Anda di halaman 1dari 21

“MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT RETINOBLASTOMA”

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Maylar Guning, S.Kep,.M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 7
1. Angel De Fretes
2. Dewi desiana bosawer
3. Grece ifana aresi
4. Rezqika allaya indaka
5. Nurul aisyah ain
6. Bonar malaimoy

Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Papua ( YPMP )


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua ( STIKES )
Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun 2023/2024

Kata Pengantar
Dengan kebesaran Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah " Makalah
Asuhan Keperawatan Penyakit Retinoblastoma” Adapun makalah “ini telah penulis
usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai
pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu
penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan
kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar penulis
dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "" Makalah Asuhan Keperawatan Penyakit
Retinoblastoma " ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah -
kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapangini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
oleh para pembaca.

Sorong, 27 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………………..
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………………..
C. Manfaat…………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
A. Pengertian Penyakit retinoblastoma………………………………………………………..
B. Penyebab Penyakit
retinoblastoma………………………………………………………....
C. Tanda dan gejala Penyakit retinoblastoa………………………………………………....
D. Patofisiologi Penyakit retinoblastoma………………………………………………….....
E. Komplikasi Penyakit retinoblastoma.....................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang Penyakit retinoblastoma...............................................................
G. Penatalaksanaan Penyakit retinoblasyoma
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT RETINOBLASTOMA ……
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...
A. Saran………………………………………………………………………………..
B. Kesimpulan……………………………………………………………………….....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih
minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia
sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan
masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat
diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan
dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik
atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit
retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di
perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Rabies agar dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Rabies sebaik mungkin.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Retinoblastoma
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Retinoblastoma
3. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Retinoblastoma
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja patofisiologi dari Retinoblastoma
5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi yang tepat pada penderita
Retinoblastoma
6. Untuk mengetahui dan memahami apa saja pemeriksaan penunjangdari
Retinoblastoma
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan Retinoblastoma
8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada

C. Manfaat
Bagi mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep
dasar Retinoblastoma dan Asuhan Keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada
bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan
pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun.
Retinoblastoma adalah jenis kanker mata yang sangat jarang terjadi yang memengaruhi
retina, lapisan jaringan yang melapisi bagian dalam mata yang bertanggung jawab atas
penginderaan cahaya. Retinoblastoma biasanya mulai berkembang pada masa anak-anak,
dan dalam banyak kasus, kondisi ini terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.

2. Etiologi
Retinoblastoma terjadi ketika sel-sel saraf pada retina mengalami mutasi, sehingga
menyebabkan sel terus membelah dan bertambah banyak saat sel yang sehat mati.
Perbanyakan sel ini pada akhirnya terakumulasi dan membentuk sebuah tumor.Sel kanker
retinoblastoma dapat menyerang lebih jauh ke dalam mata dan struktur di dekatnya. Tak
hanya itu, retinoblastoma juga bisa menyebar ke organ tubuh lain, seperti otak dan tulang
belakang. Pada kebanyakan kasus, tidak diketahui apa yang menyebabkan mutasi genetik
terjadi. Namun, anak-anak yang terkena retinoblastoma diduga mewarisi mutasi genetik
dari orangtua.

Retinoblastoma herediter diwariskan langsung oleh orangtua kepada anaknya melalui


pola autosomal dominan, dan memiliki kecenderungan untuk muncul pada kedua mata.
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi genetik pada gen RB1. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut mengenai etiologi atau penyebab retinoblastoma:
Mutasi Genetik Sporadis: Sebagian besar kasus retinoblastoma (sekitar 60-70%) terjadi
secara sporadis, yang berarti mutasi gen RB1 terjadi secara acak dalam sel-sel retina anak
yang tidak diwariskan dari orangtua mereka. Mutasi ini biasanya terjadi pada satu salinan
gen RB1 (alel) dalam sel-sel retina.
Warisan Genetik: Dalam sekitar 30-40% kasus, retinoblastoma dapat diwariskan dari
salah satu orangtua yang juga memiliki retinoblastoma atau memiliki riwayat keluarga
penyakit ini. Dalam kasus ini, mutasi gen RB1 diwariskan secara genetik dan dapat
terjadi pada kedua alel (mutasi genetik yang terdapat pada kromosom yang satu dan
kromosom yang satu lagi) pada sel-sel retina, sehingga anak memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengembangkan retinoblastoma.
Mutasi Genetik Somatik: Beberapa kasus retinoblastoma dapat terjadi sebagai akibat dari
mutasi somatik yang terjadi dalam sel-sel retina setelah pembuahan. Ini tidak terkait
dengan faktor warisan dan biasanya tidak diwariskan kepada generasi berikutnya.

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala meliputi :

 Kilatan Mata Putih (Leukocoria): Ini adalah gejala paling umum retinoblastoma. Pupil
mata terlihat berwarna putih atau merah muda ketika terkena cahaya, bukan warna
merah yang normal terlihat ketika mata tercermin dalam foto. Kilatan mata putih
sering kali dapat terlihat pada foto atau gambar anak.
 Pupil yang Terlihat Berbeda (Strabismus): Retinoblastoma dapat menyebabkan mata
anak melihat ke arah yang berbeda atau tampak miring (strabismus) karena tumor
mengganggu koordinasi mata.
 Penglihatan Kabur atau Berkurang: Anak mungkin mengalami penurunan tajam
penglihatan pada mata yang terkena tumor. Gejala ini bisa bervariasi dari sedikit
kabur hingga kehilangan penglihatan sebagian atau sepenuhnya.Peradangan atau
Merah pada Mata: Retinoblastoma dapat menyebabkan peradangan, kemerahan, atau
mata berair pada mata yang terkena tumor.
 Pembengkakan di Sekitar Mata: Terkadang, ada pembengkakan yang terlihat di
sekitar mata yang terkena tumor.
 Nyeri atau Iritasi Mata: Beberapa anak mungkin mengalami rasa nyeri atau iritasi
pada mata yang terkena tumor.
Penting untuk diingat bahwa gejala retinoblastoma dapat bervariasi dari satu anak ke anak
lainnya. Jika Anda mencurigai adanya masalah penglihatan atau melihat gejala yang
mencurigakan pada mata anak, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau spesialis mata.
Deteksi dini dan pengobatan yang cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang
kesembuhan retinoblastoma, karena semakin awal kondisi ini diidentifikasi, semakin baik
peluang kesembuhannya. Tim medis akan melakukan pemeriksaan mata dan tes lebih lanjut
untuk mengonfirmasi diagnosis retinoblastoma dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

4. Patofisiologi
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor ini terdiri dari sel-sel
ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit. Bentuk roset ada. mungkin
menggambarkan usaha yang gagal untuk membentuk sel konus dan batang. Jika timbul dalam
lapisan inti interna, tumor itu tumbuh ke dalam ruang vitreus. Pertumbuhan endofitik ini
mudah dilihat dengan oftalmoskop. Tumor eksofitik (yang timbul dalam lapisan inti eksterna
dan tumbuh kedalam ruang sub-retina, dengan ablasi retina) tersembunyi dan didiagnosis
lebih sukar. Fragmen tumor mungkin lepas dari tumor endofitik dan mengambang dalam
ruang vitreus untuk “menyemai” bagian–bagian lain retina. Persemaian vitreus berkaitan
dengan tumor besar (biasanya diameter lebih dari 5 disk) dan berprognosis buruk. Perluasan
retinoblastoma kedalam koroid biasanya terjadi pada tumor yang masif dan mungkin
menunjukan peningkatan kemungkinan metastasis hematogen. Perluasan tumor melalui
lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapat menyebabkan keterlibatan susunan saraf
pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan resiko penyakit metastasis (Nelson, 2000).
Sel tumor juga dapat bermigrasi ke jaringan dan system organ yang jauh letaknya (Kowalak,
2011).
5. Komplikasi
Retinoblastoma adalah jenis kanker mata yang serius, dan jika tidak diobati atau diatasi
dengan benar, bisa menyebabkan berbagai komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat
terjadi sebagai akibat dari retinoblastoma meliputi:

 Hilangnya Penglihatan: Jika retinoblastoma tidak segera diobati dan menyebar ke


seluruh mata, maka kemungkinan besar akan mengakibatkan hilangnya penglihatan
pada mata yang terkena. Dalam beberapa kasus, mata tersebut mungkin perlu
diangkat (enukleasi) untuk mencegah penyebaran kanker.
 Penyebaran Kanker: Retinoblastoma memiliki potensi untuk menyebar dari mata ke
bagian lain dari tubuh melalui aliran darah atau sistem limfatik. Ini dapat
menyebabkan kanker sekunder atau metastasis, yang dapat mengancam kehidupan.
 Kegagalan Pertumbuhan Mata: Jika retinoblastoma tumbuh besar dan tidak diobati,
dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan mata tersebut. Ini dapat memengaruhi
perkembangan mata dan wajah secara keseluruhan.
 Masalah Psikologis: Pengobatan retinoblastoma, terutama jika melibatkan
pengangkatan mata, dapat menyebabkan masalah psikologis pada anak dan
keluarganya. Ini termasuk stres, kecemasan, dan depresi.
 Kehilangan Mata: Dalam beberapa kasus, jika tumor terlalu besar atau penyebaran
kanker terlalu luas, pengangkatan mata (enukleasi) mungkin diperlukan untuk
menyelamatkan nyawa anak. Kehilangan mata adalah komplikasi yang sangat
signifikan.
 Kegagalan Penglihatan pada Mata yang Sehat: Pada kasus retinoblastoma herediter
(diwariskan secara genetik), mata yang sehat juga memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengembangkan kanker di masa depan.

Penting untuk diingat bahwa pengobatan retinoblastoma biasanya dirancang untuk


mengatasi kanker sekaligus meminimalkan komplikasi sebanyak mungkin. Tim medis
akan merencanakan pengobatan yang paling sesuai berdasarkan tingkat keparahan dan
penyebaran tumor, serta kondisi kesehatan anak. Deteksi dini dan perawatan yang tepat
sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan mengurangi risiko
komplikasi. Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala yang mencurigakan, segeralah
berkonsultasi dengan dokter atau spesialis mata untuk evaluasi lebih lanjut.

6. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis retinoblastoma melibatkan sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh
tim medis. Pemeriksaan ini membantu mengkonfirmasi diagnosis, menentukan sejauh mana
tumor telah berkembang, dan merencanakan pengobatan yang tepat. Berikut adalah beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
 Pemeriksaan Mata (Oftalmoskopi): Dokter mata akan menggunakan peralatan
oftalmoskop untuk memeriksa mata anak secara teliti. Hal ini memungkinkan mereka
untuk melihat adanya tanda-tanda retinoblastoma, seperti tumor, kilatan mata putih,
atau perubahan lain pada retina.
 Ultrasonografi Mata: Ultrasonografi mata adalah pemeriksaan pencitraan yang
menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar dari dalam mata. Ini dapat
membantu mengidentifikasi ukuran dan lokasi tumor dengan lebih baik.
 Tomografi Komputer (CT Scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI):
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai penyebaran tumor, terutama jika
tumor sudah cukup besar atau jika diperlukan untuk menentukan apakah tumor telah
menyebar ke otak.
 Biopsi: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin perlu melakukan biopsi dari tumor
untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mengidentifikasi jenis sel-sel kanker yang
terlibat. Namun, biopsi jarang dilakukan pada retinoblastoma karena risiko
penyebaran tumor.
 Tes Genetik: Tes genetik dapat dilakukan untuk menentukan apakah retinoblastoma
yang terjadi pada anak adalah herediter atau sporadis. Ini penting untuk membantu
merencanakan pengobatan dan pemantauan lebih lanjut pada anak dan anggota
keluarganya.
 Pemeriksaan Penyebaran Kanker (Staging): Jika tumor telah menyebar di luar mata,
pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan untuk menentukan sejauh mana
penyebarannya. Ini dapat melibatkan pemeriksaan tulang, scan PET, atau tes lainnya.

Setelah diagnosis dibuat dan penyebaran tumor dievaluasi, tim medis akan merencanakan
pengobatan yang paling sesuai untuk kasus retinoblastoma tersebut. Pengobatan dapat
melibatkan berbagai metode, termasuk terapi laser, krioterapi, kemoterapi, radioterapi, atau
pengangkatan mata (enukleasi), tergantung pada tingkat keparahan dan penyebaran kanker.
Penting untuk mencari perawatan yang cepat dan tepat di fasilitas medis yang memiliki
pengalaman dalam mengobati retinoblastoma untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan
mengurangi risiko komplikasi.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan retinoblastoma, kanker mata yang terjadi pada anak-anak, sangat bergantung
pada sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan kanker, penyebarannya, dan kondisi
kesehatan anak. Perawatan retinoblastoma biasanya dikendalikan oleh tim medis yang terdiri
dari berbagai spesialis, termasuk dokter mata, ahli onkologi, ahli bedah, dan ahli radiasi.
Berikut adalah beberapa pilihan perawatan yang dapat dipertimbangkan:

 Terapi Laser: Terapi laser menggunakan sinar laser untuk menghancurkan tumor kecil
yang muncul pada retina. Ini adalah salah satu metode yang paling umum digunakan
untuk mengobati retinoblastoma pada tahap awal.
 Krioterapi: Krioterapi melibatkan penggunaan suhu dingin (beku) untuk membekukan
dan menghancurkan tumor pada retina. Ini juga sering digunakan untuk tumor yang
lebih kecil dan terlokalisasi.
 Kemoterapi: Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan kanker untuk menghentikan
pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker. Ini dapat digunakan sebagai perawatan
utama atau bersamaan dengan terapi lain untuk retinoblastoma yang lebih serius atau
terdiffusi.
 Radioterapi: Radioterapi melibatkan penggunaan sinar radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Namun, penggunaan radioterapi pada anak-anak harus
dilakukan dengan hati-hati karena berisiko merusak jaringan normal dalam mata yang
masih berkembang.
 Pengangkatan Mata (Enukleasi): Kadang-kadang, jika tumor terlalu besar atau telah
menyebar secara luas dalam mata dan tidak dapat diatasi dengan metode lain, maka
pengangkatan mata (enukleasi) mungkin diperlukan untuk menyelamatkan nyawa
anak dan mencegah penyebaran kanker.
 Terapi Intraarterial: Terapi intraarterial adalah metode yang lebih baru yang
melibatkan penyuntikan langsung obat-obatan kanker ke arteri yang memasok mata.
Ini dapat menjadi pilihan untuk tumor yang lebih besar atau sulit dijangkau dengan
metode lain.
 Terapi Kombinasi: Dalam beberapa kasus, kombinasi berbagai metode perawatan
mungkin diperlukan untuk mengatasi retinoblastoma.

Selain pengobatan, pengaturan penting lainnya termasuk pemantauan berkala untuk


memeriksa kemungkinan kembali atau perkembangan tumor baru. Juga, pengujian genetik
dapat dilakukan untuk menentukan apakah retinoblastoma yang dialami anak adalah herediter
atau sporadis, yang dapat memengaruhi pengobatan dan pemantauan yang diperlukan bagi
anak dan anggota keluarganya.Perawatan retinoblastoma harus dipersonalisasi sesuai dengan
kondisi setiap anak. Pilihan terbaik untuk perawatan harus dibicarakan dengan tim medis
yang berpengalaman dalam mengobati kanker mata anak-anak. Deteksi dini dan perawatan
yang tepat waktu sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan mengurangi
risiko komplikasi.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT RETINOBLASTOMA

1) Pengakajian
 Biodata
 Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan
diagnosa medis.
 Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
 Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan
dengan klien, dan status kesehatan.
 Keluhan utama : Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam,
kurang nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi
pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
 Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa
berupa bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata
merah dan besar.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan
Kemungkinan memakan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat
lain misal: pernapasan.
 Riwayat kesehatan keluarga : Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam
keluarga, misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
 Pemberian Sistem
 Aktivitas
 Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
 Tanda: kelelahan otot.,Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
 Sirkulasi
 Gejala: palpitasi.
 Tanda: takikardi, mur-mur jantung, Kulit, membran mukosa
pucat,Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
 Eliminasi
 Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri, Darah merah terang pada
tisu, feses hitam, Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
 Integritas ego
 Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
 Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang., Perubahan alam perasaan, kacau.
 Makanan/cairan
 Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah,Perubahan
rasa/penyimpangan rasa Penurunan berat badan.
 Neurosensori
 Gejala: kurang/penurunan koordinasi, Perubahan alam perasaan,
kacau, disorientasi, ukuran konsisten, Pusing, kebas, kesemutan
parastesi.
 Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
 Nyeri/ketidaknyamanan
 Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan
sternal, kram otot.
 Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
 Pernapasan
 Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
 Tanda: dispnea, takipnea, batuk, Gemericik, ronki, Penurunan bunyi
napas.

 Keamanan
 Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh.,Gangguan
penglihatan/kerusakan., Perdarahan spontan tak terkontrol dengan
trauma minimal.
 Tanda: demam, infeksi, Kemerahan, purpura, perdarahan retinal,
perdarahan gusi, atau epistaksis, Pembesaran nodus limfe, limpa, atau
hati (sehubungan dengan invasi jaringan), Papil edema dan
eksoftalmus.
 Seksualitas
 Gejala: perubahan libido, Perubahan aliran menstruasi, menoragia.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d gangguan penerimaan sensori
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
4. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

3) INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri b/d  Melaporkan  Tentukan riwayat  Informasi memberikan
proses kehilangan nyeri mis : lokasi data dasar untuk
penyakit, nyeri nyeri, frekuensi, mengevaluasi
inflamasi durasi dan intensitas kebutuhan keefektivan
(skala 0-10). intervensi.
 Evaluasi / sadari  Ketidaknyamanan
terapi tertentu mis : rentang luas adalah
pembedahan, umum (mis : nyeri
radiasi, kemoterapi. insisi).
 Berikan tindakan  Meningkatkan
kenyamanan dasar relaksasi dan
dan aktivitas membantu
hiburan. menfokuskan kembali
 Dorong penggunaan perhatian.
keterampilan  Memungkinkan pasien
manajemen nyeri untuk berpartisipasi
(mis : teknik secara aktif dan
relaksasi, meningkatkan rasa
visualisasi) tertawa, control.
music, sentuhan  Nyeri adalah
terapeutik. komplikasi sering dari
 Kolaborasi : berikan kanker, meskipun
analgesic sesuai respon individual
indikasi bebeda.
2. Gangguan  Mengenal  Pastikan derajat/tipe  Mempengaruhi
persepsi gangguan kehilangan harapan masa depan
sensori : sensori dan penglihatan. pasien dan pilihan
visual b/d berkompensas  Dorong intervensi.
gangguan i terhadap mengekspresikan  Sementara intervensi
penerimaan perubahan. perasaan tentang dini mencegah
sensori  Mengidentifik kehilangan/kemumg kebutaan, pasien
asi/ kinan kehilangan menghadapi
memperbaiki penglihatan. kemungkinan atau
potensial  Tunjukan pemberian mengalami kehilangan
bahaya dalam tetes mata, contoh penglihatan.
lingkungan. menghitung tetesan,  Mengontrol TIO,
mengikuti jadwal, mencegah kehilangan
tidak salah dosis. penglihatan lanjut.
 Lakukan tindakan  Menurunkan bahaya
untuk membantu keamanan sehubungan
pasien menangni dengan perubahan
keterbatasan lapang
penglihatan , contoh pandang/kehilangan
kurangi kekacauan, penglihatan dan
perbaiki sinar suram akomodasi pupil
dan masalah terhadap sinar
penglihatan malam.
 Kolaborasi : lingkungan.
Siapkan intervensi  Pengangkatan bola
bedah sesuai mata, dilakukan
indikasi: enuklasi. apabila tumor sudah
 Pelaksanaan mencapai seluruh
krioterapi, vitreous dan visus nol,
fotokoagulasi laser, dilakukan untuk
atau kombinasi mencegah tumor
sitostatik. bermetastasis lebih
jauh.
 Dilakukan apabila
tumor masih
intraokuler, untuk
mencegah
pertumbuhan tumor
akan mempertahankan
visus.
3. Resiko cedera  Menyatakan  Batasi aktivitas  Menurunkan stress
b/d pemahaman seperti pada area operasi atau
keterbatasan factor yang menggerakkan menurunkan tekanan
lapang terlibat dalam kepala tiba-tiba, intraokuler.
pandang kemungkinan menggaruk mata,  Menurunkan resiko
cedera. membungkuk. memecahkan mainan
 Mengubah  Anjurkan keluarga dan jatuh dari tempat
lingkungan memberikan mainan tidur.
sesuai indikasi yang aman (tidak  Memfokuskan lapang
untuk pecah), dan pandang dan mencegah
meningkatkan pertahankan pagar cedera pada saat
keamanan tempat tidur. berusaha untuk
 Arahkan semua alat menjangkau mainan.
mainan yang  Digunakan untuk
dibutuhkan klien mengatasi
pada tempat. ketidaknyamanan,
meningkatkan
 Pemberian istirahat/mencegah
analgesik, misalnya: gelisah.
acetaminophen
(tyenol), empirin
dengan kodein.
4. Perubahan  Mendemostras  Pantau masukan  Mengidentifikasi
status nutrisi ikan berat makanan setiap hari. kekuatan/defisiensi
kurang dari badan stabil.  Ukur tinggi, berat nutrisi.
kebutuhan  Bebas tanda badan dan ketebalan  Membantu dalam
tubuh b/d malnutrisi lipatan kulit trisep. identifikasi malnutrisi
status  Dorong pasien protein-kalori,
hipermetabolik untuk makan diet khususnya bila berat
tinggi kalori kaya badan dan pengukuran
nutrient, dengan antropometrik.
masukan cairan  Kebutuhan jaringan
adekuat. metabolic ditingkatkan
 Identifikasi pasien begitu juga cairan.
yang mengalami  Mual muntah
mual/muntah yang psikogenik terjadi
diantisipasi. sebelum kemoterapi
 Dorang komunikasi mulai secara umum
terbuka mengenai tidak berespon
masalah anoreksia terhadap obat
antiemetic.
 Sering sebagai sumber
distress emosi,
khususnya untuk orang
terdekat yang
menginginkan untuk
memberi makan pasien
dengan sering. Bila
pasien menolak, orang
terdekat dapat
merasakan
ditolak/frustasi
5. Ansietas b/d  Ansietas  Kaji tingkat  Mempengaruhi
perubahan menurun ansietas, derajat persepsi pasien
status sampai pada pengalaman nyeri terhadap ancaman diri,
kesehatan tingkat yang dan pengetahuan dapat mempengaruhi
dapat diatasi. kondisi saat ini. upaya medic untuk
 Menggunakan  Dorong pasien mengontrol TIO.
sumber secara untuk mengakui  Memberikan
efektif masalah dan kesempatan pasien
mengekspresikan untuk menerima situasi
perasaan. nyata.
 Berikan informasi  Menurunkan ansietas
yang akurat dan sehubungan dengan
jujur. ketidaktahuan/harapan
yang akan datang

4) Implementasi

Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknis yang telah ditentukan.

5) Evaluasi

Kriteria keberhasilan:

• Berhasil

Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan.

• Tidak berhasil

Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak –
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai
dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis
dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan
sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk
mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat
menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan
persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya
pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan
pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan
implementasinya.

B. Saran
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan paper ini masih
banyak kekurangan dan kejanggalan dalam penulisan paper ini, maka untuk itu kami sangat
mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-teman,
sehingga dapat kami gunakan sebagai acuan dalam penulisan paper berikutnya.
Bagi yang telah membaca paper ini diharapkan mencari literature yang lebih banyak lagi.
Semakin banyak literature yang kit abaca maka semakin banyak ilmu yang kita dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
eprints.ums.ac.id/25743/13/2.NASKAH_PUBLIKASI.pdf
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK RETINOBLASTOMA DENGAN DEFISIT
NUTRISI DI RUANG PUDAK RSUP SANGLAH TAHUN 2019 - Repository Politeknik
Kesehatan Denpasar (poltekkes-denpasar.ac.id)
Tatalaksana-Retinoblastoma-Update.Indri-nurul-hayyi.pdf
(perpustakaanrsmcicendo.com)

Anda mungkin juga menyukai