Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TANDA-TANDA BAHAYA KALA I PESALINAN SUNGSANG


DAN KALA III,IV RETENSIO PLASENTA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah pengantar asuhan kebidanan


Dosen Dr. Ayu

Disusun oleh : putu aisha salsa dila


Novi arianti
Kurnia rahmawati
Emelda febrianti

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


AKADEMIK KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
KOTIM

i
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
Rumusan masalah................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
LATAR BELAKANG.................................................................................................3
Definis..................................................................................................................3
Etiologi.................................................................................................................3
Penatalaksana......................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................11
KASUS.................................................................................................................11
Identifikasi masalah...........................................................................................11
Penatalaksanaan................................................................................................12
Daftar pustaka........................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi


yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi
pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang
kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi
pada ibu dan janin (Kuswanti, 2014).

Kematian wanita dalam usia reproduksi di seluruh dunia paling


banyakdikarenakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan. Lebih dari separuh kematian ini terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan dan dikaitkan dengan jumlah perdarahan lebih dari 500
cc disebut Haemorarghia Post Partum  (HPP). Menurut WHO, dari 275.000
wanita yang meninggal setiap tahun pada masa kehamilan dan persalinan,
seperempat kematian terjadi karena postpartum primer pendarahan. Dengan
demikian, perdarahan pascapartum primer tetap menjadi masalah kesehatan
utama karena mayoritas kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu empat jam
setelah melahirkan meskipun persalinan sudah dalam pengelolaan
manajemen aktif kala tiga persalinan (Gregory Edie Halle- Ekane et al.,
2016).

Penyebab letak sungsang adalah fiksasi kepala pada pintu atas


panggul tidak baik atau tidak ada. Janin mudah bergerak seperti pada
hidramnion, multipara, janin kecil, gemelli, kelainan uterus seperti uterus
aruatus, mioma uteri. Janin sudah lama mati (Musyahida 2019).dari hasil
penelitian insiden persalinan lama adalah 2,8% sampai dengan 4,9%. Salah
satu faktor yang mempengaruhi persalinan lama tersebut adalah kelianan
letak, dalam hal ini adalah letak sungsang akibat gangguan akromodasi,

iv
gerak janin yang bebas, gangguan fiksasi pada pintu atas panggul serimg
terjadi kemaceta persalinan atau persalinan lama(Farihatin, 2019)

Perdarahan post partum karena retensio plasenta adalah dimana


kondisi plasenta tertahan dalam rahim dan belum keluar selama 30 menit
setelah bersalin disebabkan uterus tidak berkontraksi dengan baik. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui keadaan tipe perdarahan mana yang
terjadi dan faktor risikonya terkait. Resiko meninggal akibat perdarahan post
partum tidak hanya tergantung pada jumlah kehilangan darah, tetapi juga
status kesehatan wanita. Sosial ekonomi,gaya hidup, malnutrisi sebagai hal
yang tak terhindarkan dan tidak dapat diubah serta kecepatan dan ketepatan
penanganan mempengaruhi keberhasilan penanganan dari pasien
dengan haemorarghia post partum.

Rumusan masalah
1) Apa saja definisi persalinan sungsang dan Retensio plasenta?
2) Apa saja etiologi persalinan sungsang dan Retensio plasenta?
3) Apa saja penatalaksana persalinan sungsang dan Retensio plasenta?

v
BAB II
LATAR BELAKANG

A. Persalinan Sungsang

Definis
Definisi dari kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana
presentasi janin dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu
memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba,
2010)

Etiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin


terhadap ruang didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan


jumlah air ketubanrelative berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai yang terlipat lebih besar daripadakepala, maka bokong
dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkankepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikiandapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsanglebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:

1) Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,

vi
2) Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3) Plasenta previa kerena menghalangi turunya kepala kedalam
pintu atas panggul
4) Kelainan bentuk kepala: hidrocepalus, anencephalus, karena
kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
5) Fikasasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak
ada, misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta
previa, tumor-tumor pelvis dan lain lain.
6) Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara
7) Gemeli( kehamilan ganda)
8) Kelainan uterus, seperti mioma uteri
9) Janin sudah lama mati

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari


1. Sudut ibu
 Keadaan rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada rahim
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan
 Keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasenta previa
 Keadaan jalan lahir
 Kesempitan panggul
 Deformitas tualng panggul
 Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran
ke posisi kepala
2. Sudut janin

vii
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan
letak sungsang :
 Tali pusat memanjang
 Hedrosefalus dan anesefalus
 Kehamilan kembar
 Hidroamnion dan aligohidramnion
 Prematuritas

Penatalaksana
1) Pada saat pemeriksaan antenatal
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada
pasien mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
dengan presentasi sungsang.
b) Beri kongseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu
meletakan kepala diantara kedua tanggan lalu menoleh ke
samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan sehingga
dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh
mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian
kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut
jugasebagai gerakan “anti sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan
kurang dari 34 minggu tidak perlu dilakukan intrevensi
apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion
masih cukup banyakn sehingga kemungkinan besar janin
masih dapat memutar dengan sendirinya.

2) Pada saat persalinan


Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang
dilalui maka, penatalaksanaan persalinan sungsang dapat
dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :

viii
a) Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam
mempunyai syarat yang harus dipenuhiyaitu pembukaan
benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat
dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram

Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:


bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank
breech),pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu be
sar,tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD,
kepala fleksi

Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney


1) pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG
untuk menentukan jenis presentasi bokong dan
menyingkirkan kecurigaan terjadinya hiperektensi kepala,
hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong lutut.

2) Dilatasi serviks lengkap.

3) Kosongkan kandung kemih ibu.

4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.

5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.

6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.

7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga


kaki untuk memberikan ruangyang adekuat di bawah panggul
ibu yang dibutuhkan untuk persalinan.

8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu


dan sebaiknya juga hadir atausegera datang jika dibutuhkan.

ix
b) Persalinan perabdominan (Sectio Caesarean)

Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan


melalui insisi pada dinding abdomen danrahim. Persalinan
per abdominal telah menggantikan teknik persalinan
pervaginam
dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi tert
entu dan sering digunakan dalammenangani janin beresiko,
khususnya pada janin 21 prematur (Hanretty, 2014).

B. Retensio plasenta

1. Definisi
Retensio plasenta yaitu plasenta dianggap retensi bila belum
dilahirkan dalam batas waktu tertentu setelah bayi lahir ( dalam
waktu 30 menit setelah penatalaksanaan aktif). Retensio plasenta
adalah tertahan atau belum lahirnya plasenta hingga melebihi 30
menit setelah bayi lahir (sarwanto,2002)

2. Etiologi
 Sebab Fungsional
a) Kontraksi uterus/ his kurang kuat untuk melepaskan plasenta
b) Plasenta sukar terlepas karena
 Tempatnya : insersi di sudut tuba
 Bentuknya : plasenta membranacea, plasenta amularis
 Ukurannya : plasenta sangat kecil
 Sebab Patolog-Anatomis
a) Plasenta accrete
b) Plasenta increta
c) Plasenta percreta

x
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
desiduasampai myometrium sampai di bawah peritoneum ( plasenta akreta-

percreta) jika plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum

keluar
disebabkanoleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penangana
n kala III,akibatnya terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang men
ghalangikeluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta )

1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat pelaksanaanya
 Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desiden endometrium
(besalis) lebih dalam dan Nitabuch layer
 Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium
 Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa
 Plasenta prekreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim atau perimetrium
2) Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penangganan kala III ) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserta)
3) Faktor internal
 Gravida berusia lanjut
 multiparitas
4) Faktor uterus
 Bekas sectio ceasaria, sering plasenta tertanam pada jaringan cicatri
uterus
 Bekas pembedahan uterus

xi
 Anomali uterus
 Tidak efektif kontraksi uterus
 Pembentukan contraction rig
 Bekas curatage uterus, yang terutama dilakukan setelah abortus
 Bekas pengeluaran plasenta secra manual
 Bekas ondometritis
5) Faktor plasenta
 Plasenta previa
 Implantasi cornual
 Plasenta akreta
 Kelainan bentuk plasenta

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi pendarahan tetapi bila
sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi pendarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkanya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena
kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karen itu keduanya harus di kosongkan

3. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta

Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan


apabila plasenta belumlahir dalam 1/2 jam setelah bayi lahir terlebih
lagi apabila disertai perdarahan tindakan penanganan retensio
plasenta

Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir, atau terjadi
perdarahan sementara placenta belum lahir lakukan :

1) Resusitasi pemberian oksigen 100% pemasangan IV-line


dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan
kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat
yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Trasfusi darah apabila
diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah

xii
2) Drips oksigen 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau
NaCl 0,9% sampai uterus berkontraksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan
uterus. Pastikan bahwa kandung kemih kosong dan tunggu
terjadi kontraksi, kemudia coba melahirkan plasenta dnegan
menggunakan perengangan tali pusat terkendali
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
plasenta.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan
dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan
kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta
dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah
sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis
dibandingkan dengan kuretase pada abortus
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral
7) Pemberian antibiotik apabila tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi skunder.

xiii
BAB III
KASUS
Identifikasi masalah
Kasus Letak sungsang
Ny. Y usia 34 tahun GIII PII A0 usia kehamilan 38 minggu datang
ke ruang bersalin selasa 4 april 2017 Pukul 08.00 wib Ny Y
mengeluh mulas yang semakin sering, keluar lendir dan flek. dan
belum keluar air dari kemaluanya. Di dapatkan hasil pemeriksaan
TD 110/80, nadi 82, suhu 36, p 20. TFU 31 cm, teraba kepala di
fundus, punggung kiri, bagin terendah janin bokong DJJ 142 kali /
menit, pembukan servik 5 dan direncanakan sectio caesarea.
Analisa
GII PII A0 usia kehamilan 38 minggu, inpartu kala 1 fase aktif.
Janin tunggal, hidup, dengan letak sungsang. Keadaan ibu dan janin
baik.

Kasus Retansio Plasenta


Ny. N umur 32 tahun GIII PII A0 usia kehamilan 37 minggu datang
ke BPM 6 maret 2018 pukul 10.30 wib. Ibu mengeluh mulas sejak
pukul 07.00 wib mulasnya semakin kuat dan teratur sudah ada
pengeluaran darah bercampur lendir dan belum keluar air-air dari
vagina. Hasil pemeriksaan : keadaan umum baik, TD 110/70, nadi
80 kali/menit, suhu 36,3, p 22, bibir terlihat pucat, TFU 30 cm, di
fundus terdapat keras bulat tidak melenting ( bokong ), punggung
kanan, bagian terendah kepala, DJJ 140 his 4 kali dalam 10 menit

xiv
lamanya 50 detik. Setelah bayi lahir pukul 14.15 pada jam 14.45 ibu
tidak merasa mulas, ibu tampak cemas, TFU sepusat, uterus teraba
kenyal, kandung kemih kosong.
Analisa
GIII PII A0 usia kehamilan 37 minggu, inpartu kala III dengan
Retensio plasenta

Penatalaksanaan
Kasus Letak sungsang
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa
pembukaan 5 cm dengan keadaan ibu dan janin baik
2. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
3. Meminta ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ibu mengerti
dan belum ingin buang air besar atau kecil
4. Menganjurkan ibu tidur dalam posisi miring kiri atau sesuai
kenyamanan ibu. Ibu mengerti
5. Mengajarkan ibu teknik relaksi saat ada mulas dengan cara
menghirup napas panjang dari hidung dan menghembuskanya
melalui mulut. Ibu memperhatikan dengan baik
6. Memberikan dukungan kepada ibu bersabar dalam proses
persalinan.
7. Lapor dokter tentang kondisi pasien karena mulas yang dirasa
cukup bagus. Dokter membatalkan sectio caesarea karena his yang
di rasa ibu cukup bagus lalu dilakukan persiapan untuk persalinan
pervaginam pleh bidan. Dilakukan tindakan infus RL 500 ml
8. Memantau kesejahteraan ibu dan janin, serta kemajuan persalinan,
hasil terlampir dipatograf.

Kasus retensio plasenta


1. Memberitahu kepada ibu bahwa ari-arinya belum lahir sudah 30
menit

xv
2. Melakukan inform concent Melakukan pemasangan infus dan
untuk dilakukan tindakan. Ibu dan keluarga setuju
3. Memindahkan bayi di baby wammer dan menjaga kehangatan
bayi
4. Memasangkan infus RL 500 ml dan oksitosin 20 IU secra drip
dengan kecepatan 60 tetes/menit
5. Memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg. Analgetik sudah
diberikan
6. Mengeck kandung kemih. Kandung kemih kosong
7. Mencuci tanggan dan menggunakan handscon
8. Melakukan PTT. Belum ada tanda pelepasan plasnta
9. Infrom consent untuk tindakan yang dilakukan kepada ibu. Ibu
bersedia
10. Melakukan manual plasenta. Membilas vagina ibu dan tangan
yang akan masuk kedalam uterus menggunakan cairan antiseptic
lalu memasukkan tangan dalam posisi obstetri (punggung tangan
ke bawah) dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. Tangan
kiri menahan fundus uteri dan tangan kanan berada di dalam
menyusuri tali pusat hingga ke kavum uteri hingga mencapai
tempat implantasi plasenta. Membuka tangan obstetric menjadi
seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk.
Menggerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser
dengan menggunakan sisi ulna untuk melepaskan plasenta
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Melakukan eksplorasi tanpa mengeluarkan tangan terlebih dahulu
lalu memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus. Menyimpan plasenta di segmen bawah
rahim dan melahirkan plasenta.
Plasenta lahir pukul 15.05 WIB secara manual
11. Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi uterus baik

xvi
12. Mengecek kelengkapan plasenta. Plasnta lahir lengkap, kotiledon
lengkap, selaput plasenta utuh
13. Menilai jumlah perdarahan. Perdarahan kurang lebih 200 cc
14. Memeriksa robekan jalan lahir. Terdapat robekan pada mukosa
vagina, otot perineum dan kulit pereneum (laserasi derajat II )

Daftar pustaka

1. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratanmaternal Dan Neonatal


Poltekkes Kemenkes Jakarta Iiiprodi D-Iii Kebidanan2017-2018
2. https://www.academia.edu/13142359/RETENSIO_PLASENTA
3. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR 2017

xvii
xviii

Anda mungkin juga menyukai