Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Distosia Bahu
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat
halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu
adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Klasifikasi distosia bahu:

1. Distosia karena kelainan tenaga


2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat
badan yang berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung
yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).

1. Etiologi Distosia Bahu


Sebab-sebab dystocia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar:

1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena


kuat.
2. Karena kelainan his:
 Inersia Uteri Hipotonik, adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah /
tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak
keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai
pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus
yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar
atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita
dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan
serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inersia
uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
 Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpartu atau belum.

 Inersia uteri sekunder


terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
1. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada
dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak
nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang,
letak dahi, hydrochepalus atau monstrum.
3. Distosia karena kelainan jalan lahir: panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :

1. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).


2. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
3. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
4. Serviks yang menetap.
5. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
6. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
1. Diagnosis Distosia Bahu
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan
adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lainnya kepala dengan
seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala
persalinan dengna persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia
bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila
interval waktu tersebut lebih dari 60 detik. American College of Obstetrician
and Gynocologist (2002) menyatakan bahwa angka kejadian distosia bahu
bervariasi antara 0,6- 1,4 % dari persalinan normal. Distosia bahu dapat
dikenali apabila didapatkan adanya :

1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dan kencang.
3. Dagu tertarik dan menekan perineum.
4. Tarikan pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di
kranial simfisis pubis.
1. Patofisiologi Distosia Bahu
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu
depan (anterior) berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengna sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir mengikuti kepala.

1. Komplikasi Distosia Bahu


Komplikasi distosia bahu antara lain sebagai berikut:
1. Komplikasi pada ibu
Menurut Benedetti dan Gabbe (1978); Parks dan Ziel (1978), komplikasi
yang terjadi pada ibu sebagai berikut :

1. Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum.


2. Perdarahan tersebut biasanya disebabkan oleh atonia uteri, rupture uteri,
atau karena laserasi vagina dan servik yang merupakan risiko utama
kematian ibu.
3. Komplikasi pada bayi
Pada bayi, distosia bahu antara lain dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:

1. Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang signifikan.
2. Kecacatan pleksus brachialis transien adalah cedera yang paling sering
dijumpai.
3. Selain itu dapat juga terjadi fraktur klavikula, fraktur humerus, dan kematian
neonatal.
Beberapa factor resiko distosia disebukan dibawah ini :

1. Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan
diabetes gestasional (Keller,dkk).
2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi
dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hamper separuh dari
kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 gr.
3. Multiparitas
4. Ibu dengan obesitas.
5. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus
tumbuh setelah usia 42 minggu.
6. Riwayat obstetric dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat
distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara 42
wanita ( Smith dkk., 1994).
1. Penatalaksanaan Distosia Bahu
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta
bantuan. Jangan melakukan penarikan atau dorongan sebelum
memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk panggul. Bahu posterior
yang belum melewati PAP akan sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada
kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior
masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomy yang luas, posisi Mc.
Robert, atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak dikenakan
karena semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan berisiko
menimbulkan rupture uteri.
Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang
mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan persalinan dengna
distosia bahu juga ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi
penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0,04 unit/menit. Dengan
demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia
waktu antara 4-5 menit untuk melakukan maneuver melahirkan bahu
sebelum terjadi cedera hipoksik pada otak.

1. Langkah pertama Manuver Mc. Robert


Maneuver Mcrobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi
Mcrobert, yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut
menjadi sedekat mungkin kedada dan rotasikan kedua kaki kearah luar
(aduksi). Lakukan episiotomy yang cukup lebar. Gabungan episiotomy dan
posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati
promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah assisten menekan
suprasimfisis kearah posterior menggunakan pangkal tanggannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu
lakukan tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan mantap.

Lakukan tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang


berlebihan karena akan mencederai pleksus brachialis. Setelah bahu
anterior dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan
persalinan persentasi kepala. Maneuver ini cukup sederhana, aman, dan
dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai
sedang.

2. Langkah kedua Manuver Rubin


Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit
daripada diameter oblik atau tranversanya, maka apabila bahu dalam
anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik atau transversa untuk
memudahkan melahirkannya. Tidak boleh melakukan putarn pada kepala
atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu. Yang dapat dilakukan adalah
memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik ke
arah dorsal. Pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior, sehingga
pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya. Masih
dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina,
tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik
atau tranversa.

Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang membuat punggung


bayi menghadap ke arah anterior (Maneuver Rubin Anterior) oleh karena
kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah
dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau punggung bayi
menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan penekanan
suprapubikpada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu lebih
abduksi, sehingga diameternya mengencil. Dengan bantuan tekan
suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah
posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.

3. Langkah ketiga melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau


maneuver Wood
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi
dulu posisi punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang
berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan
kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina. Temukan bahu
posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa
dilakukandengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan bawah dan
buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat
bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi anterior masuk ke
bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior,
lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk
melahirkan bahu anterior.

Manuver Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari dari tangan yang
berseberangan dengan punggung bayi (pumggung kanan berarti tangan
kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan di bagian depan
bahu posterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Dengan demikian, bahu
posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di bawah arkus
pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah
menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan
dengan mudah dapat dilahirkan.

4. Langkah Ke empat dengan Cara Pematahan Klavikula


Dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.

5. Langkah KeLima dengan Cara Maneuver Zavanelli


6. Mengembalikan kepala ke dalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC.
7. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan
PPL yang sudah terjadi.
8. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala
kedalam vagina.
9. Langkah Ke enam dengan cara Simfisiotomi
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan
serangkaian tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu:
1. Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.
2. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3. Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk
melahirkan kepala.
5. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian
tindakan diatas. Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini
harus dikerjakan :

1. Wood corkscrew maneuver


2. Persalinan bahu posterior
3. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah
disebutkan diatas, namun tindakan dengan Maneuver Mc Robert sebagai
pilihan utama adalah sangat beralasan, karena manuver ini cukup
sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu
derajat ringan sampai sedang.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala distosia
bahu adalah pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan
ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat
mengalami putaran paksi luar yang normal. Disebabkan oleh karena faktor-
faktor komplikasi pada maternal atau neonatal. Untuk penatalaksanaan nya
dilakukan episiotomy secukupnya dan dilakukannya Manuver Mc.Robert,
karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi
sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

1. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai Distosia Bahu, serta
dapat mengaplikasikan asuhan yang diberikan. Dalam penulisan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu kami mohon saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik, dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Jakarta: Trans Info Medik.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai