Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RETINOBLASTOMA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
EKO NUGROHO H WIBOWO (202201263)
ANDI FAHRUL RIZKI (202201269)
DINDA PRATIWI (202201262)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023
KATA PENGANTAR

............................................................Puji Syukur, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha E


rahmat dan tuntunannya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”Retinoblastoma“ dalam penyusunan ini kami tidak lepas dari bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terkait.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami maupun
pembaca.

Palu, 7 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................


Kata Pengantar .........................................................................................................ii
Daftar isi...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .....................................................................................................4
B. Tujuan...................................................................................................................4

BAB II KONSEP MEDIS


A. Definisi.................................................................................................................7
B. Anatomi Fisiologi.................................................................................................7
C. Etiologi ...............................................................................................................10
D. Patofisiologi........................................................................................................10
E. Klasifikasi............................................................................................................11
F. Manifestasi Klinis................................................................................................13
G. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................13
H. Pengobatan..........................................................................................................14
I. Komplikasi............................................................................................................15
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ..........................................................................................................16
B. Pengelompokan data............................................................................................18
C. Patway.................................................................................................................19
D. Diagnosis Keperawatan.......................................................................................22
E. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................................22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................24

iii
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata
yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya
dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh
para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim
mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah
dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali
anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena
itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana
di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat
perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap
pasien dengan retino blastoma.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta
asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.

5
Tujuan khusus :
1) Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2) Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3) Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4) Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5) Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6) Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma
7) Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma
Manfaat :
Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan
faham akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien retina
blastoma,sehinggga didunia rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan
keperawatan ke pasien retino blastoma dengan tepat.

6
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina.(Apriany, 2016). Retinoblastoma disebabkan oleh
perubahan atau mutasi pada gen RB1. Perubahan pada gen ini menyebabkan
sel-sel retina tumbuh cepat, tidak terkendali, dan merusak jaringan sekitarnya.
Walaupun jarang terjadi, sel-sel kanker mata ini juga bisa menyebar
(metastasis) ke organ lain. Penyebab pasti terjadinya mutasi genetik pada
retinoblastoma belum dapat dipastikan. Sekitar 25% dari kasus retinoblastoma
diturunkan dengan pola autosomal dominan, yaitu gen yang mengalami
kelainan diturunkan oleh salah satu orang tua. Sisanya terjadi secara sporadik
dan acak, tidak diturunkan dari orang tua.
B. Anatomi Fisiologi
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca
dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang
letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik
kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang
merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola
mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,
yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri
retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil
saraf optic.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini
tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut
(cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1) Sel bipolar

7
2) Sel ganglion
3) Sel horizontal
4) Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel
glia yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk
membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas
luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan
terdiri atas lapisan:
1) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3) Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler
koroid.
4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat
sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua.
8) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
9) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.

8
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada
anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia. Untuk melihat fungsi
retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif
adalah:
- Elektroretino-gram (ERG)
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked Respons (VER)
 Fungsi Retina
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual
yang dikirim ke otak.Bagian sentral retina atau daerah makula
mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer
retina.
- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region
fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang
paling tajam) dan penglihatan warna.
- Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam
atau cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu
yang disebut rhodopsin.
 Komponen-komponen Retina

9
C. Etiologi
1. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alat
pelindung dominan yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa
karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen
penekan tumor, yang cenderung diturunkan. Kanker menyerang bisa salah
satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan
kelainan yang diturunkan secara autosom dominan. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dank e otak (melalui penglihatan/ nervus
optikus).
2. Factor genetic
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa
anak, dan bagaimanapun mutasi tersebut terjadi pada tahap awal pada
perkembangan janin. hingga sekarang belum diketaui secara pasti apa
yang menyebabkan kelainan gen tersebut, melainkan yang paling
mungkin menjadi kesalahan secara acak selama proses copy yang terjadi
ketika sel selamat datang.
D. Patofisiologi

10
Retinoblastoma berasal jari jaringan embrional retinal yang bersifat
malignancy, kongenital, dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh
pada 1 atau kedua mata. Tumor dapat tumbuh melalui mutasi genetic secara
spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Masa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria,
tanda-tanda peradangan virus yang mneyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel
tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, maka akan menyebabkan
glaucoma atau tanda dan gejala peradangan berupa hipopon atau hiferma.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui: nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal,
dan metastasis jauh ke sumsumtulang melalui pembuluh darah. Pada fundus
terlihat bercak kuning mengkilat,dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan
terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjarlimfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera, terutama pada hati.
E. Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering dipakai adalah klasifikasi Reese
Elisworth (Rahman, 2008):
a) Golongan I
Tumor intraretinal kecil yang letaknya jauh dari foveola dan diskus
optikus, anatra lain sebagai berikut:
1) Semua tumor berukuran ≤ 3 mm, terbatas pada retina, atau
2) Semua tumor terletak sejauh > 3 mm dari foveola dan 1,5 mm dari
diskus optikus
b) Golongan II
1) Semua tumor yang terbatas pada retina, yang tidak tergolong grup A.
2) Adanya cairan subretinal yang terletak < 3 mm dari tumor tanpa
seeding subretinal.

11
c) Golongan III
Penyakit lokal diskret dengan seeding subretinal atau vitreous yang
minimal, antara lain sebagai berikut:
1) Tumor diskret.
2) Cairan subretinal, tanpa dijumpai seeding, mencakup hingga ¼
retina.
3) Local subretinal seeding, yang letaknya < 3mm dari tumor.
4) Local fine vitreous seeding yang letaknya dekat dengan tumor diskret
d) Golongan IV
Penyakit difus dengan seeding subretinal atau vitreous yang signifikan,
antara lain sebagai berikut:
1) Tumor dapat masif atau difus.
2) Cairan subretinal, tanpa dijumpai seeding, yang mencakup hingga
ablasio retina total.
3) Diffuse subretinal seeding, dapat berupa plak subretina atau tumor
nodul.
4) Penyakit vitreous masif atau difus yang dapat berupa “greasy seeds”
atau massa tumor avaskular.
e) Golongan V
Adanya satu atau lebih dari temuan dengan prognosis buruk, antara lain
sebagai berikut:
1) Tumor yang menyentuh lensa.
2) Glaucoma neovaskular.
3) Tumor disisi anterior dari vitreous anterior, termasuk badan siliar
atau anterior segmen.
4) Retinoblastoma infiltratif difus.
5) Perdarahan intraokular masif yang membentuk media opak.
6) Nekrosis tumor dengan selulitis orbital aspetik.
7) Ptisis bulbi

12
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan
berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1) Derajat I intraocular
a. Tumor retina
b. Penyebaran kelaina fibrosa
c. Penyebaran ke Eva
2) Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel-sel episklera yang terbesar, tumor terbukti dengan
biopsy
b. Nerfus optikus

F. Manifestasi Klinis
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan
kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preurikular dan
submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan
dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih
di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila
terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar,
penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium
berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terilihat tanda-tanda berupa
mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada

13
kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kuncing jadi anak tersebut bisa
terindikasi penyakit retinoblastoma.(Apriany, 2016).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pencitraan mata dapat digunakan untuk
mengonfirmasi tumor retinoblastoma intraokular, pemeriksaan neuroimaging
menggunakan CT scan dan MRI dapat mengevaluasi ekstensi tumor
ekstraokular, dan pemeriksaan sistemik dapat dilakukan bila ada kecurigaan
metastasis.
1. Foto fundus Foto fundus menggunakan kamera fundus wide angle dapat
dilakukan saat pemeriksaan mata dengan anestesi umum untuk
mendeteksi massa tumor retinoblastoma, menentukan klasifikasi tumor
dan bisa juga digunakan dalam pemantauan respons terapi.
2. Ultrasonografi Ultrasonografi A-scan dan B-scan pada pasien yang
diduga retinoblastoma dapat membantu mendeteksi massa tumor dengan
kalsifikasi, menentukan ukuran tumor dan mengonfirmasi ada tidaknya
ablatio retina.
3. Coherence Tomography Scan dan Magnetic Resonance Imaging
Coherence Tomography scan (CT scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) berguna untuk menentukan ukuran dan invasi tumor ke
jaringan luar bola mata. Pada CT scan mata, retinoblastoma tampak
sebagai lesi padat heterogen yang hiperdens akibat kalsifikasi. Pada
MRI retinoblastoma tampak hiperintens pada T1-weighted dan
hipointens pada T2-weighted. CT scan dan MRI kepala perlu dilakukan
pada kasus retinoblastoma herediter untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebaran intrakranial. Bentuk trilateral retinoblastoma
(pineoblastoma) adalah salah satu bentuk retinoblastoma (kebanyakan
herediter) yang ditandai dengan retinoblastoma unilateral/bilateral
ditambah dengan tumor intrakranial neuroblastik.

14
4. Pemeriksaan penunjang sistemik Jika pada pemeriksaan pencitraan
orbita tampak gambaran tumor yang sudah meluas keluar bola mata dan
ada invasi jaringan sekitar (klasifikasi IRSS stadium 3-4), maka
pemeriksaan penunjang sistemik seperti pungsi lumbal, biopsi sumsum
tulang, dan bone scan perlu dilakukan untuk mendeteksi metastasis
H. Pengobatan
Pengobatan retinoblastoma bergantung pada ukuran tumor, lokasi dari
tumor, dan apakah pertumbuhan dari tumor telah menyebar ke organ lain
selain mata. Beberapa metode pengobatan yang digunakan untuk menangani
kasus retinoblastoma, antara lain:
a) Kemoterapi. Metode ini digunakan untuk mengecilkan ukuran tumor.
Selain itu, kemoterapi juga sering menjadi pilihan pengobatan apabila
tumor telah bertumbuh dan menyebar ke organ lain selain mata.
b) Terapi radiasi Terapi ini menggunakan energi sinar radiasi untuk
membunuh sel kanker.
c) Terapi laser merusak pembuluh darah yang memberi suplai oksigen dan
nutrisi kepada tumor.
d) Terapi dengan energi dingin (cryotherapy) Terapi yang menggunakan
suhu yang sangat dingin untuk membunuh sel kanker.
e) Terapi dengan energi panas (thermotherapy).
f) Terapi dengan pembedahan dilakukan apabila ukuran tumor sudah terlalu
besar untuk diobati dengan metode yang lain. Pada beberapa situasi,
operasi pengangkatan bola mata akan dilakukan sebagai upaya
pencegahan penyebaran kanker ke organ tubuh lainnya.
I. Komplikasi
Apabila anak-anak yang terserang retinoblastoma dan tidak segera ditangani,
retinoblasma dapat menyebabkan komplikasi berupa:
1) Penyebaran kanker ke jaringan dan organ lain (metastasis)
2) Ablasi retina

15
3) Perdarahan pada bola mata
4) Glaukoma
5) Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulitis orbita)
6) Phthisis bulbi
7) Buta

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa
medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang
nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi
infeksi pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari
tindakan operasi. Umumnya pasien datang dengan keluhan mata merah
dan sakit 31.3%, leukokoria 28.1%, strabismus 21.9% dan proptosis
18.8%.
3. Riwayat Kesehatan

16
 Riwayat kesehatan sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada
mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal:
pernapasan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya
ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan
pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
5. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit
yang dikeluhkan penderita.
6. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk,
dapat pula memperburuk keadaan klien
7. Riayat Psikologi
 Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien : cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering
bertanya.
 Mekanisme koping.
8. Pemeriksaan khusus mata
 Pemeriksaan tajam penglihatan

17
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
 Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III,
IV dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
 Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada
retinoblastoma didapatkan :
- Leukokoria (reflek pupil yang berwarna putih)
- Hipopion (terdapatnya nanah di bilik mata depan)
- Hifema (terdapatnya darah pada pembuluh darah, biasanya terjadi
karena trauma)
1. Pemeriksaan pupil
Leukokoria (reflek pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita
dengan retinoblastoma.
2. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papi
saraf optik, dan retina. Pada retinoblastoma ditemukan refleksi tak
ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
3. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.
B. Pengelompokan Data
1) Data Subjektif

18
- Mengeluh nyeri pada mata
- Sulit melihat dengan jelas
- Mengeluh sakit kepala
- Merasa takut
2) Data Objektif
- Mata juling (strabismus)
- Mata merah
- Bola mata besar
- Aktivitas kurang
- Tekanan bola mata meningkat
- Gelisah
- Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
- Tajam penglihatan menurun
- Sering menangis
- Keluarga sering bertanya
- Ekspresi meringis
- Tak akurat mengikuti instruksi
- Keluarga nampak murung
- Keluarga nampak gelisah
- Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi
C. Pathway

WOC RETINOBLASTOMA

Endogen
Eksogen

Kesalahan replikasi Lingkungan berpolusi,


gerakan atau perbaikan sel bahan kimia, sinar UV,
radiasi
19
Mutasi pada sel
retina

Retino blastoma

Endofitik Eksofiatik

Tumor tumbuh ke Tumbuh keluar lapisan


dalam vitrenous retina / sub retina

Leukocaria Tumor mencapai Peningkatan massa Pembatasan aktivitas


area macular

Penurunan visus mata Peningkatan TIO


Strabismus Proses sosialisasi
terganggu

Gangguan penglihatan Mata menonjol


Ketidakmampuan Resiko
untuk fiksasi perkembangan
terganggu
Nyeri Akut
Perubahan persepsi
sensori penglihatan Mata mengalami
deviasi
Gangguan rasa
nyaman

Penurunan lapang
pandang
20
Gangguan persepsi
sensori penglihatan

Resiko tinggi cidera

D. Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan persepsi sensorik penglihatan
2) Resiko tinggi cedera
3) Gangguan rasa nyaman.
E. Rencana Asuhan keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Resiko Cedera b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan cedera


keterbatasan lapang keperawatan…..x…menit/jam Obserasi
pandang yang ditandai Diharapkan tingkat cedera menurun - Identivikasi area lingkungan yang
dengan: Menurunnya dengan kriteria hasil : bepotensi menyebabkan cedera

21
ketajaman penglihatan, - Kejadian cedera menurun - Identifikasi obat yang berpotensi
Mata juling (strabismus), - Ekpresi wajah kesakitan menurun menyebabkan cedera
Tekanan bola mata - Iritabilitas membaik Terapeutik
meningkat, Refleks pupil - Sediakan pencahayaan yang
berwarna putih memadai
(leukokoria) - Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan ruang rawat
- Pertahankan posisi tempat tidur
- Gunakan pengaman tempat tidur
sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
- Diskusikan mengenal latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai
- Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien
Edukasi
- Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama
bebrapa menit sebelum berdiri.
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajement nyeri
nyeri berhubungan dengan keperawatan…..x…menit/jam Observasi
proses penyakitnya Diharapkan tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi karakteristik,
(kompresi/dekstruksi dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
jaringan saraf, inflamasi), 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
ditandai dengan; Keluhan 2. Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
nyeri, Aktivitas kurang - Identifikasi faktor yang

22
(distraksi/perilaku berhati- memperberat dan memperingan
hati), Gelisah (respons nyeri
autonomik), Sering - Monitor efek samping penggunaan
menangis, Keluhan sakit analgetik
kepala, Ekspresi meringis. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
- Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3. Gangguan perspesi Setelah dilakukan tindakan Minimalisasi rangsangan
sensosri b.d gangguan keperawatan…..x…menit/jam Observasi
penglihatan d.d Diharapkan persepsi sensori - Periksa status mental, status
Menurunnya ketajaman (penglihatan) klien mengalami sensori, dan tingkat kenyamanan
penglihatan, Mata juling perbaikan dengan kriteria hasil : Terapeutik
(strabismus), Mata merah, 1. Fungsi sensori penglihatan - Diskusikan tingkat toleransi
Bola mata membesar, membaik terhadap beban sensori
Tekanan bola mata 2. Kompensasi perilaku terhadap - Jadwalkan aktivitas harian dan aktu
meningkat, Refleks pupil penglihatan istirahat
berwarna putih (kooperatif/toleransi/menggunak an - Kombinasikan prosedur/tindakan
(leukokoria) alat bantu) dalam satu waktu
3. Klien terorientasi dengan Kolaborasi

23
lingkungan sekitarnya - Kolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat
terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut

24
tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu
memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera
diobati.
B. Semoga makalah yang kami susun ini dapat dimengerti pembaca dan kami
butuh kritikan mengenai makalah kami atau materi yang akan kami bahas di
presentasi.

25

Anda mungkin juga menyukai