Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah
penyulit kehamilan seperti ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan
yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta,
dan gangguan pembekuan darah.Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi oleh
karena faktor ibu yaitu ibu dengan penyulit kehamilan ruptur uteri.
Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan
suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya kematian ibu dan anak karena
ruptura uteri masih tinggi. Insidens dan angka kematian yang tertinggi kita jumpai di negara-
negara yang sedang berkembang, seperti Afrika dan Asia.Angka ini sebenernya dapat
diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat.Prenatal care, pimpinan partus
yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah perifer dan penyediaan darah
yang cukup juga merupakan faktor yang penting.
Ibu-ibu yang telah mengalami pengangkatan rahim, biasanya merasa dirinya tidak
sempurna lagi dan takut diceraikan oleh suaminya.Oleh karena itu, diagnosa yang tepat serta
tindakannya yang jitu juga penting, misalnya menguasai teknik operasi.

1.2 TUJUAN
· Sebagai tugas mata kuliah askeb IV patologi
· Mahasiswa kebidanan mampu :
a. Menjelaskan pengertian Ruptur Uteri.
b. Menjelaskan Etiologi Ruptur Uteri
c. Menyebutkan Penyebab dan Klasifikasi Ruptur Uteri.
d. Menyebutkan Mekanisme dari Ruptur Uteri.
e. Menjelaskan Manifestasi Klinis Ruptur Uteri.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

Ruptur Uteri adalah kerobekan


(diskontinutias) dinding rahim yang terjadi
saat kehamilan persalinan. (Dr. Chrisdiono
M. Achadiat. Sp.OG)
Ruptur uteri adalah disrupsi dinding uterus
nmerupakan salah satu dari kedaruratan
obstetrik yarg paling serius. Angka mortalitas maternal berkisar dari 3-15%; mortalitas janin
nendekati 50%. (dr. Teddy Supriyadi - dr. Johanes Gunawan).
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinitas dirding rahim akibat dilampauinya daya regang
miometrium. (Sarwono Prawirohardjo.2002)

2.2 Etiologi
- Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
- Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persainan yang lama
- Presentasi abnonnal (terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus), (helen. 2001)
- Penyebab ruptur uteri adalah disporporsi janin dan panggul partus macet atau traumatik. (Sarwono
Prawirohardjo.2002)
- ketidakseimbangan fetopelvik
- Letak Lintang yang diabaikan (kasep)
- Kelebihan dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi persalinan
- Jaringan parut pada uterus: keadaan setelah seksio sesria, miomenukleasi. Operasi
Strassmann.
- Kecelakaan ( Prof.Dr.Luz Heller)

2.3 Klasifikasi
Ruptur Uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
Menurut tingkat robekanya, ruptur uteri dapat dibedakan:
1. Ruptur Uteri Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya (perimetrium), sehingga terdapat
hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis.

2
2. Ruptur Uteri Inkompleta
robekanhanya sampaimiometrium
disebut jugadehisensi. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan melakukan eksplorasi
dinding rongga uterus setelah janin dan
plasenta lahir

Menurut etiologinya, ruptur uteri dapat dibedakan:


1. Ruptur Uteri Spontan
Yaitu bila ruptur uteri terjadi secara spontan pada uterus tanpa parut (Utuh) dan tanpa
adanya manipulasi dari penolong. Faktor pokok disni ialah bahwa persalinan tidak maju
karena rintangan. misalnya panggul sempit, Hidrosepalus, janin dalam letak lintang dan
sebagainya. sehingga segmen bawah uterus makin larna makin meregang. Faktor yang
merupakan predisposisi terhadap terjadinya rupture uteri adalah multiparitas. Disini
ditengah - tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan
kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan lebih mudah menimbulkan
robekan. Oleh banyak penulis dilaporkan pula bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh
dukun - dukun memudahkan timbulnya rupture uteri. Pada persalianan yang kurang
lancar, dukun - dukun biasanya melakukan tekanan keras kebawah terus - trererus pada
fundus uteri, hal ini dapat menarnbah tekanan pada segmen bawah uterus yang sudah
meregang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri. Pemberian oksitasin dalam dosis
yang terlampau tinggi dan atau aus indikasi yang tidak tepat. bisa pula menyebabkan ruptur
uteri
2. Ruptur Uteri Traumatika
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjacli karena jatuh. kecelakaan seperti
tabrakan dan sebagainya.
Ruptur Uteri Violenta (Traumatika), karena tindakan dan trauma lain seperti:
- Ekstraksi Forsep (Sudah - Sindroma tolakan (Pushing
jarang dilakukan) syndrome)
- Versi dan ekstraksi (Sudah - Manual plasenta
jarang dilakukan) - Kuretase
- Embriotomi - Ekspresi Kristeller atau
- Versi Braxton Hicks Crede

3
- Pemberian Pitosin tanpa - Trauma tumpul dan tajam
indikasi dan pengawasan dari luar.

3. Ruptur Uteri Pada Parut Uterus


Ruptur uteri yang terjadi karena adanya locus minoris pada dinding uterus sebagai
akibat adanya jaringan parut bekas operasi pada uterus sebelumnya, enukleasi mioma
atau miomektomi, histerektomi, histerotomi, histerorafi dan lain-lain. Seksio
sesarea klasik empat kali lebih sering menimbulkan ruptur uteri daripada parut bekas
seksio sesaria profunda.Halinidisebakanolehkarena luka pada segmen bawah uterus
yang merupakan daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh
dengan lebih baik, sehingga parut lebihkuat.
Ruptur uteri pada bekas seksio sesaria biasanya terjadi tanpa banyak menimbulkan
gejala, hal ini terjadi karena tidak terjadi robekan secara mendadak melainkan terjadi
perlahan-lahan pada sekitar bekas luka. Daerah disekitar bekas luka lambat laun makin
menipis sehingga akhirnya benar-benar terpisah dan terjadilah ruptur uteri. Robekan
pada bekas sayatan lebih mudah terjadi karena tepi sayatan sebelah dalam tidak
berdekatan, terbentuknya hematom pada tepi sayatan, dan adanya faktor lain yang
menghambat proses penyembuhan.

Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan:


1. Ruptur Uteri Gravidarum
Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.
2. Ruptur Uteri Durante Partum
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang
terbanyak.

Menurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan:


1. Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti seksio
sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
2. Segmen Bawah Rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama
tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri.
3. Serviks Uteri

4
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi,
sedang pembukaan belum lengkap.
4. Kolpoporeksis-Kolporeksis
Robekan – robekan di antara serviks dan vagina.
Menurut Gejala Klinis, ruptur uteri dapat dibedakan:
1. Ruptur Uteri Iminens (membakat=mengancam) penting untuk diketahui. Gejala klinis akan
dibicarakan kemudian.
2. Ruptur Uteri (sebenarnya.)

2.4 Pathway Mekanisme Terjadinya Ruptur Uteri


Pada umumnya uterus dibagiatas dua bagian atas :Segmen Atas Rahim dan segmen bawah
rahim. Batas keduanya disebut ismus uteri (2-3 cm) pada rahim.
Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran dari
bandl.Lingkaran bandl ini dianggap fisiologik bila terdapat pada 2-3 jari diatas simfisis, bila
meninggii maka kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya ruptura uteri mengancam
(RUM).
Ruptura uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus.Sedangkan
kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti, karena adanya lokus minoris resistens.
Rumus mekanisme terjadinya ruptur uteri:
R=H+O
Dimana : R = Ruptur
H = His Kuat (tenaga)
O = Obstruksi (halangan)
Pada waktu in-partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif dan
cervix menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat
maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka
SBR yang pasif ini akan tertarik ke atas menjadi bertambah regang dan tipis.
Lingkaran Bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR
tadi.Dalam hal terjadinya ruptur uteri jangan dilupakan peranan dari anchoring
apparatus untuk memfiksir uterus yaitu ligamentum rotunda, ligamentum latum, ligamentum
sacrouterina dan jaringan parametra.

5
6
2.5 Manifestasi Klinis
Terlebih dahulu dan yang terpenting adalah mengenal betul gejala dari ruptura uteri
mengancam (threatened uterine rupture) sebab dalam hal ini kita dapat bertindak secepatnya
supaya tidak terjadi ruptur uteri yang sebenarnya.
· Gejala Ruptur Uteri Mengancam (RUM)
- Dalam anamnesa dikatakan telah ditolong/didorong oleh dukun/bidan, partus sudah
lama berlangsung
- Pasien tampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut
- Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan bahkan
meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
- Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
- Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut kering,
lidah kering dan haus, badan panas (demam).
- His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
- Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras
terutama sebelah kiri atau keduanya.
- Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba tipis
dan nyeri kalau ditekan.
- Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang
bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis dan teregang. Sering
lengkaran bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh, untuk itu dilakukan
kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya SBR terjadi di dinding belakang
sehingga tidak dapat kita periksa, misalnya terjadi pada asinklitismus posterior atau letak
tulang ubun-ubun belakang.
- Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang ke atas,
terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuri.
- Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia)
- Pada pemriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti oedem
porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
Gejala-gejala ruptura uteri
Bila ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu saat akan terjadilah ruptur
uteri sebenarnya.
1.) Anamnesis dan Inspeksi

7
- Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat
dingin sampai kolaps.
- Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
- Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
- Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.
- Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih kalau
bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
- Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan dibahu.
- Kontraksi uterus biasanya hilang.
- Mula-mula terdapat defans muskulaer kemudian perut menjadi kembung dan
meteoristis (paralisis usus).
2.) Palpasi
- Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan.
- Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.
- Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut, maka teraba
bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut dan disampingnya kadang-kadang teraba
uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
- Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.
3.) Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah ruptur,
apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
4.) Pemeriksaan Dalam
- Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah dapat didorong ke
atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak
- Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan kalau
jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus, omentum dan
bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang didalam kita temukan dengan jari luar maka
terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis seklai dari dinding perut juga dapat diraba
fundus uteri.
5.) Kateterisasi
Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
6.) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah Hemoglobin, Hematokrit

8
7.) Catatan
- Gejala ruptur uteri inkompleta tidak sehebat kompleta
- Ruptur uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus yang biasanya tidak didahului oleh ruptur
uteri mengancam.
- Lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-hati sebagai kerja rutin setelah mengerjakan
suatu operative delivery, misalnya sesudah versi ekstraksi, ekstraksi vakum atau forsep,
embriotomi dan lain-lain.

2.6 Penatalaksanaan dan Penanganan Ruptur Uteri


Penanganan ruptura uteri memerlukan tindakan spesialistis dan hanya nungkin
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah. Sikap bidan kalau menerima
kiriman penderita dengan ruptura uteri di pedesaan adalah melakukan observasi saat
menolong persalinan sehingga dapat melakukan rujukan bila terjadi ruptura uteri
mengancam atau membakat. Oleh karena itu. Kerja sama .tim dengan dokter puskesnus
atau dokter keluarga sangat penting
Penanganan rupture uteri haras segera dilakukan
1. Pemasangan infus dan transfusi darah untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk
mengatasi keadaan syok dapat juga dilakukan oksigenasi
2.Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik.. Sehingga infeksi dapat dikurangi
3.Segera merujuk penderita dengan didampingi petugas agar dapat memberikan pertolongan
4.Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari terjadinya
perdarahan Baru.
Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi
dengan tindakan jenis operasi yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor,
diantara, adalah :
I. Keadaan umum penderita
2. Jenis rupture incompleta atau completa
3.Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lamta, pinggir tidak rata dan sudah banyak
nekrosis
4.Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
5.Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
6.Umur dan jumlah anak hidup
7.Kemanpuan dan keterampilan penolong
Tindakan yang dapat dipilih

9
I. Histerektomi
Histerektomi dilakukan, jika:
- Fungsi reproduksi ibu tidak diharapkanlagi
- Kondisi buruk yang membahayakan ibu
II. Repair uterus (histerorafi)
Histerorafi dilakukanjika:
- Masih mengharapkan fungsi reproduksinya
- Kondisi klinis ibustabil
- Ruptur tidak berkomplikasi.
III. Konservatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika
yang cukup

2.7 Prognosis
Harapan hidup bagi janin sangat suram. Angka mortilitas yang ditemukan dalam berbagai
penelitian berkisar dari 50 hingga 70 persen. Tetapi jika janin masih hidup pada saat
terjadinya peristiwa tersebut, satu-satunya harapan untuk mempertahankan jiwa janin adalah
dengan persalinan segera, yang paling sering dilakukan lewat laparotomi.
Jika tidak diambil tindakan, kebanyakan wanita akan meninggal karena perdarahan atau
mungkin pula karena infeksi yang terjadi kemudian, kendati penyembuhan spontan pernah
pula ditemukan pada kasus-kasus yang luar biasa. Diagnosis cepat, tindakan operasi segera,
ketersediaan darah dalam jumlah yang besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan
perbaikan prognosis yang sangat besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan
prognosis yang sangat besar bagi wanita dengan ruptura pada uterus yang hamil.

10
2.8 Asuhan Kebidanan Teori pada Ruptur Uteri
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. ”....” G.....P....A... UK 40 minggu (Aterm) dengan Ruptur Uteri

Tanggal Pengkajian : Hari/Tanggal/Bulan/Tahun


Tempat : Puskesmas

Langkah I (Pengkajian)
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata atau Identitas pasien :
a. Nama :
b. Umur :
Perlu di tanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan
kesehatan pasien/ klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 16-35 tahun..
c. Agama :
d. Pendidikan:
e. Pekerjaan :
ditanyakan untuk mengetahui taraf sosial ekonomi
f. Alamat :
NB: Anamnesa juga biodata suami sebagai penanggungjawab

11
2. Riwayat Pasien
a. Keluhan Utama
Klien hamil 9 bulan (Aterm)mengeluh nyeri pada perut yang tajam dan sebelum
datang ke puskesmas sering merasa ingin kencing atau mengeluh nyeri pada perut
yang tajam seperti disayat pisauklien merasa kesakitan yang luar biasa di perut ,
menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek , dan sebelum datang ke puskesmas
sering merasa ingin kencing dan keluar darah melalui vagina.
b. Riwayat Kesehatan Ibu Dahulu dan Sekarang
Riwayatoperasi pada uterus sebelumnya, enukleasi mioma atau miomektomi,
histerektomi, histerotomi, histerorafi, kuretase dan lain-lain sertaAlergi Ibu
terhadap Obat khusus Antibiotik dengan jenis tertentu. Dan juga sebelumnya ibu
pernah mengalami kecelakaan atau trauma yang berlokasi disekitar abdomen
c. Riwayat Mentruasi yang terakhir
Untuk mengetahui perkiraan umur kehamilan dan perkiraan persalinan
HPHT : 14-07-2017
HPL : 21-04-2018

3. Riwayat Obstetri

a. Jumlah kehamilan dan kelahiran


Lebih banyak dijumpai pada multipara daripada primipara, karena makin tinggi
paritas ibu maka kurang baik keadaan uterus ibu.
b. Riwayat persalinan lalu
Hal yang sangat penting dan menentukan untuk mendeteksi ibu mengalami ruptur
uteri adalah ibu dengan riwayat persalinan operasi sectio caesarea, dengan
tindakan vakum ekstraksi dll .

12
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Mencakup masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-
obatan/ jamu.Anamnesa ini dapat mengetahui dengan segera adanya kelainan/
masalah dalam kehamilan sehingga dapat ditangani dengan segera.Biasanya pada TM
3 Ibu sering mengalami nyeri khususnya di SBR dan mulai mengalami perasaan
sering ingin kencing. Perhatikan Letakdan posisi Bayi selama kehamilan beri
perhatian khusus bila terjadi presentasi Abnormal sejak Kehamilan
UK Frekuensi Keluhan Terapi KIE
Mual dan Asam Folat, Vit.C, Makan sedikit
TM 1 1 kali
Muntah Kalk tapi sering
Istirahat
TM 2 1 kali Pusing Fe, Vit. C, Kalk
Cukup

5. Riwayat Persalinan sekarang


Persalinan dengan Induksi Persalinan yang Sembarangan.di dorong/ditolong oleh
dukun/bidan dan Persalinan berlangsung lama. Adanya Mal Presentasi yang
diabaikan (Kasep)
6. Pola Kehidupan Sehari- Hari
a. Nutrisi
Makan : 2 kali sehari, porsi sedang
Minum : 5-6 kali perhari, air putih
Malnutrisi / defisiensi gizi dan anemia berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur uteri .
b. Eliminasi, pada TM 3 Ibu Mulai merasa sering ingin kencing yang berlebihan
saat sudah terjadi ruptur dan dikateterisasi akan terlihat hematouria
BAK : 5-6 kali per hari, warna kekuningan
BAB : 1 kali sehari
c. Istirahat
Siang : Tidak tidur siang
Malam : + 6 jam sehari
Ibu kelelahan
d. Personal Hygiene

13
B. DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemerikasaan umum dan pemeriksaan khusus.
a. Pemeriksaan Umum
KU : Lemas, pucat, keringat dingin hingga kolpas/syok
Kesadaran : somnolen-stupor hingga coma
TTV : TD  (Dbn 110/70 mmHg – 120/80 mmHg) {Normal, tinggi lalu Turun}
N  (Dbn 70- 90 x/ menit) {Cepat Hinnga Lemah}
Rr (Dbn 16-20 x/ menit) {Cepat Hingga Lemah}
S  (Dbn 36,5o C – 37,5 o C) {Naik lalu Turun}
b. Pemeriksaan Khusus
 Wajah : agak pucat hingga pucat
 Mata : konjungtiva pucat, sklera putih
 Gilut :bibir kering, ibu terlihat haus
 Leher :kelenjar tyroid tidak ada pembesaran, vena jugularis
tidak ada pembesaran, kelenjar limfe tidak ada pembesaran.
 Dada :Simetris, S1/S2 Tunggal, nafas normal (vaskuler)
 Payudara :Simetris + /+,pembesaran payudara +/+, hiperpigmentasi
areola mamae +/+, puting susu menonjol +/+,
 Abdomen :Terdapat striae albican, ada bekas operasi SC, Diantara
SAR dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang
bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis dan
teregang
Palpasi :
- Leopold I : Teraba Bokong di fundus, TFU 3 Jari di atas PX hingga tidak
teraba karena perut tegang dan ibu kesakitan atau adanya mal presentasi
- Leopold II : Teraba Punggung bayi di kanan atau Kiri Ibu masih teraba
dalam suatu kantung kehamilan atau tidak teraba karena perut tegang ibu
kesakitan hingga teraba jelas langsung bagian tubuh janin yang seperti keluar
dari kantung kehamilan Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, Teraba
krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
- Leopold III : Teraba Kepala sudah atau belum masuk panggul atau ibu
mengeluh kesakitan bila di palpasi didaerah tertentu yang merupakan tempat
robekan

14
- Leopold IV : Bila kepala janin sebelumnya sudah turun panggul maka, akan
mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.

DJJ : irreguler, 90 kali/menit (Dbn 120-10x/menit), tidak


jelas. Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya
di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang karena plasenta
ikut lepas dan masuk kedalam rongga perut.
HIS : His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus sampai
akhirnya hilang siring dengan terjadinya rupture. (HIS Hipertonik)
 Ekstremitas : ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan
dibahu.
Atas  simetris, tidak oedema
Bawah  simetris, tidak oedema
 Genetalia : Tidak ada tanda PMS, keluar darah Segar atau tidak keluar
darah. Bila dilakukan kateterisasi maka akan terjadi Hematuri yang hebat
menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
VT : (bila belum ada perdarahan atau rupture imminen atau sudah komplit
yang tapa perdarahan) tetapi lebih baik tidak dilakukan
- Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah
dapat didorong ke atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam
yang agak banyak {Imminen}
- Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding
rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka
dapat diraba usus, omentum dan bagian-bagian janin. Kalau jari
tangan kita yang didalam kita temukan dengan jari luar maka terasa
seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis sekali dari dinding perut
juga dapat diraba fundus uteri. {Komplit}
-
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah : Hb = 8 gr% (Dbn 12 gr%), Golongan Darah= A/B/O/AB, hematokrit,
pembekuan darah, fibrinogen, plasma darah

15
C. ANALISA
Diagnosa Kebidanan
Ny “...” G ... P ... A....Uk. 40 minggu dengan Ruptur Uteri Imminens
S : Pasien mengatakan telah ditolong/didorong oleh dukun/bidan, partus sudah lama
berlangsung dan bu mengeluh nyeri yang amat sangat pada perutnya
O:
a. Pemeriksaan Umum
KU : Lemas, pucat, keringat dingin
Kesadaran : somnolen
TTV : TD 140/100 mmHg (Dbn 110/70 mmHg – 120/80 mmHg) {Normal,
tinggi lalu Turun}
N 100 x/ menit(Dbn 70- 90 x/ menit) {Cepat Hinnga Lemah}
Rr24 x/ menit(Dbn 16-20 x/ menit) {Cepat Hingga Lemah}
S 37,1o C(Dbn 36,5 o C – 37,5 o C) {Naik lalu Turun}
b. Pemeriksaan Khusus
 Wajah : pucat, Berkeringat (dehidrasi)
 Mata : konjungtiva pucat, sklera putih
 Gilut :bibir kering, ibu terlihat haus, lidah kering
 Leher :kelenjar tyroid tidak ada pembesaran, vena jugularis
tidak ada pembesaran, kelenjar limfe tidak ada pembesaran.
 Dada :Simetris, S1/S2 Tunggal, nafas normal (vaskuler)
 Payudara :Simetris + /+,pembesaran payudara +/+, hiperpigmentasi
areola mamae +/+, puting susu menonjol +/+, ASI + /+,
 Abdomen :Terdapat striae albican, ada bekas operasi SC, Diantara
SAR dan SBR Mulai nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang
yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis
dan teregang
Palpasi :
- Leopold I : tidak teraba karena perut tegang dan ibu kesakitan atau adanya
mal presentasi
- Leopold II : tidak teraba karena perut tegang ibu kesakitan
- Leopold III : Teraba Kepala sudah atau belum masuk panggul dan terasa
mulai menipis

16
- Leopold IV : Bila kepala janin sebelumnya sudah turun panggul maka, akan
mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.

DJJ : irreguler, 1800 kali/menit (Dbn 120-10x/menit),


HIS : His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus sampai
akhirnya hilang siring dengan terjadinya rupture. (HIS Hipertonik)
 Ekstremitas : ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan
dibahu.
Atas  simetris, tidak oedema
Bawah  simetris, tidak oedema
 Genetalia : Tidak ada tanda PMS, keluar darah Segar atau tidak keluar
darah. Bila dilakukan kateterisasi maka akan terjadi Hematuri yang hebat
menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
VT : (bila belum ada perdarahan atau rupture imminen atau sudah komplit
yang tapa perdarahan) tetapi lebih baik tidak dilakukan
- Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah
dapat didorong ke atas
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah : Hb = 10 gr% (Dbn 12 gr%), Golongan Darah= A/B/O/AB,
hematokrit, pembekuan darah, fibrinogen, plasma darah

D. PENATALAKSANAAN
1. Jelaskan keadaan ibu dan janin saat ini, ibu dan keluarga mengerti
2. Lakukan inform choice dan inform consent untuk rujukan ke RS, ibu dan keluarga
setuju dirujuk.
3. Pasang infus RL,
4. Observasi DJJ, bila irreguler pasang O2
5. Persiapan merujuk dengan BAKSOKUDA
Ø B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
Ø A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit,
infus set, tensimeter dan stetoskop

17
Ø K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
(klien) ke tempat rujukan.
Ø S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
Ø O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
Ø K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
cepat.
Ø U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
Ø DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah
apabila terjadi perdaraha
6. Observasi KU dan TTV ibu selama perjalanan merujuk
7. beri anbiotik, antipiretik
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : Hari/Tanggal/Bulan/Tahun
Tempat Pengkajian : Rumah Sakit
S : Ibu mengatakan perut terasa nyeriyang sangat
O:
a. Pemeriksaan Umum
KU : Lemas, pucat, keringat dingin
Kesadaran : somnolen
TTV : TD 140/100 mmHg (Dbn 110/70 mmHg – 120/80 mmHg) {Normal,
tinggi lalu Turun}
N 100 x/ menit (Dbn 70- 90 x/ menit) {Cepat Hinnga Lemah}
Rr24 x/ menit (Dbn 16-20 x/ menit) {Cepat Hingga Lemah}
S 37,1o C (Dbn 36,5 o C – 37,5 o C) {Naik lalu Turun}
b. Pemeriksaan Khusus
 Wajah : pucat, Berkeringat (dehidrasi)
 Mata : konjungtiva pucat, sklera putih
 Gilut :bibir kering, ibu terlihat haus, lidah kering

18
 Leher :kelenjar tyroid tidak ada pembesaran, vena jugularis
tidak ada pembesaran, kelenjar limfe tidak ada pembesaran.
 Dada :Simetris, S1/S2 Tunggal, nafas normal (vaskuler)
 Payudara :Simetris + /+,pembesaran payudara +/+, hiperpigmentasi
areola mamae +/+, puting susu menonjol +/+, ASI + /+,
 Abdomen :Terdapat striae albican, ada bekas operasi SC, Diantara
SAR dan SBR Mulai nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang
yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis
dan teregang
Palpasi :
- Leopold I : tidak teraba karena perut tegang dan ibu kesakitan atau adanya
mal presentasi
- Leopold II : tidak teraba karena perut tegang ibu kesakitan
- Leopold III : Teraba Kepala sudah atau belum masuk panggul dan terasa
mulai menipis
- Leopold IV : Bila kepala janin sebelumnya sudah turun panggul maka, akan
mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.

DJJ : irreguler, 1800 kali/menit (Dbn 120-10x/menit),


HIS : His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus sampai
akhirnya hilang siring dengan terjadinya rupture. (HIS Hipertonik)
 Ekstremitas : ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan
dibahu.
Atas  simetris, tidak oedema
Bawah  simetris, tidak oedema
 Genetalia : Tidak ada tanda PMS, keluar darah Segar atau tidak keluar
darah. Bila dilakukan kateterisasi maka akan terjadi Hematuri yang hebat
menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
VT : (bila belum ada perdarahan atau rupture imminen atau sudah komplit
yang tapa perdarahan) tetapi lebih baik tidak dilakukan
- Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah
dapat didorong ke atas
a. Pemeriksaan Penunjang

19
1. Laboratorium
Darah : Hb = 10 gr% (Dbn 12 gr%), Golongan Darah= A/B/O/AB,
hematokrit, pembekuan darah, fibrinogen, plasma darah
A : G....P...A... UK 40 minggu dengan Ruptur Imminens
P : 1. Jelaskan keadaan ibu dan janin, ibu dan keluarga mengerti
2. pastikan cairan infus lancar dan pemberian O2 telah terpasang
3. Kolaborasi dengan dokter Sp OG
- dilakukan USG , hasil USG Ruptur uteri Imminens dengan ciri :
 Lingkaran Bandl yang terlihat jelas tetepi masih belum ada robekan
 Belum ada perdarahan pervaginal atau perdarahan didalam abdomen
 Masih belum ada robekan tetapi jika terus dibiarkan akan terjadi robekan
4.Lakukan inform consent
5.Persiapan transfusi darah
6.Persiapan Operasi Sectio Caesaria (Terlampir)

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : Hari/Tanggal/Bulan/Tahun
Tempat Pengkajiam : Rumah Sakit
S : Ibu merasakan masih lemah setelah operasi
O : KU : Lemah
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 90/60 mmHg
N : 99 x/mnt
RR : 26 x/ mnt
S : 36 o C
Wajah : pucat
Mata : konjungtiva pucat
Abdomen : TFU sepusat
Genetalia : perdarahan sekitar 200 cc

A: P..A.... 2 jam post Operasi


P : 1.Jelaskan kepada keluarga keadaan ibu dan bayinya baik dan harus tetap dalam pantauan
2.Pastikan cairan infus lancar dan pasang O2

20
3.Kolaborasi dengan Dokter SP.OG
4.Observasi

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rupture uteri adalah robekan atau diskontiunitas dinding Rahim akibat dilampauinya daya
regang myometrium. Penyebab rupture uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus
macet atau traumatic. Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan
umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotonika,
antibiotika, dsb.
Bila keadaan umum penderita mulai membaik, selanjutnya dilakukan laparotomi dengan
tindakan jenis operasi:
1) Histerektomi, baik total maupun subtotal.
2) Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-baiknya.
3) Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup.

22
2.6.1 SOP Seksio Sesarea
Standar Operasional Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai
tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerjapada unit kerja yang bersangkutan.
PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESAREA
STANDART
No.Dokumen No. Revisi Halaman ¼
PROSEDUR
Ditetapkan Oleh
OPERASIONAL Tanggal Terbit
Direktur RS
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan
PENGERTIAN bayi per abdominan dengan membuat sayatan pada
dinding perut dan rahim atas indikasi tertentu
Untuk memberikan acuan tindakan sectio caesarea
sehingga mendapatkan hasil tindakan yang optimal
TUJUAN
dengan morbiditas dan motralitas ibu dan bayi serendah
mungkin
Surat Keputusan Direktur RS. tentang Operasi Sectio
Caesarea. Tindakan sectio caesarea dilakukan atas
indikasi tertentu dimana bila persalinan dilakukan
pervaginam akan meningkatkan risiko komplikasi pada
ibu dan atau bayinya. Tindakan sectio caesarea
dilakukan oleh seorang dokter spesialis obstetri dan
ginekologi. Indikasi sectio caesarea adalah :
1. Disproporsi kepala – panggul.
KEBIJAKAN 2. Letak lintang yang tidak berhasil dikoreksi.
3. Letak sungsang dengan taksiran berat badan janin
>3500 gram.
4. Letak sungsang dengan ibu panggul sempit relatif.
5. Presentasi kaki.
6. Tumor yang menghalangi jalan lahir.
7. Hidrosefalus dengan jaringan otak yang masih baik.
8. Presentasi dahi.
9. Presentasi muka dengan dagu di belakang.

23
10. Panggul sempit absolut.
11. Tali pusat menumbung.
12. Plasenta previa totalis.
13. Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
14. Plasenta previa lateralis yang menutupi lebih dari
setengah pembukaan serviks.
15. Riwayat seksio sesarea 2 kali.
16. Riwayat operasi pada daerah korpus uteri.
17. Tindakan ekstraksi vakum/ ekstraksi forseps gagal.
18. Plasenta previa lateralis / margiralis dengan
plasenta di SBR bagian belakang.
19. Eklampsia
20. Preeklampsia
21. Ketuban pecah dini
22. Giant baby
23. Fetal distress
24. Post-term
25. Kematian janin dalam kandungan
26. Gangguan pada ibu, meliputi: penyakit asma, jantung,
varises vagina, danlain-lain
PROSEDUR I.Mempersiapkan tim dan peralatan:
Setelah ditetapkan adanya indikasi sectio caesarea,
bidan ruang bersalin menghubungi dokter spesialis
anak dan perawat ruang bayi serta dokter spesialis
anestesi dan perawat kamar operasi.
- Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, anestesi
dan anak mendiskusikan keadaan pasien serta
penyulit yang mungkin timbul selama dan setelah
operasi serta pilihan cara anestesi.
- Perawat kamar operasi mempersiapkan peralatan
operasi. Perawat kamar bayi mempersiapkan
peralatan resusitasi.
II. Persiapan Pasien:

24
1. Periksa pasien dan yakinkan kembali indikasi
sectio caesarea sudah tepat.
2. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang
hal-hal yang akan dilakukan serta penyulit yang
mungkin timbul .
3. Pasien dan keluarga menandatangani formulir
izin / persetujuan tindakan.
4. Pasang infus jaga dan siapkan darah untuk
kemungkinan transfusi.
5. Pasang kateter.
6. Ganti pakaian dengan pakain khusus kamar
operasi.
III. Persiapan Penolong :
1. Penolong dan asisten memakai baju khusus
kamar operasi lengkap dengan topi dan masker.
2. Penolong memakai short plastik.
3. Penolong dan asisten mencuci tangan sebelum
tindakan
4. Pakai jas operasi dan sarung tangan steril.
IV. Teknik Operasi :
1. Pasien dalam keadaan telentang.
2. Dokter spesialis anestesi / penata anestesi
melakukan tindakan anestesi.
3. Sisihkan pakaian pasien
4. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada
daerah abdomen dan sekitarnya.
5. Buat sayatan memanjang sepanjang ± 10 cm pada
dinding perut pasien, selanjutnya buka lapis demi
lapis sampai menembus peritoneum Bila perlu,
pasang kassa perut di sekitar uterus untuk
melindungi usus.
6. Identifikasi plika vesikouterina, sayat dengan
gunting dan lebarkan ke kiri dan kanan ke arah

25
pangkal lig.rotundum, sisihkan ke bawah dan
tahan dengan retraktor.
7. Buat sayatan melintang pada bagian depan
segmen bawah rahim, bagian tengahnya ditembus
dan diperlebar ke kiri dan kanan dengan gunting
atau secara tumpul. Bila ketuban masih utuh,
lakukan amniotomi.
8. Lahirkan bayi sesuai dengan cara yang
seharusnya.
9. Lakukan pemotongan tali pusat dan serahkan
bayi pada asisten. Untuk selanjutnya perawatan
bayi diserahkan pada dokter spesialis anak dan
perawat kamar bayi.
10. Suntikkan oksitosin 10 IU intramural dan minta
bantuan perawat untuk memasukkan 20 IU
oksitosin dalam cairan infus.
11. Lahirkan plasenta dengan cara menarik tali pusat.
12. Minta perawat untuk menyuntikkan ergometrin
0,2 m iv. dan nilai kontraksi uterus.
13. Jepit ujung dan tepi luka dengan venster klem.
14. Lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri untuk
memastikan tidak ada bagian plasenta yang
tertinggal.
15. Buat jahitan angka delapan untuk hemostasis
pada kedua ujung sayatan dengan benang
chromic no.2. Bagian tengah sayatan dijahit 2
lapis dengan jahitan jelujur.
16. Yakinkan tidak ada lagi perdarahan dari tempat
sayatan.
17. Lakukan reperitonealisasi dengan aproksimasi
plika vesikouterina.
18. Angkat kassa perut dan bersihkan rongga perut
dari sisa dan bekuan darah.

26
19. Lakukan penutupan lapis demi lapis.
20. Setelah luka operasi pada dinding perut dijahit,
tutup luka dengan kassa yang dibasahi betadine.
21. Angkat doek penutup.
22. Bersihkan vagina dari sisa darah dan bekuan
darah.
23. Bersihkan dan rapikan pasien kembali.
Pasca Operasi :
24.Masukkan semua alat bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% dan rendam selanjutnya selama 10
menit sebelum diproses.
25.Buang kassa bekas dan sisa darah dalam tempat
sampah medis.
26.Cuci sarung tangan sebelum dilepas dalam
larutan klorin 0,5%, lepaskan terbalik dan
rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
Penolong dan asisten mencuci tangan selesai
tindakan.
27.Nilai kontraksi uterus dan awasi perdarahan
pasca operasi.
28.Periksa ulang tanda-tanda vital pasien.
29.Buat laporan operasi dan masukkan dalam status
pasien, lengkapi dengan
30.instruksi selanjutnya.
31. Beritahu keluarga pasien bahwa operasi telah
selesai, sampaikan hasil operasi serta hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perawatan
pasienpasca operasi. Sampaikan juga risiko
terhadap kehamilan dan persalinan selanjutnya
serta anjuran yang berhubungan dengan hal
tersebut.
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi.

27
2. Dokter Spesialis Anak.
3. Dokter Spesialis Anesthesi.
4. Perawat Kamar Operasi.
5. Penata Anesthesi.
6. Perawat Ruang Perinatologi.
7. Perawat Ruang Kebidanan (VK)

28

Anda mungkin juga menyukai