Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

CA RECTI

Disusun Oleh :
Robi Azis (20360011)
Robby Muhammad Alkausar (20360012)
Desi Sinaga (102120036)
Hesty Ahisya (20360079)
Jimbris Kristianto (20360039)

Pembimbing :
dr. Hasroni Fathurrahman, M.Ked-klin, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Lap
oran Kasus ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian Ilmu
Bedah Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “CA Recti”
Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan yang
baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing KKS dibagian Ilmu Bedah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
Laporan Kasus masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun
penyajian materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga bermanfaat dalam penulisan Laporan Kasus
selanjutnya. Semoga Laporan Kasus ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
penulis.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, 29 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
BAB II LAPORAN KASUS...........................................................................4
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..................................................................13
3.1 Anatomi dan Fisiologi..........................................................................15
3.2 Definisi Ca Recto.................................................................................14
3.3 Epidemiologi........................................................................................16
3.4 Etiologi & Faktor Prediposisi...............................................................15
3.5 Klasifikasi.............................................................................................19
3.6 Manifestasi Klinis.................................................................................21
3.7 Patofisiologi..........................................................................................22
3.8 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................13
3.9 Penatalaksanaan....................................................................................25
3.10 Komplikasi..........................................................................................27
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas


saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu pemicu
kanker rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker rektal merupakan
salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia.
Kanker rektal adalah kanker yang menyerang kolon dan rektum. Namun, penyakit ini
bukannya tidak dapat disembuhkan. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka
kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 50 persen (LeMone, 2008).
Setiap waktu, kanker ini bisa menyerang seseorang. Risikonya akan terus
meningkat seiring dengan penambahan usia. Data dari Amerika Serikat dan Inggris
memperlihatkan, orang yang berusia antara 60 sampai 80 tahun berisiko tiga kali lipat
dari kelompok usia lainnya. Mereka yang memiliki riwayat peradangan saluran cerna
seperti kolit usus kronis, tergolong berisiko tinggi untuk berkembang menjadi kanker
kolorektal (Samsuhidayat, 2004).
Demikian juga dengan mereka yang memiliki riwayat penyakit kanker tersebut,
risiko terkena penyakit ini bisa menyerang pada kelompok usia mana pun di bawah 60
tahun (Samsuhidayat, 2004).
Umumnya penderita datang dalam stadium lanjut, seperti kebanyakan tumor
ganas lainnya; 90% diagnosis karsinoma rekti dapat ditegakkan dengan colok dubur.
Sampai saat ini pembedahan adalah terapi pilihan untuk karsinoma rekti (Samsuhidayat,
2004).

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. Ummy Angraini Siregar
Usia : 38 Tahun
Alamat : Jl. Vetpur Utama, no. 12
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Agama : Islam
Ruangan : Diploma IV
No.RM : 372337
Masuk RS : 20-12-2021

2.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri pada anus dan BAB berdarah

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke rumah sakit haji dengan keluhan nyeri
dibagian anus sejak bulan oktober nyeri yang dirasakan hilang timbul
dan bertambah nyeri dibulan desember. Pasien mengatakan awalnya
muncul BAB berdarah sejak bulan agustus, dan keluar darah terus
menerus dan disertai nyeri. Pasien juga mengatakan sempat dirawat di
RS.USU dan dilakukan pemeriksaan kolonoskopi dan pemeriksaan
patologi anatomi, kemudian dokter menyarankan operasi jika pasien
sudah siap, tetapi pasien pulang karena belum siap untuk dioperasi,
saat pasien sudah dirumah pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
semakin berat dan setiap BAB selalu ada darah dan disertai nyeri pada
bokong kanan.Riwayat demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-),
sesak (-).

4
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipotensi

D. Riwayat Penggunaan Obat


 Diclofenac sodium
 Mefinal
 Paracetamol

E. Riwayat Alergi Obat


Tidak ada

F. Riwayat Penyakit Keluarga


Hubungan Diagnosa Keadaan Penyebab
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah Kanker hati - -
Ibu DM - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -

2.3 Pemeriksaan Fisik


A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Suhu : 36.5°C
Pernapasan : 20 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum
deviasi (-)
Mulut : Tidak terdapat kelainan

5
B. Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar

C. Thorak
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

D. Pulmo
Inspeksi : Normal
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris menurun,
massa (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Kanan dan Kiri Vesikuler,Ronki (-),Wheezing(-).

E. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tampak pada ICS V LMK Sinistra
Palpasi : Iktus cordis teraba di sela iga V LMK Sinistra
Perkusi : Batas jantung membesar
Batas kanan : ICS III-IV LPS Dextra
Batas kiri : ICS VI LMK Sinistra
Auskultasi : Fungsi Sistolik LV menurun
Fungsi Diastolik LV tengah Grade III

F. Abdomen
Inspeksi : Tanda peradangan (-), distensi (-)
Palpasi : Nyeri tekan perut (+) di regio hipogastrium
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+), Meningkat

G. Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Edema - -

6
Akral Dingin - -
Refleks Fisiologis ++ ++
Refleks Patologis - -

H. Status Lokalis
Regio Anal
- Inspeksi : Tidak di lakukan pemeriksaan karena pasien tidak
bersedia
- Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Rectal Touch : Tidak dilakukan pemeriksaan

I. Anggota Gerak Atas


Deformitas Sendi : (-)
Lokasi : (-)
Jari Tabuh : (-)
Tremor Ujung Jari : (-)
Telapak Tangan Sembeb : (-)
Sianosis : (-)
Eritema Palmaris : (-)

J. Anggota Gerak Bawah


Kiri Kanan
Edema : (-) (-)
Arteri Femoralis : (+) (+)
Arteri Tibialis Posterior : (+) (+)
Arteri Dorsalis Pedis : (+) (+)
Refleks KPR : (+) (+)
Refleks APR : (+) (+)
Refleks Fisiologis : (+) (+)
Refleks Patologis : (-) (-)
Lain-lain : (-) ((-

2.4 Pemeriksaan Penunjang

7
A. Laboratorium
Hematologi
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Darah Lengkap
1. Hemoglobin 8.3 11.7-15.5 gr/dl
2. Hematokrit 27.3 37-45 %
3. Leukosit 8.00 4-11 ribu/mm3
4. Trombosit 404 150-440 ribu/mm3
5. Eritrosit 3.57 4.00-5.00 juta/uL
6. PDW 15.5 9.0-13.0 Fl
7. RDW-CV 15.9 11.5-14.5 %
8. MPV 9.6 7.2-11.1 fL
9. PCT 0.388 0.150-0.400 %
Index Eritrosit
1. MCV 77 80-100 Fl
2. MCH 33 26-34 Pg
3. MCHC 31 32-36 g/dL
Hitung Jenis Leukosit
1. Basofil 0 0-1 %
2. Eosinofil 4 1-3 %
3. Neutrofil Segmen 57 50-70 %
4. Limfosit 32 20-45 %
5. Monosit 7 4-8 %
Hemostasis
1. Massa Pendarahan (BT) 3 1-3 menit
2. Massa Pembekuan (CT) 6 2-6 menit
Kimia Klinik
1. AST (SGOT) 16.8 5-37 U/L
2. ALT (SGPT) 12.6 5-41 U/L
Fungsi Ginjal
1. Ureum 16.0 10-38 mg/dL
2. Kreatinin 0.42 0.7-1.2 g/dL
Karbohidrat
1. Glukosa Darah Andranon 77 <200 Mg/dL
Imunoserologi
1. Swab Antigen Rapid Covid-19 Negatif Negatif
2. HIV Non- Non- Reaktif
Reaktif
3. HbsAg Negatif Negatif
Elektrolit
1. Na 141 135-155 mEg/L

8
2. K 4.50 3.3-4.9 mEg/L
3. Cl 106.00 96-113 mEg/L

B. Foto Thorax

Kesan : Dalam Batas Normal

C. Pemeriksaan Kolonoskopi

9
Kesimpulan :
Susp. Ca Recti

D. Pemeriksaan Patologi Anatomi

10
Kesimpulan :
Biopsi Rectum : Low Grade Adenocarcinoma Recti

2.5 Diagnosis Kerja


Ca Recti 1/3 medial

2.6 Diagnosa Banding


1. Polip Recti
2. Hemoroid

2.7 Penatalaksanaan
A. Tindakan Operatif : Low Anterior Resecsion
B. Terapi Post Operatif :
1. IVFD RL 20 gtt/menit
2. Inj. Ceftriaxon 1 g/12 jam
3. Inj. Metronidazole 1 g/8 Jam
4. Inj. Omeprazole 25 mg/12 Jam
5. Inj. Ketorolac 30 mg/8 Jam
6. Inj. Tranexamat 250 mg/8 jam

2.8 Prognosis
 Ad vitam: dubia ad bonam
 Ad fungsionam: dubia ad malam
 Ad sanactionam: dubia ad malam

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi

12
2.1.1 Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6 cm.
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk
fungsi normal dari usus. Fungsi usus besar, terdiri dari :Menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri E.Coli, tempat feses. Usus besar (kolon), terdiri
atas :
1. Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak
dari usus besar. Di bawah sekum terdapat appendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya ±
6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak
mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada
orang yang masih hidup.
2. Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan
sebagai kolon transversum.
3. Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapaat fleksura lienalis.
4. Kolon Desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari
atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.

13
5. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum
6. Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.

Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal dengan panjang sekitar 12-13 cm (Sloane, 2004). Secara
fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh

14
muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Sfingter anal
internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot rangka
(volunter) mengitari anus (Sloane, 2004). Bagian ampula terbentang dari
sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Pada
orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa,
submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena (Sloane, 2004).

3.2 Definisi Ca Rectum


Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali.Kanker terjadi karena adanya
perubahan genetik atau mutasi Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang bertanggung
jawab terhadap pertumbuhan dan pemulihan sel (LeMone, 2008).
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali(Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. rectosigmoid junction
terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid.Bagian sepertiga atasnya hampir
seluruhnya dibungkus oleh peritoneum.Di setengah bagian bawah rektum
keseluruhannya adalah ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004).

15
3.3 Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling
sering terjadi dan nomor duasebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,
104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
kasus Ca rectal.Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari
semua jenis kanker (American Cancer Sosiety, 2006).
Di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi
kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya (World Health Organization,
2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker
rektal menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat
disana. Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia
selain jenis kanker lainnya.Namun, perkembangan teknologi dan juga adanya
pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan
bisa dicegah (American Cancer Sosiety, 2006).
Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50
tahun.Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun.Di negara barat, laki-laki
memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan
rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5 (Samsuhidayat, 2004).

3.4 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Banyak penelitian yang menggambarkan bahwa etiologi kanker kolrektum
bersifat multifactor dan model dua tahap karsinogenesis tampak dapat diterapkan.
Tahap pertama dalam model ini merupakan pemulaian dan tahap kedua kemajuan.
Yang pertama menggambarkan perkembangan stadium polip adenomatosa dan
karsinoma noninvasive. Yang kedua mempertahankan bahwa perubahan displastik
baru timbul dalam mukaso dan membawa ke stadium noninvasif dan invasive
(Sabiton, 1995).
Kedua bentuk sporadik dan herediter dari kanker kolorektal biasanya
terjadi. Faktor-faktor penyebab yang berhubungan dengan kanker kolorektal

16
sporadik yaitu meningkatnya umur, factor predisposisi keluarga, colitis ulseratif
(resikonya yang bergantung pada lamanya penyakit yang lebih dari 10 tahun
secara signifikan akan meningkat), obesitas, alkohol, diet rendah selenium,
Diabetes, kolesistektomi, merokok (McArdle & Mahony, 2008).
Faktor protektifnya yaitu diet tinggi serat dan sayur, aspirin dan obat-
obat anti inflamasi non steroid. Jadi sekitar 10-15% dari kasus-kasus tersebut
mungkin dapat dihitung dengan predisposisi genetik, kondisi yang paling sering
menjadi herediter yaitu kanker kolorektal nonpoliposis (HNPCC) dan poliposis
adenomatosa (FAP) (McArdle & Mahony, 2008).
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum
menurut (Brunner & Suddarth, 2002) telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama. Diet rendah serat
dan kaya karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik
dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa
usus bertambah lama.
2. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
3. Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan
sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi
kanker.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya
colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki
risiko yang lebih besar.

17
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di
indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
6. Riwayat kanker colorectal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena
kanker pada usia muda.
7. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi
yang sering.
8. Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50
tahun ke atas.
3.5 Klasifikasi
Metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi duke sebagai
berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010) :
1. Duke
a. Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau
rektum.
b. Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau
ketiga(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum
tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke A).
c. Stadium II

18
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dindingusus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar
padakelenjar getah bening (Duke B).
d. Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi
belum pada organ tubuh lainnya (Duke C).
e. Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D)

2. Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)


Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
Keterangan :

T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada
lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa
atauke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum
mengenai peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan
perforasi peritoneum viseral.

19
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis

3.6 Manifestasi Klinis


Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan
defekasi atau perdarahan rectal.Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,
tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang
paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth, 2002):
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4. Anoreksia
5. Penurunan berat badan tanpa alasan
6. Keletihan
7. Mual dan muntah-muntah
8. Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10. Perut sering terasa kembung atau keram perut
11. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya
konstipasi), serta feses berdarah.

Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,


pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau

20
perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan,
obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-
kelenjar regional.Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses
dalam peritoneum.Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar
sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar
daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah
melebar.Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti
menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan
pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan
dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan
obstruksi sehingga terjadi obstipasi.
Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan rectum
meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia, gejala sering
tersembunyi yaitu: keletihan hampir selalu ada akibat anemia defisiensi besi
primer, nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus, dan perdarahan rectal.
3.7 Patofisiologi
F. PATHWAY

Kolithis Ulceratif Kebiasaan makan (tinggi karbohidarat, rendah serat)

Polimerisasi karsinogen membuat


DNA baru

Fsktor genetic polip colon


Kerusakan DNA

Penggabungan DNA asing dan induk

Sintetis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transformasi kanker

Pertumbuhan liar sel ganas

21
Perdarahan peranus Ca Rekti Perubahan kebiasaan
BBBBB Bdefikasi(konstipasi, diare)

PK : perdarahan
PK: anemia

Nyeri : akut/kronis Hemorhoid Anoreksia


-ketidakseimbangan nutrisi
Ansietas

3.8 Pemeriksaan Diagnostik


Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan (Sudjatmiko,
2010):
1. Anamnesis yang teliti, meliputi:
a. Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun
konstipasi (change of bowel habit)
b. Frekuensi, konsistensi tinja
c. Perdarahan per anus
d. Tenesmus
e. Nyeri perut : kolik, menetap
f. Penurunan berat badan
g. Faktor predisposisi:
1) Riwayat kanker dalam keluarga
2) Riwayat polip usus
3) Riwayat kolitis ulserosa
4) Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
5) Uretero-sigmoidostomi
6) Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)

2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:


a. Status gizi
b. Anemia
c. Benjolan/massa di abdomen
d. Nyeri tekan
22
e. Pembesaran kelenjar limfe
f. Pembesaran hati/limpa
g. Colok rectum (rectal toucher) ditemukan darah dan lendir, tonus
sfingter ani keras/lembek, mukosa kasar, kaku biasanya dapat digeser,
ampula rectum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat
teraba atau tidak.

3. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Test darah samar: terkadang kanker atau polip mengeluarkan
darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat
sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah,
tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut.
Kondisi jinak (seperti hemoroid) juga bisa menyebabkan darah
dalam kototran.
2) Carcino embryonic antigen (CEA): pada eksisi tumor komplet
kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48
jam, peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukan
kekambuhan
b. Digital rectal examination (DRE)
Dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.Kurang lebih
75% karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal.
Pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm
dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum
dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling
defect biasanya sepanjang 5-6cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
1) Foto Kolorektal: dengan barium enema dan kontras ganda
2) Ultra Sonografi: identifikasi metastase dan menilai reseklabilitas

23
3) Intra venous pyelograply (IVP) : menilai infiltrate ke system
urinary
4) Thoraks foto: menilai adanya metastase paru
d. Endoskopi dan biopsy
1) Protoskopi: deteksi kelainan 8-10 cm dari anus (polip rekti,
hemorrhoid, karsinoma rectum)
2) Sigmoidoskopi: mencapai 20-25 cm dari anus, untuk diagnistik
dan kauterisasi.
3) Kolonoskopi: dapat mencapai sakrum.
e. Ultrasonografi

3.9 Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis.
Tiga terapi standar untuk kanker rektal yang sering digunakan antara lain:

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama
untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam
stadium III juga dilakukan pembedahan.Meskipun begitu, karena
kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien
kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
kemoterapi.Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai
neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III.Pada pasien
lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal (Anderson, 2006). Tipe pembedahan
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993 dalam Brunner &
Suddarth, 2002):

24
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus
limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan prosi sigmoid dan semua rectum serta
sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan
anastomisis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
(memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum
reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan,
kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon
secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon keluar
tubuh.Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi,
yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi jaringan sekitar
(Brunner & Suddarth, 2002).
2. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi
tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat
melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu.
Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi
yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan
risiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian
sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna
mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada

25
otak.Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien
yang memiliki tumor lokal yang unresectable(Mansjoer, 2000).
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti
memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam
atau tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut dan Stadium
III).Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan
dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-FU
merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon.Agen
lainnya, levamisole (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi
bagi leucovorin).Protokol ini menurunkan angka kekambuhan kira-kira
15% dan menurunkan angka kematian kira-kira sebesar 10% (Mansjoer,
2000).

3.10 Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah
sekitar rectum yang menyebabkan hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).

26
BAB IV
KESIMPULAN

Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Ca Rekti adalah kanker yang terjadi
pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum and coccyx panjangnya kira
kira 15 cm. rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon
sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum.Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral. Banyak penelitian yang menggambarkan bahwa etiologi kanker
kolrektum bersifat multifactor dan model dua tahap karsinogenesis tampak dapat
diterapkan. Tahap pertama dalam model ini merupakan pemulaian dan tahap kedua
kemajuan. Yang pertama menggambarkan perkembangan stadium polip
adenomatosa dan karsinoma noninvasive. Yang kedua mempertahankan bahwa

27
perubahan displastik baru timbul dalam mukaso dan membawa ke stadium
noninvasif dan invasive Faktor protektifnya yaitu diet tinggi serat dan sayur,
aspirin dan obat-obat anti inflamasi non steroid. Jadi sekitar 10-15% dari kasus-
kasus tersebut mungkin dapat dihitung dengan predisposisi genetic. Untuk
penalaksanaan dari Ca Recti yaitu pembedahan, radiasi dan kemoterapi.

28
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta:
American Cancer Society Inc.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2.
Jakarta:EGC
LeMone, P. et al. 2008.Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Client Care.
Vol. 2
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Media Aesculapius.
McArdle, O. O’Mahony, D. 2008. Colorectal Cancer in Oncology an illustrated
Colour Text. Elsivier. Churchill living stone. New York.
Sabiton, DC. 1995. Keganasan kolorektal dalam Buku ajar bedah (Essentials of
surgery). Edisi 2. Jakarta : EGC. p 34-47
Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sloane, E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai