Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ABLASIO RETINA

DOSEN PENGAMPU : Eka Yudha Christanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 8

Rekka Septilia (20320007)


Muhammad Rafli (20320038)
Ilham Agung Sakti (20320037)
Della Tiara (21320023P)
Ray Krisna Dithya (21320028P)
Rizal Faruqi (21320039P)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Pendahuluan Ablasio
Retina. Adapun maksud dari menyusun Laporan Pendahuluan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat I. Disusunnya Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber.
Karena itu penyusun mengucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi – tingginya
kepada dosen pembimbing Bapak Eka Yudha Christanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan Laporan Pendahuluan
ini . Kami menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Pendahuluan ini masih
jauh dari kesempurnaan , untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna sempurnya makalah ini , kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya .

Penyusun
27 Desember
2022

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retina pada mata seperti lapisan film pada kamera tempat obyek yang dilihat
oleh mata, merupakan struktur yang sangat terorganisasi, dengan kemampuan
untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut
ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Begitu pentingnya fungsi
retina, sehingga jika terdapat gangguan atau kelainan pada retina dapat terjadi
gangguan penglihatan dimana pasien dapat mengalami penurunan baik pada visus
maupun lapang pandangnya.
Penglihatan turun mendadak tanpa disertai adanya radang ekstraokular dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat ditemui pada neuritis optic,
obstruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, perdarahan badan kaca,
ambliopia toksik, hysteria , retinopati serosa sentral, amaurosis fugaks dan
koroiditis. Di samping hal tersebut perlu pula dipikirkan adanya ablatio retina.
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensory, bagian retina yang
menganung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi,
maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan
berakibat hilangnya penglihatan.
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di
Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah
baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang
yang menderita rabun jauh (myopia) atau berkacamata minus dan pada orang-
orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.
Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun
agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat
terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya
retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.
Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana sel kerucut dan sel batang
retina dari sel-sel epitel pigmen retina terpisah. Pada keadaan ini sel epitel pigmen
masih melekat erat dengan membrane bruch ( lapisan terdalam koroid mata).
Sebenarnya, tidak terdapat perlekatan structural antara sel kerucut dan sel batang
retina dengan koroid ataupun epitel pigmen retina, sehingga merupakan titik
lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Pada ablasio retina ini bila tidak segera dilakukan tindakan akan mengalami
cacat penglihatan atau kebutaan. Oleh karena itu, makalah ini membahas lebih
lanjut mengenai ablasio retina sehingga kelainan mata ini dapat dideteksi secara
dini dan kebutaan akibat penyakit ini dapat dihindarkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari ablasio retina?


2. Apa etiologi ablasio retina?
3. Apa saja klasifikasi ablasio retina?
4. Bagaimana Manifestasi klinis ablasio retina?
5. Bagaimana Patofisiologi ablasio retina?
6. Bagaimana komplikasi dari ablasio retina?
7. Bagaimana Penatalaksanaan ablasio retina?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi ablasio retina


2. Mengetahui eyiologi ablasio retina
3. Mengetahui klasifikasi ablasio retina
4. Mengetahui manifestasi klinis ablasio retina
5. Mengetahui patofisiologi ablasio retina
6. Mengetahui komplikasi ablasio retina
7. Mengetahui penatalaksanaan ablasio retina

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang
retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen
masih melekat erat dengan membrane Bruch. Sesungguhnya anatara sel
kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktur
dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang
potensial untuk lepas secara embriologis ( Ilyas, 2015 )
Ablasio retina adalah suatu robekan yang dapat terjadi secara spontan
akibat adanya robekan idiopatik di retina perifer, tetapi dapat pula timbul
didahului tindakan intra okuler seperti katarak, filtering surgery,
penyuntikan intravitreal dan vitrektomi. (Simanjuntak, 2015)

ablasio retina terbagi 2, yaitu :


regmatogen dan non regmatogen.
1. Ablasio retina yang paling sering terjadi dan menimbulkan kondisi
kegawatdaruratan yaitu tipe regmatogen, dimana terdapat robekan
pada sensori retina. Robekan retina paling sering disebabkan oleh
traksi pada vitreous di permukaan retina. Traksi ini secara fisik
menyebabkan lapisan sensori retina terpisah dari RPE, menghasilkan
retinal tear. Robekan dari retina memungkinkan cairan masuk dari
cavitas vitreous ke ruang rubretinal.
2. Pada ablasio non-regmatogen, terdapat akumulasi eksudat ataupun
transudate di ruang subretina. Penyebab lain dari tipe ablatio retina ini
meliputi korioretinitis, tumor koroid metastatic, angioma retinal, efusi
koroid, dan trauma.

B. Etiologi
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah
trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan
mendorong retina (rhematogen) atau tejadi penimbunan eksekudat
dibawah retina sehinggan retina terangkat (non rhematogen), atau tarikan
jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksekudat terjadi
akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroditis, tumor retrobulbar,
uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat
disebabkan DM, proliferatife, trauma, infeksi atau pasca bedah. (John,
2015)
C. Patofisiologi
Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan retina menyebabkan
keduanya bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa
terkumpul diantaranya.
Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang
dengan bebas melewati lubang di retina menuju kedalam rongga yang
terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina tersebut. Penyebab
ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat dan refraksi
lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi retina
untuk melekat dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya
tidak terdiagnosis letaknya dipinggir bawah retina. Kadang-kadang
ditempat yang sama terdapat kista retina kecil. Jika pinggiran retina
terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk suatu lubang seperti yang
disebutkan diatas. Pada ablasio retina, bagian luar retina yang sebelumnya
mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya akan terjadi degenerasi
dan atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi retina terjadi
kompenasasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah
degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen di
depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan sel
batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan
bermigrasi ke dalam cairan sub retina dank e dalam sel reseptor kerucut
dan batang.
Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke
dalam cairan sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca
dan koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka keadaan ini akan
berlanjut ke dalam jaringan yang lebih dalam, yang kemudian jaringan ini
diganti dengan jaringan glia.
D. Pathways

Ablasio
Retina

Non Trauma Trauma

Robeka
retina

Cairan ma
mendo

Penimb
diba

E. Komplikasi
Menurut Tamsuri (2017) , komplikasi ablasio retina dibagi menjadi 2:
 Komplikasi awal setelah pembedahan : Peningkatan TIO,
Glaukoma, Infeksi, Ablasio koroid, Kegagalan pelekatan retina,
Ablasio retina berulang
 Komplikasi lanjut : Infeksi, lepasnya bahan buckling melalui
konjungtiva atau erosi melalui bola mata, Vitreo retinapati
proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina), Diplopia,
Kesalahan refraksi, astigmatisme

F. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium, Dilakukan untuk mengetahui adanya
penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun
kelainan darah.
 Pemeriksaan Ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasoografi juga
digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan
patologis lain yang menyertainya seperti proliverative
vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi
juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan
ablasio retina eksekudatif misalnya tumor dan posterior skleritis
 Scleral indentation
 Fundus drawing
 Goldmann triple-mirror
 Indirect slit lamp biomicroscopy

G. Manifestasi Klinis
Menurut Tamsuri (2017) Ttanda dan gejala dari Ablasio retina adalah :

 Gejala dini : floaters dan fotopsia (kilatan halilintar kecil pada


lapangan pandang)
 Gangguan lapang pandang
 Pandangan seperti tertutup tirai
 Visus menurun tanpa disertai rasa sakit
 Visus menurun
 Pada pemeriksaan fundus okuli, tampak retina yang terlepas
berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok
disertai atau tanpa robekan retina

H. Penatalaksanaan
Menurut Tamsuri (2017) penatalaksanaan dari ablasio retina yaitu :

1. Penderita tirah baring


2. Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata
3. Pada penderita dengan ablasio retina nonregmatogen, bila penyakit
primernya sudah diobati, tetapi masih terdapat ablasio retina, dapat
dilakukan operasi cerclage.
4.Pada ablasio retina rematogen:
a. Fotokoagulasi retina: bila terdapat robekan retina dan belum terjadi
separasi retina.
b. Plombage local: dengan spons silicon dijahatikan pada episklera
didaerah robekan retina (dikontrol dengan oftalmoskop indirek binuclear)
c. Membuat radang steril pada koroid dan epitel pigmen pada daerah
robekan retina dengan jalan:
- Diatermi
- Pendinginan
- Operasi cerclage
- Operasi ini dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca pada
keadaan cairan subretina dapat dilakukan fungsi lewat sclera

I. Pengkajian

1. Pengkajian
pada klien dengan ablasio retina difokuskan pada penggalian data
dasar tentang informasi status terkini dari klienmengenai nama, umur,
alamat, satus pernikahan, pendidikan danagama.
2. Status kesehatan
saat ini keluhan utama nyeri, kaji lama keluhan, kualitas keluhan,
faktor pencetus, faktor pemberat, dan upaya yang telah dilakukan
3. Riwayat kesehatan
a)Riwayat kesehatan saat ini : bagian mata yang mengalami ablasio
pasca operasi mengalami nyeri, merah dan berair.
b)Riwayat kesehatan terdahulu pasien : apakah ada riwayat
penyakitkronis atau akut, apakah ada alergi obat, apakah pernah masuk
rumah sakit sebelumnya, apakah punya kebiasaan merokok,
minumkopi dan minum alkohol, dan jenis obat-obatan yang
seringdiminum sebelumnya
c)Riwayat penyakit keluarga : apakah di dalam keluarga ada yang
punya penyakit turunan seperti : DM, HT, high myop , dll.

A. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : kaji kesadaran, GCS, vital sign,
b. Kepala : kaji kulit ada lesi atau hematoma, muka ada lesi
atauhematoma, sklera merah, berair, kaji visus, hidung ada polip
atauepistaksis, mulut ada caries atau pakai gigi palsu, bibir kering
atauada sianosis, telinga bentuk simetris / tidak, ada gangguan
pendengaran atau tidak
c. Leher : kaji apakah ada pembesaran tiroid, kaku kuduk atau hematom
d. Tenggorokan : kaji apakah ada nyeri telan atau tidak, apakah ada
pembesaran tonsile.
e. Dada : bentuk simetris, ada oedem atau tidak,
f. Abdomen : inspeksi ada asites atau tidak, palpasi ada tumor atau tidak,
perkusi ada hipertimpani atau pekak dan auskultasi berapa kali
peristaltic usus per menit.
g. Genetalia : pria apa ada hernia, perempuan apa ada riwayat
perdarahan atau keputihan.
h. Rectum : ada hemoroid atau prolapsi.
i. Ekstremitas atas dan bawah : kaji kekuatan otot

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas b.d ancaman kehilangan penglihatan


2. resiko cidera b.d peningkatan aktivitas
3. Kurang perawatan diri b.d penurunan penglihatan

C. INTERVENSI

1. Ansietas b.d ancaman kehilangan penglihatan


Kriteria hasil :
 Klienmemahami pentingnya perawatan yang
intensif/bedrest total
 Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi

Intervensi :

 Anjurkan klien bedrest total


 Hindari pergerakan yang mendadak,menghentakan
kepala,batuk,muntah
 Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat
oral sesuai anjuran dokter

2. Risiko Cedera b.d peningkatan aktivitas


Kriteria hasil :
 Klien menyebutkan faktor resiko  meluasnya
kehilangan penglihatan
 Klien memeragakan penurunan aktivitas total

Intervensi :

 Kaji lapang pandang klien 


 Intruksikan klien tirah baring total
 Terangkan kepada klien untuk meminimalkan
pergerakan

3. Kurang perawatan diri b.d penurunan penglihatan


Kriteria hasil :

 Klien mendapatkan bantuanparsial dalam pemenuhan


kebutuhan diri
 Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara
bertahap

Intervensi :

 Terangkan pentingnya perawatan diri dan


pembatasan aktivitas selama fase pascaoperasii
 Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri 
 Secara bertahap,libatkan klien dalam memenuhi
kebutuhan diri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina
dari lapisan epitel pigmen retina. Dapat dibagi dalam 3 klasisifikasi yaitu :
ablatio rhegmatogen , ablation oleh karena tarikan dan ablatio eksudatif.
Ablasio retina terjadinya karena adanya robekan retina atau lubang retina ,
myopia, usia lanjut, dan mata afakia. Gejala terjadi dengan penurunan
drastis pandangan dan bayangan benda dapat terlihat seperti titik-titik
membentuk jarring laba-laba. Permasalahan ini dapat di atasi dengan
penatalaksanaan medis yaitu prosedur laser, pembedahan dan Krioterapi
transkleral.

B. Saran
Pada kasus ablasio retina ini dapat dikenali dengan berbagai
manifestasi klinis yang telah dijelaskan di atas. Untuk mencegah
terjadinya keparahan yang dialami maka alangkah lebih baiknya jika
diberikan intervensi lebih awal lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Yan H dan Wang S. General Guideline of Ophthalmic Emergency. Dalam: Hua


Y,
editor. Ocular trauma. Singapore:
Springer; 2018:1-9.

Sultan ZN, Agorogiannis EI, Iannetta D, et al. Rhegmatogenous retinal


detachment: a review of current practice in diagnosis and management. BMJ
Open Ophthalmology 2020;5:e00047

Kaur S, Larsen H, Nattis A. Primary care approach to eye condition. Osteopathic


Fam Physician. 2019. 11(2): 28-34

Anda mungkin juga menyukai