Anda di halaman 1dari 10

ANALASIS

STANDAR MUTU
PELAYANAN
KEBIDANAN
STANDAR
PELAYANAN 21
Oleh Dwi Fitri Wulandari
Kelompok 21
STANDAR 21 • Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan
dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan segera
Penanganan melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan
untuk mengendalikan perdarahan. Tujuannya adalah
Perdarahan bidan mampu mengambil tindakan pertolongan

Post Partum
kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang
mengambil perdarahan post partum primer/ atoni

Primer
uteri.
• Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan
kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer.
Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk
secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post
partum primer.
Syarat
• Bidan terlatih dan terampil dalam menangani perdarahan post
partun termaksud pemberian obat oksitosin dan cairan IV,
kompresi bimanual dan kompresi aorta.
• Tersedia peralatan / perlengkapan penting yang diperlukan dalam
kondisi DTT / steril.
• Tersedia obat antibiotika dan oksitosika serta tempat
penyimpanan yang memadai.
• Tersedia sarana pencatatan: Kartu Ibu , partograf.
• Tersedia tansportasi untuk merujuk ibu direncanakan.
• Sistem rujukan yang efektif untuk perawatan kegawatdaruratan
obstetri dan fasilitas bank darah berfungsi dengan baik untuk
merawat ibu yang mengalami perdarahan post partum.
Proses yang  Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum
primer.

dilakukan  Segera setelah placenta dan selaput ketuban


dilahirkan, lakukan masase uterus supaya
berkontraksi, untuk mengeluarkan gumpalan darah,
sambil melakukan masase fundus uteri periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.
 Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir sebelum memberikan perawatan.
Gunakan sarung tangan DTT / steril untuk semua
periksa dalam, dan gunakan sarung tangan bersih
kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh
darah dan cairan tubuh.
 Jika perdarahan terus terjadi dan uterus
teraba berkontraksi baik:
• Berikan 10 unit oksitosin IM.
• Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan
menggunakuan teknik aseptik, pasang kateter ke
kandung kemih.
• Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks
dengan seksama menggunakan lampu yang terang.
Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem
dengan forcep arteri dan jahit laserasi dengan
menggunakan anastisi lokal menggunakan teknik
aseptik.
Jika uterus
• Berikan 10 unit oksitosin IM.
• Lakukan masase uterus untuk megeluarkan gumpalan

mengalami
darah.Periksa lagi apakah placenta utuh dengan teknik aseptik,
menggunakan sarung tangan DTT / steril, usap vagina dan
ostium serviks untuk menghilangkan jaringan placenta atau

atonia uteri, selaput ketuban yang tertinggal.


• Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptik

atau untuk memasang kateter kedalam kandung kemih.


• Gunakan sarung tangan DTT / steril, lakukan kompres bimanual

perdarahan internal maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bisa


dikendalikan dan uterus bisa berkontraksi dengan baik.

terus terjadi:
• Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan kemingkinan
rujukan.
• Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus dapat
berkontraksi dengan baik :
• Teruskan kompresi bimanual selama 1 – 2 menit atau lebih.
• Keluarkan tangan dari vagina secara hati – hati.
• Pantau kala 4 persalinan dengan seksama, termasuk sering
melakukan masase uterus untuk memerikasa atonia , mengamati
perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi.
Jika perdarahan • Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksternal.

tidak terkendali dan •



Keluarkan tangan dari vagina secara hati – hati.
Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu, berikan methergin
uterus tidak •
0,2 mg IM.
Mulai IV Ringer Laktat 500 cc + 20 unit oksitoksin
berkontraksi dalam menggunakan jarum berlubang besar (16 atau 18 G) dengan
teknik aseptik.

waktu 5 menit • Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan


dengan IV Ringer Laktat + 20 unit oksitoksin yang kedua.
setelah dimulainya • Jika uterus tetap atoni dan/ atau perdarahan terus

kompresi bimanual
berlangsung.
• Ulangi kompresi bimanual internal.

pada uterus. • Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan –


lahan dan pantau kala IV persalinan dengan cermat.
• Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana
operasi bisa dilakukan.
• Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus IV dengan
kecepatan 500 cc / jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 liter
dan kemudian turunkan kecepatan hingga 125 cc / jam.
– Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok rujuk segera dan melakukan
tindakan berikut ini :
• Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum di atas.
• Pantauan dengan cemat tanda – tanda vital ibu, setiap 15 menit pada saat perjalanan
ke tempat rujukan.
• Berikan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan
meminimalkan risiko aspirasi jika ibu muntah.
• Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan.
• Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah yang kembali ke jantung.
• Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada maka
kemungkinan terjadi ruptura uteri. Hal ini juga memerlukan rujukan segera ke rumah
sakit.
• Bila kompres bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini
dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdatahan sedang dicari.
• Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan
dan tekanan darah.
• Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan
dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan.
• Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk keterlambatan akan berbahaya.
• Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk gejala
dan tanda infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda – tanda infeksi.
Kasus • Seorang wanita usia 29 tahun (G4P3A0) aterm,
melahirkan bayi laki laki , ditolong oleh bidan. Bayi
langsung menangis , BB 2900 gr , PB 48 cm. Pasca
persalinan ibu mengalami perdarahan sehingga bidan
merujuk ibu dan bayi ke rumah sakit terdekat .Dalam
perjalanan merujuk bidan melakukakn KBI KBE dan
KAA didalam ambulan desa. Setelah sampai dirumah
sakit Pemeriksaan yangdilakukan oleh dokter laki laki
yang sedang bertugas di UGD terhadap ibu didapatkan
: TD90/60 mmHg ; N 120x/mnt ; RR 24x/mnt ; suhu 36,5
C. Ibu didiagnosis mengalami HPP(Haemorragic Post
Partum ) ec atonia uteri . Pemeriksaan bayi didapatkan
suhu 36 C . Padausia 40 jam bayi terlihat kuning. Kadar
bilirubin total 15 gr/dl , bilirubin indirek 14,2 gr/dl
,sehingga dilakukan fototerapi
Hasil
• Reliable (keandalan), yaitu pemberian pelayanan secara akurat
dan dapat diandalkan sesuai dengan yang dijanjikan
berdasarkan prinsip dan standar pelayanan minimal. Pada

Analisa
standar pelayanan ke 21 yaitu penangan perdarahan post partum
primer dilakukan dengan KBI KBE dan KAA oleh bidan

dengan
• Assurance, yaitu terjamin kualitas dan keamanannya. Contoh:
tingkat keamanan dalam pelayanan penanganan perdarahan
post partum dirasa kurang dikarenakan dalam penganan

Dimensi
perdarahan kurang sesuai
• Tangible (bukti langsung), yaitu masyarakat terkesan dengan
tampilan fisik dan tampilan pelayanan yang langsung bisa

RATER dirasakan. Contoh: dalam pertolongan perdarahan primer dirasa


langsung bisa dirasakan namun penanganan perdarahan sebagai
bukti pelayanan
• Empati, yaitu sikap dan perilaku yang selalu memperhatikan dan
peduli terhadap kepentingan pelanggan secara individual.
Contoh: dalam kasus tersebut bidan langsung merujuk ibu
kerumah sakit dikarenakan diketahui ibu perdarahan postpartum
• Responsive, yaitu sigap dalam memberikan pelayanan. Contoh:
ketanggapan para petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan
tugasnya dalam penanganan perdarahan yang sesuai standar

Anda mungkin juga menyukai