Dosen Pengampu :
Ns. Ika Permanasari, M.Kep
Disusun Oleh :
Khoirahman (180101146)
Yetri Muliza (180101152)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................................................................
ii
Daftar Isi
.............................................................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan
.............................................................................................................................................
iv
1. Latar belakang
.................................................................................................................................
iv
2. Tujuan penulisan
.................................................................................................................................
iv
3. Ruang lingkup
.................................................................................................................................
v
4. Metode penulisan
.................................................................................................................................
v
iii
.................................................................................................................................
3
6. Komplikasi
.................................................................................................................................
4
7. Klasifikasi
.................................................................................................................................
5
8. Pemeriksaan penunjang
.................................................................................................................................
5
9. Penatalaksanaan
.................................................................................................................................
6
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani
.............................................................................................................................................
7
1. Pengkajian
.................................................................................................................................
7
2. Diagnosa
.................................................................................................................................
11
3. Intervensi keperawatan
.................................................................................................................................
12
4. Implementasi keperawatan
.................................................................................................................................
15
5. Evaluasi
.................................................................................................................................
17
BAB IV Penutup
.............................................................................................................................................
19
1. Kesimpulan
.................................................................................................................................
19
2. Saran
iv
.................................................................................................................................
19
Daftar Pustaka
.............................................................................................................................................
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001). Beberapa kelainan
kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2
kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%)
dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai
gangguan urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica
urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990).
Insiden penyakit atresia ani adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah
penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan
setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit atresia ani. Kartono mencatat 20-40
pasien penyakit atresia ani yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto
Mangunkusomo Jakarta dengan rasio laki-laki: perempuan adalah 4:1. Insidensi ini
dipengaruhi oleh group etnik, untuk Afrika dan Amerika adalah 2,1 dalam 10.000
kelahiran, Caucassian 1,5 dalam 10.000 kelahiran dan Asia 2,8 dalam 10.000
kelahiran (Holschneider dan Ure, 2005; Kartono,1993). Menurut catatan Swenson,
81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Sedangkan Richardson dan
Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus
dalam 24 keluarga).
Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi saluran kemih yang
bisa berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur bedah), komplikasi jangka
v
panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi jaringan perut
dianastomosis), masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training,
inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi), prolaps mukosa anorektal dan
fistula (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi). Masalah tersebut dapat
diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan, pencegahan,
pengobatan sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penyusun membuat makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Atresia Ani” bertujuan sebagai bahan pembelajaran ANAK pada tingkat II
Keperawatan, serta memenuhi syarat penyelesaian tugas dari mata kuliah ANAK.
2. Tujuan khusus
Selesainya tugas makalah Asuhan Keparawatan pada Atresia Ani, penyusun di
harapkan mampu:
a. Memahami isi materi mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Atresia Ani.
b. Dapat membagi ilmu kepada pembaca mengenai Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Atresia Ani.
C. Ruang Lingkup
Penulis hanya membahas tentang Asuhan keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penyusun dalam penyusunan makalah ini
adalah metode deskripsi untuk mendapatkan gambaran mengenai Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani itu sendiri.
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani dari tiga
Bab, pada Bab I yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu pembahasan
mengenai materi Asuhan keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani. Bab III yaitu
penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
vi
vii
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga
clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi
pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka
hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan
normalnya.
2. ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
1
sampai keenam usia kehamilan.
d. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala
mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinan kromosom 21)
e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
3. PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan
struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia ani karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon
antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga
terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina)
atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula
menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). Pada letak rendah fistula menuju
ke uretra (rektourethralis).
2
4. POHON MASALAH
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)
3
GAMBARAN KLINIS
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi
jaringan perut dianastomosis).
4
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
7. KLASIFIKASI
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum dengan
anus.
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
5
h. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada
bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid,
kolon/rectum.
i. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
9. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian
anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada
usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar
dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan
ringan di atas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada
kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan
hemostratau skapel.
b. Pengobatan
6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama, Tempat tgl lahir, umur, Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis
b. Riwayat Kesehatan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih
bayi.
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilitas ditempat tidur
7
Pindah
Ambulansi
Makan .
Keterangan :
1 : Mandiri
Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
8
Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang
lain secara mandiri
Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon
terhadap adanya suatu masalah
d. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi
terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja
dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).
1) Tanda-tanda vital
• Respirasi : 32 X/menit.
2) Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
3) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus,
conjungtiva tampak agak pucat.
4) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
9
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5) Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus,
tidak cheilochisis.
6) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuk sempurna
7) Leher
Tidak ada webbed neck.
8) Thorak
9) Jantung
10) Abdomen
11) Genetalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
12) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-
kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan
kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar
peristaltic.
13) Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun
kaki dan kukunya tampak agak pucat
14) Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
b) Pemeriksaan Reflek
10
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Dx pre operasi
Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake, muntah.
Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
b. Dx Post Operasi
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
11
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
12
takanan darah
ortostatik)
5. Ajarkan
5. Gejala infeksi
keluarga klien
dapat di deteksi
tentang tanda dan
lebih dini
gejala infeksi
14
6. Gejala infeksi
dapat segera
6. Laporkan
teratasi
kecurigaan infeksi
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Pre oprasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
16
Konstipasi b/d S : Klien mampu mempertahankan
ganglion pola eliminasi BAB dengan teratur
O : distensi abdomen menurun
A : Diagnosa keperawatan konstipasi
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko S : Klien dapat mempertahankan
kekurangan keseimbangan cairan
volume cairan O : Output urin 1-2 ml/kg/jam,
b/d capillary refill 3-5
menurunnya detik, turgor kulit baik, membrane
intake, mukosa lembab
muntah A : Diagnosa keperawatan Resiko
kekurangan volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan
Cemas orang S : orang tua mengatakan sudah
tua b/d kurang tidak cemas
pengetahuan O : klien tidak lemas
tentang A : Diagnosa Keperawatan Cemas
penyakit dan orang tua Teratasi
prosedur P : Intervensi dihentikan
perawatan
17
Gangguan S : integritas kulit klien dapat
integritas kulit terkontrol
b/d kolostomi. O : Temperatur jaringan dalam batas
normal, sensasi dalam batas normal,
elastisitas dalam batas normal,
hidrasi dalam batas normal,
pigmentasi dalam batas normal,
perfusi jaringan baik.
A : Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko infeksi S : Klien sudah tidak mengalami
b/d prosedur infeksi
pembedahan O : tanda gejala infeksi tidak ada
A : Diagnosa Keperawatan Resiko
infeksi teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
18
PENUTUP
1. Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Wong, D. L, 2003).
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz, C. L and Sowden, L. A, 2002).
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
19
Daengaoes, Maryllin E.1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
Ngastiyah.1995. perawatan anak sakit . Jakarta :EGC
Syamsuhidajat, R. 2004.Buku ajar Ilmu bedah. Jakatra:EGC
Wong, Dona L. 2004. pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakatra : EGC www. Bedah Anak .
20