TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Jenis
1) Tak Komplet
2) Komplet
Pada umumnya uterus dibagi atas 2 bagian besar corpus uteri dans
servik uteri. Batas keduanya disebut ishmus uteri pada rahim yang tidak
hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira kurang lebih dari 20 minggu,
dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, maka
mulailan terbentuk SBR ishmus ini. Batas antara korpus yang kontraktil dan
SBR yang pasif disebut lingkaran dari bandl. Lingkaran bandl ini dianggap
fisiologi bila terdapat pada 2 sampai 3 jari diatas simpisis, bila meninggi,
kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya rupture uteri mengancam
(RUM). Rupture uteri terutama disebabkan oleh peregangna yang luar biasa
dari uterus. Sedangkan uterus yang sudah cacat, mudah dimengerti, karena
adanya lokus minoris resisten. Pada waktu inpartu, korpus uteri mengadakan
kontraksi sedang SBR tetap pasif dan servik menjadi lunak (efacement dan
pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi),
sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat) maka
SBR yang pasif ini akan tertarik keatas, menjadi bertambah reggang dan
tipis. Lingkaran bandl ikut meninggi, sehingga sewaktu-waktu terjadi
robekan pada SBR tadi. Dalam hal terjadinya rupture uteri jangan dilupakan
peranan dari anchoring apparrtus untuk memfiksir uterus yaitu ligamentum
rotunda, ligamentum sacro uterina dan jaringan parametra.
2.1.6 Klasifikasi
2.1.7 Diagnosis
Terlebih dahulu, dan ini yang penting, adalah mengenal betul gejala dari
ruptur uteri mengancam sebab dalam hal ini kita dapat bertindak secepatnya
supaya tidak terjadi ruptura uteri yang sebenarnya.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tindakan mana yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktor, antara
lain:
2.1.9 Komplikasi
1) Gawat janin
2) Syok hipovolemik
3) Sepsis
2.1.10 Prognosis
Angka kematian maternal karena ruptura uteri masih tinggi. Dari laporan
beberapa rumah sakit besar di Indonesia berkisar antara 30-50%. Sebab
kematian terutama karena perdarahan, infeksi (peritonitis, ileus paralitik),
trauma anestesi, dan syok postoperatif. Prognosa bagi janin lebih buruk lagi,
angka kematian anak sangat tinggi: Eastman 81,8%, Toha (Surabaya)
hampir 100% dan R.S. Pirngadi Medan 89-100%.
MANAJEMEN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal................jam...........
Tempat......
Pemeriksa......
a. Data Subyektif
1. Biodata
Diyatakan untuk mengetahui nama, alamat, umur, pekerjaan, pendidikan,agama
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan ibu saat datang, yang biasanya dirasakan oleh
ibu dengan ruptur uteri adalah:
Ibu mengeluh seperti ada sesuatu yang putus di bagian bawah,
Nyeri abdomen dapat tiba-tiba , tajam dan seperti disayat pisau.
Apabila terjadi ruptur sewaktu persalinan, kontraksi uterus yang
intermiten, kuat dapat berhenti tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus
yang menetap.
Perdarahan per vaginam simptomatik karena perdarahan aktif dari
pembuluh darah yang robek.
Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan intraperitoneum.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Perlu ditanyakan apakah Ibu pernah menderita penyakit yang mungkin
kambuh saat persalinan dan berpengaruh pada persalinannya.
Diabetes Melitus : diabetes mellitus menyebabkan makrosomia janin.
Akibatnya uterus terlalu teregang yang bisa
menyebabkan terjadinya ruptur ueri
Anemia : potensial menyebabkan HPP karena atonia uteri.
Mioma : berpotensial terjadi Ruptur uteri sikatrik, yaitu
ruptur uteri spontan yang terjadi pada bekas
sikatrik dinding uterus akibat operasi dinding
uterus.
2. Pasang infus RL
3. Persiapan Rujukan
IV. INTERVENSI
a. Mandiri
1. Pemantauan pemberian oksigen
R : diberikan oksigen sebanyak 3lt/mnt. Agar suplai oksigen ke otak kembali
tercukupi.
E : TTV ibu dalam batas normal serta Ibu dapat diselamatkan.
VI. EVALUASI
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal :
a. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
b. Denyut nadi : 70-80 x/menit
c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d. Suhu : 36 – 37 oc
2. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
3. Gas darah dalam batas normal
4. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi
dan pengobatan yang dilakukan
5. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan
perasaan psikologis dan emosinya
6. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
7. Klien tidak merasa nyeri
8. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
DAFTAR PUSTAKA