Anda di halaman 1dari 22

KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA

PERSALINAN DENGAN TALI PUSAT MENUMBUNG

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Yang di bimbing oleh Ibu Ika Yudianti, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh:

Fatna Hendry Ayuneida 1502450024

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah dibaca dan disetujui oleh:

Malang, 20 September 2017

Dosen Pembimbing,

Ika Yudianti, S.ST., M.Keb

NIP: 19800727 2001323 2 002

2
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tali Pusat Menumbung”.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal, ini disusun berdasarkan beberapa sumber buku yang
telah penulis peroleh. Selain penulis memperoleh sumber dari beberapa buku pilihan, penulis
juga memperoleh informasi tambahan dari internet. Diharapkan makalah ini dapat berguna
untuk membantu mahasiswa maupun tenaga medis dalam meningkatkan kinerja yang
bermanfaat di bidang kesehatan khususnya.

Walaupun demikian, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses pembuatan


makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, hal ini disebabkan karena
pengetahuan yang penulis miliki masih terbatas. Dengan demikian kritik dan saran dari
pembaca khususnya dosen, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
yang akan datang.

Malang, 27 Juli 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I Tinjauan Pustaka....................................................................................................1

1.1 Definisi............................................................................................................1

BAB II Konsep Manajemen...............................................................................................5

Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan................................................................5

Data Subyektif.......................................................................................................5

Data Obyektif........................................................................................................10

Rujukan.................................................................................................................19

Daftar Pustaka...................................................................................................................22

4
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Tali pusat teraba di samping atau lebih rendah dari bagian depan dan ketuban
sudah pecah (Jurnal Universitas Indonesia, 2009)
Tali pusat menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau di bawah
bagian terbawah janin. Hal ini terjadi apabila tali pusat keluar melalui air ketuban
yang sudah pecah ke serviks dan turun ke vagina. (Manuaba, 2010).
A. Klasifikasi Tali Pusat Menumbung
Tali pusat menumbung, ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari 3
kedudukan, yaitu:
a. Tali pusat menumbung di PAP, terletak di samping bagian terbawah janin di
PAP.
b. Tali puat menumbung ke dalam vagina, turun ke vagina.
c. Tali pusat menumbung melalui introitus dan keluar dari vagina.
B. Etiologi
Penyebab presipitasi tali pusat menumbung terdiri dari:
- Pecah ketuban dan presentasi bokong, presentasi campuran, presentasi lintang,
janin kecil (kurang dari 2000 gram), atau kelahiran kembar kedua. Kehamilan
kembar, perlahiran premature, tali pusat yang sangat panjang merupakan
faktor predisposisi.
- Pemberian enema jika ketuban pecah dan bagian presentasi adalah kepala
yang belum masuk ke pintu atas panggul, presentasi campuran, presentasi
bokong atau bokong-kaki yang belum masuk pintu atas panggul atau bahu.
- Amniotomi, jika kepala belum masuk ke pintu atas panggul, presentasi
campuran, presentasi non sefalik atau janin kecil yang bagian presentasinya
(baik sefalik atau bokong) tidak mengisi rongga pelvis.
- Pemeriksaan dalam menyebabkan pecah ketuban yang tidak disengaja pada
kondisi adanya ketuban yang tegang serta menonjol dan kepala belum masuk
ke pintu atas panggul, presentasi campuran atau presentasi non sefalik.
- Pemindahan verteks selama pengkajian janin atau manipulasi obstetrik (misal
rotasi kepala secara manual, penempatan forcep selain di outlet forcep;

5
pemasangan elektroda kulit kepala janin; usaha versi sefalik luar; pemasangan
kateter tekanan intrauterus).

C. Faktor Predisposisi
Keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, seperti pada disproporsi cephalopelvic, letak lintang, letak kaki,
kehamilan ganda, letak majemuk, hydramnion, sehingga pintu atas panggul tidak
tertutup oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali
pusat dan terjadinya tali pusat menumbung.
D. Patogenesis/Patofisiologis
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi,
komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian janin. Obstruksi yang lengkap dari
tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin
(deselrasi variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat detak jantung janin
akan kembali normal. Akan tetapi, bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi
yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap miokard sehingga
mengakibatkan deselerasi yang lama. Bila dibiarkan akan terjadi kematian janin.
Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak
jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang
menghasilkan hipovolemi janin da mengakibatkan akselerasi jantung janin.
Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis
respiratorium dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigenasi janin,
bradikardia yang menetap dan akhirnya kematian janin.
E. Penatalaksaaan
- Bila tali pusat tidak berdenyut lagi tunggu partus spontan.
- Bila tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup dan lakukan penanganan,
yaitu beri oksigen 4-6 L/menit dengan masker atau kanula hidung.
a) Pembukaan belum lengkap
Jika tindakan belum lengkap, hanya ada dua pilihan, yaitu:
1) Reposisi tali pusat.
2) Sectio caesarea.

6
 Jika reposisi berhasil, tekan fundus uteri agar bagian
terdepan/terbawah janin turun, apabila dibutuhkan berika oksigen
drips dan tunggu partus spontan.
 Jika reposisi gagal, dorong bagian erdepan ke atas agar tali pusat tidak
tertekan dan letakkan ibu dalam posisi tendelenburg dengan menaruh
bantal di bawah perut/pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk
sectio caesarea dengan tangan tetap dipertahankan dalam vagina
sampai bayi lahir.
 Pemberian tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol dengan dosis
0,5 mg IV dapat menolong mengurangi kontraksi uterus.
b) Pembukaan sudah lengkap
Bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi persalinan
segera diselesaikan sesuai dengan presentasi janin:
1) Tali pusat menumbung pada presntasi kepala
 Bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi
persalinan segera diselesaikan sesuai dengan presentasi janin:
 Tali pusat menumbung pada presentasi kepala
 Jika kepala masih tinggi dan ekstraksi dengan forceps
kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul. Pada anak
kecil (anak II gemeli) dapat diusahakan ekspresi dan
sesudah syarat-syarat forceps terpenuhi dilakukan
ekstraksi dengan forceps.
 Kalau anak sudah meninggal, ditunggu persalinan
spontan. Jangan membuang waktu dengan melakukan
reposisi tali pusat.
 Tali pusat menumbung pada presentasi bokong/kaki.
Reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervaginam
segera. Jika reposisi tali pusat gagal lakukan ekstraksi bokong
atau SC.
 Tali pusat menumbung pada letak lintang.
Pertahankan posisi tendelenburg dan dorong bahu janin ke
atas dan segera lakukan sectio caesarea.

7
F. Komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan
sepsis pada ibu dan janin.
Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan
bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama
persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama.
(Chuningham, dkk, 2010)
2. Pada Janin
a. Gawat Janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh
oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dari tanda tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari
160x/menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10x/menit).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi
lahir dengan letak kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan dan
keterampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang
terkoodinasi dan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir
atau patologi intrauterin. (Chuningham, dkk, 2010)

8
BAB II

Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

Kegawatdaruratan Persalinan dengan Tali Pusat Menumbung

DATA SUBYEKTIF

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terdapat suatu situasi dan kejadian.

1. Biodata/identitas :
a. Nama ibu/suami
- Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehri-hari agar mengetahui
identitas, membedakan klien, mengenal pasien, dan tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b. Umur ibu/suami
- Untuk mengetahui apakah umur ibu menentukan diagnosa kehamilan terlalu
muda atau terlalu tua ( lebih dari >35 tahun) maka lebih banyak resiko.
c. Alamat
- Untuk mengetahui tempat tinggal klien, apakah lingkungan cukup aman bagi
ibu dan berguna jika dilakukan kunjungan rumah, untuk mengetahui rumah
klien jauh atau dekat dengan tempat pengobatan.
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui apakah yang mendorong ibu untuk memeriksakan
kedatangan kepada bidan.
3. Keluhan Utama
Keluhan ibu yang dirasakan atau yang dialami ibu pada waktu pelaksanaan
pengkajian. Pasien dengan tali pusat menumbung biasanya mempunyai keluhan
utama yaitu mules-mules seperti akan melahirkan dan keluar lendir darah yaitu
ketuban sudah pecah.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, penyakit kuning, dan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun seperti darah

9
tinggi, kencing manis, asma. Juga untuk mengetahui riwayat pengobatan yang pernah
dilakukan.
- Hipertensi : Dapat menyebabkan komplikasi berupa pre eklamsi
atau eklamsi.
- Diabetes Melitus : Dapat menyebabkan komplikasi bayi besar dan luka
sulit sembuh (pada tindakan episiotomy).
- Jantung : Dapat memperberat kerja jantung sehingga
kemungkinan dapat terjadi decompensasi cordis.
- Asma : Dapat memperparah penyempitan bronkus sehingga
kemungkinan dapat terjdai hipoksia pada ibu bersalin.
- TBC : Dapat menyebabkan sesak nafas selama persalinan dan
lebih lanjut menyebabkan hipoksia pada ibu bersalin.
- HIV/AIDS : Merupakan penyakit menular seksual, sehingga pada
saat persalinan membutuhkan asuhan secara khusus.
- Riwayat Operasi : Utamanya sectio caesarea karena dapat menyebabkan
sayatan bekas caesar terbuka kembali.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu saat ini. Sehingga bidan dapat
mengetahui kemungkinan penyakit yang menyertai yang dapat mempengaruhi
kehamilan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dari keluarga terutama orang tua pernah menderita
penyakit menular seperti sakit kuning, TBC dan tidak mempunyai riwayat penyakit
menahun seperti sesak nafas, jantung, liver maupun penyakit menurun seperti darah
tinggi, kencing manis, asma serta tidak ada yang mempunyai keturunan kembar dalam
keluarga.
7. Riwayat Menstruasi
Anamnesa haid memberikan pesan pada kita tentang faal alat kandungan. Haid
terakhir, teratur tidaknya haid, dan siklusnya dipergunakan untuk memperhitungkan
tanggal persalinan. Yang dimaksud dengan haid terakhir adalah haid pertama dari
haid terakhir.
- Menarche : 12-16 tahun.
- Siklus : 21 hari, 28 hari, 31 hari, 35 hari. (normal maju/mundur 3
hari).

10
- Lama : 5-7 hari (pada wanita, biasanya lama haid tetap).
- Fluor Albus : Tidak ada/ada (warna, bau, gatal/tidak).
- Dismenorhea : Tidak ada/ada.
- Warna : Merah kecoklatan.
- HPHT : Kapan ibu menstruasi terakhir.
- TP : Tafsiran persalinan ibu.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil, bersalin, dan adakah
resiko atau penyakit. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas
kesehatan, sehingga komplikasi tidak terjadi.
- Riwayat Kehamilan : untuk mengetahui ada gangguan seperti muntah-
muntah, hipertensi, dan perdarahan pada saat hamil. Untuk mengetahui
kehamilan ke berapa saat ini.
- Riwayat Persalinan : Untuk mengetahui lahir aterm, preterm, posterm, ada
perdarahan waktu persalinan, proses lahir plasenta spontan atau buatan,
ditolong siapa, dan dimana tempat persalinan. Melakukan pengkajian terhadap
riwayat persalinan lalu yang memungkinkan berhubungan dengan persalinan
saat ini:
a. Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu atau dengan bantuan
alat), cara persalinan yang lalu dapat memberikan gambaran mengenai
ukuran panggul ibu.
b. Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala), ukuran janin yang
kecil dapat meningkatkan resiko presentasi puncak kepala dibanding
ukuran janin normal.
c. Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan gambaran ukuran
panggul ibu. Pada ibu yang kelahiran sebelumnya pervaginam dengan
anak premature tetap perlu dilakukan pengukuran ukuran panggul luar jika
ada indikasi.
d. Keadaan bayi saat lahir.
- Riwayat Nifas : Untuk mengetahui apakah pernah ada perdarahan,
infeksi, bagaimana proses laktasi dan apakah ada jahita perinium. Riwayat
nifas berpengaruh pada laserasi jalan lahir karena apabila ibu sudah pernah
mengalami masa nifas dengan laserasi maka ibu tidak kaget dengan rasa nyeri
pada luka jahitan perinium.

11
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui riwayat kehamilan ibu pada trimester I, II, III, saat ini.
Bila mulai merasa pergerakan anak.
Kalau kehamilan masih muda adakah mual, muntah, sakit kepala, dan
perdarahan. Kalau kehamilan sudah tua adakah bengkak di kaki atau muka, sakit
kepala, perdarahan, sakit pinggang, dll. Keluhan ini nanti harus diingat dalam
pemberian pengobatan.
Melakukan pengkajian terhadap hal-hal essential pada kehamilan yang
berpengaruh terhadap persalinan, yaitu:
- Masalah yang dialami ibu selama kehamilan.
- Kontraksi yang dialami (kapan mulai kontrasi, keteraturan, lamanya).
- Gerakan bayi yang dialami ibu.
- Keadaan selaput ketuban (apakah sudah pecah, warna cairan, konsistensi dan
kapan ketuban pecah).
- Pengeluaran cairan dari vagina.
- Waktu terakhir kali ibu makan dan minum.
- Kesulitan dalam berkemih.
10. Riwayat Persalinan Sekarang
Hal yang perlu dikaji meliputi sejauh ini berapa lama proses persalinan
berlangsung, apakah persalinan pada awalnya berlangsung normal atau kemudian
berhenti secara tiba-tiba, apakah ketuban sudah pecah dan berapa lama, apakah ada
bagian kecil pada bagian terdahulu.
11. Riwayat Ginekologi
Mengkaji tentang riwayat penyakit sistem reproduksi yang dapat
mempengaruhi proses persalinan seperti kista ovarium yang pada kehamilan stadium
lanjut kista ovarium yang berukuran sedikit besar dapat menyebabkan keainan posisi
janin, pada saat persalinan dapat menyebabkan penyumbatan mekanisme jalan lahir.

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum : Untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan.


a. Keadaan Umum : Untuk mengetahui apakah ibu dalam kondisi baik, buruk,
lemah.
- Bila masih tahap awal proses persalinan keadaan umum ibu baik.
- Bila sudah terjadi partus lama keadaan umum ibu mulai lemah.

12
- Bila terjadi syok karena partus lama keadaan ibu buruk, ibu akan terlihat
lemah, pucat dan dingin, gelisah, ketakutan, merasa kedinginan, nadi lebih
cepat dan lemah, tekanan darah turun.
b. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, composmentis, apatis,
somnolen, delirium, spoor, koma.
- Composmentis : Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
- Apatis : Keadaan kesadaran yang sedang untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
- Delirium : gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, teriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
- Samnolen : Kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tidur,
namun kesadaran akan pulih jika dirangsang (mudah dibangunkan tetapi jatuh
tertidur lagi), mampu memberi jawaban verbal.
- Spoor : Keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
- Coma : tidak bisa dibangunkan, baik tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun.
c. TTV : untuk mengetahui tanda-tanda vital anak apakah dalam batas normal atau
tidak.
d. Tekanan Darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu yaitu 90/60 mmHg-130/90
mmHg, kenaikan sistole >30 mmHg dan diastole >15 mmHg merupakan tanda-
tanda patologis pre-eklamsi >140/100 mmHg disebut hipertensi, <90/60 mmHg
kemungkinan ibu syok.
e. Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung/menit yaitu 60-80x/menit,
takikardi >100x/menit, bradikardi <60x/menit. Takikardi merupakan salah satu
indikasi terjadi perdarahan. Denyut nadi cepat dan lemah kemungkinan ibu syok.
f. Pernafasan : Untuk mengetahui frekuensi/menit, irama reguler/tidak yaitu 16-
24x/menit , takipnea >24x/menit, bradipnea ±10x/menit, pernafasan >24x/menit
dan dangkal kemungkinan ibu syok.
g. Suhu : Untuk mengetahui temperature tubuh yaitu 36,5-37,5ºC, hipotermi
<36ºC, sub febris 37,5-38ºC, febris 38-40ºC. Suhu diatas 38ºC merupakan salah
satu tanda infeksi. Suhu tubuh di bawah 36,5ºC kemungkinan ibu syok.

13
h. UK : Untuk mengetahui usia kehamilan ibu, sehingga bisa mengetahui tinddi
fundus uteri sesuai usia kehamilan dan membandingkan dengan tinggi fundus
uteri saat ini.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Muka : Untuk mengetahui pucat/tidak (untuk mengetahui ibu memiliki indikasi
anemia/tidak, muka yang pucat menandakan terjadi penurunan aliran darah ke
perifer), oedem/tidak (oedem adalah salah satu dari tanda-tanda pre eklamsi.
b. Abdomen : Nampak bekas jahitan luka operasi/tidak, karena bekas operasi dapat
terbuka. Nampak pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan/tidak, pada
persalinan dengan letak lintang. Nampak abdomen besar di salah satu sisi/tidak.
Letak lintang biasa terjadi pada multipara karena dinding perut yang menggantung.
c. Vulva : Untuk mengetahui derajat kebersihannya. Nampak oedema/tidak, nampak
kondiloma tamatalata dan kondiloma akuminata/tidak, terdapat pengeluaran lendir
bercampur darah/tidak.

Palpasi

a. Abdomen : Bagaimana kontraksi uterus, kandung kemih kosong/tidak karena


dapat mempengaruhi penurunan kepala.
- Leopold I : Untuk mengetahui usia kehamilan, TFU normal pada persalinan
aterm genap 40 hari adalah 3 jari di bawah prosesus xypoideus/secara Mc.
Donald ±34 cm. Ldan untuk mengetahui apakah yang terdapat pada fundus
uteri.
- Leopold II : Untuk mengetahui bagian apa yang terdapat pada sisi samping
uterus. Letak lintang/letak bujur.
- Leopold III : Untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah
memasuki pintu atas panggul (PAP).
- Leopold IV : Untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di
bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah
janin telah memasuki pintu atas panggul. Konvergen (sebagian kecil bagian
terbawah janin telah masuk PAP) atau Divergen (sebagian besar bagian
terbawah janin telah masuk PAP).

14
Disertai perlimaan WHO:
a. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas symphisis pubis.
b. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.
c. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul.
d. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
shympisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga
panggul (tidak dapat digerakkan).
e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada di atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga
panggul.
f. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dair pemeriksaan
luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga
panggul.
HIS: pada awal persalinan kontraksi >2 kali dalam 10 menit, dengan lama 20-
40 detik. Setelah terjadi partus lama uterus akan lelah dan terjadi penurunan
HIS.
TBJ: dihitung dengan rumus (TFU-12)x155. Normalnya 2500-4000 gram. TBJ
berkaitan degan ukuran bayi. Ukuran bayi yang kecil dapat menjadi penyebab
presentasi puncak kepala.
b) Vulva :
Saat in partu dilakukan VT, maka:
Pemeriksaan dalam
Dilakukan tanggal.................. Pukul..................
Hasil:
- Vulva vagina : keluar lendir darah apabila ketuban sudah pecah, apakah ada
jengger ayam atau tidak, teraba bagian yang berdenyut ketika VT.
- Pembukaan: pembukaan serviks, 0-10 cm.
- Effisement: pendataran/pemendekan canalis servikalis.
- Ketuban: keadaan ketuban, pecah.
c) Ekstremitas : Untuk mengetahui teraba oedema atau tidak .

15
Auskultasi
a. Abdomen : Untuk mengetahui DJJ, teratur/tidak.
Normalnya 120-160x/menit, pada partus lama jika DJJ <120 mmHg atau >160
mmHg terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama
dengan punggung janin.

INTERPRESTASI DATA

Diagnose kebidanan yaitu diagnose yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam
lingkungan praktek kebidanan yang memenuhi standart nomenklatur kebidanan (Manajemen
Varney, 4).

Dx : G0 P0000 Ab0000 UK..... minggu, T/H/I, persalinan dengan tali pusat menumbung.

Masalah Aktual:

- Gangguan psikologi karena ibu merasa cemas dan takut meghadapi persalinan.
- Gangguan rasa nyaman berupa nyeri.
- Kecemasan yang dialami ibu karena mendapat pengarahan dari petugas
kesehatan untuk melakukan sectio caesarea.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Diagnosa potensial:

- Jika tidak segera di tangani, di khawatirkan janin mengalami fetal distress


karena penumbungan tali pusat.
- Jika penumbungan tali pusat terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi
IUFD karena kebutuhan janin akan O2 dan nutrisi tidak terpenuhi.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Kebutuhan segera:

- Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi trendelenburg untuk


mengurangi tekanan pada tali pusat.
- Melakukan vaginal toucher untuk mengetahui pembukaan jalan lahir dan
keadaan selaput ketuban selain itu juga untuk mengetahui masih adanya
denyutan pada tali pusat atau tidak.

16
- Mempersiapkan partus set dan resusitasi.

PENATALAKSANAAN

a) Mandiri
 Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup:
1. Menjelaskan pada ibu kemungkinan akan terjadi penyulit dalam persalinan
dikarenakan adanya tali pusat menumbung sehingga harus dilakukan sectio
caesarea atau reposisi tali pusat.
- Rasional: penjelasan adanya penyulit pada ibu akan membuat ibu dan
keluarga cepat dalam mengambil keputusan dan lebih kooperatif terhadap
tindakan yang akan diberikan.
2. Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi trendelenburg untuk
mengurangi tekanan pada tali pusat.

Gambar: Posisi trendelenburg

Gambar: Posisi menungging (knee chest).

17
- Rasional: posisi tredelenburg akan mrlancarkan peredaran darah ibu dan
mengurangi tekanan tali pusat.
3. Mendorong bagian terendah janin ke arah kranial untuk mengurangi
tekanan pada tali pusat.
- Rasional: tekanan tali pusat menyebabkan gawat janin.
4. Memantau terus denyut jantung dan pulsasi tali pusat.
- Rasional: DJJ masih berdenyut atau tidak.
5. Observasi keadaan janin dan ibu, meliputi:
a. DJJ (Denyut Jantung Janin).
b. Pembukaan serviks
c. Penurunan kepala
d. Frekuensi HIS setiap 10 menit
e. Lamanya kontraksi
f. Kekuatan HIS
g. Nadi ibu
h. Tekanan darah
i. Suhu
j. Pernafasan
k. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
 Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal.
Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan drurat lagi dan lahirkan bayi
sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk
memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi
dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat
berlangsung spontan pervaginam.
b) Kolaborasi
Jika ibu pada persalinan kala I, ada dua pilihan yaitu reposisi tali pusat atau
sectio caesarea.
a. Dengan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (DTT) masukkan tangan
dalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas sehingga
tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
Rasional: tahanan tali pusat dapat menyebabkan gawat janin.
b. Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi
keberhasilan reposisi.

18
Rasional: keberhasilan reposisi tali pusat akan membuat ibu bersalin secara
pervaginam bukan SC.
c. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga
panggul, keluarkan tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap diatas
abdomen sampai dilakukan sectio caesarea.
Rasional: melakukan observasi his sampai dilakukan SC.
d. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar tali pusat
tidak tertekan dan letakkan ibu dalam posisi trendelenburg atau
exaggerated sims position dengan menaruh bantal di bawah perut/pinggul
dan segera bawa ke rumah sakit untuk di sectio caesarea dengan tangan
tetap dipertahankan di dalam vagina sampai bayi lahir.
Rasional: posisi tersebut untuk mengurangi tekanan pada tali pusat yang
dapat menyebabkan gawat janin.
e. Jika tersedia, berikan tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol 0,5 mg IV
secara perlahan untuk mengurangi kontraksi rahim.
Rasional: terapi tokolitik untuk mengurangi kontraksi rahim.
f. Segera rujuk untuk dilakukan sectio caeserea.
Rasional: jika kondisi ibu dalam kondisi penyulit SC dilakukan untuk
mengurangi resiko gawat janin.

Jika ibu pada persalinan kala II:

a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstraksi vakum


atau ekstraksi cunam/forceps dengan episiotomi.
b. Jika presentasi bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki dan
gunakan forceps piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang
menyusul.
c. Jika letak lintang, siapkan segera sectio caesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonatus.

6. Menjelaskan pada keluarga untuk memberi dukungan psikologi.

Rasional: untuk mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi SC.

19
Rujukan

1. B: memastikan pasien didampingi oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini petugas kesehatan
ialah bidan. Bidan bersedia mendampngi pasien menuju tempat rujukan.
2. A: bidan membawa perlengkapan yang dibutuhkan, seperti tensimeter, termometer,
stetoskop, funandoskop, oksigen, cairan RL 500 ml 20 tpm.
3. K: beritahu keluarga tetang kondisi terakhir klien dan alasan mengapa klien di rujuk.
4. S: beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi klien, alasan rujukan, uraian hasil
rujukan, asuhan atau terapi yang telah diberikan kepada klien.
5. O: membawa obat-obatan essensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk seperti
tokolitik (salbutamol 0,5 mg).
6. K: siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan klien dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7. U: ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup (karena kemungkinan
akan dilakukan sectio caesarea) dan untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempat rujukan.
Selama di perjalanan petugas kesehatan harus senantiasa mengobservasi tanda-tanda
vital ibu dan denyut jantung janin. Tangan kanan petugas kesehatan tetap berada pada jalan
lahir untuk menahan kepala agar tidak menekan tali pusat.

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu mengalami penyulit dalam persalinan
dikarenakan adanya tali pusat menumbung.
2. Mengobservasi keadaan umum ibu (periksa tanda-tanda vital).
3. Pemeriksaan DJJ.
4. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
- Menjelaskan pada keluarga untuk memberi dukuan psikologi karena ibu akan
di lakukan sectio caesarea.
- Menganjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman.
5. Menganjurkan ibu untuk berpuasa karena akan dilakukan sectio caesarea.
6. Menjelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini memerlukan tindakan segera karena
dapat berbahaya untuk janin dan ibu dengan adanya tali pusat menumbung, sehingga
ibu perlu menyiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan dengan sectio
caesarea:

20
- Memasang infus untuk persalinan operasi dan mengganti cairan.
- Mengobservasi keadaan janin dan ibu.
- Memotivasi keluarga untuk menyiapkan donor darah.
- Menyiapkan rujukan ke rumah sakit yang sesuai dengan permintaan keluarga
untuk dilakukan tindakan sectio caesarea.

EVALUASI

a. Ibu mengerti tentang kondisi ibu saat ini


- Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.
- Mengetahui tanda-tanda vital ibu.
- Mengetahui DJJ.
- Ibu bersedia menjalani operasi sectio caesarea demi keselamatan ibu dan
janin.
- Keluarga membantu ibu dalam menghadapi persalinan dengan sectio caesarea.
b. Ibu mengerti tentang pemenuhan rasa nyaman
- Ibu mengatakan dengan posisi miring, ibu merasa lebih nyaman.
- Keluarga memberikan dukungan/support pada ibu.
c. Ibu mengatakan bersedia menjalani persalinan dengan sectio caesarea.
- Ibu mengatakan mau berpuasa
- Ibu telah menyiapkan fisik dan mental untuk menjalani sectio caesarea.
- Keluarga telah memersiapkan donor darah.
- Keluarga mau membantu dan mendampingi ibu dalam menghadapi persalinan
dengan sectio caesarea.
- Ibu bersedia di rujuk ke rumah sakit.
- Persiapan rujukan BAKSOKUDA sudah siap.

Peran Bidan

- Tetap memberi dukungan pada ibu.


- Bersikap terbuka dan memberikan informasi pada ibu dan keluarga.
- Mengarahkan kepada tindakan yang terbaik untuk keselamatan ibu janin.
- Menyampaikan segala pertimbangan positif dan negative pada ibu dan suami
dalam memilih keputusan.
- Melakukan inform consent dalam setiap tindakan.

21
PEMBAHASAN

Daftar Pustaka

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0ahUKEwivstyuoLLWAhXKsY8KHcK
MD5AQFghUMAc&url=http%3A%2F%2Fwww.lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital
%2F123820-PK%2BI%2B2077.8161-Tanggung%2Bjawab-
Pendahuluan.pdf&usg=AFQjCNHt_8PD6BPG2ysHDj0mXsBLW71j9w (Jurnal Universitas
Indonesia, di akses pada tanggal 2 September 2017)

http://www.infokedokteran.com/arsip/jurnal-pdf-tali-pusat-menumbung-pdf.html (Diakses
pada tanggal 1 September 2017)

ocw.usu.ac.id/course/download/...system/rps138_slide_kuliah_obstetri_patologi.pdf (Diakses
pada tanggal 1 September 2017)

Manuaba, dkk. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pusataka Sarwono


Prawirohardjo.

Yulianti, Devi. 2012. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai