ABLASIO RETINA
Oleh :
Preseptor :
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah Bed Site Teaching (BST)
mengenai “Ablasio Retina”. Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan
dan wawasan penulis dan pembaca, serta menjadi salah satu ilmiah dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Terima kasih penilis ucapkan kepada dr. Mardijas Efendi, Sp.M (K) selaku
preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pembuatan makalah
ini. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantudalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah BST ini masuh memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Retina merupakan suatu struktur yang terdiri dari lembaran jaringan saraf
berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi dua pertiga bagian dalam
dinding posterior bola mata.4 Retina merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina membentang ke anterior
hampir sejauh korpus siliaris dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak
rata. Permukaan luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen
retina sehingga juga berhubungan dengan membran Bruch, koroid, dan sklera.
Lapisan-lapisan epitel pada permukaan dalam korpus siliaris dan permukaan
posterior iris merupakan perluasan retina dan epitel pigmen retina ke anterior.
Permukaan dalam retina berhadapan dengan vitreus. 4 Pada potongan melintang,
dari luar ke dalam, lapisannya adalah :
1. Epitel pigmen retina
2. Lapisan fotoreseptor , terdiri atas sel batang dan sel kerucut
3. Membran limitans eksterna yang merupakan membrane ilusi
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, merupakan susunan lapis nucleus sel
kerucut dan batang.
5. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
6. Lapis inti dalam, merupakan badan sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller.
7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin, dan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serabut saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
berjalan menuju nervus optikus
10. Membran limitans interna.
3
Gambar 2.1 Lapisan – Lapisan Retina
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,56 mm pada kutub
posterior. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula berdiameter 5,5-6
mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-
cabang pembuluh darah retina temporal. Daerah ini juga disebut dengan area
sentralis, yang secara histologis merupakan bagian retina yang ketebalan lapisan
sel ganglionnya lebih dari satu lapis. Makula lutea secara anatomis didefinisikan
sebagai daerah berdiameter 3 mm yang mengandung pigmen luteal kuning, yaitu
xantofil. Fovea merupakan zona avaskular retina yang berdiameter 1,5 mm.
Foveola merupakan bagian retina yang paling tipis (0,25 mm) dan hanya
mengandung fotoreseptor kerucut.4
Retina menerima darah dari 2 sumber yaitu koriokapilaris yang berada tepat di
luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan
pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen
retina. Sumber kedua yaitu cabang-cabang arteri sentralis retina, yang mendarahi
dua per tiga dalam retina. Fovea seluruhnya didarahi oleh koriokapilaris dan
4
rentan terhadap kerusakan yang tak dapat diperbaiki jika retina mengalami
ablasi.4
5
Neoplasma; seperti melanoma maligna dan retinoblastoma koroid (tipe
eksofitik), hemangioma, dan tumor metastasis koroid.
Hipotoni tiba tiba akibat perforasi bola mata dan operasi intraokular.
Sindrom efusi uvea yang dikarateristikkan oleh ablasio bilateral koroid
perifer, badan siliar dan retina.
Neovaskularisasi koroid.
6
adanya rapid eye movements terutama pada posterior vitreous detachment
(PVD), sineresis vitreous, aphakia dan miopia. Ketika terjadi kerusakan pada
retina, cairan vitreous masuk melalui retina sensorik yang telah terpisah dari
epitel pigmen. Ketika cairan subretinal terakumulasi, cairan akan mengikuti
gravitasi ke bawah. Bentuk terakhir dan posisi dari ablasio retina ditentukan
oleh lokasi kerusakan retina (Lincoff’s rule) dan keterbatasan anatomi dari
diskus optik dan ora serata.7,8
7
c. Ablasio Retina Serosa & Hemoragik
Ablasio retina eksudatif (serous atau perdarahan) terjadi akibat retina
yang terdorong karena neoplasma atau akumulasi dari cairan dibawah retina
akibat inflamasi atau lesi vaskular, bukan disebabkan oleh retina yang rusak
atau traksi dari vitreoretina, melainkan secara primer disebabkan oleh penyakit
pada epitel pigmen retina dan koroid. Degenerasi, inflamasi dan penyakit
infeksi, termasuk multiple penyebab dari neovaskular koroid dapat berasosiasi
dengan ablasio retina eksudatif. Tipe ablasio ini juga berasosiasi dengan
sistemik vascular atau penyakit inflamasi atau tumor intraokular.7,8
8
Shadows
Saat robekan retina terjadi, pasien seharusnya segera mencari pengobatan
medis dan pengobatan efektif. Namun beberapa pasien tidak segera mencari
pengobatan medis atau bahkan malah mengabaikan gejala yang dialami.
Memang dalam beberapa saat gejala akan berkurang, tetapi dalam kurun waktu
beberapa hari hingga tahunan akan muncul bayangan hitam pada lapangan
pandang perifer. Jika retina yang terlepas berada pada bagian atas, maka
bayangan akan terlihat pada lapangan pandang bagian bawah dan dapat
membaik secara spontan dengan tirah baring, terutama setelah tirah baring pagi
hari. Kehilangan penglihatan sentral atau pandangan kabur dapat muncul jika
fovea ikut terlibat.
9
o Pemeriksaan konfrontasi lapangan pandang.
o Pemeriksaan metamorfopsia dengan tes Amsler Grid.
o Pemeriksaan slit lamp untuk melihat ada atau tidaknya pigmen pada
vitreus (Shafer’s sign).
o Pemeriksaan tekanan bola mata.
o Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskopi (pupil harus dalam keadaan
dilatasi). Retina yang terlepas akan terlihat putih dan edema serta
kehilangan sifat transparansinya. Pada ablasio regmatogenosa, robekan
retina berwarna merah terang dapat terlihat. Biasanya muncul pada
setengah bagian atas retina pada regio degenerasi ekuator. Pada ablasio
tipe traksi, ablasio bullosa akan terlihat bersamaan dengan untaian
retina berwarna abu- abu. Pada tipe eksudatif akan terlihat adanya
deposit lemak masif dan biasanya disertai dengan perdarahan
intraretina.12
o Pemeriksaan USG dilakukan untuk menampilkan gambaran echo
morfologi retina yang terlepas seperti pada ablasio traksional dan
ablasio yang berbentuk bulosa. Pada pemeriksaan USG mata, jika
retina tidak dapat tervisualisasi karena katarak atau perdarahan, maka
ultrasound A dan B- scan dapat membantu mendiagnosis ablasio retina
dan membedakannya dengan ablasio vitreus posterior. USG dapat
membantumembedakan regmatogen dari non regmatogen.
Pemeriksaan ini sensitif dan spesifik untuk ablasio retina tetapi tidak
dapat membantu untuk menentukan lokasi robekan retina yang
tersembunyi.10,11
10
Pada awalnya dilakukan sebagai teknik untuk memperbaiki ablatio retina
rhegmatogenosa oleh Custodis pada tahun 1949 dan dipopulerkan pada
tahun 1950an. Scleral buckling disebut juga sebagai metode konvensional
dengan pendekatan eksternal tatalaksana bedah pada ablatio retina dimana
eksplan dijahit ke sklera sehingga menciptakan lekukan ke dalam,
bertujuan untuk untuk menutup retinal breaks dengan menempatkan
retinal pigment epithelium (RPE) ke retina sensorik, dan untuk mengurangi
traksi vitreoretinal dinamis ditempat perlekatan vitreoretinal. Angka
keberhasilannya adalah 92-94% pada kasus-kasus tertentu yang sesuai. 4
b. Vitrektomi
Merupakan prosedur bedah yang melibatkan pengangkatan gel vitreous
dari mata, dimana instrumen dimasukkan ke dalam mata melalui pars
plana. Operasi ini biasanya digunakan sebagai tatalaksana ablasio retina
dan dilakukan di ruang operasi. Vitrektomi sebelumnya dianggap sebagai
pengobatan lini kedua untuk ablasio retina primer. Namun, semakin
banyak ahli bedah memilih vitrektomi primer untuk ablasio retina
regmatogenosa, sebagian karena kemajuan pesat dalam instrumentasi.
Teknik ini digunakan bila terdapat robekan retina multipel di superior atau
di posterior; bila visualisasi retina terhalang, misalnya oleh perdarahan
viterus; dan bila vitreoretinopati proliferatif yang bermakna.4
11
makula sudah terlepas, penundaan tindakan bedah hingga 1 minggu tidak
mengubah hasil akhir penglihatan.4
12
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Usia : 60 tahun
Alamat : Tanah Datar, Sumatera Barat
Tanggal Pemeriksaan : 18 April 2022
3.2 Anamnesis
Seorang pasien laki – laki usia 60 tahun datang ke Poli Mata RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada 13 April 2022 dengan pengelihatan mata kiri yang kabur sejak 3
bulan yang lalu.
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan pengelihatan mata kiri kabur sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
o Pengelihatan mata kiri kabur sejak 3 bulan yang lalu
o Pandangan mata seperti melihat tirai (+)
o Riwayat trauma (+), Pasien terkena ranting kayu yang jatuh menimpa
kepala bagian kiri, namun tidak sampai masuk ke mata pasien.
o Mata merah (-)
o Nyeri (-)
o Riwayat pengobatan (+) di RSUD Batusangkar & mendapat obat tetes
mata namun pasien tidak ingat nama obat. Pengelihatan tidak membaik
sejak kejadian tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat memakai kacamata (-), Riwayat DM (-), Riwayat hipertensi (+).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
13
Frekuensi Nafas : 17x/menit
Suhu : 36oC
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Edema : tidak ada
Anemis : tidak ada
Status Generalisata
Kulit : Teraba hangat, turgor baik
Kelenjar Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran KGB
Kepala : Normochepal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Status oftalmikus
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Dalam batas normal
Gigi dan Mulut : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Dada :
o Paru : Dalam batas normal
o Jantung : Dalam batas normal
Perut : Dalam batas normal
Punggung : Tidak ada kelainan
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota Gerak : Tidak ada kelainan
Akral hangat, CRT < 2 detik
Edem pretibia tidak ada
Status Oftalmologis
Status Oftalmologi OD OS
Visus 20/20 1/300
Refleks Fundus (+) (+)
14
Supersilia / Silia Normal Normal
Palpebra
Edema (-) Edema (-)
Superior, Inferior
Apparatus Lakrimalis Normal Normal
Konjungtiva
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Tarsalis, Forniks, Bulbi
Sklera Intak Intak
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Anterior Dalam Dalam
Iris Coklat Coklat
Bulat Bulat
Pupil RF +/+ RF +/+
Diameter 3mm Diameter 3mm
Keruh subkapsul Keruh subkapsul
Lensa
posterior posterior
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Media : Bening
Media : Bening Pupil : Bulat, batas
Pupil : Bulat, batas tegas, diameter 0,3
tegas, diameter 0,3 Arteri : Vena = 2:3
Fundus Arteri : Vena = 2:3 Tampak ablasio retina di
Retina : Perdarahan (-), supratemporal
Eksudat (-) Retina : Perdarahan (-),
Refleks fovea (+) Eksudat (-)
Refleks fovea (+)
TIO 14 mmHg 13 mmHg
Posisi Bulbus Okuli Orto Orto
Gerak Bulbus Okuli Bebas Bebas
Foto Fundus
15
3.4 Diagnosis Kerja
Ablasio Retina Regmatogen OS
3.5 Terapi
Pro Vitrektomi OS + Endolaser + Silicon OS
3.6 Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Sanactionam : Dubia ad Malam
Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Malam
16
BAB 4
DISKUSI
Lapisan retina sensorik yang terpisah dari epitel pigmen retina akan
mengakibatkan fokus sinar yang bergeser sehingga tajam penglihatan akan menurun.
Hal ini juga menyebabkan terganggunya metablisme sel foto reseptor karena suplai
nutrisi dari koroid terputus. Bila hal ini dibiarkan dan terjadi lama maka akan terjadi
kerusakan struktur lapisan sensorik retina, sehingga pemulihan fungsi penglihatan
menjadi tidak optimal.13,14
Berdasarkan patofisiologinya, Ablasio retina terbagi menjadi 3, dimana salah
satunya adalah Ablasio retina regmatogen (RRD). Ablasio retina regmatogen
disebabkan karena adanya robekan pada retina yang membuat cairan mengalir dari
badan viterus ke ruang sub retina sehingga terjadi pemisahan lapisan retina dari epitel
pigmen retina yang selanjutnya disebut sebagai ablasio retina.13,14
Faktor risiko dari RRD antara lain miopia (terutama miopia tinggi), riwayat ablasio
retina pada keluarga, riwayat ablasio pada mata sebelumnya, lepasnya vitreous baru-
baru ini, trauma, degenerasi vitreoretinal, serta penggunaan obat fluoroquinolonebaru-
baru ini walaupun bukti hubungan sebab akibatnya masih kontroversial.
Penatalaksanaan pada ablasio retina regmatogen yakni adalah pembedahan. 14
Berdasarkan kasus yang ditemukan, seorang pasien laki – laki usia 60 tahun datang
ke Poli Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 13 April 2022 dengan pengelihatan
mata kiri yang kabur sejak 3 bulan yang lalu. Dari anamnesis ditemukan bahwa
terdapat riwayat trauma (+), pandangan mata seperti melihat tirai (+), Pasien terkena
ranting kayu yang jatuh menimpa kepala bagian kiri, namun tidak sampai masuk ke
mata pasien. Tidak ditemukan mata merah(-) dan mata nyeri (-) pada pasien. Pasien
juga menyangkal adanya riwayat memakai kacamata sebelumnya dan menderita
penyakit DM. Namun terdapat riwayat hipertensi pada pasien ini. Pasien sudah pernah
dilakukan pengobatan di RSUD Batusangkar & mendapat obat tetes mata namun
pasien tidak ingat nama obat. Pengelihatan tidak membaik sejak kejadian tersebut.
Berdasarkan data anamnesis, pasien memiliki kasus dengan mata tenang dengan visus
turunmendadak dengan riwayat trauma.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan oftalmologikus pada pasien. Ditemukan
bahwa pada mata kanan terdapat penurunan visus hingga 1/300 danerdasarkan
pemeriksaan funduskopi, didapatkan pada mata kiri pasien bahwa pada retina tidak
terdapat perdarahan, tidak terdapat eksudat, dan terdapat ablasio di supratemporal.
Dapat disimpulkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan funduskopi pada
17
pasien, bahwa pasien mengalami ablasio retina regmatogen pada mata kirinya akibat
trauma.
Beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi kejadian Ablasio Retina
Regmatogenosa yaitu umur (sering terjadi pada usia 40-60 tahun); jenis kelamin (lebih
sering terjadi pada laki – laki daripada perempuan dengan rasio 3:2); serta trauma yang
ketiganya ditemukan pada pasien ini.
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah vitrektomi. Prinsip terapi pembedahan
pada RRD adalah: menemukan semua robekan retina, membuat iritasi korioretina
disekeliling setiap robekan dan menutup semua robekan retina. Penutupan robekan
retina dapat dilakukan dengan membawa epitel pigmen retina (RPE) dan koroid ke
dalam kontak dengan retina cukup lama sehingga menghasilkan adhesi korioretina dan
menutup ruang subretina. Prinsip pembedahan yang dapat dilakukan meliputi,
demarkasi laser pada bagian yang terlepas, pneumatic retinopexy, prosedur scleral
blucking, dan vitrektomi. Observasi bisa dilakukan pada pasien dengan ablasio retina
lokalisasi dan tidak ada gejala (ablsio retina subklinis). Pemilihan jenis terapi
pembedahan tergantung modalitas yang tersedia.14
Traksi di area fokal pada adhesi vitreus ke retina perifer akan menyebabkan
robekan retina yang menyebabkan cairan intraocular bermigrasi ke dalam ruang
subretina sehingga terjadilah ablasio retina. Tujuan dilakukan vitrektomi adalah untuk
menghilangkan kortikal vitreus yang menempel pada robekan retina, mengalirkan
cairan dari ruang subretina secara langsung, memampatkan celah tersebut
(menggunakan udara, gas atau minyak silicon) dan menciptakan adhesi korioretina
disekitar setiap robekan retina dengan endolaser photokoagulasi / cryopexy.14
Prognosis ablasio retina regmatogen salah satunya tergantung dari apakah
makula tetap menempel atau tidak. Jika makula masih menempel, salah satu
penelitian mengatakan bahwa 83% pasien memiliki visus terbaik dengan koreksi
20/40 atau lebih. Bila macula tetap melekat, waktu untuk operasi tidak mengubah
hasil visus akhir. Namun bila macula terlepas, prognosis visualnya relative lebih
buruk. Penelitian lainnya melaporkan 37% pasien pulih ke visus 20/50 atau lebih
bila diintervensi bedah dalam minggu pertama.15 Pada pasien ini, karena sudah
dalam jangka waktu yang lama dan visusnya sudah mencapai 1/300, memiliki
prognosis dubia ad malam karena visusnya tidak dapat kembali baik hingga 20/20
seperti semula.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, dkk. Ablasio retina. Sari Ilmu Penyakit Mata. cetakan ke 5. Gaya Baru
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2016 hal 192-5
2. Chang Huan J. In : Retinal Detachment. The Journal Of The American Medical
Association. 2012. JAMA. 2012;307(13):1447
3. Nemet A, Moshiri A, Yiu G, Loeweinstein A, Moisseive E. A Review of
Innovations in Rhegmatogenous Retinal Detachment Surgical Techniques.
Journal of Ophthalmology: 2017.
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Ablasi retina. Oftalmologi Umum. edisi 17,
Alih Bahasa Tambajong J, Pndit UB. Widya Medika Jakarta : 2010 hal.196-8
5. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12.
Singapore: LEO; 2018. 9-299
6. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. Oxford university press: New
York. 2009.118- 19
7. Khurana, AK, et al. Comprehensive Opthamology Ed 6. New Delhi: The
Health Sciences Publisher; 2015.p.273-6
8. Vaughan DG, Asbury T. General Ophtamology Ed 19. McGraw-Hill
Education. 2018.p.462- 5
9. Galloway NR, Amoaku WMK, Galloway PH, et al. In : Common Eye Disease
And Their Management. 3 rd ed. London : Springer-Verlag. 2006. Page 103-
10
10. Sitorus,Ritaetal.BukuajaroftalmologiFKUI,Edisi1.Jakarta:BadanPenerbitFK
UI. 2017.
11. Chern KC. In : Emergency Opthalmology A Rapid Treatment Guide. New
York : McGrawHill. 2002.
12. Kwon O.W., Roh M I., Song J.H. Retinal Detachment and Proliverative
Vitreoretinopathy. In. Retinal Pharmacotheraphy. Britain: Saunders-Elsevier.
2010. Page 148-51.
13. Djatikusumo A, Hutapea MM. Ablasio Retina. Dalam: Sitorus RS, Sitompul
R, Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftalmologi. Edisi 1. Jakarta: Pusat
Penerbitan department ilmu kesehatan mata Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2017.
14. American Academy of Ophtalmology Retina/Vitreous Panel. Preferred
Practice Pattern Guidelines. Retinal Detachment. San Fransisco, CA:American
Academy Of Ophtamology. 2019
19
15. Blair K, Czyz CN. Retinal Detachment. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan.
20