Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


ELIMINASI PATOLOGIS DARI SISTEM PENCERNAAN DAN KELAINAN
KONGENITAL PADA KASUS ATRESIA ANI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu Novi Enis Rosuliana, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Denisa Fitriani P20620119008


Edah Mulyawati P20620119011
Ela Nurlaelasari P20620119012
Endah Ermawati P20620119013
Gina Cahyani Rusman P20620119015

DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
Jl. Cilolohan No. 35, Kel. Kahuripan, Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya
Jawa Barat 46115
LEMBAR PENGESAHAN

MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Program Studi D-III Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Disusun Oleh:

Denisa Fitriani P20620119008


Edah Mulyawati P20620119011
Ela Nurlaelasari P20620119012
Endah Ermawati P20620119013
Gina Cahyani R P20620119015

Tasikmalaya, 28 Februari 2021


Dosen Pembimbing Sekretaris

Novi Enis Rosuliana, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An Endah Ermawati


NIP. 198711302020122002 NIM. P20620119013

i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
D. Lingkup Bahasan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4
A. Definisi Atresia Ani..........................................................................................4
B. Epidemiologi Atresia Ani.................................................................................5
C. Etiologi Atresia Ani..........................................................................................5
D. Klasifikasi Atresia Ani.....................................................................................6
E. Faktor Resiko Atresia Ani................................................................................8
F. Patofisiologi Atresia Ani..................................................................................8
G. Manifestasi Klinis Atresia Ani.........................................................................9
H. Komplikasi Atresia Ani....................................................................................10
I. Pemeriksaan Diagnostic Atresia Ani................................................................10
J. Penatalaksanaan medis Atresia Ani..................................................................10
K. Pathway Atresia Ani.........................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................15
A. Pengkajian........................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................18
C. Intervensi Keperawatan....................................................................................19
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................22
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................24
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................27
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................28

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ''Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Dari Sistem Pencernaan Dan Kelainan
Kongenital Pada Kasus Atresia Ani” ini tepat waktu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang topik Atresia Ani bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini tidak akan terselesaikan secara baik
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini
penulis mengucapakan rasa terima kasih kepada yang terhormat kepada :

1. Ibu Novi Enis Rosuliana, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An sebagai Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diperlukan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 28 Februari 2021

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia ani merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi pada anak. Atresia
ani (anus Imperforata) merupakan suatu keadaan lubang anus tidak berlubang. Atresia berasal
dari bahasa Yunani, yaitu berarti tidak ada, dan trepsis yang artinya nutrisi atau makanan.
Menurut istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang badan yang normal (Rizema, Setiatava P, 2012).

Menurut WHO (World Healt Organization) diperkirakan bahwa sekitar 7% dari


seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Eropa, sekitar 25%
kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Asia Tenggara kejadian kelainan
kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi yang lahir, sementara di Indonesia prevalansi
kelainan kongenital mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
mencatat salah satu penyebab kematian bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari
sebesar 1% dan pada usia 7-28 hari sebesar 19%. (Verawati dkk, 2015).

Angka kejadian atresia ani di dunia adalah 1:5.000 kelahiran hidup (Maryunani, Anik
2014). Populasi masyarakat Indonesia sebanyak 200 juta lebih, yang memiliki standar angka
kelahiran 35 per mil, diperkirakan akan lahir setiap tahun dengan penyakit atresia ani
sebanyak 1.400 kelahiran (Haryono, 2012).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa definisi dari Atresia Ani?


2. Bagaimana epidemiologi penyakit Atresia Ani?
3. Bagaimana etiologi penyakit Atresia Ani?
4. Apa saja klasifikasi penyakit Atresia Ani?
5. Apa saja faktor resiko penyakit Atresia Ani?
6. Bagaimana patofisologi penyakit Atresia Ani?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Atresia Ani?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit Atresia Ani ?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit Atresia Ani?
10. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dperlukan untuk penyakit Atresia Ani?

1
C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca mengenai konsep asuhan keperawatan yang tepat bagi anak dengan
gangguan eliminasi pada system pencernaan yang berhubungan dengan penyakit Atresia
Ani.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Atresia Ani
2. Mahasiswa mampu menidentifikasi epidemiologi penyakit Atresia Ani
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi etiologi dari penyakit Atresia Ani
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi klasifikasi dari penyakit Atresia Ani
5. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor resiko dari penyakit Atresia Ani
6. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisologi dari penyakit Atresia Ani
7. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari penyakit Atresia Ani
8. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi dari penyakit Artesia Ani
9. Mahasiswa mampu memilih penatalaksanaan medis penyakit Atresia Ani
10. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan penunjang dari penyakit Atresia Ani

D. Lingkup Bahasan

Ruang lingkup bahasan dalam makalah Asuhan Keperawatan Atresia Ani di


Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

1. BAB I

BAB I merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan lingkup bahasan
2. BAB II

BAB II merupakan bagian tinjauan pustaka yang berisi tentang permasalahan terkait
dengan konsep penyakit dan pathway penyakit gangguan eliminasi patologis dari
sistem pencernaan dan kelainan kongenital pada kasus Atresia Ani
3. BAB III

BAB III merupakan bagian konsep asuhan keperawatam pada anak dengan gangguan
eliminasi patologis dari sistem pencernaan dan kelainan kongenital pada kasus Atresia

2
Ani yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
4. BAB IV

BAB IV merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran atas dibuatnya
makalah mengenai konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan eliminasi
patologis dari sistem pencernaan dan kelainan kongenital pada kasus Atresia Ani.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Atresia Ani

Istilah atresia ani menurut KBBI adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang karena
pembawaan sejak lahir atau karena kelainan pada organ tubuh manusia. Sedangkan ada
beberapa definisi menurut para ahli antara lain :

a. Menurut (Donna, 2003) 


Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus. Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada
distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal.
b. Menurut (Pena, 2000)
Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak pada daerah
anorektal. Insidensinya adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup. Insidensi
pada laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan. Pada laki-laki paling
sering didapatkan fistula rektouretra, sedangkan pada perempuan paling sering
didapatkan fistula rektovestibuler
c. Menurut (Purwanto, 2001)
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum.
d. Menurut (Wong, 520)
Malformasi anorektal adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai
lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada
laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan
tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina.

5
B. Epidemiologi Atresia Ani

Menurut (Pena, 2000), Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak
pada daerah anorektal. Insidensinya adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup.
Insidensi pada laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan. Pada laki-laki paling
sering didapatkan fistula rektouretra, sedangkan pada perempuan paling sering
didapatkan fistula rektovestibuler.

Dari data yang ditemukan kelainan yang paling banyak ditemukan pada bayi laki-laki
adalah Fistula rektoureta lalu diikuti oleh Fistula perineal.Sedangkan pada bayi
perempuan,jenis malformasi anorektal yang paling banyak ditemui adalah anus imperforate
kemudian diikuti Fistula rektovestibular dan Fistular perineal. Pada orang tua yang
mempunyai gen karier terhadap Atresia ani mempunyai peluang sekitar 25% untuk
diturunkan kepada anaknya 30%.Anak dengan kelainan genetik,kelainan kromosom atau
kelainan kongenital lain yang juga berisiko untuk menderita Atresia ani.

Menurut (M Kisra,2005), pada umumnya gambaran Atresia ani yang terjadi pada
1,5%-2%.Atresia ani adalah Atresia rektum,dengan perbandingan laki-laki dan perempuan
4:0.Kejadian tinggi terjadi pada daerah India Selatan. Malformasi anorektal letak rendah
lebih banyak ditemukan dibandingkan malformasi anorektal letak tinggi itu adalah hasil
penelitian Boocock dan Donna di Manchester.

C. Etiologi Atresia Ani

Menurut (Bobak, 2005), Penyebab kelainan ini belum diketahui secara pasti. Dalam
beberapa kasus, atresia ani kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan (seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama masa kehamilan)
namun hal ini masih belum jelas.

Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber
yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus disebabkan oleh :

a) Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan


pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

6
b) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus.
c) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
d) Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar
panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai.

D. Klasifikasi Atresia Ani

Menurut klasifikasi Wingspread (1984) :

1. Kelainan Rendah (Low Anomaly/Kelainan Translevator)


Ciri-cirinya adalah rektum turun sampai ke otot puborektal, spingter ani eksternal dan internal
berkembang sempurna dengan fungsi yang normal, rektum menembus muskulus levator ani
sehingga jarak kulit dan rektum paling jauh 2 cm. Tipe dari kelainan rendah antara lain adalah
anal stenosis, imperforata membrane anal, dan fistula (untuk laki-laki fistula ke perineum,
skrotum atau permukaan penis, dan untuk perempuan anterior ektopik anus atau anocutaneus
fistula merupakan fistula ke perineal, vestibular atau vaginal).
2. Kelainan Intermediet/Menengah (Intermediate Anomaly).
Ciri-cirinya adalah ujung rektum mencapai tingkat muskulus Levator ani tetapi tidak
menembusnya, rektum turun melewati otot puborektal sampai 1 cm atau tepat di otot
puborektal, ada lesung anal dan sfingter eksternal. Tipe kelainan intermediet antara lain,
untuk laki-laki bisa rektobulbar/rektouretral fistula yaitu fistula kecil dari kantong rektal ke
bulbar), dan anal agenesis tanpa fistula. Sedangkan untuk perempuan bisa rektovagional
fistula, analgenesis tanpa fistula, dan rektovestibular fistula.
3. Kelainan Tinggi (High Anomaly/Kelainan Supralevator).
Kelainan tinggi mempunyai beberapa tipe antara lain: laki-laki ada anorektal agenesis,
rektouretral fistula yaitu rektum buntu tidak ada hubungan dengan saluran urinary, fistula ke
prostatic uretra. Rektum berakhir diatas muskulus puborektal dan muskulus levator ani, tidak
ada sfingter internal. Perempuan ada anorektal agenesis dengan fistula vaginal tinggi, yaitu
fistula antara rectum dan vagina posterior. Pada laki dan perempuan biasanya rectal atresia.

7
Klasifikasi Berdasarkan Wingspread
Kelompok Kelainan Tindakan
1 A. Laki-laki : A. Laki-laki
1) Fistel urin Kolostomi neonatus,
2) atresia rektum operasi definitif pada usia
3) perineum datar 4-6 bulan
4) fistel tidak ada,
5) invertogram: udara
>1 cm dari kulit B. Perempuan
Kolostomi neonatus
B. Perempuan :
1) Kloaka
2) fistel vagina
3) fistel
anovestibular/
rektovestibular
4) atresia rektum
5) fistel tidak ada,
6) invertogram: udara
>1 cm dari kulit
2 A. Laki-laki : A. Laki-laki
1) Fistel perineum Operasi langsung pada
2) membran anal neonatus
3) stenosis anus
4) fistel tidak ada
5) invertogram:udar B. Perempuan
a <1cm dari kulit Operasi langsung pada
B. Perempuan : neonatus
1) Fistel perineum
2) stenosis anus
3) fistel tidak ada
4) invertogram:udar
a <1cm dari kulit

8
E. Faktor Resiko Atresia Ani

a) Menurut scahwartz,(2000:565)
Atresia ani sering disertai dengan anomali yang berkaitan dari sistem yang lain
, yang diketahui sebagai sindrom VETER.

 Defek kongenital

b) Menurut (Muscari, 2005:1)


Association merupakan istilah yang digunakan untuk pola malformasi yang tidak
acak yang egiologinya belum dipastikan. VETER (defek verbal, imperfota anus, fistula
trakeosfagus, dan defek/renal) merupakan contoh association.

c) Dalam FKUI (2009) dinyatakan bahwa faktor resiko atresia ani adalah :
1. putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2. Gangguan organogenesis daam kandungan
3. Berkaitan dengan sindrom down
4. Kegagalan pertubuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 buan
5. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rectum
bagian distal serta taktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
F. Patofisiologi Atresia Ani

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan
struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.

Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon
antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada

9
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus. Atresia ani adalah suatu
kelainan bawaan, terdapat tiga letak:

1. Tinggi (supralevator) :
rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan jarak antara ujung
buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya
disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate :
rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya
3. Rendah :
rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum
paling jauh 1 cm.

G. Manifestasi Klinis Atresia Ani

Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir
selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala
bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di
kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan timbul :

1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.


2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus
7. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membran anal (Ngastiyah, 2005) .

H. Komplikasi

Menurut (Betz, 2002), ada beberapa komplikasi dari atresia ani antara lain :

1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan

10
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan
4. Komplikasi jangka panjang :
5. Eversi mukosa anal
6. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis
7. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid
8. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
9. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi
10. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi

I. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1. Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal


2. Sinar X terhadap abdomen Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan
bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya
3. Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ internal
terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor
4. CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi
5. Pyelografi intra vena Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter
6. Pemeriksaan fisik rektum Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi
adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius

J. Penatalaksanaan

Pena dan Defries (1982) memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital
anoreltoplasi (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan
mukulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan pemotongan fistel.

Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaan berbeda tergantung ketinggian akhiran rektum dan
ada tidaknya fistula. Leape (1987) menganjurkan :

1. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD
dahulu, setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP).

11
2. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan
tes provokasi dengan stimulator ototuntuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion
4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi.
Adapun beberapa penatalaksanaan lain dalam tindakan atresia ani yaitu :

a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya sementara
atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan
kolostomi beberapa hari setelah lahir.
b. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak
akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah
operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.

12
PATHWAY

Gangguan
pertumbuhan Fusi
Pembentukan anus dari tonjolan embriogenik

Atresia ani

Feses tidak keluar Vistel rekto vaginal


↓ ↓
Feses menumpuk Feses masuk lewat uretra

Peningkatan Reabsorbsi sisa Mikroorganisme masuk lewat uretra


tekanan intra metabolisme tubuh
abdominal

Gangguan Resti Gangguan


rasa infeksi eliminasi
Operasi Mual, muntah
nyaman
anoplasti ↓
coloctomy
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Perubahan
defekasi

Pengeluaran
tidak
terkontrol
Trauma jaringan

Gangguan pola
eliminasi Nyeri Perawatan tidak adekuat
Iritassi
mukosa ↓


Gangguan rasa nyaman Resti infeksi
Resti
kerusakan
integritas
13
Berikut beberapa gambar dari penyakit Atresia Ani pre operasi dan post operasi

14
15
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, tempat tgl lahir, umur , jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa
pendidikan, pekerjaan , no. cm, tanggal masuk rs, diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/
penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi.

AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilitas ditempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan . 

16
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientas i dengan baik
pada orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain
secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap
adanya suatu masalah
i. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus
tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi
lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).

17
1. Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Tanda-tanda vital
- Nadi : 110 X/menit.
- Respirasi : 32 X/menit.
- Suhu axila :37º Celsius.
2) Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
3) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
4) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
5) Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak
cheilochisis.
6) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk
sempurna
7) Leher
Tidak ada webbed neck.
8) Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal
9) Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
10) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak
terdapat perdarahan pada umbilicus
11) Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada

18
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
12) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus
tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.
13) Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan
kukunya tampak agak pucat
14) Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
15) Pemeriksaan Reflek
- Suching +
- Rooting +
- Moro +
- Grip +
- Plantar +
B. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa pre operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan ganglion. 
2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
3) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan
2. Diagnosa Post Operasi
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan. 
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
3) Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan. 
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

19
C. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa Pre Operasi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Konstipasi b/d  Setelah dilakukan 1. Lakukan enema 1. Evaluasi bowel
ganglion tindakan keperawatan atau irigasi meningkatkan
selama 1x 24 jam, rectal sesuai kenyaman pada
Klien mampu order anak
mempertahankan pol 2. Kaji bising usus 2. Meyakinkan
a eliminasi dan abdomen berfungsinya
BAB dengan teratur setiap 4 jam usus
dengan kriteria hasil : 3. Ukur lingkar 3. Pengukuran
1. Penurunan abdomen lingkar
distensi abdomen
abdomen membantu
2. meningkatnya 4. mendeteksi
skenyamanan terjadinya
distensi

2. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor intake – 1. Dapat


kekurangan tindakan keperawatan output cairan mengidentifikas
volume cairan selama 1x 24 jam 2. Lakukan i status cairan
b/d Klien dapat pemasangan klien
menurunnya mempertahankan infus dan 2. Mencegah
intake, muntah keseimbangan cairan berikan cairan dehidrasi
dengan kriteri hasil : IV 3. Mengetahui
1. Output urin1- 3. Observasi TTV kehilangan
2ml/kg/jam 4. Monitor status cairan melalui
2. capillary refill  hidrasi suhu tubuh yang
3-5detik,  (kelembaban tinggi
3. Turgor kulit b membran 4. Mengetahui
aik,  mukosa, nadi tanda-tanda

20
4. membran adekuat, tekanan dehidrasi
mukosa lemba darah ortostatik)
b

3. Cemas orang Setelah dilakukan 1. Jelaskan dengan 1. Agar orang tua


tua b/d kurang tindakan keperawatan istilah yang mengerti
pengetahuan selama 1x 24 jam dimengerti tenta  kondisi pasien
tentang Kecemasan orang ng anatomi dan 2. Pengetahuan
penyakit dan tua dapat berkurang fisiologi saluran  tersebut 
prosedur dengan kriteria hasil : pencernaan nor diharapkan
perawatan 1.  Klien tidak mal. dapat
lemas 2. Gunakan alat, menurunkan
media dan Gam kecemasan
bar 3. Membantu
Berikut jadwal s mengurangi
tudi kecemasan klien
diagnosa pada
orang tua
3. Beri informasi
pada orang tua
tentang operasi
kolostomi

2. Diagnosa Post Operasi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Hindari kerutan  1. Mencegah perlu
Integritas tindakan pada tempat  kaan pada kulit
Kulit b/d keperawatan selama tidur 2. Menjaga
kolostomi 1 x 24 jam diharapkan 2. Jaga kebersihan Ketahanan kulit
integritas kulit kulit agar tetap  3. Mengetahui
dapat dikontrol, dengan bersih dan Adanya tanda
kriteria hasil : kering kerusakan jaring
3. Monitor kulit

21
1. temperatur  akan adanya an kulit
jaringan dalam  kemerahan 4. Menjaga
batas normal, 4. Oleskan Kelembaban
2. sensasi dalam b lotion/baby oil  Kulit
atas normal,  pada daerah 5. Menjaga
3. elastisitas  yang tertekan keadekuatan
dalam batas  5. Monitor status nutrisi guna
normal nutrisi klien penyembuhan
4. hidrasi dalam luka
batas normal,
5. pigmentasi
dalam batas
normal,
6. perfusi
jaringan baik

2. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Mengetahui


infeksi b/d tindakan keperawatan dan gejala tanda infeksi
prosedur selama 1 x 24 jam infeksi sistemik lebih dini
pembedahan diharapkan klien bebas dan lokal 2. Menghindari
dari tanda-tanda infeksi 2. Batasi kontaminasi dari
dengan kriteri hasil : pengunjung pengunjung
1. bebas dari 3. Pertahankan 3. Mencegah
tanda dan teknik cairan penyebab infeksi
gejala infeksi asepsis pada 4. Mengetahui
klien yang kebersihan luka
beresiko dan tanda infeksi
4. Inspeksi 5. Gejala infeksi
kondisi dapat di deteksi
luka/insisi lebih dini
bedah 6. Gejala infeksi
5. Ajarkan dapat segera
keluarga klien teratasi
tentang tanda

22
dan gejala
infeksi
6. Laporkan
kecurigaan
infeksi

D. Implementasi Keperawatan

1.Diagnosa Pre oprasi

Tang Jam Diagnosa Implementasi TTD


gal
01 08.00 Konstipasi b/d 1. Enema atau irigasi Kelompok 4
maret WIB ganglion rectal sesuai order
2021 2. Mengauskultasi
bising usus dan
abdomen
3. Mengukur lingkar
abdomen

01 08.30 Resiko 1. Memonitor intake – Kelompok 4


maret WIB kekurangan output cairan
2021 volume cairan 2. Memasang infus
b/d 3. Mengobservasi TTV
menurunnya 4. Memonitor status
intake, muntah hidrasi (kelembaban
membran mukosa,
nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik

01 10.00 Cemas orang 1. Menjelaskan dengan Kelompok 4


maret WIB tua b/d kurang istilah yang
2021 pengetahuan dimengerti tentang
tentang anatomi dan fisiologi
penyakit dan saluran pencernaan

23
prosedur normal.
perawatan 2. Menggunakan alat,
media dan gambar
3. Memberi jadwal
studi diagnosa pada
orang tua
4. Memberi informasi
pada orang tua
tentang operasi
kolostomi

2. Diagnosa Post Operasi

Tang Jam Diagnosa Implementasi TTD


gal
01 13.00 Gangguan integritas 1. Menghindarkan kerutan Kelompok
mare WIB kulit b/d kolostomi pada tempat tidur 4
t 2. Menjaga kebersihan
2021 kulit agar tetap bersih
dan kering
3. Memonitor kulit akan
adanya kemerahan
4. Mengoleskan
lotion/baby oil pada
daerah yang tertekan
5. Memonitor status
nutrisi klien

01 14.00 Resiko infeksi b/d prose 1. Memonitor tanda dan g Kelompok


mare WIB dur pembedahan ejala 4
t infeksi sistemik dan lok
2021 al
2. Membatasi pengunjung
3. Mempertahankan tekni
k cairan

24
asepsis pada klien yang 
beresiko
4. Menginspeksi kondisi l
uka/insisi bedah
5. Mengajarkan keluarga 
klien
tentang tanda dan gejal
a infeksi
6. Melaporkan kecurigaan 
infeksi

E. Evaluasi Keperawatan
1. Diagnosa Pre oprasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
01 15.30 Konstipasi b/d S : Klien mampu mempertahankan Kelompok 4
maret WIB ganglion pola eliminasi BAB dengan teratur
2021 O : distensi abdomen menurun
A : Diagnosa keperawatan konstipasi
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko S : Klien dapat mempertahankan
kekurangan keseimbangan cairan Kelompok 4
volume cairan O : Output urin 1-2 ml/kg/jam,
b/d capillary refill 3-5 detik, turgor
menurunnya kulit baik, membrane mukosa
intake, muntah lembab
A : Diagnosa keperawatan Resiko
kekurangan volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan

Cemas b/d S : klien mengatakan sudah tidak Kelompok 4


kurang cemas

25
pengetahuan O : klien tidak lemas
tentang A : Diagnosa Keperawatan Cemas
penyakit dan orang tua Teratasi
prosedur P : Intervensi dihentikan
perawatan

2. Diagnosa Post Oprasi


Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
02 09.30 Gangguan S : integritas kulit klien dapat Kelompok 4
maret WIB integritas kulit terkontrol
2021 b/d kolostomi. O : Temperatur jaringan dalam batas
normal, sensasi dalam batas normal,
elastisitas dalam batas normal,
hidrasi dalam batas normal,
pigmentasi dalam batas normal,
perfusi jaringan baik.
A : Diagnosa Keperawatan

Gangguan integritas kulit teratasi

P : Intervensi dihentikan
02 10.30 Resiko infeksi S : Klien sudah tidak mengalami Kelompok 4
maret WIB b/d prosedur infeksi
2021 pembedahan O : tanda gejala infeksi tidak ada

A : Diagnosa Keperawatan Resiko


infeksi teratasi
P : Intervensi dihentikan

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus
tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja
secara normal. Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna
janin saat usia kehamilan 5–7 minggu.
Malformasi anorektal (anus imperforate) adalah malformasi kongenital dimana rektum
tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan
anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan
anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina.
(Wong, 2004 )
Atresia ani adalah kegagalan pemisah kloaka saat embrional dalam kandungan ibu
sehingga tidak terbentuknya lubang anus.Sebenarnya kelainan ini sangat mudah
diketahui,tetapi bisa juga terlewatkan karena kurangnya pemeriksaan pada perineum.

27
Untuk memperkuat diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
sinar X terhadap abdomen, ultrasound terhadap abdomen CT scan dan pemeriksaan fisik
rectum.
B. Saran
Sebagai seorang perawat yang profesional, maka seharusnya kita bisa melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir terutama pada anggota badan yang rentan
mengalami kelainan kongenital seperti anus. Hal yang harus dilakukan adalah bayi
dilakuan colok dubur untuk mengetahui apakah bayi mempunyai anus atau tidak. Lalu
bayi dianjurkan untuk menginap di klinik atau RS da waktu 24 jam untuk mengetahui
bayi sudah mengeluarkan mekonium atau tidak.
Untuk ibu bayi yang mengalami atresia ani sebaiknya bisa berkolaborasi dengan tim
medis dalam melakukan perawatan bayinya. Bayi terkadang dilakukan pembedahan
kolostomi dan harus dirawat scara ekstra agar kolostomi tersebut tidak mengalami infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurafif, S.Kep.,Ns dan Hardhi Kusuma, S.Kep.,Ns (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, (edisi revisi jilid 1). Jogjakarta:
Mediaction

Betz, Cecily L. and Sowden. ( 2009 ). Buku Saku Keperawatan Pediatri, ( Alih Bahasa : Eny
Meiliya ), Edisi 5. Jakarta: EGC.

Carpernito, Lynda J. and Moyet. ( 2007 ). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,(Alih Bahasa :
Yasmin Asih ), Edisi 10. Jakarta: EGC.

Gruendemann, Barbara J. ( 2006 ). Keperawatan perioperatif, ( Alih bahasa :Brahm .U.Pendit,

28
Editor bahasa Indonesia : Egi Komara Yudha ), Vol.2.Jakarta : EGC

https://id.scribd.com/doc/269739372/ASKEP-ATRESIA-ANI-PADA-ANAK-docx

https://id.scribd.com/doc/311729938/Lp-Atresia-Ani

Nanda ( Budi Santosa : editor ). ( 2006 ). Panduan Diagnosa Nanda 2005-2006 ; Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Perry, A.G, Potter, P.A. ( 2005 ). Buku Ajar Funda Mental. Konsep proses dan praktek (Alih
bahasa : Renata Komalasari ), Edisi 4, EGC. Jakarta.

Suryadi, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sugeng seto.

Wong, D., Hockenberry-Eaton M., Wilson D., Winkklestein Marilyn., Schwart,Patricia. ( 2009 ).
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa).
edisi ke-4. Jakarta : EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai