PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh
karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
bayi. pada persalinan persentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan
cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. insidensi distosia
bahu sebesar 0,2-0,3 % dari seluruh persalinan vaginal persentasi kepala. apabila distosia bahu
didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari
60 detik, maka insidensinya menjadi 11%.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblig. bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu
anterior. ketika kepala melakukan putaran paksi luar bahu posterior berada dicekungan tulang
sakrum atau disekitar spina ischiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior
untuk memasuka panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator.
Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul,
2
maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis.
Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan puter
fraksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala
(disebut dengan turtle sign).
2.2 PATOFISIOLOGI
S e t e l a h k e l a h i r a n k e p a l a , a k a n t e r j a d i p u t a r a n p a k s i l u a r ya n g
m e n ye b a b k a n kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada
umumnya akanberada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat
ibumeneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila
bahug a g a l untuk mengadakan p u t a r a n m e n ye s u a i k a n d e n g a n s u m b u
m i r i n g d a n t e t a p berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahudepan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
2.3 ETIOLOGI
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformita panggu, kegagalan
b a h u untuk “melipat” ke dalam panggul (misal:pada makrosomia) disebabkan oleh
faseaktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan
kepalayang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II
sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
3
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun
pada kala pengeluaran.
Penanganan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.
4
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada
uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama
dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Penanganan :
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri,
mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara
tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
5
Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :
1. janin tidak terlalu besar
2. tidak ada suspek CPD
3. tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multípara dengan
riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.
6
3. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan
keras atau tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
A. Distosia karena kelainan panggul/bagian keras Dapat berupa :
1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis Naegele,
Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2. Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit (pelvic contaction) Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang
dari ukuran yang normal.
7
3) Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-
rata kedua diameter minimal 16.0 cm. Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut
kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
B. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir
yang menghalangi lancarnya persalinan.
1) Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri.
Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet karena
ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.
Penanganan :
· Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan Lancar
· Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio Cesaria
8
· Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.
· Kelainan–kelainan bentuk uterus: uterus bikorvus, uterus septus, uterus arkuatus dan
sebagainya.
· Fistula Rectovaginal
· Rupture Uteri
Komplikasi Fetal
· Brachial plexus palsy
· Fraktura Clavicle
· Kematian janin
· Fraktura humerus
Faktor resiko:
Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan postmature, riwayat persalinan
dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.
9
Faktor Resiko Distosia Bahu :
1. Maternal
· Kelainan anatomi panggul
· Diabetes Gestational
· Kehamilan postmatur
2. Fetal
· Dugaan macrosomia
3. Masalah persalinan
· Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada gangguan
persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang. Ginsberg dan Moisidis (2001) : distosia
bahu yang berulang terjadi pada 17% pasien.
2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas secara baik dengan
pasien dan keluarganya.
2. Tindakan SC yang dilakukan pada semua pasien yang diduga mengandung janin makrosomia
adalah sikap yang berlebihan, kecuali bila sudah diduga adanya kehamilan yang melebihi
10
5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung oleh penderita diabetes lebih dari
4500 gram.
2.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Distosia Bahu:
1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam
bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu
anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
1. Tekanan ringan pada suprapubic
2. Maneuver Mc Robert
3. Maneuver Woods
5. Maneuver Rubin
6. Pematahan klavikula
7. Maneuver Zavanelli
8. Kleidotomi
9. Simfsiotomi
11
1. Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan
traksi curam bawah pada kepala janin.
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada
kepala janin.
12
2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William
A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi
cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
Maneuver Mc Robert
13
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan
(panah vertikal)
Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray
Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior
terbebas dari simfisis pubis
14
3. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu anterior
yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis
15
4. Melahirkan bahu belakang
A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan
kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan
16
5. Maneuver Rubin
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter bahu
mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
17
7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui
SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang
sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala
kedalam vagina.
8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
9. Simfisiotomi.
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan
emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu
1. Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.
4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk melahirkan kepala.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas. Bila
tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
1. Wood corkscrew maneuver
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas, namun
tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan.
a) Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala
akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar normal.
b) Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan
postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
c) Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan bahu.
18
2.8. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan distosia bahu dan cidera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan
dengan cara:
1) Tawarkan untuk melakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi janin luar
biasa besar(>5 kg) janin sangat besar(>4,5 kg) dengan ibu diabetes janin besar(>4 kg) dengan
riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya kala II yang memanjang dengan janin besar.
4) Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin menekan suprapubis atau fundus dan traksi
5) Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia bahu diketahui, bantuan
diperlukan untuk membuatan posisi Mcrobert, pertolongan persalinan, resusitasi bayi dan
3) Tarikan pada kepala gagal, melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang simfisis pubis.
jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah
masuk kepanggul, bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit
19
dilahirkan tarikan pada kepala, untuk mengendorkan ketegangan yang menyulit bahu posterior
masuk panggul tersebut dapat dilakukan episiotomy yang luas, posisi Mcrobert, atau posisi
dada-lutut, dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena akan semakin menyulit
bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan rupture uteri, disamping perlunya asisiten
dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan dengan
distosia bahu juga ditentukan oleh waktu setelah kepala lahir akan terjadi penurunan PH arteri
umbilikalis dengan lalu 0,04 unit/menit. Dengan demikian pada bayi sebelumnya tidak
mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut diagnosis:
b) Manuver Mcrobert, posisi Mcrobert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan
kepala.
c) Manuver Rubin (posisi tetap Mcrobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik tarikan
kepala)
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut buku acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, 2005,
setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu m i r i n g ( o b l i q u e ) d i b a w a h r a m u s p u b i s .
Dorongan pada saat ibu mengedan akan meyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal
u n t u k mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap
simfisis.
3.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara dini, memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilannya, agar bisa terdeteksi secara dini komplikasi
yang mungkin terjadi pada kehamilannya dan bisa meminimalisir terjadinya komplikasi
tersebut.
21
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari
Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.
(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiirohardjo. Jakarta)
(Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Trans Info Media. Jakarta)
(Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan.
2012. Nuha Medika. Yogyakarta)
22