Angka morbiditas dan mortalitas maternal di Indonesia, menurut Unicef (2013) masih
tinggi. Secara umum, angka mortalitas maternal di Indonesia medio tahun 2013 mencapai
359 per 100.000 kelahiran hidup dengan angka kematian bayi 32 per 1000 kelahiran hidup.
Angka tersebut menempatkan Indonesia di peringkat kedelapan bila dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya (BKKBN, 2014). Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia
atau SDKI (2012) melaporkan bahwa terjadi peningkatan angka mortalitas maternal yang
semula 228 di tahun 2007 menjadi 359 di tahun 2012. Di Sumatera Selatan sendiri juga
terjadi peningkatan mortalitas maternal yang semula 131 di tahun 2010 dan 2011 menjadi
148 di tahun 2012 (Depkes, 2012). Tingginya angka mortalitas maternal di Indonesia tidak
terlepas dari tingginya angka morbiditas maternal yang menjadi penyebab mortalitas
maternal. Banyak hal yang mempengaruhi morbiditas maternal, salah satunya adalah
komplikasi persalinan. Salah satu bentuk dari komplikasi persalinan adalah malpresentasi.
Malpresentasi yang paling sering dijumpai adalah kelainan presentasi bokong.
Presentasi bokong dapat didefinisikan sebagai janin dengan letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Presentasi bokong
meningkatkan risiko terjadinya hipoksia dantrauma lahir pada perinatal. Presentase kejadian
presentasi bokong mencapai mencapai 3 – 4 % dari seluruh kehamilan tunggal pada umur
kehamilan cukup bulan (≥37 minggu). presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai.Penyebab terjadinya presentasi bokong belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor yang sering dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya presentasi
bokong adalah prematuritas, abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa,
multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan
riwayat presentasi bokong sebelumnya. Klasifikasi presentasi bokong diperlukan untuk
menseleksi pasien yang akan dicoba persalinan pervaginam. Presentasi bokong dapat
digolongkan menjadi presentasi bokong murni (60-70% kasus), bokong komplit (10% kasus),
dan kaki. Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomedasikan untuk tidak dilakukan
percobaan persalinan pervaginam.
Kontroversi masih terjadi dalam pilihan cara persalinan presentasi bokong. Hal tersebut
hendaknya tidak membuat kekhawatiran terjadinya kematian atau morbiditas perinatal
membuat semua presentasi bokong dilakukan bedah sesar. Argumentasi atas hal tersebut
adalah (a) morbiditas dan mortalitas pada perinatal pada presentasi bokong tidak semata-mata
berkaitan dengan cara persalinannya, akan tetapi berhubungan dengan trauma persalinan,
prematuritas dan kelainan congenital, (b) protocol khusus yang dikembangkan penanganan
persalinan dengan presentasi bokong memberikan luaran yang serupa dengan luaran bedah
sesar efektif. Trauma janin dalam presentasi bokong dapat terjadi baik pada persalinan secara
sesar maupun vaginal.
Definisi
Persentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki
atau kombinasi keduanya. Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering
dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara
25 – 30% dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor risiko selain prematuritas yaitu abnormalitas struktural uterus,
polihdramnion, plasenta previa, mulitparitas, mioma uteri, kehamilan multiple, anomali janin
(anensefali, hidrosefalus) dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.
Klasifikasi
Presentasi bokong pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin > 2500 gram,
yaitu:
1. 65% adalah Frank Breech
2. 10% adalah Complete Breech
3. 25% adalah Footling Breech
Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai
denominator (“fetal point of reference to the maternal pelvis”) sedangkan stasiun janin pada
presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong atau letak lintang.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang kehamilan aterm,
kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi belakang
kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau
mendekati aterm.
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah relaksasi
uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel, hidramnion, oligohidramnion,
hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor
dalam panggul juga pada plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri.
Fianu dan Vacclanova (1978) melalui pemeriksaan USG menemukan bahwa prevalensi
letak sungsangtinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal. Ada beberapa situasi yang
memungkinkan terjadinya letak sungsang:
Kelahiran prematur. Bila lahir saat bayi masih berukuran kecil untuk bergeraksecara
bebas didalam uterus.
Plasenta terletak di daerah fundus. Plasenta mengambil ruang dari bagian atasuterus
sehingga fetus mempunyai ruang yang lebih sempit.
Bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagianbawah
dariuterus.
Fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar)
Multiparitas
Terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion.
Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuaidengan
pintu atas panggul
Pada kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang saat usia kehamilan aterm.
Epidemiologi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal
pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu). Beberapa peneliti lain seperti Greenhill
melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital
3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak
sungsang, sedangkan Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan 4,4 % dan Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung 4,6%, di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun
2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.Dari semua persalinan
diperoleh 2,5–3% merupakan persalinan presentasi bokong, diantaranya 75% presentasi
bokong sempurna dan 25% presentasi bokong tidak sempurna seperti presentasi kaki dan
lutut.
Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Sedangkan morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi
daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin, dan jenis
presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia,
trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18%
pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.