal berlangsung karena adanya kerjasama ketiga faktor
penting berikut:
1. Power, yaitu kualitas dan frekuensi dari kontraksi rahim dan
kekuatan mengejan ibu.
2. Passage, yaitu bentuk dan ukuran dari tulang dan jaringan
lunak dari panggul ibu.
3. Passanger, yaitu ukuran janin.
Ginekoid; panggul
panggul paling untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Panjang diameter anteri-posterior kira – kira sama dengan
diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
Android, bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya
pria yang mempunyai jenis ini, panjang diameter antero-
posterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi
yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Bagian
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita.
Antropoid, bentuk pinti atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang antero – posterior lebih besar daripada diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
Platipelloid, sebenarnya ini jenis ginekoid yang menyempit pada
arah muka belakang. Ukuran melintang lebih besar daripada
ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.
35
False (anterior)
Hind (posterior)
Bentuk kombinasi, yaitu ginekoid – anthropoid, andro –
platipeloid, dan lain – lain.
36
C. KLASIFIKASI
Disproporsi kepala panggul ada dua macam, yaitu :
Diproporsi absolut, terjadi bila tidak terdapat kemungkinan untuk
persalinan pervaginam. Pada keadaan ini, panggul ibu memang
sempit atau kepala bayi besar. Penyebab terjadinya disproporsi
absolut diantaranya bayi lebih besar dari 5 kg, hidrosefalus, kelainan
kongenital, kerusakan panggul karena trauma, kesempitan panggul
akibat osteomalacia dari usia muda.
Diproporsi relatif, merupakan keadaan dimana ukuran bayi mungkin
besar tapi jika kepala dapat flexi dengan baik dan kontraksi uterus
baik sehingga persalinan pervaginam dapat terjadi walaupun
membutuhkan waktu yang lama. Keadaan ini disebabkan oleh
kelainan presentasi atau posisi dari kepala bayi, namun ukuran –
ukuran panggul maupun kepala bayi dalam batas normal.
D. ETIOLOGI
Disproporsi kepala panggul dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
sebagai berikut:
Kenaikan berat badan janin
Bayi yang sangat besar karena faktor keturunan dengan BB
kira – kira 5 – 10 Kg.
Bayi postmature, ketika kehamilan sudah berjalan 42 minggu.
Bayi yang ibunya mempunyai riwayat penyakit DM, sehingga
memilki kecenderungan ukuran bayi besar.
Bayi yang ibunya memiliki beberapa anak, cenderung tumbuh
lebih besar dan lebih berat.
Posisi janin
Posisi Occipito – posterior. Pada posisi ini janin menghadap
pada perut ibunya, membelakangi punggung ibunya.
Presentasi muka
Presentasi dahi
37
janin berada dalam posisi kepala, sedangkan presentasi yang lain dikatakan
sebagai malpresentasi. Sekitar 3% janin berada dalam presentasi bokong,
presentasi muka 1 diantara 500 persalinan, sedangkan presentasi dahi 1
diantara 1500 persalinan.
Pada persalinan normal, kepala janin pada saat melewati jalan lahir
dalam keadaan fleksi. Dalam keadaan tertentu hal tersebut tidak terjadi,
sehingga kepala dalam keadaan defleksi. Bergantung pada derajat
defleksinya, maka dapat terjadi presentasi puncak kepala. Presentasi puncak
kepala disebut juga sinsiput, terjadi bila derajat defleksinya ringan, sehingga
ubun – ubun besar merupakan bagian terendah.
E. DIAGNOSA
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada
primigravida pada akhir kehamilan, anak belum masuk pintu atas panggul
dan ada kesalahan letak janin. Jika ibu memilki tinggi badan kurang dari 140
cm, curigai adanya disproporsi kepala pinggul.
Bukti klinis dari disproporsi yang sesungguhnya adalah tumpang tindih
dari bagian terendah janin yang progresif (molding) tanpa disertai turunnya
bagian terendah tersebut. Bila keadaan ini terjadi, persalinan pervaginam
merupakan hal yang sangat berbahaya dan tidak mungkin dilakukan.
Setelah kepala memasuki atas panggul, distosia biasanya muncul akibat
kombinasi antara kontraksi uterus yang tidak adekuat dengan usaha meneran
ibu yang tidak efektif yang tidak disertai dengan malpresentasi janin dan
berbagai derajat asistensi jaringan lunak daerah panggul.
Untuk menjelaskan hubungan besarnya ukuran kepala janin dengan
panggul ibu, beberapa hal harus didapatkan :
Uterus harus berkontraksi secara efisien
Kepala bayi harus tumpang tindih secara efektif (molding)
Kepala janin harus bergerak dengan tepat dalam panggul,
masuknya kepala dalam posisi melintang yangpaling sering
terjadi
Diameter panggul harus maksimal
Serviks harus memberikan kemudahan bagi jalan lahir,
pendataran pada akhir kehamilan merupakan persyaratan yang
esensial bagi keberhasilan persalinan
bagian kepala telah turun. Pada keadaan ini, penentuan station secara akurat
sangatlah sulit bila hanya melakukan palpasi pada bagian terendah.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan perabdominal dengan manuver Osborn
Pasien diletakkan pada posisi terlentang dengan tungkai
sedikit flexi. Kepala janin dipegang dengan tangan kiri
pemeriksa. Dua jari tangan kanan diletakkan di atas simfisis,
dimana permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis untuk menentukan derajat tumpang tindih ketika kepala
janin ditekan ke bawah dan ke belakang. Hasilnya adalah :
a) Bila kepala dapat ditekan ke dalam panggul tanpa
tumpang tindih dari tulang parietal berarti tidak terdapat
disproporsi.
b) Kepala dapat ditekan sedikit, tapi terdapat sedikit
tumpang tindih dari tulang parietal (sekitar 0,5 cm)
berarti terdapat disproporsi sedang.
40
tengah atau pintu bawah panggul. Alasan lainnya adalah bahwa kepala janin
dapat digunakan sebagai pelvimeter pada kesempitan bidang anteroposterior
pintu atas panggul.
Panggul sempit relatif; jika konjugata vera antara 8,5 -10 cm.
Panggul sempit absolut; jika konjugata vera </= 8,5 cm.
Keterangan :
BBJ : Berat Badan Janin dalam gram
MD : Ukuran Mac Donald dalam cm
Kepala belum H III : (MD – 13).
Kepala di H III : (MD – 12).
Kepala lewat H III : (MD – 11).
Bila ketuban sudah pecah ditambah10%.
Daya akomodasi
120
115
Keterangan :
DT : Diameter transversa
AP : Diameter Anteroposterior
DI:Diameterinterspinarum
44
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologic pelvimetry
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang
pada beberapa keadaan dilakukan dengan sinar X untuk
mengetahui hubungan antara pintu atas panggul dengan besar
kepala janin. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat
mendeteksi adanya gangguan penurunan kepala bayi yang
disebabkan oleh jaringan lunak panggul.
Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto :
a) Pintu atas panggul, ibu dalam posisi setengah duduk
(THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus di
atas pintu atas panggul.
b) Foto lateral, ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen
diarahkan horisontal pada trochanter major dari
samping.
o Diameter transversa
o Distansia interspinarum
o Jenis pelvis
o Konjugata diagonalis – konjugata vera
o Dalamnya pelvis
o Diameter AP pintu bawah
o Diameter sagitalis posterior (CALDWELL)
o Bentuk sacrum, spina ischiadika
Ukuran pelvis
Diameter pelvis dihitung dengan cara:
a) THOMS, sentimeter – grid atau
b) Matematika, menurut prinsip segitiga siku – siku :
Rumus : X : b = c : a
G. PENATALAKSANAAN
Pada panggul sempit relatif dapat diketahui adanya disproporsi kepala
panggul sebelum mulainya proses persalinan dengan dilakukan test of labor
atau trial of labor. Test of labor dilakukan pada kala II dimana sudah terjadi
pembukaan lengkap dan ketuban pecah disertai kontraksi uterus yang baik
kemudian dilakukan pimpinan persalinan selama 1 jam dan dievaluasi
apakah janin dapat lahir pervaginam pada saat itu. Jika bayi tidak dapat lahir
pervaginam diputuskan untuk dilakukan section sesarea. Sedangkan trial of
labor dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atau 2 jam sebelum
kala II. Jika kepala tidak turun dengan baik, tindakan yang benar adalah
melakukan sectio sesarea. Pada panggul sempit absolut dilakuan tindakan
sectio sesarea.
Dahulu ada 2 tindakan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan
axis – traction forceps untuk membawa kepala janin yang ukuran besarnya
belum melewati pintu atas panggul ke dalam rongga panggul dan terus
keluar. Tindakan ini sangat berbahaya bagi ibu dan janin, kini diganti dengan
sectio sesarea yang jauh lebih aman. Induksi partus prematurus umumya
juga tidak dilakukan lagi. Keberatan tindakan ini adalah kesulitan untuk
menetapkan apakah janin walaupun belum cukup bulan, sudah cukup tua,
47
dan besar untuk hidup dengan selamat diluar tubuh ibu. Atau apakah kepala
janin dapat aman melewati kesempitan pada panggul bersangkutan.
Belakangan ini ada 2 cara yang , merupakan tindakan yang utama untuk
menangani persalinan pada CPD, yaitu dengan Seksio sesarea dan partus
percobaan. Disamping itu kadang – kadang ada indikasi untuk melakukan
simfisiotomi dan kraniotomi. Namun simfisiotomi jarang sekali dilakukan di
Indonesia, sedangkan kraniotomi hanya dikerjakan pada janin yang mati.
Sectio sesarea
Sectio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalianan dan secara
sekunder yaitu sesudah persalinan berlangsung selama beberapa
waktu.
Sectio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan
pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup
berat, atau karena terdapat CPD yang nyata. Selain itu sectio sesarea
dilakukan pada kesempitan ringan apabila ada faktor – faktor lain
yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua,kelainan letak
janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang
mengalami massa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain –
lain.
Sectio sesarea sekunder dilakukan karena persalinan percobaan
dianggap gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin, sedang syarat – syarat untuk persalinan
pervaginam tidak atau belum dipenuhi.
Persalinan percobaan
Persalinan percobaan merupakan suatu penilaian, untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalo –
pelvik. Menurut pendapat lama, persalinan percobaan merupakan
suatu keadaan pada primi dengan panggul sempit sedang, anak hidup,
hiss baik, pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah, dan dalam 2
jam kepala tidak turun.
48
Infeksi intrapartal
Kematian janin intrapartal
Prolaps funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat
besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera
apabila ia masih hidup.
Perdarahan intrakranial
53
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin,2008).Persalinan dibagi
menjadi 2, yaitu persalinan fisiologi dan persalinan patologi.
Persalinanfisiologisadalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun padajanin.
Persalinanpatologisdisebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa
Yunani.Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan.
Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi
ibu dan anak. (Departemen ofGynekologi).
Persalinan sungsang adalah persalinan dengan letak atau posisi bayi
tidak normal yaitu bokong berada di bagian bawah atau di daerah pintu atas
panggul sedangkan kepala berada pada fundusuteri.Menurut Myles(2009)
penyebab dari letak sungsang sering kali tidak ada penyebab yang bisa
diidentifikasikan,tetapi berbagai kondisi berikut ini mendorong terjadinya
presentasi bokong diantaranya :Persalinan prematur, tungkai ekstensi,
Kehamilan kembar, polihidroamnion, hidrosefalus, abnormalitas uterus,
plasentaprevia, panggul sempit, multiparitas, bobot janin relatif rendah, rahim
yang sangat elastis. (Sujiyatini dkk, 2011).
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang tidak kalah penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan
luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi kepala panggul atau
tidak. Masih ada faktor – faktor lain yang ikut menentukan apakah persalinan
pervaginam akan berlangsung dengan baik atau tidak, akan tetapi factor –
factor ini baru dapat diketahui pada waktu persalinan, seperti kekuatan hiss
dan terjadinya moulage kepala janin.
Istilah disproporsi kepala panggul sering digunakan untuk menjelaskan
persalinan yang tidak efektif sehingga perlu dilakukan section sesarea. Istilah
disproportion kepala panggul digunakan untuk menjelaskan obstruksi
persalinan akibat ketidaksesuiaikan antara ukuran kepala janin dan panggul
ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Saat ini sebagian
disproportion disebabkan oleh malposisi kepala janin – ansiklitismus atau
memanjangnya diameter – diameter tulang kepala janin, akibat kontraksi
uterus yang tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Amru S. In: Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri (3rd ed). Jakarta: ECG,
2011;p.243-50.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC,
Wenstrom KD.In: Obstetri Williams (21st ed). Jakarta: ECG, 2004;
p. 559-81.
LevenoKJ,CunninghamFG,GantNF,AlexanderJM,BloomSL,CaseyBM,
et al. Pelahiran Bokong. In: William Obstetri Panduan Ringkas
(21st ed). Jakarta: ECG, 2009; p. 229-48.
ObstetriWilliams:Panduanringkas/KennethJ.Leveno[etal.];alih bahasa,
Brahm U.Pendit; editor bahasa Indonesia, Egi Komara
Yudha,NikeBudhiSubekti– Edisi21–J akarta:EGC,2009.
Prawirohardjo S.In:IlmuKebidanan.Jakarta:YayasanBinaPustakaSarwon
o Prawirohardjo, 2008; p.609-11.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta : Tri Dasa Printer
O’Grady JP, Petrie RH, Gimovsky ML, Knee DG. Normal and abnormal Labor.
In: O’Grady JP’ gomovsky ML eds. Opertive Obstetrics. 1 st ed.
Baltimore : Williams and Wilkins, 1995: ppl153-76.
Cuningham FG, Gant N.F, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC Wenstrom KD.
William Obstetrics. 21st ed. London:McGraw-Hill,2001:pp430-40,757-
60.