KEPERAWATAN ANAK
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak
Dosen pengampu : Ns. Rinik Eko Kapti, S. Kep., M. Kep
Kelompok 1
1. Siswo Margo 185070209111001
2. Novrelia Nityassari 185070209111004
3. Vinsensius Joko 185070209111008
4. Jayanti Ika Siwi 185070209111010
5. Kharisma Hadi 185070209111014
6. Suwoto 185070209111022
7. Ninik Dwi Agustina 185070209111023
8. Rizki Taufikur Rahman 185070209111028
9. Ratih Arum Vatmasari 185070209111035
10. Zakiya Isnaini Fitri 185070209111037
11. Ema Drakel 185070209111042
12. Rossyta 185070209111043.
13. Helmi Nindra Agustin 185070209111044
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian .......................................................................... 4
2.2 Etiologi ................................................................................. 5
2.3 Klasifikasi ............................................................................ 5
2.4 Stadium Retinoblastoma .................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................ 6
2.6 Patofisiologi ........................................................................ 8
2.7 Pathway .............................................................................. 10
2.8 Pemeriksaan Diagnostik .................................................... 13
2.9 Komplikasi .......................................................................... 13
2.10 Penatalaksanaan ................................................................ 14
2.11 Dampak pada KDM ............................................................ 16
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ........................................................................... 18
3.2 Analisa Data ....................................................................... 23
3.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................... 24
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan .......................................... 25
3.5 Implementasi Keperawatan ................................................ 30
3.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................ 32
BAB IV KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Kesimpulan ......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10%
lainnya memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga.
Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak
berusia 2 tahun. (lyas sidharta, 2005)
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang
mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai
perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.
2
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta
asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma
tersebut.
B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3. Mengetahui klasifikasi dari penyakit retino blastoma.
4. Mengetahui stadium dari penyakit retino blastoma.
5. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retina blastoma.
6. Mengetahui pathway dari penyakit retino blastoma.
7. Mengetahui manifestasi dari penyakit retino blastoma.
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari penyakit retino blastoma.
9. Mengetahui komplikasi dari penyakit retino blastoma.
10. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit retino blastoma.
11. Mengetahui Dampak pada kdm anak atau keluarga.
12. Mengetahui asuhan keperawatan teori yang tepat pada pasien
retino blastoma.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Retinoblastoma adalah tumor endookular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata-rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. Ini menunjukkan pentingnya
untuk memeriksa klien dengan anestesi pada anak dengan retinoblastoma
unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Paduppai, 2010)
Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata yang
peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun.
2% dari kanker pada masa kanak-kanak adalah retinoblastoma.
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat
terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina
dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar
(eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan.
Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien
yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan
retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%. (Paduppai, 2010)
Akan tetapi, kejadian retinoblastoma ini juga masih dapat dicegah sejak
dalam kehamilan, yaitu dengan cara peningkatan asupan nutrisi. Misalkan
dengan banyak mengonsumsi sayur, buah, serta ikan saat kehamilan untuk
mencegah terjadinya kelainan bawaan pada bayi ketika lahir. Hal tersebut
juga sudah pernah diteliti di Mexico yang menunjukkan adanya bukti bahwa
konsumsi sayur, buah, dan ikan dapat menurunkan angka kejadian bayi llahir
4
dengan retinoblastoma, karena dalam sayur, buah dan ikan dapat
menurunkan folat dan lutein yang berhubungan dengan masalah
pembentukan DNA dan fungsi retina.
2.2 ETIOLOGI
a. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel
dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena
mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen
penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa
menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata
yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant.
Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf
penglihatan/nervus optikus).
b. Faktor Genetik
Gen cacat RB1 dapat diwariskan dari orang tua pada beberapa anak,
mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa
yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi
kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah.
(Prijanto, 2006)
2.3 KLASIFIKASI
a. Golongan I : Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator, Prognosis sangat
baik
b. Golongan II : Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil,
Prognosis baik.
c. Golongan III : Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran
>10 diameter papil, Prognosis meragukan
d. Golongan IV : Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
e. Golongan V : Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis
buruk ( lyas, 2005)
5
2.4 STADIUM RETINOBLASOMA
6
satu maa, sehingga mata yang normal dapat mengatasi fungsi penglihatan.
Disamping itu penyakit ini biasanya mengenai bayi dan anak kecil yang
belum mampu mengemukakan keluhan-keluhan apabila terdapat gangguan
fungsi mata, misalnya penglihatan menjadi kabur. Orang tua tidak menyadari
kelaianan yang terjadi pada anaknya. Stadium dini biasanya didapatkan
pada pemeriksaan funduskopi rutin secara kebetulan atau apabila tumor
terdapat di makula retina dan menyebabkan mata juling karena binokuler
vision penderita terganggu. Gejala juling inilah membawa penderita atau
orang tua penderita pergi ke dokter. (Daniel G, 2000)
Sebagian besar penderita tumor ini datang pada keadaan stadium lanjut.
Salah satu gejala yang mendorong orang tua membawa penderita berobat
adalah refleks pupil yang berwarna putih atau kekuning-kuningan
(leukokoria), seperti mata kucing atau kelereng. Gambaran ini sebenarnya
sudah menunjukkan hampir seluruh retina terisi massa tumor. (Daniel G,
2000)
Umunya terlihat pada usia 2 sampai dengan 3 tahun, sedangkan pada kasus
yang diturunkan melalui genetic gejala klinis dapat muncul lebih awal.
a. Leukokoria
Merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada
retinoblastoma intra ocular yang dapat mengenai satu atau kedua mata.
Gejala ini sering disebut seperti “mata kucing”. Hal ini disebabkan refleksi
cahaya dari tumor yang berwarna putih disekitar retina. Warna putih
mungkin terlihat pada saat anak melirik atau dengan pencahayaan pada
waktu pupil dalam keadaan semi midriasis.
b. Strabismus
Merupakan gejala yang sering ditemukan setelah leukokoria. Strabismus
ini muncul bila lokasi tumor pada daerah macula sehingga mata tidak
dapat terfiksasi. Strabismus dapat juga terjadi apabila tumornya berada
diluar macula tetapi massa tumor sudah cukup besar.
7
c. Mata merah
Mata merah ini sering berhubungan dengan glaukoma sekunder yang
terjadi akibat retinoblastoma. Apabila sudah terjadi glaukoma maka dapat
diprediksi sudah terjadi invasi ke nervus optikus. Selain glaukoma,
penyebab mata merah ini dapat pula akibat gejala inflamasi okuler atau
periokuler yang tampak sebagai selulitis preseptal atau endoftalmitis.
Inflamasi ini disebabkan oleh adanya tumor yang nekrosis.
d. Buftalmus
Merupakan gejala klinis yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra okular akibat tumor yang bertambah besar.
e. Pupil midriasis
Terjadi karena tumor telah mengganggu saraf parasimpatik.
1. Proptosis
2. Bola mata menonjol kea rah luar akibat pembesaran tumor intra
dan ekstra okular.
(Arief Mansjoer, 2001)
2.6 PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma terjadi karena adanya mutasi pada gen RB1 yang terletak
pada kromosom 13q14 (kromosom nomor 13 sequence ke 14) baik terjadi
karena faktor hereditas maupun karena faktor lingkungan seperti virus, zat
kimia, dan radiasi. Gen RB1 ini merupakan gen suppressor tumor, bersifat
alel dominan protektif, dan merupakan pengkode protein RB1 (P-RB) yang
merupakan protein yang berperan dalam regulasi suatu pertumbuhan sel.
Apabila terjadi mutasi seperti kesalahan transkripsi, tranlokasi, maupun
delesi informasi genetic, maka gen RB1 (P-RB) menjadi inactive sehingga
protein RB1 (P-RB) juga inactive atau tidak diproduksi sehingga memicu
pertumbuahan sel kanker.
Retinoblastoma dapat tumbuh keluar (eksofitik) atau kedalam (endofitik).
Retinoblastoma endofitik kemudian meluas ke dalam korpus vitreum. Kedua
jenis secara bertahap akhirnya mengisi mata dan meluas melalui saraf
optikus ke otak dan sepanjang saraf dan pembuluh-pembuluh emisari di
8
sclera ke jaringan orbita lainnya. Secra mikroskopis, sebagian besar
retinoblastoma terdiri dari sel-sel kecil, tersusun rapat bundar atau poligonal
dengan inti besar berwarna gelap dan sedikit sitoplasma. Sel-sel ini kadang-
kadang membentuk “rosette Flexner – Wintersteiner” yang khas, yang
merupakan indikasi diferensiasi fotoreseptor. Kelainan-kelainan degeneratif
sering dijumpai, disertai oleh nekrosis dan klasifikasi.
( Anwar, Faten. 2010 )
9
2.7 PATHWAY
Endogen Eksogen
Retino blastoma
Endofitik Eksofiatik
10
Leukocaria Tumor mencapai Peningkatan massa Pembatasan
area macular aktivitas
Penurunan lapang
pandang
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
11
Metastase
Gangguan ingatan
Gangguan persepsi sensori
penglihatan
Pengobatan
Post Operasi
Kemoterapi Operasi
Pre Operasi
Perubahan
Mual /muntah Alopesia Degradasi sumsum tulang Kurang fisik mata
Kurangnya pengetahuan
Produksi eritrosit Produksi leukosit pengetahuan perawatan
Gangguan Citra terganggu terganggu mengenai post operasi
Ketidak Perubahan body
tubuh prosedur/ image
seimbangan
Leukosit menurun tindakan operasi
Nutrisi Kurang Resiko
Kekurangan eritrosit atau pengalaman
dari kebutuhan infeksi Gangguan Citra
(anemia) Daya tahan tubuh
pertama kali
tubuh tubuh
12
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis pasti retinoblastoma intraokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
a. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur.
b. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
klasifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
c. USG : Adanya massa intraokuler
d. Lactate Dehydrogenase (LDH) : Dengan membandingkan LDH aqous
humor dan serum darah, bila rasio lebih besar dari 1,5 dicurigai
kemungkinan adanya retinoblastoma intraokuler (Normal rasio Kurang
dari 1)
e. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
f. MRI : untuk memperkirakan derajat diferensiasi retinoblastoma, serta
untuk mengidentifikasi retinoblastoma yang berhubungan dengan
pendarahan atau ablation retina eksudatif.
( Prijanto,2006 )
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
a. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita
retinoblastoma. Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma
jaringan lunak yang lain, melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma,
leukemia dan limfoma dan berbagai jenis tumor otak.
b. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan
dapat terlihat.
13
c. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi
hipoplasia pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan
dosis radiasi.
d. Metastase ke organ lain yaitu di koroid, sclera, konjungtiva, saraf optik,
kelopak mata, sinus paranasal, kelenjar getah bening terutama di kepala
dan leher, otak, sumsum tulang belakang, tulang, dan paru-paru. (Arief
Mansjoer, 2001)
2.10 PENATALAKSANAAN
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan
radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita
maka dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan
kemoterapi (Ilyas, 2005).
Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita
retinoblastoma dan keturunan berikutnya. Konseling genetik harus
ditawarkan dan anak dengan orang tua yang pernah mengalami
retinoblastoma harus diawasi sejak bayi. (Ilyas, 2005).
Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai
prognosisyang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada tumor
yang masih intraokular dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau
kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih
terbatas dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90%
pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer,
terutama osteosarkoma. (Arief Mansjoer, 2001)
a. Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi bulbi : mengangkat bola mata dan diganti dengan bola
mata prothese (buatan).Dilakukan apabila tumor sudah memenuhi
14
segmen posterior bola mata. Apabila tumor telah berinervasi ke
jaringan sekitar bola mata maka dilakukan eksenterasi.
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif,
sehingga terapi ini sangat efektip. Bahayanya jaringan sekitarnya
dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : fotokoagulasi laser sangat bermanfaat untuk
retinoblastoma stadium sangat dini. Dengan melakukan fotokoagulasi
laser diharapkan pembuluh darah yang menuju ke tumor tertutup,
sehingga sel tumor akan menjadi mati. Keberhasilan cara ini dapat
dinilai dengan adanya regresi tumor dan terbentuknya jaringan
sikatrik korioretina. Cara ini baik untuk tumor yang diameternya 4,5
mm dan ketebalah 2,5 mm tanpa adanya vitreous seeding. Yang
paling sering dipakai adalah Argon atau Diode laser yang dilakukan
sebanya 2 sampai 3 kali dengan interval masing-masingnya 1 bulan.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada
kanker ukuran kecil.Dapat dipergunakan untuk tumor yang
diameternya 3,5 mm dengan ketebalan 3 mm tanpa adanya vitreous
seeding, dapat juga digabungkan dengan fotokoagulasi laser.
Keberhasilan cara ini akan terlihat adanya tanda-tanda sikatrik
korioretina. Cara ini akan berhasil jika dilakukan sebanyak 3 kali
dengan interval masing-masing 1 bulan.
5. Chemotherapy :Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan
enukleasi bulbi yang pada pemeriksaan patologi anatomi terdapat
tumor pada koroid dan atau mengenai nervus optikus. Kemoterapi
juga diberikan pada pasien yang sudah dilakukan eksentrasi dan
dengan metastase regional atau metastase jauh. Kemoterapi juga
diberikan pada tumor ukuran kecil dan sedang untuk menganjurkan
penggunaan Carboplastin, Vincristine sulfat, dan Etopozide
phosphate. Beberapa peneliti juga menambahkan Cyclosporine atau
dikombinasi dengan regimen kemoterapi carboplastin, vincristine,
etopozide phosphate. Tehnik lain yang dapat digabungkan dengan
metode kemoterapi ini adalah :
15
a) Kemoterapi, dimana setelah dilakukan kemoreduksi dilanjutkan
dengan termoterapi. Cara ini paling baik untuk tumor-tumor yang
berada pada fovea dan nervus optikus dimana jika dilakukan
radiasi atau fotokoagulasi laser dapat berakibat terjadinya
penurunan visus.
b) Kemoradioterapi, adalah kombinasi antara kemoterapu dan
radioterapi yang dapat dipergunakan untuk tumor-tumor lokal
dan sistemik.
b. Pembedahan
1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler
ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik
sepanjang mungkin.
2. Eksentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbita ialah dgn mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periostnya
3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa–sisa
sel tumor
(Rahman A, 2008)
16
d. Bagi keluarga mungkin terdapat berbagai dampak misalnya
beban mental berat/stress, depresi pada ibu, kepercayaan diri
orang tua menurun, serta berbagai dampak non kdm seperti
ekonomi dan waktu yang harus digunakan.
e. Orang tua dan pengasuh memerlukan pengetahuan,
keterampilan, dan sarana keuangan serta kewaspadaan untuk
merawat anak.
f. Kepercayaan diri/Harga diri anak mungkin terganggu bila
mengalami kebutaan sehingga pada fase ini peran orang tua
dan keluarga serta teman sangat diperlukan untuk
menumbuhkan lagi rasa kepercayaan diri dan harga diri anak.
17
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
A. Pengkajian Umum
a. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama,
suku bangsa alamat, diagnosa penyakit, tanggal masuk, tanggal
pengkjian, nomor medikal record.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi, nama, umur, jenis klemin, hubungan dengan
klien, status perkawinan, agama, suku bangsa, alamat.
c. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan,
demam, kurang nafsu makan, gelisah,dannyeri pada mata.
Riwayat kesehatan sekarang
Perlu dikaji apakah ditemukan suatu gejala yang
menimbulkan suatu penyaki dengan menggunakan metode
PQRST.
Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang
berhubungan dengan timbulnya retinoblastoma yaitu adanya
miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit
sepertiini.retinoblastoma bersifat herediter yang diwariska
n melalui kromosom,protein yang selamat memiliki kemun
gkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma,
atau penyakit yang lain yang bersifat kronis, dan apakah ada
riwayat penyakit keturunan.
18
d. Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum
Mengkaji tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
Pemeriksaan Kulit dan Kuku
o Inspeksi
Warna Kulit: sawo matang
Keterangan: persebaran kulit merata, tidak terlihat
adanya lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Turgor Kulit: Hangat, kembali dalam waktu < 2 detik
CRT kembali dalam waktu < 2 detik
Pemeriksaan Kepala
o Inspeksi
Bentuk Kepala : normocephal
Rambut : warna hitam, persebaran merata
Massa : tidak terdapat massa
Keterangan : tidak ada lesi
o Palpasi
Kepala : tidak terdapat nyeri tekan
Pemeriksaan Mata
o Inspeksi
Alis : simetris, persebaran merata
Mata : simetris
Bola Mata : terdapat pembesaran tumor dalam rongga
mata
Sklera : berwarna kemerahan
Pupil : Leukokoria (refleks pupil yang berwarna
Putih
o Palpasi
Mata : terdapat nyeri tekan
Keterangan:
19
o Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di
dalam bola mata sehingga dapat
merusak semua organ di mata yang menyebabka
n tajam penglihatan sangat menurun.
o Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan
menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf
tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI
maka akan menyebabkan mata juling.
o Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem
lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris,
lensa dan pupil.
o Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih)
merupakan keluhan
dan gejala yang paling sering ditemukan pada pe
nderita dengan retinoblastoma.
o Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan m
edia, papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada
(atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam
badan kaca.
o Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata
menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
Pemeriksaan Hidung
o Inspeksi
Lubang hidung simetris, bersih tidak ada sekret Hidung
tepat berada di tengah, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung
20
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Sinus Hidung tidak terdapat nyeri tekan di daerah sinus
frontalis dan maxilaris
Pemeriksaan Telinga
o Inspeksi
Daun Telinga : simetris
Kondisi lubang Telinga : bersih tidak terdapat serumen,
membran timpani utuh
Keterangan : tidak terdapat lesi dan massa
o Palpasi
Telinga : tidak terdapat nyeri tekan di
daerah tragus
Pemeriksaan Mulut
o Inspeksi
Bibir : lembab
Gigi : bersih
Gusi : tidak terdapat perdarahan
Lidah : tidak terdapat lesi
Uvula : tepat di tengah
Tonsil : T1 (normal)
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Keterangan : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
edema
Pemeriksaan Leher
o Inspeksi
Kondisi Kulit : persebaran merata
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Kelenjar Tiroid : tidak terjadi pembesaran dan nyeri
tekan
21
Vena jugularis : tidak terjadi bendungan vena jugularis
Trakea : tidak ada deviasi trakea
Kelenjar Limfe : tidak terjadi pembesaran dan nyeri
tekan
Pemeriksaan Thorax
o Inspeksi
Dada : pergerakan dada simetris, bentuk dada normal,
tidak terdapat retraksi dinding dada
Kondisi kulit :persebaran merata
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Pada Dada : pergerakan simetris
o Perkusi : sonor pada bagian paru, pekak pada bagian
jantung
o Auskultasi : tidak terdapat suara nafas tambahan, tidak
terdapat suara jantung tambahan
Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : tidak terdapat asites, tidak terdapat lesi,
tidak terdapat massa
o Auskultasi : peristaltik usus normal
o Palpasi : tidak ada hepatomegaly, tidak ada nyeri
tekan titik Mc. Burney
o Perkusi : terdengar timpani, tidak terdapat nyeri ketuk
ginjal kiri dan kanan
Pemeriksaan Muskuloskeletal
o Inspeksi : tidak terdapat edema di ekstremitas atas dan
bawah bagian kanan dan kiri
o Palpasi : tidak terdapat piting edema
Kekuatan Otot 5 5
5 5
22
3.2. Analisa Data
23
Pasien mengeluh Keterbatasan lapang
takut pandang, penurunan visus
Data objektif : mata
Tajam penglihatan ↓
menurun Gangguan Penglihatan
↓
Resiko tinggi jatuh
24
3.4. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama ......... klien dapat mengompensasi nyeri yang dirasakan
NOC NIC
Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
Skala Outcome 1 (Berat) 2 (Cukup 3 (Sedang) 4 (Ringan) 5 1. Lakukan pengkajian
berat) (Tidak ada) nyeri secara
Skala nyeri komprehensif
Nyeri yang meliputi lokasi,
dilaporkan karakteristik, durasi,
Menggosok area frekuensi, kuantitas,
yang terdampak beratnya nyeri dan
Mengerang dan faktor pencetus.
menangis 2. Observasi adanya
Kontrol Nyeri petunjuk nonverbal
Skala outcome 1 2 3 4 5 mengenai
(tidak pernah (jarang (terkadang (sering (konsisten ketidaknyamanan.
menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka menunjukka 3. Gali bersama pasien
n) n) n) n) n) dan keluarga faktor-
Menggunakan faktor yang dapat
analgesik yang menurunkan atau
direkomendasika memperberat nyeri.
n 4. Berikan informasi
Melaporkan mengenai nyeri,
nyeri yang seperti penyebab
terkontrol nyeri, berapa lama
nyeri akan
25
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat suatu
prosedur.
5. Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam (misalnya
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
6. Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat, dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasik
an tindakan penurun
nyeri nonfarmakologi
7. Kolaborasikan
pemberian terapi
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
26
2. Ansietas berhubungan dengan proses perkembangan penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama ......... kecemasan berkurang atau hilang
NOC NIC
Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan
Skala 1 2 3 4 5 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak 2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang
berat) ada) akan dirasakan yang mungkin dialami klien selama
Tidak dapat prosedur.
beristirahat 3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan
Rasa takut cara yang tepat.
secara lisan 4. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan.
Menarik diri 5. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
Peningkatan mengurangi tekanan.
nadi 6. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai.
Peningkatan 7. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
pernafasan
Gangguan
tidur
27
3. Resiko jatuh ditandai dengan gangguan visual
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama ......... klien dapat terhindar dari risiko jatuh
NOC NIC
Fungsi sensori Pencegahan jatuh
Skala 1 2 3 4 5 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif
Outcome (Sangat (banyak (cukup (sedikit (Tidak atau fisik dari pasien yang mungkin
terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) meningkatkan potensi jatuh pada
Lapang lingkungan tertentu.
pandang 2. Identifikasi perilaku dan faktor yang
(kiri) mempengaruhi risiko jatuh.
Lapang 3. Sediakan permukaan tidur yang dekat
pandang dengan permukaan lantai sesuai
(kanan) dengan kebutuhan.
Respon 4. Sediakan pencahayaan yang cukup
terhadap dalam rangka meningkatkan
stimulus pandangan
pandangan 5. Pindahkan objek yang bisa
menyebabkan anak kecil memanjat
Keamanan lingkungan perawatan kesehatan kepermukaan yang tinggi
Skala 1 2 3 4 5 6. Dorong pasien untuk mengeksplorasi
Outcome (tidak (sedikit (cukup (sebagian (sepenuhnya kegelapan dengan tepat.
adekuat) adekuat) adekuat) besar adekuat) 7. Tetap nyalakan lampu disesuai
adekuat) kebutuhan.
Penyediaan 8. Fasilitasi orang tua agar dapat
pencahayaan menemani anak di RS.
Tempat tidur
dengan
28
posisi yang
rendah
Penyusunan
barang untuk
mencegah
terjadinya
risiko
29
3.5. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien :
No. Registrasi :
Tanda
No.
Hari / Tangan dan
Jam Diagnosis Implementasi
tanggal Nama
Keperawatan
Perawat
1 8. Mengkaji nyeri secara
komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kuantitas, beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
9. Mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan.
10. Menggali bersama pasien dan
keluarga faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
11. Memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat suatu
prosedur.
12. Memilih dan
mengimplementasikan
tindakan yang beragam
Farmakologi: ...
Nonfarmakologi: ...
13. Mengolaborasikan dengan
pasien, orang terdekat, dan
tim kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi:...
14. Mengolaborasikan pemberian
terapi farmakologi untuk
menurunkan nyeri:...
2 1. Menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
30
2. Menjelaskan semua prosedur
termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang mungkin
dialami klien selama
prosedur.
3. Mendorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat.
4. Mendorong verbalisasi
perasaan, persepsi, dan
ketakutan.
5. Memberikan aktivitas
pengganti yang bertujuan
untuk mengurangi tekanan: ...
6. Mendukung penggunaan
mekanisme koping yang
sesuai: ...
7. Mengkaji untuk tanda verbal
dan non verbal kecemasan.
3 1. Mengidentifikasi kekurangan
baik kognitif atau fisik dari
pasien yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
pada lingkungan tertentu.
2. Mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi
risiko jatuh.
3. Menyediakan permukaan
tidur yang dekat dengan
permukaan lantai sesuai
dengan kebutuhan.
4. Menyediakan pencahayaan
yang cukup dalam rangka
meningkatkan pandangan
5. Memindahkan objek yang
bisa menyebabkan anak kecil
memanjat kepermukaan yang
tinggi
6. Mendorong pasien untuk
mengeksplorasi kegelapan
dengan tepat.
7. Tetap menyalakan lampu
disesuai kebutuhan.
8. Memfasilitasi orang tua agar
dapat menemani anak di RS.
31
3.6. Evaluasi Keperawatan
Dx
Evaluasi Ttd
Kep
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, orangtua
pasien mengatakan anaknya sudah tidak rewel
O:
No Tingkat Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Nyeri yang dilaporkan 1 5 3
(VAS)
2 Menggosok area yang 2 5 4
terkena dampak
3 Mengerang dan 2 5 4
1.
menangis
4 Gelisah atau ketengan 1 5 4
otot
No Kontrol Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Menggunakan analgesik 1 5 3
yang direkomendasikan
2 Mmelaporkan nyeri yang 2 5 4
terkontrol
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program
S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah lebih tenang,
2 tidur cukup, ibu pasien merasa cemas dengan kondisi
anaknya
O:
No Indikator S.A S.T S.Ak
32
6 gangguan tidur 3 5 5
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada
anak – anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma
dapan menyerupai dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya
dilakukan secara anamnesis dengan menanyai langsung si pasien atau pun
keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan sekarang serta keluhan pasien.
Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk mata serta
pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita
dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa
nyaman nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman
cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu
perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian
perawat harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan implementasinya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, GM., Butcher, HK., Dochterman, JM., Wagner, CM. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC), edisi 6. Nurjannah, I., Tumanggor,
RD., penerjemah. Yogyakarta: Mocomedia.
Johnson, M., Maas, ML., Moorhead, S., Swanson, E. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC), edisi 5. Nurjannah, I., Tumanggor, RD.,
penerjemah. Yogyakarta: Mocomedia.
lyas sidharta. 2005. lmu penyakit mata Ed 3. Jakarta : Balai penerbit FK.
35
Tomlinson, Deborah. 2006. Pediatric Oncology Nursing. Berlin: Springer
36