Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

TETANUS NEONATORUM

ROBI AZIZ
20360012

Pembimbing :
dr. Tity Wulandari, M.ked (Ped), Sp.A
DEFINISI
Tetanus neonatorum adalah penyakit
tetanus yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan oleh Clostridium
tetani yaitu bakteria yang
mengeluarkan toksin (racun) yang
menyerang sistem saraf pusat
ETIOLOGI
• Neorutoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan
bakteri Clostridium tetani pada masa neonatal

• Umumnya infeksi terjadi akibat proses partus


dan penanganan tali pusat yang kurang steril.
• Penyakit ini khususnya terjadi pada bayi
dengan ibu yang belum mendapatkan
imunisasi tetanus sebelumnya
EPIDEMIOLOGI
• Insiden sangat rendah yaitu 0,01/1000 kelahiran sejak tahun 1967.
• laki-laki maupun wanita (1:1),
• 90 % kasus tetanus neonatorum dan tetanus maternal terjadi pada partus
AMERIKA yang dilakukan di luar fasilitas kesehatan (di rumah,dukun, dsb).
• Tetanus neonatorum memilki tingkat morbiditas yang tinggi, dimana > 50%
kasus tetanus neonatorum berakhir dengan kematian

• Setiap 9 menit, seorang bayi meninggal akibat penyakit ini.


UNICEF • Hingga saat ini, Maternal-Neonatal Tetanus (MNT) masih belum berhasil dieliminasi
secara menyeluruh,
• Tahun 2009, penyakit ini masih merupakan suatu masalah kesehatan 57 negara di
dunia, terutama di Asia dan Afrika, termasuk di antaranya adalah Indonesia

• Juga telah berhasil menekan secara drastis jumlah kasus penyakit ini.
• Tahun 1980, jumlah kematian akibat tetanus neonatorum di Indonesia adalah 71.000 (8 %
INDONESI dari total kematian akibat tetanus neonatorum di seluruh dunia pada saat itu).
• Tahun 2010, WHO menyatakan bahwa daerah Jawa dan Bali (59 % dari populasi
Indonesia) telah berhasil bebas dari tetanus neonatorum..
• Indonesia telah berhasil meningkatkan jumlah perlindungan vaksin dari 79 % pada tahun
1990 menjadi 89 % pada tahun 2010.
FAKTOR RESIKO
 Faktor Resiko Pencemaran Lingkungan Fisik

dan Biologik

 Faktor Alat Pemotongan Tali Pusat

 Faktor Cara Perawatan Tali Pusat

 Faktor Kebersihan Tempat Pelayanan

Persalinan

 Faktor Kekebalan Ibu Hamil


PATOFISIOLOGI
Tanda dan gejala pada tetanus

Gejala awal ;
 kekakuan otot rahang untuk mengunyah 
trismus (pd bayi ‘mecucu’)
 Sulit menelan, gelisah, mudah terkena
rangsang
 Kekakuan otot wajah (rhesus sardonicus)
 Kekakuan otot tubuh (punggung, leher dan
badan)  spt busur
 Kekakuan otot perut
 Kejang-kejang
KOMPLIKASI
Laringospasm
e

Sepsis akibat Fraktur dari


infeksi tulang
nosokomial punggung
(Bronkopneu atau tulang
monia panjang
Tetanus
Neoatorum

Hiperadrenergik
menyebabkan
Pneumonia
hiperakitifitas
Aspirasi
sistem saaraf
otonom
Diagnosis

Gejala
Pemeriksaan
klinis yang
kultur
ada
Pemeriksaan dengan
Pungsi
Pemeriksaan spatula
lumbal
darah rutinlidah
Pemeriksaan fisiK

Pemeriksaan Bayi sadar, terjadi


Mulut mencucu
sepserti mulut ikan Bayi malas minum.
FisiK spasme otot yang kuat
(carper mouth)

kesulitan hingga
Opistotonus (ada sela
tidak sanggup
Trismus (mulut sukar Perut teraba keras antara punggung bayi
menghisap dan
dibuka) (perut papan) dengan alas saat bayi
akhirnya mengalami
ditidurkan.
gangguan menyusu.

Tali pusat biasanya Anggota gerak spastik


kotor dan berbau. (boxing potition)
KLASIFIKIASI
Klasifikasi tetanus berdasarkan tingkat keparahannya

Stadium Gejala Klinis

1. Ringan Trismus ringan, spastic tanpa spasme, tanpa disertai disfagia

2. Sedang Trismus sedang, spasme mulai muncul, disfagia ringan, mulai ada gangguan
respiratori, Jumlah napas > 30 x/menit

3. Berat Trismus berat, spastic dan spasme seluruh tubuh, disfagia berat, jumlah
napas >140x/menit, mulai muncul apneu dan sistem simpatis mulai tergang
ditandai takikardi >120x/menit

4. Sangat berat Stadium 3 ditambah dengan gangguan sistem saraf simpatis berat termasuk
sistem kardiovaskuler
PENATALAKSANAAN

Pasang jaur IV dan beri cairan dengan dosis Berikan bayi Bila terjadi kemerahan dan/
rumatan Human tetanus imunoglobulin 500 U pembengkakan pada kulit sekitar
Berikan dizepam 10 mg/kg/hari secar IV IM atau tetanus anti toksin 5000 U IM. pangkal tali pusat atau keluar nanah
dalam 24 jam (dengan dosis 0,5 ml/kg dari permukaan talipusat atau bau
Tetanus toxoid 0,5 ml IM pada tempat busuk area tali pusat, berikan
perkali pemberian) maksimum 40 yang berbeda dengan pemberian anti
mg/kg/hari. pengobatan utk pengobatan untuk
toksin. infeksi lokal tali pusat.
Bila frekuensi napas kurang 30 kali/menit, Bensilpenisilin G 100.000 U/kg IV dosis
obat dihentikan, meskipun bayi masih Berikan ibunya imunisasi tetanus
tunggal selama 10 hari (ganti ampisilin) toksoid 0,5 ml (utk melindungi ibu dan
mengalami spasme. dosis 100 mg/kg/hr dibagi dalam 2-3 bayi yang di kandung berikutnya) dan
Bila bayi mengalami henti napas selama dosis. minta datang kembali satu bulan
spasme atau sianosis sentral setelah spasme, kemudian untik pemberian dosis kedua.
berikan oksigen dengan kecepatan aliran
sedang, bila belum bernapas lakukan
resusitasi
PENCEGAHAN

 Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan

 Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X

 Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat


 Pemberian anti tetanus serum
 Proses persalinan yang steril yang didukung tenaga medis dan peralatan
medis yang mendukung (memastikan kebersihan tangan, tali pusat,
perineum, dan semua substans yang digunakan)
Tabel 2 Rekomendasi jadwal imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tetanus dan difteri
toxoid(Td) untuk wanita pada masa subur yang belum divaksinasi
Dosis Jadwal Pemberian
TT1 atau Td1 Pada kontak pertama atau sedini
mungkin saat kehamilan
TT2 atau Td2 Paling sedikit 4 minggu setelah dosis
pertama
TT3 atau Td3 6-12 bulan setelah dosis kedua atau
pada kehamilan berikutnya
TT4 atau Td4 1-5 tahun setelah dosis ketiga atau saat
kehamilan berikutnya
TT5 atau Td5 1-10 tahun setelah dosis keempat atau
saat kehamilan berikutnya
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai