Dosen Pembimbing :
Erika Martining Wardani, S.Kep., Ns., M. Ked Trop
Oleh :
Ani Ardianti (1120021016)
Ani Ardianti
1120021016
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan ablasio retina
2.1 Definisi
Menurut Ilyas (2015) ablasi retina adalah suatu keadaan
terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen
retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrane Bruch. Sesungguhnya anatara sel kerucut dan
sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktur dengan
koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang
potensial untuk lepas secara embriologis.
Menurut Ilyas (2015) Ablasi retina (retinal detachment) adalah
pemisahan retina sensorik, yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut
dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel pigmen retina
dibawahnya.
Menurut Tamsuri (2011) ablasio retina atau retinal detachment
adalah lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen yang terdiri dari
nonregmatogen (tanpa robekan retina) dan regmatogen (dengan
robekan retina atau ‘’break: tear & hole’’).
Jadi ablasio retina adalah suatu keadaan terlepas nya
retina yang diikuti dengan penimbunan cairan pada ruang potensial antara retina
dengan sel pigmen epitel koroid (Ilyas, 2014).
2.2 Etiologi
a. Neoplasma : Choroidal malignan melanoma, metastasis, coroidal
hemangioma, multiple myeloma, retinal retinal capillary
hemangioblastoma, dll.
e. Nanophthalmos: Mata yang kecil dengan kornea yang kecil dan anterior
chamber tapi lensa besar dan sclera tebal
( Pandie, 2018)
2.3 Patofisiologi
Menurut Budiono (2013) Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan
retina menyebabkan keduanya bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga
cairan bisa terkumpul diantaranya. Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian
badan kaca yang cair yang dengan bebas melewati lubang di retina menuju
kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina
tersebut. Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat
dan refraksi lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi
retina untuk melekat dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak
terdiagnosis letaknya dipinggir bawah retina. Kadang-kadang ditempat yang sama
terdapat kista retina kecil. Jika pinggiran retina terlepas dari erlekatannya maka
akan terbentuk suatu lubang seperti yang disebutkan diatas. Pada ablasio retina,
bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi yang baik dari koroid.
Akibatnya akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat
degenerasi retina terjadi kompenasasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan
sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen
di depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan sel
batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan
bermigrasi ke dalam cairan sub retina dank e dalam sel reseptor kerucut dan
batang. Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke
dalam cairan sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan
koroid. Apabila terjadi degenerasi sel
reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yang lebih dalam,
yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia.
Retina terangkat
Terjadi pelepasan ABLASIO RETINA
retina dari koroid
Ablasio Retina
Pre Operasi Pembedahan Eksudatif
Ablasio Retina
Rheugmatogeneus B1 : normal, tidak ada
Retina robek
Post Operasi
sesak /ronchi
B2: tidak ada nyeri kepala,
Cahaya tidak tepat suara jantung normal
pada fovea B3 : composmentis, OD/OS B1 : normal, tidak ada sesak /ronchi
ablasio (kabur), sklera B2: tidak ada nyeri dada, palpitasi,
putih, pendengaran, suara jantung normal
penciuman, pengecapan B3 : composmentis, OD/OS di bebat,
normal nyeri pada mata post operasi, sklera
Persepsi bayangan
B4 : normal, warna dan hiperemi, konjungtiva hiperemi,
seperti tirai (black pendengaran, penciuman, pengecapan
jumlah urin
certain) B5 : mulut, abdomen, normal, penglihatan ada gangguan
rectum normal, BAB B4 : normal, warna dan jumlah urin
normal B5 : mulut, abdomen, rectum normal,
B6 : sendi normal, BAB normal
MK : Resiko Jatuh ekstremitas atas bawah B6 : sendi normal, ekstremitas atas
normal bawah normal
2.7 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain untuk mencegah cidera
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahankan, sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif
pada robekan retina
4. Pasien tidak boleh berbaring terlentang
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan
pasca operasi
6. Ada 3 jenis operasi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki posisi retina:
a) Pneumatic Retinopexy
Pada operasi jenis ini, dokter akan menyuntikkan gelembung udara
kecil ke mata. Gelembung ini akan mendorong retina kembali ke
tempatnya, kemudian dokter akan menggunakan laser atau pembekuan
untuk memperbaiki lubang atau robekan pada retina.
Pada prosedur ini, dokter akan:
Memberikan obat bius lokal pada mata agar pasien tidak merasakan nyeri
dan bisa tetap nyaman selama pembedahan berlangsung
Memasukkan jarum kecil ke mata, kemudian mengambil sedikit cairan
Menyuntikkan sejumlah kecil udara ke mata
Menggunakan laser atau pembekuan untuk memperbaiki lubang atau
robekan retina
Pasien masih bisa melihat gelembung udara ini di bagian samping penglihatan
(peripheral vision) setelah pembedahan selesai. Namun, seiring waktu, gelembung
ini akan hilang dengan sendirinya.
Setelah pembedahan, pasien harus:
Menahan kepala pada posisi tertentu selama beberapa hari untuk menjaga
agar gelembung udara tetap pada tempatnya ( posisi kepala menunduk saat
tidur dan duduk, dan posisi tidur tengkurap)
Menghindari beberapa aktivitas selama masa pemulihan; seperti naik
pesawat, melakukan olahraga yang intens, serta mengangkat barang-
barang yang berat
Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memastikan pemulihan
mata berjalan dengan baik
Pasien harus segera menghubungi dokter jika penglihatan semakin mengabur atau
timbul rasa nyeri dan terjadi pembengkakan yang parah.
b) Scleral Buckle
Pada operasi jenis ini, dokter akan memasang semacam plester kecil yang
fleksibel di sekeliling bagian putih mata. Bagian mata ini disebut sclera.
Kemudian, plester ini akan bergerak pelan ke bagian sisi mata dan terus masuk
hingga mencapai retina, kemudian membantu retina kembali ke posisi semula.
Plester ini akan terpasang permanen di mata setelah pembedahan selesai. Jika ada
lubang atau robek pada retina, dokter akan memperbaikinya menggunakan laser
atau pembekuan. Biasanya pasien mendapat bius total pada prosedur ini, sehingga
akan tertidur sepanjang operasi dan tidak merasakan apapun. Setelah operasi,
mata akan terasa sedikit pedih. Untuk itu, pasien harus:
Mengenakan penutup mata selama kira-kira satu hari
Menghindari beberapa aktivitas hingga mata sembuh, seperti mengangkat
barang-barang berat atau berolahraga intens
Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memastikan pemulihan
berjalan baik
c) Vitrectomy
Ini adalah jenis operasi untuk memperbaiki ablasio retina yang serius.
Biasanya dilakukan di ruang bedah rumah sakit dan menggunakan bius lokal.
Vitreous gel, yang menyebabkan retina tertarik, akan diangkat dari mata kemudian
diganti dengan gelembung gas yang akan mendorong retina kembali ke posisinya
semula. Pada beberapa kasus, gelembung minyak digunakan sebagai pengganti
gelembung gas untuk menjaga retina tetap ada pada tempatnya. Cairan alami
tubuh akan perlahan menggantikan gelembung gas, namun gelembung minyak
harus diambil dari mata di kemudian hari melalui prosedur pembedahan. Kadang-
kadang vitrectomy dilakukan bersamaan dengan scleral buckle. Jika vitrectomy
menggunakan gelembung gas, maka setelah pembedahan pasien harus:
Menahan kepala pada posisi tertentu selama beberapa hari (posisi kepala
menunduk saat tidur dan duduk, dan posisi tidur tengkurap)
Menghindari bepergian naik pesawat terbang, karena bisa menyebabkan
tekanan yang membahayakan mata
Menghindari mengangkat barang berat atau berolahraga intens
Jika gelembung yang digunakan adalah gelembung minyak, maka aman untuk
naik pesawat.
7. Tingkat Keberhasilan Operasi Ablasio Retina
Keberhasilan operasi ablasio retina adalah 9 dari 10 prosedur, di mana
retina bisa diperbaiki dan dikembalikan ke posisi semula hanya dengan satu kali
pembedahan. Pada kasus lainnya, pemasangan kembali retina membutuhkan lebih
dari satu kali operasi dengan tingkat keberhasilan lebih dari 95 persen.
Keberhasilan operasi perbaikan retina ini juga tergantung pada seberapa serius
kondisi kerusakan dan lepasnya retina pasien, serta seberapa banyak jaringan
parut yang terbentuk di retina. Jika bagian tengah retina (macula) tidak
terdampak, maka penglihatan akan kembali normal.
Jika macula lepas dalam jangka waktu yang cukup lama, maka sebagian
dari penglihatan mungkin bisa kembali, namun seringnya kurang dari 6/60, yang
artinya mendekati kebutaan. Diperlukan sekitar beberapa bulan masa pemulihan
setelah operasi untuk menentukan seberapa banyak penglihatan bisa benar-benar
kembali.
8. Risiko Operasi Ablasio Retina
Setiap jenis pembedahan selalu memiliki risiko, begitu juga dengan operasi
ablasio retina. Jika operasi menggunakan bius total, maka mungkin
mempengaruhi pernafasan atau menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, beberapa
risiko lainnya termasuk:
Katarak (lensa mata menjadi keruh)
Glaucoma (meningkatnya tekanan pada bola mata)
Infeksi
Pendarahan di ceruk vitreous
Kehilangan penglihatan (Tim riset IDNmedis, 2021)
b. Non Farmakologi
Pengobatan untuk ablasio retina hanya dengan tindakan pembedahan
(Sjamsu budiono, Trisnowati, Moestijab, dan Eddyanto. 2013).
2.8 Pencegahan
Secara umum, belum ditemukan cara mencegah ablasio retina. Terutama
dalam mencegah penyebab ablasio retina regmatogen berupa penuaan yang
merupakan proses alami. Namun ada langkah khusus sebagai tindakan
pencegahan tergantung jenis ablasio retina itu sendiri. Misalnya, jika punya
penyakit diabetes, Anda harus rutin memeriksakan diri dan mengontrol gula
darah. Lalu, bila punya hobi bela diri, Anda harus mengenakan pelindung
kepala dan mewaspadai serangan yang mengarah ke bagian atas badan.
Demikian juga untuk aktivitas di luar ruangan lainnya, terutama penggunaan
kacamata. Penting pula untuk mengetahui gejala ablasio retina sejak dini.
Gejala itu meliputi:
- Kaburnya penglihatan
- Susah melihat jelas karena ada seperti bayangan tirai dalam penglihatan
- Kilatan cahaya muncul mendadak saat melihat
- Bintik kecil serupa pasir tiba-tiba membayangi penglihatan
Jika gejala-gejala tersebut muncul, segeralah berkonsultasi dengan dokter
mata untuk diperiksa dan diketahui penyebab ablasio retina yang diderita. Akan
jauh lebih baik jika konsultasi dokter dilakukan secara rutin. Konsultasi
disarankan dilakukan setidaknya satu-dua kali dalam setahun. Dengan begitu,
segala gejala bisa dideteksi lebih awal dan ablasio retina yang lebih serius pun
bisa dicegah demi menghindari risiko kehilangan penglihatan ( Lusiani. 2019).
2.9 Komplikasi
1. Komplikasi awal setelah pembedahan
a. Peningkatan TIO
b. Glaukoma
c. Infeksi
d. Ablasio koroid
e. Kegagalan pelekatan retina
f. Ablasio retina berulang
2. Komplikasi lanjut
a. Infeksi
b. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui
bola mata
c. Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
d. Diplopia
e. Kesalahan refraksi
f. Astigmatisme
(Zailani, 2018).
Bab 3
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
3. Riwayat kesehatan
diminum sebelumnya.
sebelum MRS, meliputi lama waktu tidur, dan apakah ada masalah
rumah sakit dan ukur berat badan dan tinggi badan untuk
riwayat merokok.
rumah dan saat di rumah sakit, tidak ada gangguan eliminasi fekal.
E. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kaji kesadaran, GCS, vital sign, ukur berat badan
masalah.
normal
reproduksi.
G. Pemeriksaan penunjang
kelainan darah.
3. Fundus drawing
H. Terapi medis
dengan menggunakan :
Cryotherapy
b. Retinal detachment
1. pneumatic retinopexy
kesakitan.
tidak fokus
Penurunan tajam
penglihatan
3.3 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pasca tindakan pembedahan
2. Gangguan Persepsi Sensori : visual berhubungan dengan adanya proses
radang pasca operasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya proses pembedahan
Diagnos
Budhiastra, P., Sovani, I., Kartasasmita, A. S. et al. 2016. Ablasio Retina Regmatogen
pada penderita Myopia di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
Periode Oktober 2015- Maret 2016, http://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-
content/uploads/2017/06/Ablasio-retina-regmatogen-pada-penderita-myopia-di-
pusat-mata-nasional-rumah-sakit-mata-cicendo-periode-oktober-2015-maret-
2016.Putu-budhiastara.pdf, diunduh pada tanggal 12 Oktober 2021 jam 20.10 wib
Zailani. 2018. http://eprints.umbjm.ac.id/696/4/BAB%202%20.pdf, diunduh pada
tanggal 12 Oktober 2021, jam 20.30 wib
Wilkinson. 2016. Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Ilyas. 2014. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kedua. Jakarta : FKUI.
Sjamsu budiono, Trisnowati, Moestijab, dan Eddyanto. 2013. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Mata. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
Nanda International Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Tim Riset IDNmedis. 2021. https://idnmedis.com/operasi-ablasio-retina, diunduh
tanggal 12 Oktober 2021 jam 20.50 wib
Oasenea Melliany. 2019. Konsep Dasar Proses Keperawatan Dalam Memberikan
Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan. https://osf.io/5kdnf. Diunduh tanggal
13 Oktober 2021 jam 20.00 wib