Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………………….… ii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi...............................................................................................................4

2.2 Klasifikasi Letak Sungsang................................................................................5

2.3 Etiologi............................................................................................................. ..5

2.4 Patofisiologi .......................................................................................................7

2.5 Diagnosa.............................................................................................................7

2.6 Penanganan Selama Kehamilan .........................................................................8

2.7 Mekanisme Persalinan........................................................................................9

Daftar Pustaka...................................................................................................... 31

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada
persalinan presentasi bokongyang terpenting adalah prematuritas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna, denganakibat hipoksia atau perdarahan di dalam
tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokongbanyak dihubungkan dengan usaha
untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakanuntuk mengatasi macetnya
persalinan. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundusuteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (2). Tipe
letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete
breech (5-10%) yaitu tungkai atas luruskeatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-
30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,presentasi kaki. Letak sungsang terjadi
pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang berkurangdengan
bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari
28minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan, 1-3% pada kehamilan
aterm.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi
pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada
7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang
terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak
sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Baik ibu maupun
janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan
letak kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko
infeksi pada ibu. Pada janin, mortalitas tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
presentasi verteks, hal ini disebabkan karena setelah sebagian janin lahir maka uterus
akan berkontraksi yang berakibat pada gangguan sirkulasi uteroplasenta, janin akan
bernafas, dan terjadilah aspirasi air ketuban, mekonium, lendir dan darah. Untuk

2
menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang
komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang
diagnosis dalam hal ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu
diagnosis dan pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini bisa dilakukan. Dalam
kehamilan, mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang,
terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi
presentasi kepala. Sedangkan dalam persalinan, untuk menolong persalinan letak
sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan
persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan persalinan dan tidak ada tanda-
tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan
tindakan yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran janin. Letak sungsang ini akan
memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan letak kepala baik dalam
persalinan pervaginam maupun sectio cesarea. Persalinan pervaginam sungsang terdiri
dari tiga jenis yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya memiliki
resiko terutama pada fetal seperti asfiksi dan lainnya sedangkan indikasi untuk
melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi umum section
cesarea secara umum.( Rayburn, William F. Dkk.2001.Obstetri dan Ginekologi. Widya
Medika. Jakarta )
Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa teknik atau perasat yang
digunakan pada situasi berbeda pada letak sungsang, namun semuanya memiliki tujuan
yang sama yaitu melahirkan bayi dengan selamat. Ada beberapa komplikasi yang
mungkin timbul dalam persalinan sungsang yang dapat mempengaruhi prognosis ibu
dan bayi yang dilahirkan yang sedapat mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik
persalinan sungsang dengan baik guna mencapai “well born baby” dan “well health
mother”. (http://www.scribd.com/doc/51013171/Persalinan-LETAK-SUNGSANG oleh
bidan Febri)

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, di harapkan mahasiswa dapat memahami
tentang persalinan letak sungsang dan dapat memberikana asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan letak sungsang.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi letak sungsang

3
b. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi letak sungsang
c. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis letak sungsang
d. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi letak sungsang
e. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang letak sungsang
f. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan letak sungsang
g. Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan persalinan letak sungsang

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PERSALINAN LETAK SUNGSANG

2.1 Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah
cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998 : 157)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi


yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. (Obstetri Fisiologi hal: 221)

Letak sungsang adalah letak memanjag dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentasi bokong ). ( Obstetri Patologi hal: 169)

Persalinan adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus
dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan
terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya. (http://yatinem.wordpress.com
/2009/02/22/asuhan-kebidanan-dengan-multigravida-letak-sungsang/)

Letak sungsang dimana janin yang memanjang (membujur) dalam rahim kepala di
fundus (Mochtar, 1998, 1998 : 350)

Letak sungsang pada persalinan justru kepala yang merupakan bagian terbesar
bayi akan lahir terakhir (Manuaba, 1998 : 360)

Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Sarwono P, 1992 : 606)

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. (http://obsgin-
fkunram.blogspot.com/2009/02/letak-sungsang.html )

Persalinan letak sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang


membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong
atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.

5
(http://imadeharyoga.com/2008/10/penanganan-untuk-kehamilan-dan-persalinan-letak-
sungsang/)

Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro,
2008 : 606).

Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke


dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254)

2.2 Klasifikasi Letak Sungsang


Letak sungsang sendiri dibagi menjadi:

Letak bokong Murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank
Breech“. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke
atas.

Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki
dalam bahasa Inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau
tidak sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.

Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam bahasa
Inggris kedua letak tersebut disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya
kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.( Obstetri Patologi hal :169 )

Dari letak – letak tersebut, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung
biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan
muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida
daripada primigravida.

2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus,
plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan
uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak
didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta

6
mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan fetus juga dapat menyebabkan
letak sungsang seperti malformasi CNS, massa di leher, aneuploid.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
 Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
 Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
 Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
 Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
 Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
 Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
 Gemeli (kehamilan ganda) 
 Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
 Janin sudah lama mati.
 Sebab yang tidak diketahui.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir 
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar 

7
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas

Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga
terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar
dan keras serta palinglambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju
kearah pintu atas panggul. Dengangerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum
dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas
panggul. (Manuaba, 1998 : 361 )

2.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus
tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.

2.5 Diagnosa
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu,
pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan
dalam, USG dan Foto sinar-X. Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah,
di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras ( kepala ) mendesak tulang iga.
Antara tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak, tapi jenis
kelamin anak hanya dapat ditentukan kalau oedem tidak terlalu besar.
Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus dibedakan dari muka
karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai jung os
sacrum sedangkan mulut disangka anus.

8
Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang menyerupai deretan processi
spinosi yang disebut crista sacralis media. (Mochtar, 1998 : 352)
 Palpasi
Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian – bagian kecil pada
pihak yang berlawanan. Di atas symphyse teraba bagian yang kurang bundar dan
lunak.
 Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dan pusat. Bunyi
jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat..
 Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii dan anus, kadang-kadang kaki (pada letak
kaki). Kalau pembukaan sudah besar maka pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3
tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum
dapat dikenal sebagai tulang meruncing dengan deretan processi spinosi di tengah –
tengah tulang tersebut.
 Pemeriksaan foto rontgen : Bayangan kepala pada fundus.

2.6 Penanganan Selama Kehamilan


Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindari. Untuk itu bila pada waktu antenatal ditemukan letak sungsang hal yang harus
dilakukan adalah:
· Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan letak sungsang.
· Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest,  yaitu meletakkan kepala diantara
kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan
sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan
gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar
bagian kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan
“anti sungsang”        
· Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu
tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan
amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat
memutar dengan sendirinya.

9
· Lakukanlah rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan untuk melakukan
USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk mengetahui presentasi janin,
mengetahui jumlah cairan amnion, letak plasenta dan keadaan plasentanya.
· Konseling kepada ibu mengenai pilihan untuk melahirkan jika saat umur kehamilan
35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala.
· Konseling dan diskusikan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
pilihan persalinan tersebut.

2.7 Mekanisme Persalinan


Jenis persalinan pada presentasi sungsang ada 2, yaitu pervaginam dan Sectio
Caesarea :
1) Pervaginam
Terdapat perbedaan dasar antara persalinan pada presentasi sungsang dengan
persalinan pada presentasi belakang kepala. Pada presentasi belakang kepala, bila
kepala sudah lahir maka sisa tubuh janin akan mengalami proses persalinan
selanjutnya dan umumnya tanpa kesulitan.
Pada presentasi sungsang, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin tidak
selalu dapat diikuti dengan persalinan kepala secara spontan. Dengan demikian
maka pertolongan persalinan sungsang pervaginam memerlukan keterampilan
khusus dari penolong persalinan. Engagemen dan desensus bokong terjadi melalui
masuknya diameter bitrochanteric bokong melalui diameter oblique panggul.
Panggul anterior anak umumnya mengalami desensus lebih cepat
dibandingkan panggul posterior.
Pada saat bertemu dengan tahanan jalan lahir terjadi putar paksi dalam sejauh
450 dan diikuti dengan pemutaran panggul anterior kearah arcus pubis sehingga
diameter bi-trochanteric menempati diameter antero-posterior pintu bawah panggul.
Setelah putar paksi dalam, desensus bokong terus berlanjut sampai perineum
teregang lebih lanjut oleh bokong dan panggul anterior terlihat pada vulva. Melalui
gerakan laterofleksi tubuh janin, panggul posterior lahir melalui perineum.
Tubuh anak menjadi lurus ( laterofleksi berakhir ) sehingga panggul anterior
lahir dibawah arcus pubis. Tungkai dan kaki dapat lahir secara spontan atau atas
bantuan penolong persalinan. Setelah bokong lahir, terjadi putar paksi luar bokong
sehingga punggung berputar keanterior dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat
itu diameter bisacromial bahu sedang melewati diameter oblique pintu atas
panggul.

10
Bahu selanjutnya mengalami desensus dan mengalami putar paksi dalam
sehingga diameter bis-acromial berada pada diameter antero-posterior jalan lahir.
Segera setelah bahu, kepala anak yang umumnya dalam keadaan fleksi
maksimum masuk panggul melalui diameter oblique dan kemudian dengan cara
yang sama mengalami putar paksi dalam sehingga bagian tengkuk janin berada
dibawah simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak lahir melalui gerakan fleksi.
Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter tranversal panggul dengan
sacrum di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan pada posisi tranversal ini
sama dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak pada jauhnya putar
paksi dalam ( dalam keadaan ini putar paksi dalam berlangsung sejauh 900 ).
Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga
punggung anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini sedapat
mungkin dicegah oleh karena persalinan kepala dengan dagu didepan akan jauh
lebih sulit bila dibandingkan dengan dagu di belakang selain itu dengan arah
pemutaran seperti itu kemungkinan terjadinya hiperekstensi kepala anak juga
sangat besar dan ini akan memberi kemungkinan terjadinya “after coming head”
yang amat besar.
Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan
cermat mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta
keadaan umum ibu. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan
kemajuan persalinan. Persiapan tenaga penolong persalinan – asisten penolong
persalinan – dokter anak dan ahli anaesthesi.
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneous breech).
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, tanpa tarikan ataupun
manipulasi selain menyangga bayi. Cara ini disebut cara Bracht.
b. Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction).
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

11
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui “seven cardinal
movement” yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan sungsang
pervaginam:
a.    Persalinan Bokong
b.    Persalinan Bahu
c.    Persalinan Kepala
Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”)
dibagi menjadi 3 tahap :
1. Fase Lambat Pertama
Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus. Disebut fase lambat oleh
karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan
jalannya persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya
persalinan.
2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh karena
dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus sudah
berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP
sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Fase lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap
persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu
cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi
kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

Manuver untuk melahirkan BAHU DAN KEPALA :


Pertolongan persalinan secara Bracht
Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan,
kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat
laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Kemudian
bayi diletakkan diperut ibu dan dilakukan asuhan pada bayi baru lahir.
Pada manuver ini penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, dan hanya
membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak
sungsang. Tetapi tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk
mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.

12
Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang
sekitar 5 cm. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his
berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan
terselesaikan. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah,
bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada
pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong
janin (gambar 1)
Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke
perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir . Setelah kaki lahir,
pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada
lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin
(gambar 2)
Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan
( gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau kearah
kanan sesuai dengan posisi punggung anak. Gerakan hiperlordosis tersebut terus
dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah
jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti
pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

13
Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

Prognosis :
 Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang
kepala.
Prognosa lebih buruk oleh karena :
 Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya
peristiwa “after coming head”.
 Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.

Sebab kematian anak:


 Talipusat terjepit saat fase cepat.
 Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala
anak pada fase lambat kedua.
 Trauma collumna vertebralis.
 Prolapsus talipusat.

EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM


atau manual aid, terdiri dari 3 tahapan :
1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).
2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.

14
Untuk melahirkan BAHU DAN LENGAN dapat dilakukan manuver klasik, muller
atau Lovset. 

Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam

Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong
berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior
superior ; ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha
(gambar 3). Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan
(hambatan) jalan lahir.

Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara
berikut:

Pengeluaran lengan secara Klasik/Deventer


Digunakan jika bahu masih tinggi. Pada dasarnya, lengan kiri janin dilahirkan
dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan kanan janin dilahirkan dengan
tangan kanan penolong. Kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang. Bokong
dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan dua tangan, badan ditarik ke
bawah sampai ujung bawah scapula depan kelihatan dibawah simfisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan
dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas, sehingga perut janin kea rah perut ibu,
tangan penolong yang satu dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri
punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fossa kubiti. Dua jari tangan
tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin
dikeluarkan dengan jari-jari tersebut. Untuk mengeluarkan lengan depan, dada dan

15
punggung janin dipegang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar untuk
mengubah lengan depan supaya berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara
yang sama.

Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke


atas atau berada di belakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat
membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat
dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan
sebagai lengan depan. Kedua kaki dipegang dengan tangan bertentangan dengan
lengan depan utnuk menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin
mengarah ke bokong ibu. Tangan yang lain menulusuri punggung janin menuju ke
lengan depan sampai fossa kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari
yang sejajar dengan humerus.
Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan
dibawah simfisis.
Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan
kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis
Tehnik :

Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

16
Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan
penolong berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh
mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.
Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan
telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan
kemudian dengan gerakan “mengusap muka janin ”, lengan posterior bawah bagian
anak dilahirkan.
Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan
sambil dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan
punggung janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan
cara yang sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk
dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung
anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan dada.
Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga
lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada no 2
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko
infeksi

17
Pengeluaran lengan secara Mueller
Digunakan jika bahu sudah berada dipintu bawah panggul. Dengan kedua
tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke arah vertical ke
bawah sampai bahu depan berada dibawah simpisis, kemudian lengan depan
dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara klasik.
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu
dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari
tangan kiri penolong)
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER:
Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.
Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh
janin sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya
lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan
tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan
elevasi sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya.
Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan
belakang anak (inset pada gambar 10)
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong
tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.

18
Pengeluaran bahu secara Loevset
Digunakan jika lengan bayi terjungkit dibelakang kepala. Dasar pemikiran cara
loevset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu depan
karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan
dengan sendirinya akan lahir ke bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin terletak 
dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin
ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah simfisis.
Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh
kedua tangan sampai bahu belakang tedapat di depan dan tampak di bawah simfisis,
dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain
yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh
janin ke arah yang berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan
lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah
jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula
dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
 Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul)
 Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang
dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang
Sehingga setiap saat bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah
dibandingkan posisi bahu anterior
Tehnik :

Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.

19
Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang
menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan
sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang
kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :


· Tehnik sederhana.
· Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
· Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

PERSALINAN KEPALA
Pengeluaran kepala secara Mauriceau (Viet Smellie)
Digunakan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila dengan bracht
kepala belum lahir.
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari
tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis
pada maksila, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan
jaritangah berada disebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik kebawah dengan
tangankanan sampai suboksiput atau batas rambut dibawah simpisis. Kemudian

20
tubuh janin digerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi
kepala, sehingga muka lahir melewati perineum, disusul oleh bagian kepala lain.
Tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat menyebabkan perlukaan
padda mulut dan muka janin.

Gambar 16 Tehnik Mouriceau

Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin,
jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis
diletakkan pada fosa canina.
Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”.
Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan
yang lain.
Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis
untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.

21
Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.

Cara Prague Terbalik

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis.

Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan
diatas telapak tangan tersebut.

Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas
sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak
mendekati perut ibu.

Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

Pengeluaran kepala dengan menggunakan cunam piper


Cara ini dianggap lebih baik karena dengan cunam, tarikan dilakukan terhadap
kepala, sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan dilakukan pada leher. Kedua kaki
janin dipegang oleh asisten dan diangkat ke atas, kemudian cunam dipasang
melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik curam
ke bawah sampai batas rambut dan suboksiput berada di bawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai titik pemutaran, cunam berangsur diarahkan mendatar dank e
atas, sehingga muka janin dilahirkan melewati perineum, disusul oleh bagian kepala
yang lain.

Komplikasi persalinan sungsang pervaginam

22
· Komplikasi ibu:
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
· Komplikasi anak:
1. Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus
yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan
ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.
2. Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada
fase cepat.
3. Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
ü Panggul sempit
ü Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
ü Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
ü Fraktura / dislokasi:
 Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
 Fraktura tulang kepala
 Fraktura humerus
 Fraktura klavikula
 Fraktura femur
 Dislokasi bahu
 Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan,
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.

Ekstraksi Total Pada Persalinan Sungsang Pervaginam


Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak
dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan.

EKSTRAKSI BOKONG

23
Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah
berada didasar panggul.
Tehnik :
Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan
lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait.
Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan
yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan 19)
Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis,
jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak
melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)
Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan
janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.

Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan

Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan


kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

24
Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong

EKSTRAKSI KAKI
Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka labia.
Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha
sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi paha
janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi.(gambar 21)
Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk
mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22)
Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III dan
dituntun keluar dari vagina (gambar 23)

Gambar 21 Tangan dalam mencari


kaki dengan menyelusuri bokong sampai
fosa poplitea

25
Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari
kaki janin

Gambar 23 c, d , e
Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver Pinard)

Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari
dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang
kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal
paha lahir
Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan
pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir ( gambar
24)

26
Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan
trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir. (Gambar 25)

Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi


curam dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala
seperti yang sudah dijelaskan.

Gambar 26. Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak.
Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi curam bawah
untuk melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat .

27
Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin (jangan
diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat.

Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan

Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang
diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.

28
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu
belakang dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan
melahirkan lengan belakang

2) Sectio Cesarean
Pada saat ini SC menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi
persalinan sungsang. Alasan-alasan SC dilakukan :
 jika taksiran berat badan janin lebih dari 3500 gram.
 Jika diketahui panggul sempit baik panggul sempit absolute dan panggul sempit
relative.
 Kelainan pada rahim sehingga tidak memungkinkan lahir secara pervaginam.
Jika anak tersebut merupakan anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya atau
pernah ada riwayat bayi yang mengalami trauma lahir bisa dipertimbangkan untuk SC.

29
Metode Persalinan
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel dibawah
dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per abdominal
( sectio caesar ) :
Persalinan pervaginam Sectio Caesar
“Presentasi frank Breech” Ketuban pecah dini lama
Taksiran berat janin 2000-35000 gr Taksiran berat janin ≥3500 gr atau <1500
gr
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan x- Panggul sempit atau ukuran dalalm nilai
ray pelvimetry). “borderline”
Diameter transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm
Tidak ada indikasi SC (ibu dan anak) Bagian terendah janin belum engage,
Partus lama, Primi tua, Inferttilitas atau
riwayat obstetrik buruk, presentasi kaki,
Kelainan pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal gawat janin.
meskipun sedah direncanakan SC
(pervagiman masih merupakan pilihan
dibandingkan SC)

30
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung . 1984 .Obstetri


Patologi . Bandung : Elstar Offset

Manuaba, Ida Bagus . 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono . 2008 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : Bina Pustaka

Rayburn, William F, dkk . 1996 . Obstetri dan Ginekologi . Jakarta : Widya Medika

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta : Tri Dasa Printer

31

Anda mungkin juga menyukai