Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Tekanan darah tinggi atau dikenal dengan istilah hipertensi didefinisikan

sebagai elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140

mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg

atau lebih (Black & Hawks, 2014). Hipertensi Pulmonal Primer (HPP) atau

hipertensi pulmonal idiopatik adalah suatu penyakit atau sindroma yang

kompleks, memerlukan pendekatan multidisiplin dan jarang didapat,

namun bersifat progresif karena adanya peningkatan resistensi vascular

pulmonal, yang lebih lanjut menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel

kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan (Ghanie, 2014).

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah yang terjadi akibat

proses dasar yang dapat diidentifikasi (Lemone, 2014). Dari beberapa

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi

yang menggambarkan terjadinya peningkatan tekanan darah dimana

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90

mmHg pada beberapa kali pengukuran.

2. Epidemologi

Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer atau hipertensi yang

diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang tidak diketahui

12
13

penyebabnya. Menurut Boedi Darmojo, sebanyak 1,8% sampai dengan

28,6% orang usia dari 20 tahun sudah mengalami hipertensi (Hariyanto &

Sulistyowati, 2015).

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor. Secara prinsip terjadi akibat

peningkatan curah jantung atau akibat peningkatan resistensi vaskuler

karena efek vasokonstriksi yang melebihi efek vasodilatasi. Peningkatan

vasokonstriksi dapat disebabkan karena efek alpha adrenergik, ktivasi

berlebihan dari sistem RAS atau karena peningkatan sensivitas arteriol

perifer terhadap mekanisme vasokonstriksi normal. Pengaturan tonus

pembuluh darah (relaksasi dan konstriksi) dilakukan melalui

keseimbangan dua kelompok vasoaktif yaitu agen vasokonstriksi dan agen

vasodilatasi. Ada banyak golongan obat antihipertensi yang beredar saat

ini oleh karena itu penting kiranya memahami farmakoterapi obat

antihipertensi agar dapat memilih obat yang tepat (Syamsudin, 2011).

3. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan

menurut Irianto (2014) yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak


14

diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:

1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor

genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga

yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat

dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan.

3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga

berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas

BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan

darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup

dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu

hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan

dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat

menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh

dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau


15

berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah

pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta

untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas

stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari

komplikasi yang bisa terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi

renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari

penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal

disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang

paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya

penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama

penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun

maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang meningkatkan

tekanan darah serta ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang

aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang mengakibtkan

meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga mengakibtkan

hipertensi. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain:

penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor

otak, ensefalitis, gangguanpsikiatris), kehamilan, peningkatan volume


16

intravaskuler, luka bakar, dan stress karena stres bisa memicu sistem

saraf simapatis sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan

pada pembuluh darah.

4. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Black & Hawks (2014) hipertensiadapat diklasifikasikan

berdasarkan derajat hipertensinya.

a. Berdasarkan sistolik dan diastolik

Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Sistolik dan Diastolik

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Tekanan Darah Sistolik (Mmhg) (mmhg)
Normal <130 dan <85
Prehipertensi 130-139 atau 85-89
Hipertensi stage 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi stage 2 160-179 atau 100-109
Hipertensi stage 3 ≥180 ≥110
Sumber: Linda Brookes (2004)

Menurut Linda Brookes (2004), The update WHO/ISH hypertension

guideline, yang merupakan divisi dari National Institute of Health di AS

secara berkala mengeluarkan laporan yang disebut Joint National

Committee on Prevention, Detectioan, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure. Memberikan resensi pembaharuan kepada

WHO/ISH tentang kriteria hipertensi yang dibagi dalam empat kategori

yaitu optimal, normal dan normal tinggi/prahipertensi, kemudian

hipertensi derajat I, hipertensi derajat II dan hipertensi derajad III.


17

Prahipertensi, jika angka sistolik antara 130 sampai 139 mmHg atau

angka diastolik antara 85 sampai 89 mmHg. Jika orang menderita

prahipertensi maka risiko untuk terkena hipertensi lebih besar. Misalnya

orang yang masuk kategori prahipertensi dengan tekanan darah 130/85

mmHg-139/89 mmHg mempunyai kemungkinan dua kali lipat untuk

mendapat hipertensi dibandingkan dengan yang mempunyai tekanan

darah lebih rendah. Jika tekanan darah Anda masuk dalam kategori

prahipertensi, maka dianjurkan melakukan penyesuaian pola hidup

yang dirancang untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal

(Linda Brookes, 2004).

Hipertensi derajat I. Sebagian besar penderita hipertensi termasuk

dalam kelompok ini. Jika kita termasuk dalam kelompok ini maka

perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama untuk

penanganannya. Selain itu juga dibutuhkan pengobatan untuk

mengendalikan tekanan darah (Linda Brookes, 2004).

Hipertensi derajat II dan derajat III. Mereka dalam kelompok ini

mempunyai risiko terbesar untuk terkena serangan jantung, stroke atau

masalah lain yang berhubungan dengan hipertensi. Pengobatan untuk

setiap orang dalam kelompok ini dianjurkan kombinasi dari dua jenis

obat tertentu dibarengi dengan perubahan pola hidup (Linda Brookes,

2004).
18

b. Berdasarkan tingkatan

Tabel 2.2
Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Tingkatan

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Sistolik (mmHg) (mmHg)
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 ( ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180-2019 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 ≥210 mmHg ≥ 120 mmHg
(malgina)
Sumber: Black & Hawks (2014)

5. Faktor Resiko Hipertensi

AHA (2016) menyatakan bahwa orang yang beresiko lebih tinggi terkena

hipertensi adalah:

a. Riwayat keluarga dengan hipertensi

b. Afrika-Amerika

c. Orang gemuk atau obesitas

d. Orang-orang yang tidak beraktivitas fisik.

e. Orang yang mengkonsumsi sodium (garam) terlalu banyak.

f. Orang dengan diabetes, asam urat, atau penyakit ginjal.

g. Wanita hamil

h. Wanita yang mengkonsumsi pil KB. Berat badan berlebih memiliki

hipertensi selama kehamilan, riwayat keluarga, dan memiliki penyakit

ginjal ringan.
19

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan serius pada kesehatan. Hal ini

dapat mengeraskan arteri, mengurangi aliran oksigen darah ke jantung

yang dapat menyebabkan nyeri dada angina). Gagal jantung (jantung tidak

dapat memompa darah dan oksigen ke organ lain). Serangan jantung

(terjadi ketika pasokan darah kejantung tersumbat dan menyebabkan

kematian otot jantung karena oksigen yang tidak adekuat, semakin lama

aliran darah tersumbat, semakin berat kerusakan pada jantung). Dan stroke

(terjadi ketika pembulu darah di otak pecah dan memblok arteri yang

mengalirkan darah dan oksigen ke otak) (WHO, 2011).

Menurut AHA (2016) bahwa hipertensi yang tidak terkontrol atau tidak

terdeteksi akan menyebabkan seranga jantung, stroke, gagal jantung,

penyakit ginjal, atau gagal ginjal, kehilangan penglihatan, disfungsi

seksual, angina, dan penyakit arteri perifer (Peripheral Artery

Disease/PAD). Hipertensi jika dapat di deteksi sejak dini akan

meminimalkan kemungkinan terjadinya resiko serangan jantung, gagal

jantung, stroke, dan gagal ginjal (Kemenkes RI, 2014). Satu-satunya cara

untuk mendeteksi tekanan darah tinggi adalah tekanan darah harus di ukur

oleh dokter atau tenaga kesehatan professional lainnya (WHO, 2011).

6. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai adanya kelainan apapun selain hasil

pengukuran tekanan darah yang tinggi. Klien yang menderita hipertensi

biasanya tidak menampakan gejala (asimtomatik). Diagnosis prehipertensi


20

pada dewasa ditegakkan jika rata-rata hasil pemeriksaan darah pada dua

kunjungan berturut-turut berada pada nilai tekanan diastolik antara 80-89

mmHg; atau rata-rata tekanan darah sistolik tekanan darah pada dua

kunjungan berada pada nilai antara 120-139 mmHg. Tekanan diastolik

yang bernilai lebih dari 90 mmHg dan sistolik lebih dari 140 mmHg

didiagnosis sebagai hipertensi (Potter dan Perry, 2010).

Satu kali pengukuran tekanan darah yang menunjukan peningkatan tidak

cukup untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Pada tahap awal penyakit

hipertensi tidak menunjukan tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh klien,

dan jika keadaan ini terus tidak terdeteksi selama pemeriksaan rutin, klien

akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya naik. Jika kondisi ini

dibiarkan tidak terdiagnosis maka tekanan darah akan terus naik,

manifestasi klinis akan menjadi jelas dan klien akan mengeluhkan sakit

kepala yang terus menerus, kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak,

pandangan kabur atau penglihatan ganda, atau mimisan (Black & Hawks,

2014).

Menurur Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah.


21

b. Gejala yang lazim Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

7. Patofisiologi

Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan

hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini menyebabkan resistensi perifer

akan meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk

mengatasi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ

vital seperti jantung, otak dan ginjal akan menurun (Potter& Perry, 2012).

Selain itu juga terjadinya mekanisme yang mengontrol konstriksi dan

relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat


22

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional

pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,


23

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Brunner & Suddarth, 2013).

8. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi seperti:

a. Stroke

Angka kejadian stroke akibat hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu

mencapai 36% pada lansia diatas 60 tahun. Stroke adalah kondisi ketika

terjadi kematian sel pada suatu area di otak. Hal ini terjadi akibat

terputusnya pasokan darah ke otak yang disebabkan oleh penyumbatan

atau pecahnya pembuluh darah dimana hal tersebut diakibatkan oleh

berbagai hal seperti arterosklerosis dan hipertensi yang tidak terkontrol.

Stroke biasanya terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan

otak (Sari, 2017).

b. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke miokardium atau apabila

terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh

darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan


24

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga

hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga dapat terjadi disritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan

(Triyanto, 2014).

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Hipertensi membuat

ginjal harus bekerja lebih keras, yang mengakibatkan sel-sel pada ginjal

akan lebih cepat rusak (Susilo & Wulandari, 2011).

d. Ketidakmampuan Jantung

Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke

jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan

jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru

menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan

kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi

terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).

Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan dan mendorong kedalam ruang intertisium di seluruh susunan

saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma

(Triyanto, 2014).
25

9. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan dari setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan

komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri

pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/90 mmHg untuk penderita

diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis), kapanpun jika

memungkinkan.

a. Pendekatan nonfarmakologis mencangkup penurunan berat badan,

pembatasan alkohol dan natrium, olahraga teratur dan relaksai, tinggi

buah dan sayur, dan produk susu rendah lemak telah terbukti

menurunkan tekanan darah tinggi.

b. Pilih kelas obat yang memiliki efektifitas terbesar, efek samping

terkecil dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat

tersedia sebagai terapi lini pertama: diuretik dan penyekat beta.

c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks

(Brunner & Suddarth, 2013).

Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kembali

setelah 7-14 hari untuk melakukan pengukuran tekanan darah, rata-rata

pengukuran tekanan darah pada pemeriksaan yang kedua digunakan

sebagai kriteria untuk diagnosis dan kontrol hipertensi. Kondisi tekanan

darah tinggi yang terus-menerus akan menyebabkan jantung bekerja lebih

keras, sehingga kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada

pembuluh darah, jantung, ginjal, otak, dan mata (Cheryl, et al, 2012).
26

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, Apabila

pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin

baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka

pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmodjo, 2012).

Pasien umumnya memiliki pengetahuan tentang hipertensi tetapi

pengetahuan yang biasanya tidak komprehensif terutama dalam hal faktor-

faktor tertentu yang berhubungan dengan kondisi mereka dan kontrol yang

baik dari tekanan darah. Mereka menemukan pasien dengan pendidikan

sekolah tinggi secara signifikan lebih mungkin untuk memahami nilai-nilai

tekanan darah normal di bandingkan dengan yang berpendidikan rendah.

Orang yang tinggal dipedesaan memiliki paparan informasi minim tentang

faktor-faktor tertentu yang terkait dengan hipertensi (Alexander et al,

2003).

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat

mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi

komplikasi. Upaya pencegahan terhadap pasien hipertensi bisa dilakukan

melalui mempertahankan berat badan, menurunkan kadar kolesterol,

mengurangi konsumsi garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi buah-


27

buahan dan sayuran sefta menjalankan hidup secara sehat (Wahyuni,

2018).

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek

penelitian atau responden. Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan

bisa juga dikelompokkan menjadi 2 kelompok jika yang diteliti

masyarakat umum, yaitu sebagai berikut (Budiman & Agus, 2013):

a. Tingkat pengetahuan kategori baik, jika nilainya >50%.

b. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik, jika nilainya ≤50%.

Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka

persentasenya akan berbeda:

a. Tingkat pengetahuan kategori baik, jika nilainya >75%.

b. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik, jika nilainya ≤75%.

2. Kebiasaan Olahraga/Aktifitas Fisik

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang terncana dan terstruktur serta

melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan bertujuan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani (Farizati dalam Khomarun, 2013).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga dan energy atau pembakaran kalori (Kemenkes RI,

2015). Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik tidak ada
28

(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor resiko independen untuk

penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global (WHO, 2010).

Olahraga dapat menurunkan tekanan darah beberapa jam sesudahnya.

Peningkatan kebutuhan oksigen saat beraktivitas akan meningkatkan

tekanan darah. Olahraga yang tidak cukup akan menyebabkan peningkatan

berat badan dan obesitas yang merupakan faktor terjadinya hipertensi

(Thomas et al, dalam Potter & Perry, 2010).

Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan

kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksut adalah

latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak jalan,

berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahraga secara teratur

dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin, 2009).

Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran dan

kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin bukan

bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksud yaitu latihan

ringan seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).

Kebiasaan olahraga dikategorikan menjadi 2 yaitu: a) Cukup, jika ≥3

kali/minggu selama 30 menit dan kurang, jika <3 kali/minggu selama 30

menit (Depkes RI, 2009).


29

3. Diet

Faktor ini biasanya dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi

konsumsinya karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat

meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang,

khususnya dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia

yang tua karena jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang

bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari

pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan

menyebabkan peningkatan pada volume darah seseorang atau dengan kata

lain pembuluh darah membawa lebih banyak cairan. Beban ekstra yang

dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah

bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah.

Kelenjar adrenal memproduksi suatu hormon yang dinamakan Ouobain.

Kelenjar ini akan lebih banyak memproduksi hormon tersebut ketika

seseorang mengkonsumsi terlalu banyak garam. Hormon ouobain ini

berfungsi untuk menghadirkan protein yang menyeimbangkan kadar

garam dan kalsium dalam pembuluh darah, namun ketika konsumsi garam

meningkat produksi hormon ouobain menganggu kesimbangan kalsium

dan garam dalam pembuluh darah. Kalsium dikirim kepembuluh darah

untuk menyeimbangkan kembali, kalsium dan garam yang banyak inilah


30

yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah

tinggi.

Konsumsi garam berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal

menyempit dan menahan aliran darah. Ginjal memproduksi hormone

rennin dan angiostenin agar pembuluh darah utama mengeluarkan tekanan

darah yang besar sehingga pembuluh darah pada ginjal bisa mengalirkan

darah seperti biasanya. Tekanan darah yang besar dan kuat ini

menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Konsumsi garam per hari

yang dianjurkan adalah sebesar 1500-2000 mg atau setara dengan satu

sendok teh. Perlu diingat bahwa sebagian orang sensitif terhadap garam

sehingga mengkonsumsi garam sedikit saja dapat menaikan tekanan darah.

Membatasi konsumsi garam sejak dini akan membebaskan anda dari

komplikasi yang bisa terjadi.

Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja ginjal yang

mengeluarkan renin angiotensin yang dapat meningkatkan tekanan darah

(Hariyanto dan Sulistyowati, 2015). Mereka yang senang makan makanan

asin dan gurih berpeluang besar tekena hipertensi. Kandungan Na

(natrium) dalam garam yang berlebihan dapt menahan air retensi sehingga

meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja

keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari itu

dapat menyebabkan hipertensi (Yekti, 2011).


31

Sayur didefinisikan sebagai bagian tanaman yang umum dimakan untuk

memenuhi kebutuhan gizi. Berdasarkan definisi tersebut, sayuran dapat

dibedakan atas sayuran daun, contohnya kangkung, katuk, sawi, dan

bayam, sayuran bungaan, contohnya brokoli, kembang kol, sayuran buah

contohnya terong, labu, ketimun, dan tomat, sayuran biji muda, contohnya

kapri muda, jagung muda, kacang panjamg, buncis, sayuran batang muda,

contohnya jamur, sayuran akar contohnya bit, lobak, wortel, serta sayurean

umbi, contohnya wortel (Astawan, 2010). Berdasarkan warnanya, sayuran

dapat dibedakan atas sayuran hijau tua, contohnya kangkung, bayam, daun

singkong, daun papaya, sayuran hijau muda contohnya selada, seledri,

lettuce, serta sayuran yanag hampir tidak berwarna contohnya kol, dan

sawi putih. Warna hijau pada sayuran disebabkan oleh pigmen hijau yang

disebut klorofil, terdiri dari klorofil-a dan klorofil-b, tersimpan dalam

kloroplas. Di dalam kloropas juga terdapat pigmen lain, yaitu karoten.

Semakin hijau warna daun, kandungan karotennya akan semakin tinggi

(Astawan, 2010).

Pola hidup sehat ditunjang dengan meningkatkan konsumsi sayur. Badan

kesehatan dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran

untuk hidup sehat sejumlah 250 gram sayur yaitu setara dengan 2 ½ porsi

atau 2 ½ gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan. Bagi orang Indonesia

dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram perorang


32

perhari. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan

buah-buahan tersebut adalah porsi sayur (Kemenkes, 2014).

Buah merupakan sumber serat dan zat gizi yang sangat penting bagi

kesehatan kita.WHO menganjurkan konsumsi buah-buahan dalam sehari

sekitar 150 gram buah yang setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran

sedang, 1 ½ potong papaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran

sedang (Kemenkes, 2014). Buah merupakan sumber zat pengatur (vitamin

dan mineral) yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Vitamin dan

mineral berguna untuk kelancaran metabolism dalam pencernaan makanan

yang penting untuk menjaga kesehatan. Kandungan buah tidak hanya

vitamin A, E dan C saja, namun terdapat juga karbohidrat, protein, lemak,

mineral seperti kalsium dan besi, serta fitokimia dan turunannya. Buah-

buahan juga merupakan bahan yang kaya akan antioksidan contohnya pada

anggur terdapat senyawa polifenol, antosianin, pada berry terkandung

senyawa fenolik seperti asam benzonat hidroksilasi dan flavonoid

(Afrianti, 2010).

Makanan yang harus dihindari atau di batasi oleh penderita hipertensi:

Kemenkes RI (2014) menyatakan bahwa adapun makanan yang harus

dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa, gajih).
33

b. Makanan yang dioalah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,

crakers, keripik dan makanan kering yang asin).

c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, komed, sayuran

serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber

protein hewani yang tinggi kolestrol seperti daging merah

(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,

tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umunya mengandung

garam natrium.

g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan

tape.

4. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama

pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan secara efektif dan

efisien untuk memberikan layanan secara professional dibidang sarana dan

prasarana dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien

(Muhammad, 2010).
34

Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang

menyediakan sarana dan prasaran yang dibutuhkan seperti tersedianya alat

untuk menangani penyakit yang diderita, terpenuhinya kebutuhan obat di

masyarakat (acceptable) serta berkesinambungan (sustainable), artinya

semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat ditemukan

serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada tiap saat

dibutuhkan (Syafrudin, 2009).

Keterbatasan fasilitas kesehatan yang tersedia seperti jumlah tenaga

kesehatan di Puskesmas untuk melakukan penyuluhan maupun

ketersediaan obat antihipertensi yang kurang merupakan kendala dalam

mendukung pelaksanaan program promotive, preventif dengan melakukan

kontrol tekanan darah rutin, kuratif memberikan obat dalam jumlah cukup

dan rehabilitative hipertensi tersebut (Pradon et.all, 2013).

5. Konsumsi Alkohol

Konsumsi minuman alkohol secara berlebihan akan berdampak buruk pada

kesehatan jangka panjang. Salah satu akibat dari konsumsi alkohol yang

berlebihan adalah terjadinya peningkatan tekanan darah yang disebut

dengan hipertensi. Alkohol merupakan salah satu faktor penyebab

hipertensi karena alkohol memiliki efek yang sama dengan karbondioksida

yang dapat meningkatkan keasaman darah, sehingga darah menjadi kental

dan jantung dipaksa untuk memompa darah, selain itu konsumsi alkohol
35

yang berlebihan dalam jangka panjang akan berpengaruh pada peningkatan

kadar kortisol dalam darah sehingga aktifitas Rennin-Angiotensin

Aldosteron System (RAAS) meningkat dan mengakibatkan tekanan darah

meningkat (Ninik Jayanti, 2017). Penderita hipertensi yang mengkonsumsi

alkohol harus membatasi konsumsinya agar tidak lebih dari 20-30 g etanol

perhari bagi laki-laki atau setara dengan 1 sendok makan gula pasir atau 1

jigger/gelas ukur mini stainless, dan tidak lebih dari 10-20 g perhari bagi

perempuan (Katsilambros, dkk, 2013).

Tuak terbuat dari batang pohon aren (Arenga pinnata) dan diambil airnya,

yaitu air nira, kemudian dicampurkan dengan kayu raru. Menurut Sunanto,

pohon aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi pada

daerah dengan tanah subur pada ketinggian 500 m-800 m di atas

permukaan laut, termasuk di Indonesia. Maka dari itu tuak dapat dengan

mudah diproduksi di wilayah Indonesia (Ikegami, 1997).

Eka pada penelitiannya tahun 2008 menjelaskan bahwa komponen yang

dikandung oleh nira antara lain air 88,4%; gula 11%; protein 0,41%; lemak

0,17% dan asam-asam organik seperti asam sitrat, asam tartarat, asam

malat, asam suksinat, asam laktat, asam fumarat dan asam piroglutamat

sebesar 0,02% (Haryanti & dkk, 2012).

Fermentasi yang terjadi pada nira dibantu oleh adanya bakteri

Saccharomyces sp, nira sangat mudah mengalami fermentasi karena


36

memiliki ragi liar (Muku & Sukadana, 2009). Fermentasi yang terjadi

mengakibatkan adanya perombakan terhadap senyawa-senyawa

penyusunnya. Perombakan salah satunya terjadi pada gula yang akan

berubah menjadi alkohol dan selanjutnya berubah menjadi asam cuka.

Pada pembuatan tuak, biasanya ditambahkan kulit batang Sonneratia sp.

(kayu raru), penambahan kulit batang tersebut berguna untuk menghambat

proses fermentasi nira khususnya pada proses oksidasi alkohol menjadi

asam cuka (Sinda & Len, 2003).

Setelah melalui proses fermentasi, air nira akan memproduksi tuak yang

mengandung air 88,4%; protein 0,38%; lemak 0,2%; mineral 0,02% dan

karbohidrat 7% dan alkohol 4% (diperoleh dari perombakan gula dalam air

nira) (Noviyanti, 2014). Noviyanti (2014) menjelaskan bahwa air nira

yang baru diambil dari pohonnya memiliki rasa manis dengan pH netral

sekitar 7, akan tetapi karena adanya pengaruh lingkungan dan fermentasi

menyebabkan air nira tersebut terkontaminasi sehingga pH menurun

menjadi 5,34 dan rasa manis pada nira berubah menjadi asam. Komposisi

zat gizi setiap satu gelas tuak adalah energi (110,0 kkal), protein (1,3 gr),

alkohol (10,3 gr), lemak (0,52 gr), kalsium (10,4 mg) dan fosfor (83,2 gr).

6. Stress

Salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi

adalah stres. Stres merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang
37

tidak menyenangkan, stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal

melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (Prasetyorini dan

Prawesti, 2012).

Stress berkaitan dengan peningkatan tekanan darah, hubungannya adalah

terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, peningkatan saraf dapat menaikan

tekanan darah secara intermiten (tidak menentu), sehingga stress yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Stress

akan meningkatkan resistensi pembulu darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis untuk pengeluarkan

hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah perifer yang dapat

mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Ramayulis, 2010).

C. Konsep Teori Orem


38

Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami

konsep self care, self care agency, basic conditioning factor dan kebutuhan

self care therapeutic.

1. Teori Self care

Self care adalah praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan

membentuk perilaku mereka dalammemelihara kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraan. Unsur selfcare adalah kemampuan yang dimiliki oleh

manusia atau kekuatan untuk terlibat di dalam selfcare. Kemampuan

individu untuk terlibat dalam selfcare dipengaruhi oleh faktor-faktor

kondisi dasar. Yang termasuk faktor-faktor kondisi dasar adalah : umur,

jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosio-

kultural, faktor sistem pelayanan kesehatan (diagnostik dan pengobatan),

faktor sistem keluarga, pola hidup (aktivitas secara teratur), faktor

lingkungan serta sumber-sumber yang adekuat dan terjangkau. Secara

normal, orang dewasa secara sukarela memelihara dirinya sendiri. Bayi,

anak-anak, orang tua, orang sakit dan orang cacat membutuhan perawatan

secara menyeluruh atau bantuan dalam aktivitas selfcare. Jika self care

dibentuk dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk

integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan

perkembangan manusia.

Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk

melakukan self care. Self care agency mengacu pada kekuatan individu
39

untuk terlibat dalam perawatan diri dan kemampuan mereka untuk

perawatan diri. Orang yang menggunakan kekuatan ini atau mempunyai

kemampuan perawatan diri adalah agen perawatan diri. Self care agency

diperoleh dan dipengaruhi oleh lingkungan.

Ada komponen kekuatan untuk lembaga perawatan diri, yang membahas

pentingnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memungkinkan

individu untuk terlibat dalam perawatan diri. Jika klien merasa bahwa dia

tak berdaya untuk mengontrol perjalanan penyakitnya, memiliki faktor

lingkungan yang negatif mempengaruhinya untuk memanajemen diri, dan

memiliki harga diri yang rendah, hal ini akan berdampak negatif terhadap

self care agency.

Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand) adalah

merupakan totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk

untuk memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang

tepat yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Konsep

lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite.

Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite:

a. Universal meliputi: udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan

istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup,

kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.


40

b. Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan

kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan

(pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut).

c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat

terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu

untuk melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.

2. Teory Self Care defisit

Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem.

Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (pada kasus

ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care

secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang

atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem

mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self

care:

a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.

b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.

c. Memberikan dukungan fisik dan psikologis.

d. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung

pengembangan personal.

e. Pendidikan.
41

Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau

semua metode tersebut dalam memenuhi self care. Orem menggambarkan

hubungan diantara konsep yang telah dikemukakannya.

Berdasarkan bagan diatas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan lebih banyak

dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Tindakan-tindakan

yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan pelayanan

keperawatan dapat digambarkan sebagi domain keperawatan. Orem (1991)

mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu:

a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan

individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi

perencanaan keperawatan.

b. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui

keperawatan.

c. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan

kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.

d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam

bentuk keperawatan.

e. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan

sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta

pelayanan sosial dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan

diterima.
42

3. Teori Nursing System

Nursing System didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care

dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care defisit, self

care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan

diberikan. Nursing agency adalah suatu properti atau atribut yang lengkap

diberikan untuk orang-orang yang telah dididik dan dilatih sebagai perawat

yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk

menemukan kebutuhan self care therapeutik mereka, melalui pelatihan dan

pengembangan self care agency.

Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:

Wholly Compensatory System

Menyelesaikan
therapeutik self
care klien
Tindakan Kompensasi
keperawatan ketidakmampuan
untuk self care
Pendukung dan
melindungi
klien
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care,

dan menerima self care secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan

pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada

tiga kondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat

melakukan tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan,

observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak dapat melakukan
43

ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat keputusan

yang tepat tentang self carenya.

Metode bantuan dengan cara perawat membantu klien dengan

menggunakan sistem dan melalui lima metode yang meliputi: Acting atau

melakukan sesuatu untuk klien seperti: mengajarkan, mengarahkan,

mensuport, dan menyediakan lingkungan untuk klien.

Partly Compensatory System

Menjalankan beberapa
kegiatan self care

Tindakan Kompensasi keterbatasan


perawat klien untuk selfcare
Membantu klien sesuai
kebutuhan

Menjalankan self care


measure

Mengatur kemampuan Tindakan


self care pasien
Menerima asuhan dan
bantuan nurse

Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan atau

tindakan lain dan perawat atau pasien mempunyai peran yang besar untuk

mengukur kemampuan melakukan self care. Diberikan pada klien dengan

tingkat ketergantungan sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih


44

beberapa aktivitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien, misalnya

pada klien lansia.

Supportive – Educative System

Melakukan/menyelesaikan
self care
Tindakan pasien

Mengatur latihan dan


perkembangan kemampuan self care

Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk

internal atau external self care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa

bantuan. Diberikan pada klien dengan pemulihan/ketergantungan ringan.

Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien

untuk self care. Hal ini juga dikenal dengan supportive developmental

system.

D. Asuhan Keperawatan Menurut Orem

Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa

setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga

membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan

kesejahteraan. Dalam asuhan keperawatan, Orem mengklasifikasikan dalam

tiga kebutuhan yaitu:


45

1. Universal Self-Care Requisites

Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus

kehidupanya seperti: kebutuhan fisiologis dan psikologis termasuk

kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial,dan

pencegahan bahaya.

2. Developmental self-care requisites

Kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses

perkembanganya. Tiga hal yang berhubungan dengan tingkat

perkembangan perawatan diri adalah:

a. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri.

b. Terlibat dalam pengembangan diri

c. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi

kehidupan yang mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.

3. Health deviation self-care requisites

Adanya gangguan kesehatan terjadi sepanjang waktu sehingga

mempengaruhi pengalaman mereka dalam menghadapi kondisi sakit

sepanjang hidupnya. Sedangkan tujuan keperawatan menurut model Orem

secara umum adalah untuk:

a. Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat

memenuhinya.
46

b. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuanya untuk memenuhi

tuntutan self care.

c. Memungkinkan orang yang berarti bagi klien untuk memberikan

asuhan yang dependent jika self care tidak memungkinkan.

E. Paradigma Keperawatan Menurut Dorothea E. Orem

1. Manusia

Orem mengemukakan pandangannya tentang manusia dalam kaitannya

dengan teori selfcare, sebagai berikut:

a. Individu sebagai kesatuan unit yang menjalankan fungsi biologis,

simbolik dan sosial dengan melakukan aktifitas self care untuk

mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan Setiap

individu memerlukan selfcare dan mempunyai hak untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri selama masih mungkin dan pada dasarnya

kebutuhan self care merupakan tanggung jawab individu untuk

memenuhinya.

b. Manusia berbeda dari makhluk lainnya dalam kapasitasnya untuk

merefleksikan dirinya dan lingkungannya, mampu mensimbolisasi apa

yang dialami, menggunakan kreasi simbol (ide, kata) dalam berfikir dan

berkomunikasi, membimbing untuk melakukan sesuatu dan

membuatnya berguna untuk dirinya dan orang lain.

c. Pada keadaan normal dan maturitas yang cukup individu bertindak

sebagai agen self care untuk dirinya sendiri. Pada bayi, orang tua
47

bertindak sebagai agen self care sedangkan pada individu yang sakit

atau cacat, maka keluarga dan perawat menjadi agen self care bagi

mereka.

d. Individu mempunyai kemampuan untuk berkembang dan belajar dalam

memenuhi kebutuhan self care-nya. Hal ini dipengaruhi oleh usia

(kematangan) kapasitas mental, sosial, budaya masyarakat dan status

emosi individu.

2. Lingkungan

Pandangan Orem berkaitan dengan lingkungan. Lingkungan merupakan

segala sesuatu yang berada disekitar pasien yang menpengaruhi dan

berinteraksi dengan individu. Lingkungan menurut Orem terdiri dari

lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial yang dapat mempengaruhi

individu memenuhi kebutuhan self care secara optimal. Disamping

lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial, Orem mengemukan juga bahwa

terdapat lingkungan positif dan lingkungan negatif. Lingkungan posistif

menurutnyaadalah lingkungan yang dapat menunjang individu memenuhi

kebutuhan self care dan lingkungan negatif yang menghambat pemenuhan

kebutuhan self care-nya.

3. Kesehatan

Orem mengemukakan pandangan bahwa sehat merupakan suatu keadaan

yang ditandai dengan perkembangan struktur tubuh dan fungsi mental


48

secara terintegrasi dan menyeluruh termasuk aspek fisik, psikologis,

interpersonal dan sosial. Status kesehatan ditunjukan melalui kemampuan

individu mencegah sakit, mempertahankan/meningkatkan status kesehatan,

mengobati penyakit dan mencegah komplikasi.

Orem juga memandang bahwa sehat merupakan tanggung jawab individu

untuk mencapainya, bila individu dapat memenuhi kebutuhan self care-

nya secara baik dan optimal maka individu tersebut dapat dikatakan sehat.

Sehat adalah hasil dari pengalaman individu menghadapi dan mengatasi

stimulus yang timbul. Dikatakan kesejahteraan adalah simbol kesehatan

yang ditandai dengan keberhasilan mengembangkan diri dan

memanfaatkan sumber daya yang ada dan dimanifestasikan melalui

kemampuan menunjukkan eksistensinya serta dipengaruhi oleh

persepsinya.

4. Keperawatan

Keperawatan menurut Orem merupakan rangkaian aktifitas yang bersifat

therapeutik didasari oleh teori keperawatan. Sistem keperawatan diartikan

sebagai produk atau hasil dari aktifitas perawat sebagai agent self care

pasien serta memenuhi kebutuhan self care secara therapeutik. Didalam

sistem keperawatan, perawat memberi gambaran, merancang dan

memfasilitasi kebutuhan self care pasien dan mencari cara bagaimana

bentuk terapeutik untuk perawat sehingga dapat meminimalisisr self care


49

deficit dari pasien. Adapun beberapa tujuan keperawatan menurut orem

yaitu:

a. Meningkatkan kemampuan pasien dalam pemenuhan self care.

b. Mempertahankan kebutuhan self care sesuai kemampuan klien dan

meminimalkan dari self care deficit.

c. Membantu orang lain untuk memberikan bantuan self carejika pasien

tidak mampu.

F. Kerangka Teori

Teori orem berfokus pada self-care dimana pasien dapat melakukan

perawatan diri sendiri secara mandiri, dengan adanya ketiga faktor di bawah

ini klien tidak dapat menjadi self-care agency untuk dirinya sendiri, sehingga

klien tidak bisa mengontrol perilaku jika demikian akan terjadi peningkatan

tekanan darah yang menyebabkan kejadian hipertensi. Berikut adalah Skema

faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi ditinjau dari

prespektif keperawatan self-care-orem.


50

Nursing
System

Self-care
deficit
PCS Perilaku Kejadian
wCS Self – control tekanan
SES Hipertensi
Care SC PxHT darah
Self Agency
care
Basic Conditioning factor
yang bisa di ubah :
1. Pengetahuan
2. Olahraga
3. Diet
4. Fasilitas Kesehatan
5. Konsumsi Alkohol
6. Stress

Sumber : Diolah kembali dari: 1. Ewen & Wills, (2007). Theoretical Basis
for Nursing ( 2Th ed., p14). 2. Black, (2009)

Keterangan:

WCS : Wholly Compensatory Sistem

PCS : Partially Compensatory Sistem

SES : Supportive Educative Sistem

SC Px Ht : Self-Care Pasien Hipertensi

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi

diharapkan klien dapat mengetahui penyebab terjadinya hipertensi sehingga

klien mampu melakukan pencegahan dini terhadap penyakit hipertensi

dengan cara memberikan suportif dan edukatif.


51

Suportif dan edukatif yang diberikan melalui sosialisasi prolanis yang di

berikan kepada masyarakat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat

khusunya pasien dengan hipertensi. Pasien hipertensi harus terus-menerus

diberi suport dan edukatif mengenai tanda dan gejala tekanan darah

meningkat dan komplikasi yang akan di timbulkan jika tidak cepat melakukan

penanganan secara dini. Pada pasien hipertensi dan keluarga harus diberikan

suportif dan edukatif untuk selalu memeriksakan tekanan darah pada

pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai