DISUSUN OLEH
NIM
2022/202
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendarahan masih merupakan 3 penyebab utama kematian maternal
(ibu) tertinggi, disamping preeklamsi/eklamsi dan infeksi. Pendarahan
dalam bidang obstetri dibagi menjadi 3 yaitu, pendarahan pada kehamilan
muda (kurang dari 22 minggu), pendarahan pada kehamilan lanjut,
pendarahan saat persalinan, dan pendarahan pasca persalinan (masa nifas)
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk pendarahan pada
kehamilan lanjut dan pada saat persalinan selain dari plasenta previa,
solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Pendarahan pada
keahmilan lanjut yaitu pendarahan yang terjadi pada kehamilan yang lebih
dari 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan. Pendarahan pada
persalinan pendarahan intrapartum sebelum kelahiran (proses kelahiran
bayi).
Penyumbang kematian terbesar bayi dalam kandungan adalah faktor
dari ibu yaitu partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus. Maka
hali ini menandakan bahwa ruptur uteri memberikan dampak negati pada
kematian ibu atau bayi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pendokumentasian asuahan kebidanan pada ibu ruptur uteri
dengan metode SOAP?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari ruptur uteri.
2. Untuk dapat mengetahui kasus ruptur uteri di indonesia.
3. Untuk dapat mengetahui klasifikasi ruptur uteri.
4. Untuk dapat mengetahui etiologi ruptur uteri.
5. Untuk dapat mengetahui menegakkan diagnosis.
6. Untuk dapat mengetahui penanggulangannya.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pendokumentasian kasus asuhan
kebidanan apada ibu ruptur uteri dengan metode SOAP?
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
4
luar, pembesaran rrahim yang berlebihan misalnya
hidramnion dan kehamilan ganda.
Dalam periode intrapartum: versi ekstraksi, ekstraksi cunam
yang sukar, ekstraksi bokong, anomali jantung yang
menyebabkan distensi yang berlebihan pada segmen bawah
rahim, teanan yang kuat pada uterus saat melahirkan,
kesulitan dlam melakukan manual plasenta.
Cacat rahim yang didapat: plasenta inkreta atau parkreta,
neoplasia trofoblas gastasional, adenomiosis, retroversio
uterus gravidus inkarserata.
4. Menurut etiologinya, ruptur uteri dibedakan menjadi:
a. Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada
bekas SC
miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia,
pelepasan plasenta secara manual. Dapat juga pada graviditas
pada kornu yang rudimenter dan graviditas interstisialis, kelainan
kongenital dari uterus seperti hipoplasia uteri dan uterus
bikornus, penyakit pada rahim, misalnya mola destruens,
adenomiosis dan lain-lain atau pada gemelli dan hidramnion
dimana dinding rahim tipis dan regang.
b. Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
misalnya pada panggul sempit atau kelainan bentuk panggul,
janin besar seperti janin penderita DM, hidrops fetalis,
postmaturitas dan grandemultipara. Juga dapat karena kelainan
kongenital dari janin : Hidrosefalus, monstrum, torakofagus,
anensefalus dan shoulder dystocia; kelainan letak janin: letak
lintang dan presentasi rangkap; atau malposisi dari kepala : letak
defleksi, letak tulang ubun-ubun dan putar paksi salah. Selain itu
karena adanya tumor pada jalan lahir; rigid cervix: conglumeratio
cervicis, hanging cervix, retrofleksia uteri gravida dengan
sakulasi; grandemultipara dengan perut gantung (pendulum);
atau juga pimpinan partus yang salah.
c. Ruptur Uteri Violenta (Traumatika), karena tindakan dan trauma
lain seperti:
Ekstraksi Forsep
Versi dan ekstraksi
Embriotomi
Versi Braxton Hicks
Sindroma tolakan (Pushing syndrome)
Manual plasenta
Kuretase
Ekspresi Kristeller atau Crede
Pemberian Pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
Trauma tumpul dan tajam dari luar.
5. Komplikasi
a. Gawat janin
b. Syok hipovolemik
Terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera
mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya
dalam waktu cepat digantikan dengan tranfusi darah.
c. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana
ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah
mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang
berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera
memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien
akan menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca
bedah.
d. Kecacatan dan morbiditas.
Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus
belum punya anak hidup akan meninggalkan sisa trauma
psikologis yang berat dan mendalam.
6
Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah
keluarga merupakan komplikasi sosial yang sulit
mengatasinya.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,
keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-
kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam
kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion,
grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil.
Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus,
partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala
II dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
• Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
• Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
• Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
• Suhu : Normal/ meningkat
• Kesadaran : Normal / turun
• Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
• Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill
memanjang
• Pervagina : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
• Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Resiko tinggi perdarahan pervagina berhubungan dengan adanya ruptur
12
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl/
Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Jam
Intervensi utama Tindakan (Observasi Terapeutik Edukasi Kolaboratif)
1. Kekurangan volume cairan Ekspetasi : Pemantauan cairan Observasi
Faktor risiko: Tingkat volume cairan Monitor frekuensi nadi
Kehilangan cairan aktif membaik Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
Monitor waktu pengisian kapiler
Gejala dan tanda mayor: Kriteri hasil:
Subjektif: Setelah dilakukan Terapeutik
- tindakan selama 1x24 jam Dokumentasikan hasil pemantauan
Frekuensi nadi
Objektif: membaik Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Frekuensi nadi meningkat Output urine
Volume urin menurun meningkat
Capilary refill memanjang Pencegahan
Ekspetasi:
Tingkat perdarahan perdarahan
menurun Observasi:
Kriteria hasil: Monitor tanda dan gejala perdarahan
2.Resiko tinggi perdarahan Setelah dilakukan Terapeutik:
Faktor resiko: tindakan selama 1x24 jam Pertahankan bedrest selama perdarahan
Komplikasi kehamilan Perdarahan vagina Edukasi:
menurun Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Frekuensi nadi Kolaborasi:
membaik Kolaborasi produk darah jika perlu
Output urine
membaik
14
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl/
Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Jam
Intervensi utama Tindakan (Observasi Terapeutik Edukasi Kolaboratif)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding
rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi
penyebabnya adalah riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus
uterus, induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang
lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen
bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala ruptur uteri dapat
terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut
waktu terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum,
Menurut etiologinya, dan Menurut simtoma klinik
B. Saran
1. Untuk Akademi
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-
buku yang dapat menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah
Keperawatan Maternitas dan mata kuliah lainnya.
2. Untuk Mahasiswa /i
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini
serta dapat mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang
materi pembelajaran.
3. Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai
bahan bacaan yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB.
Lippincot Company, Pholadelpia.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring, Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya