Disusun Oleh :
Kelompok 4
DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
Jl. Cilolohan No. 35, Kel. Kahuripan, Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya
Jawa Barat 46115
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
D. Lingkup Bahasan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4
A. Definisi Atresia Ani..........................................................................................4
B. Epidemiologi Atresia Ani.................................................................................5
C. Etiologi Atresia Ani..........................................................................................5
D. Klasifikasi Atresia Ani.....................................................................................6
E. Faktor Resiko Atresia Ani................................................................................8
F. Patofisiologi Atresia Ani..................................................................................8
G. Manifestasi Klinis Atresia Ani.........................................................................9
H. Komplikasi Atresia Ani....................................................................................10
I. Pemeriksaan Diagnostic Atresia Ani................................................................10
J. Penatalaksanaan medis Atresia Ani..................................................................10
K. Pathway Atresia Ani.........................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................15
A. Pengkajian........................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................18
C. Intervensi Keperawatan....................................................................................19
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................22
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................24
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................27
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................28
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ''Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Dari Sistem Pencernaan Dan Kelainan
Kongenital Pada Kasus Atresia Ani” ini tepat waktu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang topik Atresia Ani bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini tidak akan terselesaikan secara baik
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini
penulis mengucapakan rasa terima kasih kepada yang terhormat kepada :
1. Ibu Novi Enis Rosuliana, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An sebagai Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diperlukan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia ani merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi pada anak. Atresia
ani (anus Imperforata) merupakan suatu keadaan lubang anus tidak berlubang. Atresia berasal
dari bahasa Yunani, yaitu berarti tidak ada, dan trepsis yang artinya nutrisi atau makanan.
Menurut istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang badan yang normal (Rizema, Setiatava P, 2012).
Angka kejadian atresia ani di dunia adalah 1:5.000 kelahiran hidup (Maryunani, Anik
2014). Populasi masyarakat Indonesia sebanyak 200 juta lebih, yang memiliki standar angka
kelahiran 35 per mil, diperkirakan akan lahir setiap tahun dengan penyakit atresia ani
sebanyak 1.400 kelahiran (Haryono, 2012).
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca mengenai konsep asuhan keperawatan yang tepat bagi anak dengan
gangguan eliminasi pada system pencernaan yang berhubungan dengan penyakit Atresia
Ani.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Atresia Ani
2. Mahasiswa mampu menidentifikasi epidemiologi penyakit Atresia Ani
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi etiologi dari penyakit Atresia Ani
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi klasifikasi dari penyakit Atresia Ani
5. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor resiko dari penyakit Atresia Ani
6. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisologi dari penyakit Atresia Ani
7. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari penyakit Atresia Ani
8. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi dari penyakit Artesia Ani
9. Mahasiswa mampu memilih penatalaksanaan medis penyakit Atresia Ani
10. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan penunjang dari penyakit Atresia Ani
D. Lingkup Bahasan
1. BAB I
BAB I merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan lingkup bahasan
2. BAB II
BAB II merupakan bagian tinjauan pustaka yang berisi tentang permasalahan terkait
dengan konsep penyakit dan pathway penyakit gangguan eliminasi patologis dari
sistem pencernaan dan kelainan kongenital pada kasus Atresia Ani
3. BAB III
BAB III merupakan bagian konsep asuhan keperawatam pada anak dengan gangguan
eliminasi patologis dari sistem pencernaan dan kelainan kongenital pada kasus Atresia
2
Ani yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
4. BAB IV
BAB IV merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran atas dibuatnya
makalah mengenai konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan eliminasi
patologis dari sistem pencernaan dan kelainan kongenital pada kasus Atresia Ani.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Atresia Ani
Istilah atresia ani menurut KBBI adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang karena
pembawaan sejak lahir atau karena kelainan pada organ tubuh manusia. Sedangkan ada
beberapa definisi menurut para ahli antara lain :
5
B. Epidemiologi Atresia Ani
Menurut (Pena, 2000), Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak
pada daerah anorektal. Insidensinya adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup.
Insidensi pada laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan. Pada laki-laki paling
sering didapatkan fistula rektouretra, sedangkan pada perempuan paling sering
didapatkan fistula rektovestibuler.
Dari data yang ditemukan kelainan yang paling banyak ditemukan pada bayi laki-laki
adalah Fistula rektoureta lalu diikuti oleh Fistula perineal.Sedangkan pada bayi
perempuan,jenis malformasi anorektal yang paling banyak ditemui adalah anus imperforate
kemudian diikuti Fistula rektovestibular dan Fistular perineal. Pada orang tua yang
mempunyai gen karier terhadap Atresia ani mempunyai peluang sekitar 25% untuk
diturunkan kepada anaknya 30%.Anak dengan kelainan genetik,kelainan kromosom atau
kelainan kongenital lain yang juga berisiko untuk menderita Atresia ani.
Menurut (M Kisra,2005), pada umumnya gambaran Atresia ani yang terjadi pada
1,5%-2%.Atresia ani adalah Atresia rektum,dengan perbandingan laki-laki dan perempuan
4:0.Kejadian tinggi terjadi pada daerah India Selatan. Malformasi anorektal letak rendah
lebih banyak ditemukan dibandingkan malformasi anorektal letak tinggi itu adalah hasil
penelitian Boocock dan Donna di Manchester.
Menurut (Bobak, 2005), Penyebab kelainan ini belum diketahui secara pasti. Dalam
beberapa kasus, atresia ani kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan (seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama masa kehamilan)
namun hal ini masih belum jelas.
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber
yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus disebabkan oleh :
6
b) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus.
c) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
d) Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar
panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai.
7
Klasifikasi Berdasarkan Wingspread
Kelompok Kelainan Tindakan
1 A. Laki-laki : A. Laki-laki
1) Fistel urin Kolostomi neonatus,
2) atresia rektum operasi definitif pada usia
3) perineum datar 4-6 bulan
4) fistel tidak ada,
5) invertogram: udara
>1 cm dari kulit B. Perempuan
Kolostomi neonatus
B. Perempuan :
1) Kloaka
2) fistel vagina
3) fistel
anovestibular/
rektovestibular
4) atresia rektum
5) fistel tidak ada,
6) invertogram: udara
>1 cm dari kulit
2 A. Laki-laki : A. Laki-laki
1) Fistel perineum Operasi langsung pada
2) membran anal neonatus
3) stenosis anus
4) fistel tidak ada
5) invertogram:udar B. Perempuan
a <1cm dari kulit Operasi langsung pada
B. Perempuan : neonatus
1) Fistel perineum
2) stenosis anus
3) fistel tidak ada
4) invertogram:udar
a <1cm dari kulit
8
E. Faktor Resiko Atresia Ani
a) Menurut scahwartz,(2000:565)
Atresia ani sering disertai dengan anomali yang berkaitan dari sistem yang lain
, yang diketahui sebagai sindrom VETER.
Defek kongenital
c) Dalam FKUI (2009) dinyatakan bahwa faktor resiko atresia ani adalah :
1. putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2. Gangguan organogenesis daam kandungan
3. Berkaitan dengan sindrom down
4. Kegagalan pertubuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 buan
5. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rectum
bagian distal serta taktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
F. Patofisiologi Atresia Ani
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan
struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon
antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada
9
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus. Atresia ani adalah suatu
kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
1. Tinggi (supralevator) :
rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan jarak antara ujung
buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya
disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate :
rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya
3. Rendah :
rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum
paling jauh 1 cm.
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir
selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala
bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di
kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan timbul :
H. Komplikasi
Menurut (Betz, 2002), ada beberapa komplikasi dari atresia ani antara lain :
10
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan
4. Komplikasi jangka panjang :
5. Eversi mukosa anal
6. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis
7. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid
8. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
9. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi
10. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Penatalaksanaan
Pena dan Defries (1982) memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital
anoreltoplasi (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan
mukulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan pemotongan fistel.
Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaan berbeda tergantung ketinggian akhiran rektum dan
ada tidaknya fistula. Leape (1987) menganjurkan :
1. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD
dahulu, setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP).
11
2. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan
tes provokasi dengan stimulator ototuntuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion
4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi.
Adapun beberapa penatalaksanaan lain dalam tindakan atresia ani yaitu :
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya sementara
atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan
kolostomi beberapa hari setelah lahir.
b. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak
akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah
operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.
12
PATHWAY
Gangguan
pertumbuhan Fusi
Pembentukan anus dari tonjolan embriogenik
Atresia ani
Gangguan pola
eliminasi Nyeri Perawatan tidak adekuat
Iritassi
mukosa ↓
↓
↓
Gangguan rasa nyaman Resti infeksi
Resti
kerusakan
integritas
13
Berikut beberapa gambar dari penyakit Atresia Ani pre operasi dan post operasi
14
15
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, tempat tgl lahir, umur , jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa
pendidikan, pekerjaan , no. cm, tanggal masuk rs, diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/
penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi.
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilitas ditempat tidur
Pindah
Ambulansi
Makan .
16
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientas i dengan baik
pada orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain
secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap
adanya suatu masalah
i. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus
tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi
lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).
17
1. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Tanda-tanda vital
- Nadi : 110 X/menit.
- Respirasi : 32 X/menit.
- Suhu axila :37º Celsius.
2) Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
3) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
4) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
5) Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak
cheilochisis.
6) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk
sempurna
7) Leher
Tidak ada webbed neck.
8) Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal
9) Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
10) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak
terdapat perdarahan pada umbilicus
11) Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
18
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
12) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus
tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.
13) Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan
kukunya tampak agak pucat
14) Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
15) Pemeriksaan Reflek
- Suching +
- Rooting +
- Moro +
- Grip +
- Plantar +
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa pre operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan ganglion.
2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
3) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan
2. Diagnosa Post Operasi
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
3) Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
19
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Pre Operasi
20
4. membran adekuat, tekanan dehidrasi
mukosa lemba darah ortostatik)
b
21
1. temperatur akan adanya an kulit
jaringan dalam kemerahan 4. Menjaga
batas normal, 4. Oleskan Kelembaban
2. sensasi dalam b lotion/baby oil Kulit
atas normal, pada daerah 5. Menjaga
3. elastisitas yang tertekan keadekuatan
dalam batas 5. Monitor status nutrisi guna
normal nutrisi klien penyembuhan
4. hidrasi dalam luka
batas normal,
5. pigmentasi
dalam batas
normal,
6. perfusi
jaringan baik
22
dan gejala
infeksi
6. Laporkan
kecurigaan
infeksi
D. Implementasi Keperawatan
23
prosedur normal.
perawatan 2. Menggunakan alat,
media dan gambar
3. Memberi jadwal
studi diagnosa pada
orang tua
4. Memberi informasi
pada orang tua
tentang operasi
kolostomi
24
asepsis pada klien yang
beresiko
4. Menginspeksi kondisi l
uka/insisi bedah
5. Mengajarkan keluarga
klien
tentang tanda dan gejal
a infeksi
6. Melaporkan kecurigaan
infeksi
E. Evaluasi Keperawatan
1. Diagnosa Pre oprasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
01 15.30 Konstipasi b/d S : Klien mampu mempertahankan Kelompok 4
maret WIB ganglion pola eliminasi BAB dengan teratur
2021 O : distensi abdomen menurun
A : Diagnosa keperawatan konstipasi
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko S : Klien dapat mempertahankan
kekurangan keseimbangan cairan Kelompok 4
volume cairan O : Output urin 1-2 ml/kg/jam,
b/d capillary refill 3-5 detik, turgor
menurunnya kulit baik, membrane mukosa
intake, muntah lembab
A : Diagnosa keperawatan Resiko
kekurangan volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan
25
pengetahuan O : klien tidak lemas
tentang A : Diagnosa Keperawatan Cemas
penyakit dan orang tua Teratasi
prosedur P : Intervensi dihentikan
perawatan
P : Intervensi dihentikan
02 10.30 Resiko infeksi S : Klien sudah tidak mengalami Kelompok 4
maret WIB b/d prosedur infeksi
2021 pembedahan O : tanda gejala infeksi tidak ada
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus
tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja
secara normal. Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna
janin saat usia kehamilan 5–7 minggu.
Malformasi anorektal (anus imperforate) adalah malformasi kongenital dimana rektum
tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan
anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan
anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina.
(Wong, 2004 )
Atresia ani adalah kegagalan pemisah kloaka saat embrional dalam kandungan ibu
sehingga tidak terbentuknya lubang anus.Sebenarnya kelainan ini sangat mudah
diketahui,tetapi bisa juga terlewatkan karena kurangnya pemeriksaan pada perineum.
27
Untuk memperkuat diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
sinar X terhadap abdomen, ultrasound terhadap abdomen CT scan dan pemeriksaan fisik
rectum.
B. Saran
Sebagai seorang perawat yang profesional, maka seharusnya kita bisa melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir terutama pada anggota badan yang rentan
mengalami kelainan kongenital seperti anus. Hal yang harus dilakukan adalah bayi
dilakuan colok dubur untuk mengetahui apakah bayi mempunyai anus atau tidak. Lalu
bayi dianjurkan untuk menginap di klinik atau RS da waktu 24 jam untuk mengetahui
bayi sudah mengeluarkan mekonium atau tidak.
Untuk ibu bayi yang mengalami atresia ani sebaiknya bisa berkolaborasi dengan tim
medis dalam melakukan perawatan bayinya. Bayi terkadang dilakukan pembedahan
kolostomi dan harus dirawat scara ekstra agar kolostomi tersebut tidak mengalami infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurafif, S.Kep.,Ns dan Hardhi Kusuma, S.Kep.,Ns (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, (edisi revisi jilid 1). Jogjakarta:
Mediaction
Betz, Cecily L. and Sowden. ( 2009 ). Buku Saku Keperawatan Pediatri, ( Alih Bahasa : Eny
Meiliya ), Edisi 5. Jakarta: EGC.
Carpernito, Lynda J. and Moyet. ( 2007 ). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,(Alih Bahasa :
Yasmin Asih ), Edisi 10. Jakarta: EGC.
28
Editor bahasa Indonesia : Egi Komara Yudha ), Vol.2.Jakarta : EGC
https://id.scribd.com/doc/269739372/ASKEP-ATRESIA-ANI-PADA-ANAK-docx
https://id.scribd.com/doc/311729938/Lp-Atresia-Ani
Nanda ( Budi Santosa : editor ). ( 2006 ). Panduan Diagnosa Nanda 2005-2006 ; Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Perry, A.G, Potter, P.A. ( 2005 ). Buku Ajar Funda Mental. Konsep proses dan praktek (Alih
bahasa : Renata Komalasari ), Edisi 4, EGC. Jakarta.
Wong, D., Hockenberry-Eaton M., Wilson D., Winkklestein Marilyn., Schwart,Patricia. ( 2009 ).
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa).
edisi ke-4. Jakarta : EGC.
29