Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN ANAK II

“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani”

Dosen Pengampu :
Ns. Ika Permanasari, M.Kep

Disusun Oleh :
Khoirahman (180101146)
Yetri Muliza (180101152)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes AL-INSYIRAH PEKANBARU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan kasih sayang
dan bimbinganNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani”
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dosen pembimbing Keperawatan Anak.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................................................................
ii
Daftar Isi
.............................................................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan
.............................................................................................................................................
iv
1. Latar belakang
.................................................................................................................................
iv
2. Tujuan penulisan
.................................................................................................................................
iv
3. Ruang lingkup
.................................................................................................................................
v
4. Metode penulisan
.................................................................................................................................
v

BAB II Tinjauan Pustaka


.............................................................................................................................................
1
1. Pengertian
.................................................................................................................................
1
2. Etiologi
.................................................................................................................................
2
3. Patofisiologi
.................................................................................................................................
2
4. Pathway
.................................................................................................................................
3
5. Manifestasi klinis

iii
.................................................................................................................................
3
6. Komplikasi
.................................................................................................................................
4
7. Klasifikasi
.................................................................................................................................
5
8. Pemeriksaan penunjang
.................................................................................................................................
5
9. Penatalaksanaan
.................................................................................................................................
6
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani
.............................................................................................................................................
7
1. Pengkajian
.................................................................................................................................
7
2. Diagnosa
.................................................................................................................................
11
3. Intervensi keperawatan
.................................................................................................................................
12
4. Implementasi keperawatan
.................................................................................................................................
15
5. Evaluasi
.................................................................................................................................
17
BAB IV Penutup
.............................................................................................................................................
19
1. Kesimpulan
.................................................................................................................................
19
2. Saran

iv
.................................................................................................................................
19
Daftar Pustaka
.............................................................................................................................................
20

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001). Beberapa kelainan
kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2
kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%)
dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai
gangguan urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica
urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990).

Insiden penyakit atresia ani adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah
penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan
setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit atresia ani. Kartono mencatat 20-40
pasien penyakit atresia ani yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto
Mangunkusomo Jakarta dengan rasio laki-laki: perempuan adalah 4:1. Insidensi ini
dipengaruhi oleh group etnik, untuk Afrika dan Amerika adalah 2,1 dalam 10.000
kelahiran, Caucassian  1,5 dalam 10.000 kelahiran dan Asia 2,8 dalam 10.000
kelahiran (Holschneider dan Ure, 2005; Kartono,1993). Menurut catatan Swenson,
81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Sedangkan Richardson dan
Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus
dalam 24 keluarga).  
Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi saluran kemih yang
bisa berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur bedah), komplikasi jangka

v
panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi jaringan perut
dianastomosis), masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training,
inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi), prolaps mukosa anorektal dan
fistula (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi). Masalah tersebut dapat
diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan, pencegahan,
pengobatan sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penyusun membuat makalah yang berjudul “Asuhan  Keperawatan pada Anak
dengan  Atresia Ani” bertujuan sebagai bahan pembelajaran ANAK pada tingkat II
Keperawatan, serta memenuhi syarat penyelesaian tugas dari mata kuliah ANAK.
2. Tujuan khusus
Selesainya tugas makalah Asuhan Keparawatan pada Atresia Ani, penyusun di
harapkan mampu:
a. Memahami isi materi mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Atresia Ani.
b. Dapat membagi ilmu kepada pembaca mengenai Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Atresia Ani.
C. Ruang Lingkup
Penulis hanya membahas tentang Asuhan keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penyusun dalam penyusunan makalah ini
adalah metode deskripsi untuk mendapatkan gambaran mengenai Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani itu sendiri.
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani dari tiga
Bab, pada Bab I yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, ruang  lingkup, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu pembahasan
mengenai materi Asuhan keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani. Bab III yaitu
penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

vi
vii
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga
clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi
pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka
hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan
normalnya.

2. ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat

1
sampai keenam usia kehamilan.
d. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala
mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinan kromosom 21)
e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

3. PATOFISIOLOGI

Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan
struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia ani karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon
antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga
terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina)
atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula
menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). Pada letak rendah fistula menuju
ke uretra (rektourethralis).

2
4. POHON MASALAH

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

3
GAMBARAN KLINIS

6. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:

a. Asidosis hiperkloremia.

b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi
jaringan perut dianastomosis).

4
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).

g. Prolaps mukosa anorektal.

h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi). (Ngastiyah,


2005).

7. KLASIFIKASI
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum dengan
anus.
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.

b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.

c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat


menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada
mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.

d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.

e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum


tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum
sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

f. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :

g. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah


tersebut.

5
h. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada
bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid,
kolon/rectum.

i. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

9. PENATALAKSANAAN

a. Pembedahan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian
anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada
usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar
dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan
ringan di atas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada
kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan
hemostratau skapel.

b. Pengobatan

 Aksisi membran anal (membuat anus buatan)

 Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan


dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI.
205).

6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama, Tempat tgl lahir, umur, Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis
b. Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama : Distensi abdomen

 Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak


bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat
dalam urin

 Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48


jam pertama kelahiran

 Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan


kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota
keluarga yang lain

 Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak


mempengaruhi kejadian atresia ani.
c. Pola Fungsi Kesehatan

 Pola persepsi terhadap kesehatan

Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa


yang dirasakan dan apa yang diinginkan

 Pola aktifitas kesehatan/latihan

Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih
bayi.
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilitas ditempat tidur 

7
Pindah 
Ambulansi 
Makan . 

Keterangan :

1 : Mandiri

2 : Dengan menggunakan alat bantu

3 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain

4 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu

5 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas

 Pola istirahat/tidur

Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain

 Pola nutrisi metabolik

Klien hanya minum ASI atau susu kaleng

 Pola eliminasi

Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium

 Pola kognitif perseptual

Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientas i dengan


baik pada orang lain

 Pola konsep diri

1) Identitas diri : belum bisa dikaji

2) Ideal diri : belum bisa dikaji

3) Gambaran diri : belum bisa dikaji

4) Peran diri : belum bisa dikaji

5) Harga diri : belum bisa dikaji

 Pola seksual Reproduksi

Klien masih bayi dan belum menikah

8
 Pola nilai dan kepercayaan

Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan

 Pola peran hubungan

Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang
lain secara mandiri

 Pola koping

Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon
terhadap adanya suatu masalah

d. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi
terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja
dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).

a) Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Tanda-tanda vital

• Nadi : 110 X/menit.

• Respirasi : 32 X/menit.

• Suhu axila :37º Celsius.

2) Kepala

Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
3) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus,
conjungtiva tampak agak pucat.
4) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada

9
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5) Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus,
tidak cheilochisis.
6) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuk sempurna
7) Leher
Tidak ada webbed neck.

8) Thorak

Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel


shest, pernafasan normal

9) Jantung

Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur

10) Abdomen

Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak


termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus

11) Genetalia

Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
12) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-
kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan
kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar
peristaltic.
13) Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun
kaki dan kukunya tampak agak pucat
14) Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid

b) Pemeriksaan Reflek

10
a. Suching +

b. Rooting +

c. Moro +

d. Grip +

e. Plantar +

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Dx pre operasi
 Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake, muntah.
 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
b. Dx Post Operasi
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
 Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

11
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Diagnosa Pre Operasi


No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Evaluasi bowel


b/d ganglion tindakan enema atau irigasi meningkatkan
keperawatan rectal sesuai order kenyaman pada anak
selama 1x 24 jam
Klien mampu 2. Kaji bising 2. Meyakinkan
mempertahankan usus dan abdomen berfungsinya usus
pola eliminasi setiap 4 jam
BAB dengan
teratur 3. Ukur lingkar 3. Pengukuran
KH : Penurunan abdomen lingkar abdomen
distensi membantu
abdomen, mndeteksi trjadinya
meningkatnya distensi
Kenyamanan
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor intake 1. Dapat
kekurangan tindakan – output cairan mengidentifikasi
volume keperawatan status cairan klien
cairan b/d selama 1x 24 jam 2. Lakukan
menurunnya Klien dapat pemasangan infus 2. Mencegah
intake, mempertahankan dan berikan cairan dehidrasi
muntah keseimbangan IV
cairan
3. Mengetahui
KH: Output urin 3. Observasi TTV
kehilangan cairan
1-2
melalui suhu tubuh
ml/kg/jam, capill
4.Monitor status yang tinggi
ary refill 3-5
hidrasi (kelembaban
detik, trgor kulit
membran mukosa,
baik, membrane 4. Mengetahui tanda-
nadi adekuat,
mukosa lembab tanda dehidrasi

12
takanan darah
ortostatik)

3. Cemas Setelah dilakukan 1. Jelaskan dg 1. Agar orang tua


orang tua tindakan istilah yg mengerti kondisi
b/d kurang keperawatan dimengerti tentang klien
pengetahuan selama 1x 24 jam anatomi dan
tentang Kecemasan orang fisiologi saluran
penyakit tua dapat pencernaan normal.
dan berkurang
prosedur KH: Klien tidak 2. Gunakan alat, 2. Pengetahuan
perawatan lemas media dan gambar tersebut diharapkan
Beri jadwal studi dapat membantu
diagnosa pada menurunkan
orang tua kecemasan

3. Beri informasi 3. Membantu


pada orang tua mengurangi
tentang operasi kecemasan klien
kolostomi

b. Diagnosa post oprasi


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah 1. Hindari kerutan 1. Mencegah
integritas dilakukan pada tempat tidur perlukaan pada
kulit b/d tindakan kulit
kolostomi. keperawatan 2. Jaga kebersihan 2. Menjaga
selama 1 x 24 kulit agar tetap ketahanan kulit
jam bersih dan kering
diharapkan 3. Monitor kulit akan 3. Mengetahui
integritas kulit adanya kemerahan adanya tanda
dapat kerusakan
dikontrol. jaringan kulit
KH : -
4. Oleskan
temperatur 4. Menjaga
13
jaringan dalam kelembaban kulit
lotion/baby oil
batas normal,
pada daerah yang
sensasi dalam
tertekan
batas normal,
elastisitas
dalam batas
normal,
hidrasi dalam
batas normal, 5. Monitor status 5. Menjaga
pigmentasi nutrisi klien keadekuatan
dalam batas nutrisi guna
normal, penyembuhan
perfusi luka
jaringan baik.
2. Resiko Setelah 1. Monitor tanda dan 1. mengetahui
infeksi b/d dilakukan gejala infeksi tanda infeksi
prosedur tindakan sistemik dan lokal lebih dini
pembedaha keperawatan 2. Batasi pengunjung 2. menghindari
n selama 1 x 24 kontaminasi
jam dari pengunjung
diharapkan
klien bebas 3. Pertahankan 3. mencegah
dari tanda- teknik cairan penyebab infeks
tanda infeksi asepsis pada klien
KH : bebas yang beresiko
dari tanda dan
4. mengetahui
gejala infeksi 4. Inspeksi kondisi
kebersihan luka
luka/insisi bedah
dan tanda
infeksi

5. Ajarkan
5. Gejala infeksi
keluarga klien
dapat di deteksi
tentang tanda dan
lebih dini
gejala infeksi

14
6. Gejala infeksi
dapat segera
6. Laporkan
teratasi
kecurigaan infeksi

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

 Diagnosa Pre oprasi


Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD
Konstipasi b/d 1.Enema atau irigasi rectal
ganglion sesuai order
2.Mengauskultasi bising usus dan
abdomen
3. Mengukur lingkar abdomen
Resiko 1. Memonitor intake – output cairan
kekurangan
2. Memasang infus
volume cairan
3. Mengobservasi TTV
b/d
menurunnya 4. Memonitor status hidrasi
intake, muntah (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, takanan darah ortostatik)
Cemas orang 1. Menjelaskan dengan istilah yg
tua b/d kurang dimengerti tentang anatomi dan
pengetahuan fisiologi saluran pencernaan normal.
tentang 2. Menggunakan alat, media dan
penyakit dan gambar
prosedur 2. Memberi jadwal studi diagnosa
perawatan pada orang tua
3. Memberi informasi pada orang

tua tentang operasi kolostomi

 Diagnosa Post Oprasi


Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD
Gangguan 1. Menghindarkan kerutan pada
integritas kulit tempat tidur
15
b/d kolostomi. 2. Menjaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
3. Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada
daerah yang tertekan
5. Memonitor status nutrisi
klien
Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala
b/d prosedur infeksi sistemik dan lokal
pembedahan 2. Membatasi pengunjung

3. Mempertahankan teknik cairan


asepsis pada klien yang
beresiko
4. Menginspeksi kondisi luka/insisi
bedah
5. Mengajarkan keluarga klien
tentang tanda dan gejala infeksi
6. Melaporkan kecurigaan infeksi

5. EVALUASI KEPERAWATAN
 Diagnosa Pre oprasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD

16
Konstipasi b/d S : Klien mampu mempertahankan
ganglion pola eliminasi BAB dengan teratur
O : distensi abdomen menurun
A : Diagnosa keperawatan konstipasi
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko S : Klien dapat mempertahankan
kekurangan keseimbangan cairan
volume cairan O : Output urin 1-2 ml/kg/jam,
b/d capillary refill 3-5
menurunnya detik, turgor kulit baik, membrane
intake, mukosa lembab
muntah A : Diagnosa keperawatan Resiko
kekurangan volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan
Cemas orang S : orang tua mengatakan sudah
tua b/d kurang tidak cemas
pengetahuan O : klien tidak lemas
tentang A : Diagnosa Keperawatan Cemas
penyakit dan orang tua Teratasi
prosedur P : Intervensi dihentikan
perawatan

 Diagnosa Post Oprasi


Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD

17
Gangguan S : integritas kulit klien dapat
integritas kulit terkontrol
b/d kolostomi. O : Temperatur jaringan dalam batas
normal, sensasi dalam batas normal,
elastisitas dalam batas normal,
hidrasi dalam batas normal,
pigmentasi dalam batas normal,
perfusi jaringan baik.
A : Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko infeksi S : Klien sudah tidak mengalami
b/d prosedur infeksi
pembedahan O : tanda gejala infeksi tidak ada
A : Diagnosa Keperawatan Resiko
infeksi teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV

18
PENUTUP

1. Kesimpulan

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Wong, D. L, 2003).

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz, C. L and Sowden, L. A, 2002).

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik.  Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:

a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.

b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3


bulan.

c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,


rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia  kehamilan.

d. Berkaitan dengan sindrom down.

e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

2. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan


sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

19
Daengaoes, Maryllin E.1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
Ngastiyah.1995. perawatan anak sakit . Jakarta :EGC
Syamsuhidajat, R. 2004.Buku ajar Ilmu bedah. Jakatra:EGC
Wong, Dona L. 2004. pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakatra : EGC www. Bedah Anak .

20

Anda mungkin juga menyukai