Anda di halaman 1dari 64

PATOLOGI

KEGAWATDARURATAN
PERSALINAN
KELOMPOK 3

Dosen Pengampu : Arika Indah Setyarini, M.Keb


Anggota Kelompok
○ Ulfiya May Ridiana (P17321211002) ● Imtiyaz Kartika Khasna (P17321211027)
○ Sinta Nuriyah (P17321211004) ● Dyah Kurnia Avista (P17321213032)
○ Melvada Rahma Wulandari (P17321211005) ● Nurul Badriyah (P17321213038)
○ Anisa Nurjanah (P17321211013) ● Putri Acacia Fadhilah Azmi (P17321213039)
○ Mufalikha Lingga N (P17321211015) ● Nabila Muafiqoh (P17321214044)
○ Vitasari Nur Ayu P (P17321211023) ● Rahma Maulidia (P17321214046)
○ Rienta Wahyu Chindea (P17321211024) ● Suci Rahmawati Azhar (P17321214048)
○ Pratiwi Kartikasari (P17321211025) ● Anik Artanti (P17321214049)
Materi yang dibahas

01 02
Patologi persalinan Definisi kegawatdaruratan
patologi

03 04
Kegawatdaruratan Peran bidan
neonatal persalinan
01
Patologi
Persalinan
Pengertian patologi
persalinan
Persalinan patologis disebut juga
dengan dystocia berasal dari bahasa
yunani ; dys atau dus artinya jelek atau
buruk, tocos artinya persalinan.
Kegawatdaruratan atau patologi
adalah kejadian yang tidak diduga atau
terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berbahaya.
Komplikasi persalinan dan kelahiran
Komplikasi yang berhubungan dengan kemajuan persalinan
1. Antonia Uteri
faktor predisposisi (penunjang) seperti :
Overdistention uterus seperti: gemeli
makrosomia, polihidramnion, Paritas tinggi,
Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
Multipara dengan jarak kelahiran pendek
Partus lama/partus terlantar Malnutrisi.
Penanganan salah dalam usaha melahirkan
plasenta, misalnya placenta. Belum terlepas
dari dinding uterus.
Komplikasi persalinan dan kelahiran
Komplikasi yang berhubungan dengan kemajuan persalinan
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah
terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah kelahiran bayi.
dapat menimbulkan bahaya pendarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat
terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi
polip plasenta, dan terjadi degenerasi
ganas korio karsinoma
Komplikasi persalinan dan kelahiran
Komplikasi yang berhubungan dengan kemajuan persalinan
3. Disfungsi persalinan (distosia)
Dihubungkan dengan abnormalitas
pengeluaran secara paksa (power), pada
presentasi, posisi atau ukuran janin
(passanger), dan pada pelvis atau
panggul ibu (passage)
Komplikasi persalinan dan kelahiran
Komplikasi yang berhubungan dengan status ibu janin

- Malpresentasi
- Gestasi multiple
- Infeksi maternal (korioamnionitis)
- Rupture membrane pra persalinan pada kehamilan aterm
- Rupture uterus
- Prolaps tali pusat intoleransi janin terhadap persalinan
- Distosia bahu
- Hemoragik pada awal pasca partum
- Embolisme cairan amnion.
02
Definisi
Kegawatdaruratan
Patologi
Definisi Kegawatdaruratan Patologi
Kegawatdaruratan atau patologis suatu
kejadian yang secara tiba-tiba yang berbahaya,
siataasi ini merupakan situasi serius yang
membutuhkan tindakan segera guna
menyelamatkan jiwa tau nyama seseorang. Jika
di tinjau di dalam kebidanan adalah kondisi
dimana mengancam jiwa pada saat kehamilan
atau selama - sesudah persalinan dan kelahiran.
03
Asuhan
Kegawatdaruratan
Neonatal Persalinan
Kegawatdaruratan kala I dan II
Emboli Air
Ketuban
Syok yang berat sewaktu persalinan dapat disebabkan
pula oleh emboli air tuban. Setelah ketuban pecah ada
kemungkinan bahwa air ketuban masuk ke dalam vena-vena
tempat plasenta, endoserviks, atau luka lainnya (seksio
sesarea, luka rahim).
Air ketuban mengandung lanugo, verniks kaseosa, dan
mekonium yang dapat menimbulkan emboli. Benda-benda
halus ini menyumbat kapiler paru dan menimbulkan infark
paru serta dilatasi jantung kanan. Emboli air ketuban dapat
menyebabkan kematian mendadak atau beberapa waktu
sesudah persalinan. Kemungkinan emboli air ketuban terjadi
jika ketuban sudah pecah, his kuat. dan pembuluh darah yang
terbuka (seksio sesarea, luka rahim).
Etiologi Emboli Air
Ketuban
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan
penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi
maternal yang selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi paru dan menyebabkan:
1. Kegagalan perfusi secara masif
2. Bronchospasme
3. Renjatan
Akhir akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin
yang masuk ke dalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik.
Tanda Gejala
Emboli Air
Ketuban
1. Pada umumnya emboli air ketuban terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air
ketuban harus pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
2. Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya
gejala dan tanda yang terlihat adalah :
1. Sesak nafas
2. Wajah kebiruan
3. Terjadi gangguan sirkulasi jantung
4. Tekanan darah mendadak turun
5. Nadi kecil/cepat
Faktor Resiko
Emboli Air
Ketuban
Faktor Risiko Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar
terjadi pada saat inpartu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%). Yang
menjadi faktor risiko adalah beberapa hal berikut :
1. Multipara
2. Solusio plasenta
3. IUFD
4. Partus presipitatus
5. Suction curettage
6. Terminasi kehamilan
7. Trauma abdomen
8. Versi luar
9. Amniosentesis
Distosia Bahu
Tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan.Distosia bahu adalah kondisi
darurat oleh karena itu bila tidak segera
ditangani akan menyebabkan kematian
janin dan terdapat ancaman terjadinya
cedera syaraf daerah leher akibat
regangan berlebihan/terjadinya robekan
Etiologi

Maternal Kelainan bentuk panggul Diabetes gestasional Kehamilan


postmature Riwayat persalinan dengan distosia bahu Ibu yang pendek. Fetal
Dugaan macrosomia
Penatalaksanaan
1. Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam
menangani situasi gawat darurat secara efektif.
2. Memanggil dokter.
3. Menyiapkan peralatan tindakan resusitasi, peralatan dan obat-obatan untuk penanganan
perdarahan.
4. Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan dan mengatur ibu posisi Mc Robert.
5. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan.Perlu tindakan secara hati-hati karena
tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
6. Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk menekan
kepala ke arah bawah dan luar.
7. Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena dapat
menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu.
8. Mencoba kembali melahirkan bahu
Lanjutan….
1. Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol
(corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di
putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah
dengan jarum jam putar 180oC. Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali,
kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang disertai
dengan penekanan daerah suprapubik.
2. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah
sebelumnya.
3. Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula anterior
kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior, dan badan janin.
4. Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala
kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.
Persalinan Dengan
Kelainan letak atau
Sungsang
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada
bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana
bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu,
kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong
merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas
panggul atau simfisis (Manuaba, 1988).
ETIOLOGI
1) Faktor ibu
A. Keadaan rahim Rahim arkuatus Septum pada rahim
Uterus dupleks Mioma bersama kehamilan
B. Keadaan plasenta Plasenta letak rendah Plasena previa
C. Keadaan jalan lahir Kesempitan panggul Deformitas
tulang panggul Terdapat tumor menghalangi jalan lahir
dan perputaran ke posisi kepala
2) Faktor Janin

Pada janin terdapat berbagai keadaan yang


menyebabkan letak
sungsang :
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hirdosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hirdramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
Tanda Dan
Gejala
● Pemeriksaan abdominal
- Letaknya adalah memanjang.
- Di atas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti kepala.
- Pada funfus uteri teraba kepala.
- Kepala lebih keras dan lebih bulat dari pada bokong dan kadang-kadang dapat
dipantulkan (Ballotement)
● Auskultasi
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan sedikit lebih tinggi dari umbilikus. Auskultasi
denyut jantung janin dapat terdengar diatas umbilikus jika bokong janin belum masuk pintu
atas panggul. Apabila bokong sudah masuk pintu atas panggul, denyut jantung janin biasanya
terdengar di lokasi yang lebih rendah.
● Pemeriksaan dalam
- Teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis ischii dan ujung os sakrum
- Pada bagian di antara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus.
- Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba oleh
jari-jari pemeriksa, sehingga dapat dikelirukan dengan kepala oleh karena tulang yang
keras.
Penatalaksanaan
Persalinan letak
sungsang
Selama proses persalinan, risiko ibu dan anak jauh lebih besar
dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang
kepala.
1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian
secara cepat dan cermat mengenai : keadaan selaput ketuban,
fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan
kemajuan persalinan.
3. Persiapan tenaga penolong persalinan dan asisten penolong
Persalinan spontan pervaginam (spontan Bracht) terdiri dari 3 tahapan
1) Fase lambat pertama :
● Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula).
● Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-gesa
mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
1) Fase cepat :
● Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
● Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah
talipusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta
terganggu.
● Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1-2 kali
kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
1) Fase lambat kedua :
● Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
● Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara
tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial
Preeklamsia
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah
yang baru timbul setelah usia kehamilan
mencapai 20 minggu, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat
akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di
dalam urin atau proteinuria. (Fadlun, 2013).
Etiologi Preeklamsia
a) Primigravida, 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama
b) Grande multigravida
c) Janin besar
d) Distensi rahim berlebihan (hidramnion, hamil kembar, mola
hidatidosa)

Tanda Gejala Preeklamsia


Kriteria minimal dari preeklamsia adalah sebagai berikut:
a) Tekanan darah 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
b) Proteinuria 300 mg/jam atau 1+ pada dipstick
Peningkatan kepastian preeklamsia atau gangguan penglihatan
c) Tekanan darah 160/110 mmHg
d) Proteinuria 2g/24 jam atau 2+ pada dipstick
e) Nyeri kepala menetap atau gangguan penglihatan
f) Nyeri epigastrium menetap
Preeklamsia Ringan
a) Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
b) Oedema
c) Proteinuria +1

Preeklamsia Berat
a) Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg f) Koagulasi
b) Proteinuria +2 g) Gagal jantung
c) Oliguria h) Oedema cerebri
d) Hiperefleksia i) Pertumbuhan
e) Gangguan penglihatan janin terhambat
Alur Pengelolaan
Kegawatdaruratan kala III dan
IV
Kegawatdaruratan kala III dan IV
1. Antonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika miometrium tidak
berkontraksi.
Gejala :
- Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
- Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir
- Terjadi syok
- pembekuan darah pada serviks/posisi telentang akan
menghambat aliran darah keluar
- Nadi dan pernafasan cepat dan lemah
- Tekanan darah yang rendah
- Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
- Pucat
- Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran
Antonia Uteri

Pengaruh terhadap maternal


Hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi
normal antara lain ::
- Kemungkinan terjadi polihidramnion
- Persalinan lama
- Persalinan terlalu cepat
- Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
- Infeksi intrapartum
- Paritas tinggi
- Kehamilan seorang ibu yang berulang kali
Antonia Uteri
Penatalaksanaan Antonia Uteri Manajemen Aktif Kala III
● Pemberian suntikan Oksitosin
● Mengeluarkan Plasenta

● Peregangan Tali Pusat


● Massase Uterus
Kegawatdaruratan kala III dan IV

2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban
yang masih tertinggal dalam rongga rahim. Hal ini dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
postpartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum.
Penyebab Retensio Plasenta

Menurut Rustam Muchtar dalam bukunya Sinopsis


Obstetri (1998) penyebab rentensio plasenta adalah :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh
terlalu melekat lebih dalam.
b. Plasenta sudah lepas tapi belum keluar
c. Penyebab lain : Kandung kemih penuh atau rectum penuh.
Gejala Retensio Plasenta

● Plasenta belum lahir setelah 30 menit


● Perdarahan segera (P3)
● Uterus berkontraksi dan keras, gejala lainnya antara lain
● Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
● Inversio uteri akibat tarikan dan
● Perdarahan lanjutan
Kegawatdaruratan kala III dan IV
3. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari perdarahan pascapersalinan dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri.
Serviks mengalami laterasi pada lebih dari separuh
pelahiran pervaginatum, sebagian besar berukuran
kurang dari 0.5 cm. Robekan yang dalam dapat meluas
ke sepertiga atas vagina.
Robekan Perinium di bagi menjadi 4 tingkat yaitu :

○ Tingkat I : Robekan hanya terdapat pada selaput lendir


vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum
○ TingkatII : Robekan mengenai selaput lendir vagina
dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai
sfringter ani
○ Tingkat III : Robekan menganai seluruh perineum dan
otot sfringter ani
○ Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
Penatalaksanaan
Robekan Jalan Lahir
Tingkat I : Dengan cut gut secara jelujur
atau jahitan angka delapan (figure of eight
)
Tingkat II :
- Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau
bergerigi, harus diratakan lebih dahulu
- Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan
klem kemudian digunting
- Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan
catgut secara terputus- putus atau jelujur. Jahitan
mukosa vagina dimulai dari puncak robekan, sampai
kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara
jelujur.
Tingkat III (Kewenangan dokter)
- Dinding depan rektum yang robek dijahit
- Fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan
catgut kromik
- Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan
dijepit dengan klem, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut
kromik
- Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II
Tingkat IV (Kewenangan dokter)
- Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan
rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah
sakit kabupaten/kota

➢ Robekan dinding Vagina


- Robekan dinding vagina harus dijahit
- Kasus kalporeksis dan fistula visikovaginal harus
dirujuk ke rumah sakit.
Kegawatdaruratan kala III dan IV
4. Perdarahan Post Partum

Pendarahan post partum adalah pendarahan


lebih dari 500 cc pervaginam setelah kelahiran
bayi atau lebih 1000 cc postpartum di rongga
perut dalam waktu 2 jam dan sebelum 6 minggu
setelah melahirkan.
Macam-macam perdarahan post partum dibagi menjadi dua :

● Perdarahan primer adalah pendarahan dalam 2 jam pertama,


biasanya di sebabkan oleh atonia uteri, pecahnya jalan lahir, sisa
plasenta dan gangguan pembekuan darah, terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan.

● Pendarahan sekunder adalah pendarahan yang terjadi 2 jam setelah


melahirkan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder
biasanya solusio plasenta, perdarahan postpartum sekunder adalah
perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24
jam hingga 12 minggu setelah persalinan.
Faktor predisposisi pendarahan postpartum

● Usia ibu
Menurut Cunningham (2006) dalam Wahyuni (2018) Ibu hamil dengan usia resiko tinggi 20 dan 35 tahun)
beresiko mengalami perdarahan postpartum. Hal ini dikarenakan fungsi reproduksi yang belum berkembang
sempurna (usia < 20 tahun) dan penurunan fungsi reproduksi pada usia > 35 tahun.

● Paritas
Memiliki riwayat Ibu hamil yang primigravida dan grandemulti beresiko yang lebih tinggi terhadap kejadian
perdarahan postpartum dari pada ibu hamil dengan status multigravida (2 sampai 3 kali) (Hayati & Amelia,
2019).

● Anemia dalam kehamilan


Kekurangan hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Oksigen yang kurang pada uterus akan menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga dapat timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan post partum
(Manuaba, 2014).
Lanjutan…

● Riwayat persalinan
Bila riwayat persalinan yang lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi dalam
persalinan yang akan berlangsung. Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian janin,
eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan pernah
mengalami perdarahan antepartum dan postpartum.

● Bayi makrosomia
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram. Kesukaran yang ditimbulkan dalam
persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak
yang sangat besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.

● Kehamilan ganda
Kehamilan ganda dapat menyebabkan uterus terlalu meregang, dengan overdistensi tersebut dapat
menyebabkan uterus atonik atau perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidakmampuan uterus
berkontraksi dengan baik.
Pencegahan Pendarahan Postpartum

Pencegahan PPP dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III.


Manajemen aktif kala III adalah kombinasi dari pemberian uterotonika
segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali, dan melahirkan
plasenta. Setiap komponen dalam manajemen aktif kala III mempunyai
peran dalam pencegahan perdarahan postpartum (Edhi, 2013).

Semua wanita melahirkan harus diberikan uterotonika selama kala III


persalinan untuk mencegah perdarahan postpartum. Oksitosin (IM/IV 10 IU)
direkomendasikan sebagai uterotonika pilihan. Uterotonika injeksi lainnya
dan misoprostol direkomendasikan sebagai alternatif untuk pencegahan
perdarahan postpartum ketika oksitosin tidak tersedia. (WHO, 2012).
Penatalaksanaan Pendarahan Postpartum
Penanganan pasien dengan PPP (Pendarahan postpartum) memiliki dua komponen utama yaitu resusitasi dan
pengelolaan perdarahan obstetri yang mungkin disertai syok hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan penyebab
dari perdarahan. Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum mengharuskan kedua komponen secara simultan dan
sistematis ditangani (Edhi, 2013).

Penggunaan uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama) memainkan peran sentral dalam penatalaksanaan
perdarahan postpartum. Pijat rahim disarankan segera setelah diagnosis dan resusitasi cairan kristaloid isotonik juga
dianjurkan. Penggunaan asam traneksamat disarankan pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau perdarahan tetap
terkait trauma.

Jika terdapat perdarahan yang terus menerus dan sumber perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus harus
dipertimbangkan. Jika perdarahan berlanjut, meskipun penanganan dengan uterotonika dan intervensi konservatif
lainnya telah dilakukan, intervensi bedah harus dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut (WHO, 2012).
Kegawatdaruratan kala III dan IV
5. Syok Obstetrik

Syok merupakan kegagalan sistem


sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ - organ
vital atau suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.

http://dianhusadaulviyati.blogspot.com/p/syok-obstetri.html
Gejala Syok Obstetrik :

1. Nadi cepat dan lemah (110 kali permenit atau lebih)


2. Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90
mmhg)
3. Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam,
telapak tangan, atau sekitar mulut).
4. Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
5. Pernapasan cepat (30 kali per menit atau lebih)
6. Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran
7. Urine yang sedikit (kurang lebih dari 30 ml per jam).
Penatalaksanaan Syok Obstetrik
Penanganan Awal :
1. Meminta bantuan dan segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada,
Menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Melakukan pemeriksaan keadaan umum, Pastikan jalan nafas terbuka
3. Memantau TTV (nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu tubuh).
4. Menjaga pasien agar tetap hangat dan tidak terlalu panas
5. Menaikkan kaki pasien untuk menambah jumlah darah yang kembali ke
jantung (jika memungkinkan, tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).
Penatalaksanaan Syok Obstetrik
Penanganan Khusus:
1. infus intravena (2 jalur jika memungkinkan) dan berikan cairan infus (garam
fisiologis atau RL) awal dengan kecepatan 1 liter 15-20 menit (40-50
tetes/menit).
2. Memberikan paling sedikit 2 liter cairan pada 1 jam pertama. Jumlah ini
melebihi cairan yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan. Pemberian
infus dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam.
3. Setelah kehilangan cairan, sebaiknya dikoreksi, pemberian cairan infus
dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam (16-20 tetes per menit).
4. Tidak dianjurkan memberikan cairan melalui mulut pada pasien syok
5. Melakukan penilaian ulang
04
Peran Bidan Pada
Kegawatdaruratan
Kebidanan
Peran bidan dalam kegawatdaruratan
1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2. stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
dengan:
● Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi sistem
respirasi dan sirkulasi
● Menghentikan pendarahan
● Mengganti cairan tubuh yang hilang
● Mengatasi nyeri dan kegelisahan
1. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin,
yaitu:
● Menyiapkan radiant warmer atau lampu pemanas untuk
mencegah kehilangan panas pada bayi
● Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
● Menyiapkan alat pelindung diri
● Menyiapkan obat obatan emergensi
Peran bidan dalam kegawatdaruratan

4. Memiliki keterampilan klinik, yaitu:


● Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi
dengan peralatan yang berkesinambungan.
● Memahami dan mampu melakukan metode efektif
dalam pelayanan ibu dan bayi baru lahir, yang
meliputi making pregnancy safer, safe motherhood
bonding attachment, inisiasi menyusu dini
DAFTAR PUSTAKA
Siantar R Lumban & Dewi R. 2022. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Malang : Penerbit
Rena Cipta Mandiri.
Aulia Devy Lestari N, dkk. 2022. Komplikasi Pada Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Bayi Baru Lahir. CV Pena Persada
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Maternal dan Neonatal. Cetakan Keempat. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Rahyani, N. K. Y., SiT, S., Lindayani, I. K., Suarniti, N. W., Mahayati, N. M. D., Astiti, N. K. E., & Dewi, I. N. (2020). Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Patologi Bagi Bidan. Penerbit Andi.
Rahyani, N. K. Y., SiT, S., Lindayani, I. K., Suarniti, N. W., Mahayati, N. M. D., Astiti, N. K. E., & Dewi, I. N. (2020). Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Patologi Bagi Bidan. Penerbit Andi.
Rupdi Lumban Siantar, Dewi Rostianingsih, Tyara Ismiati, ratu Bunga. 2022. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Rena Cipta Mandiri
Eni Indrayani, S.Si.T., M.P.H. , Nunik Ike Yunia Sari, SST., MPH., Netti Herawati, S.SiT., M.Pd., Siti Saleha, SST., M.Keb.,
Tonasih, S.S.T., M.Kes., Naomi Parmila Hesti Savitri, S.Si.T., M.Keb., Anindhita Yudha Cahyaningtyas, SST., M.Kes. 2022.
Buku Ajar Nifas D III Jilid III. Mahakarya Citra Utama Group
BELLA CINTANIA (2020) GAMBARAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM BERDASARKAN PARITAS DAN
ANEMIA DI RS ASY SYIFA MEDIKA TAHUN 2019. Diploma thesis, POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA.
Terima Kasih !

Anda mungkin juga menyukai