Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN SUSPEK HISPRUNG


disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen pengampu : Ns. Rinik Eko Kapti, S Kep., M Kep

Kelompok 2
Mohammad Irwan A (185070209111005)
Margareta Laura C (185070209111006)
Sirila Ngesti P (185070209111011)
Ferdian Wahono E (185070209111016)
Erik Meidianto (185070209111018)
Sarihon Sita H (185070209111026)
Christine Ivana D (185070209111031)
Venty Aprilia P (185070209111030)
Chandra Maslikha (185070209111032)
Lina Anggraeni (185070209111038)
Haris Petriano (185070209111039)
Eka Nurul Siam (185070209111048)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok tentang
Hisprung pada pasien anak sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
dalam mata kuliah keperawatan anak.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Ns, Rinik Eko Kapti, S.Kep., M Kep selaku pengajar mata kuliah keperawatan anak
untuk membimbing dan menjelaskan tugas yang kami peroleh
2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama menyelesaikan
tugas yang kami kerjakan.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas kelompok ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan tugas selanjutnya.

Malang, 09 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch
pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih
banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi
pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan
cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan
kardiovaskuler.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hirsprung?
2. Apakah etiologi dari Hirsprung?
3. Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirsprung?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
7. Bagaimana Komplikasi dari hirsprung?
8. Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan keperawatan pada anak dengan Hisprung, Serta mendapatkan pengalaman
dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian hirsprung
b. Mendeskripsikan etiologi hirsprung
c. Mendeskripsikan Faktor resiko atau factor pencetus
d. Mendeskripsikan patofisiologi hirsprung
e. Mendeskripsikn manifestasi klinis hirsprung
f. Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang hirsprung
g. Mendeskripsikan penatalaksanaan hirsprung
h. Mendeskripsikan prognosis hirsprung
i. Mendeskripsikan komplikasi hirsprung
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 :
138).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi
mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong,
2003 : 507).

Hisprung Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.
(Ngastiyah, 1997 : 138)

B. Etiologi
Penyebab hisprung atau mega colon itu sendiri belum diketahui tetapi diduga
karena faktor genetik. Adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah
kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon. (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134) Sering terjadi pada anak dengan
”Down Syndrome”. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).

C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.
Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian
usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).

D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24-28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen (Nelson)
gejala penyakit hisprung adalah obstruksi usus letak rendah dan penyakti dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah hijau, distensi abdomen dan tidak ada
meconium, dehidrasi, konstipasi
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
oleh obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi
abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot ketika colok dubur
merupakan tanda khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah (Nelson)
3. Anak-anak berupa konstipasi, tinja seperti pita dan berbau busuk, distensi abdomen,
adanya masa di fecal dapat dipalpasi dan biasanya tampak kurang nutrisi,anemis
4. Tanda lain berupa : anemia, malnutrisi, perut membuncit, tampak gelombang
peristaltik pada dinding abdomen, pada pemeriksaan Rectal Toucer menunjukan
sfingter anal yang padat/ketat, tanda edema terutama di sekitar umbilikus, punggung
dan sekitar genetalia.

E. Komplikasi
1. Akut : Gawat pernapasan, enterocolitis, Obstruksi usus dan Ketidak seimbangan
cairan dan elektrolit. (Betz, 2002 : 197)
2. Jangka panjang : inkontinensia , Konstipasi(Suriadi, 2001 : 241)
3. Pasca bedah : Striktura ani

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap : mencari sel ganglion dengan cara mengambil mukosa dan submukosa
dengan alat penghisap.
2. Biopsy otot rectum, pengambilan lapisan otot rectum, traumatic dengan pembiusan.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin, ada peningkatan.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.(Ngatsiyah,1997 : 139)
5. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
6. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
7. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan dalam
penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar
untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
a. Prosedur Duhamel : penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik.
b. Prosedur Swenson : membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran
anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior
c. Prosedur soave : dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon
yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus. Pada pasien dengan stoma
dilakukan modifikasi dengan teknik pull-through, tarik terobos rekto
sigmoidektomi, stump/kolon diprolapkan dipotong pada hari ke-14.
Persiapan prabedah : perhatikan kondisi klinis anak dengan mall nutrisi, tidak
bertahan sampai status fisiknya meningkat, bila perlu pengobatan simptomatik
seperti enema, diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta total parenteral
nutrisi (TPN). Persiapan lain adalah : lavase kolon, pemberian antibiotika, akses
vena, pemasangan tuba nasogastric dan perawatan prabedah rutin.
Pelaksanaan pasca bedah : Perawatan luka kolostomi,perawatan kolostomi,
observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan peningkatan suhu
serta dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk diterima.
Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak dengan kolostomi. Observasi
apa yang perlu dilakukan, bagaimana membersihkan stoma dan bagaimana
memakaikan kantong kolostomi. (Betz, 2002 : 198)

2. Perawatan
Perawatan khusus tergantung umur anak dan tipe tindakan, bila tidak terdiagnosa
selama neonatal, perawatan khusus dapat diajarkan kepada orangtua pasien :
a. Membantu orang tua mengetahui sedini mungkin adanya kelainan kongenital
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )

Kegagalan sel neural pada masa


embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada Sel ganglion colon tidak ada atau sedikit
myenterik dan sub mukosa dinding
plexus

Control kontraksi dan relaksasi Spincter rectum Tidak dapat


peristaltic abnormal relaksasi

Peristaltik menurun
Akumulasi benda padat, gas dan cair Feses tidak dapat melewati spinkter ani
Obstruksi parsial

Obstruksi di kolon Pelebaran kolon (Mega Colon)


Refluk peristaltik

Distensi Abdomen
Mual dan muntah
Ketidak seimbangan nutrisi dari keb.
tubuh
RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Intervensi pembedahan GAngguan Defekasi

Cidera Jaringan
Konstipasi
Cemas Pada Orang tua
Nyeri
H. ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG
1. Pengkajian
a. Identitas : nama, nama ibu, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal
pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan Utama : Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir.
Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24
jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah
muntah dan diare.
c. Riwayat Kesehatan
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat
lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi
sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi
usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare,
distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
d. Riwayat kesehatan keluarga meliputi :
1) Riwayat Kehamilan ibu, kesehatan ibu selama hamil dan kunjungan
antenatal, Imunisasi, Obat yang diminum dan adakah kebiasaan merokok
serta minuman keras
2) Tumbuh kembang : Kaji adanya keterlambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia bayi/anak.
3) Imunisasi : Kaji apakah bayi/anak sudah mendapatkan imunisasi, jenis
imunisasi, dan adakah keterlambatan imunisasi akibat kondisi anak.
e. Pola aktivitas :pola tidur, toileting,aktivitas di tempat tidur, bayi aktif atau lemah.
f. Pola nutrisi : adakah penurunan nafsu makan dan tanda-tanda malnutrisi
g. Pola eliminasi : tidak dapat BAB atau mengalami diare, kaji warna dan bau,
konsistensi serta frekuensi BAB dan BAK bayi/anak
h. Pola kebersihan diri : kaji kebersihan diri bayi/anak sehari-hari
i. Pola koping keluarga : kaji adakah perilaku maladapptif dari keluarga
j. Pola Peran dan Hubungan : perubahan dalam keluarga sebelum dan setelah
bayi/anak sakit.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Antropometri : BB, Panjang Badan, Lingkar lengan, Lingkar kepala
3) Sistem Integumen : Kaji kebersihan kulit dan warna kulit seluruh tubuh,
edema atau kemerahan pada kulit, dan capilary refil time dan elastisitas kulit.
4) Sistem kardiovaskuler : Kaji adanya kelainan bunyi jantung, irama,frekuensi
dan denyut nadi apikal
5) Sistem Pernapasan : apakah tampak kesulitan bernafas, penggunaan otot
bantu nafas dan suara nafas tambahan
6) Sistem penglihatan : Adakah konjungtivitis, rinitis, pergerakan bola mata
7) Sistem Pencernaan
Kaji muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) dan nyeri tekan
Pemeriksaan fokus abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen, gerakan peristaltik pada dinding abdomen
Auskultasi bising usus menurun sampai hilang
Perkusi timpani akibat adanya kembung dan distensi abdomen.
Palpasi adanya masa, dan teraba dilatasi kolon abdominal
8) Sistem Muskuloskeletal :Kaji kemampuan gerak anak, kelainan bentuk tulang
9) Sistem genitourinarius : Kaji apakah ada edema pada daerah genetalia,

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hambatan ekspansi paru
d. Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan penurunan
gastrointestinal
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
kurang
f. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan diet kurang
g. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan peristaltik, malnutrisi
h. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat,
gangguan kongenital, gagal bertumbuh
i. Hipertermi berhubungan dengan onfeksi sekunder terhadap penyakit ditandai
dengan suhu tubuh > 37,50C, akral panas, gelisah
j. Ansietas keluarga berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
mengekspresikan kekhawatiran, gelisah, ketakutan terhadap perubahan dalam
keluarga

3. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Peristaltik menurun Disfungsi Motilitas
Bayi/anak tidak bisa BAB, Daya dorong lemah Gastrointestinal
hanya bisa jika dibantu Feses tidak bisa keluar
dengan obat Terdapat akumulasi beda
Perut bayi/anak tampak padat dan gas
membesar
Bayi/anak tidak mau Obstruksi di colon
makan/ minum ASI Terjadi distensiAbdomen
Do : Penurunan Gastrointestinal
Distensi abdomen
Mual/muntah kehijauan dan
bau
Auskultasi bising usus
berkurang s/d hilang
Diare
Nyeri tekan pada abdomen
Perkusi abdomen pekak

Ds : Control kontraksi dan Konstipasi


Bayi/anak tidak bisa BAB relaksasi peristaltic
atau bisa BAB jika diberi abnormal
obat mortilitas traktus
Do : gstointestinal
Tampak distensi abdomen Peristltik menurun
Lingkar abdomen > normal Daya dorong lemah
usianya Akumulasi benda padat dan
Auskultasi bising usus < gas
atau hilang Obstuksi dikolon
Perkusi abdomen pekak Pelebaran kolon ( mega
Tidak mau makan kolon)
Ganguan defekasi
konstipasi
Ds : Konstipasi Hipertermi
Bayi/anak rewel Akumulasi feses dan gas di
Badan bayi/anak terasa kolon
panas Pertumbuhan bakteri dalam
Do : kolon meningkat
Anak tampak rewel Infeksi bakteri
Suhu >37,50C Respon antibodi
Akral hangat demam
Ds : Kurang informasi tentang Ansietas
Keluarga/orang tua kondisi anak
mengungkapkan Krisis situasi
kekhawatiran Koping inefektif
Do : Perilaku maladaptif
Orang tua tampak gelisah (gelisah,khawatir,ketakutan)
Tampak tidak fokus Ansietas
Selalu bertanya tentang
kondisi anaknya
Ds : Nutrisi tidak adequat Risiko keterlambatan
Bayi/anak tidak nafsu Asupan protein dan perkembangan
makan karbohidrat berkurang
Kemampuabayi/anak tidak Kebutuhan nutrisi tidak
sesuai usia terpenuhi
Do : Risiko keterlambatan
BB bayi/anak kurang perkembangan
Tanda-tanda malnutrisi
Pengkajian tumbang
Kemampuan motorik kasar
dan halus terlambat
4. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Disfungsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan Perut Kembung
motilitas selama 3x24 jam diharapkan disfungsi 1. Jelaskan kepada keluarga pasien bagaimana
gastrointestinal motilitas gastrointestinal berkurang atau terjadi perut kembung dan cara menguranginya
2. Diskusikan untuk mengkonsumsikan produk susu
berhubungan hilang dengan kriteria hasil :
3. Monitor rasa kembung , distensi abdomen, kram
dengan NOC:
perut dan terbentuknya gas berlebih disaluran
penurunan 1. Eliminasi Usus
cerna mulai dari mulut sampai anus
gastrointestinal Skala 1 2 3 4 5 4. Monitor bising usus
Pola eliminasi 
5. Tawarkan obat anti perut kembung jika

Jumlah feses untuk  memungkinkan


diet Manajemen Obat
Pengeluaran feses  1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola
tanpa bantuan
menurut resep
2. Monitor efek samping pengobatan
Suara bising usus  3. Ajarkan keluarga untuk pengobatan pasien
4. Berikan informasi tertulis kepada keluarga pasien
Skala Outcome : tentang pengobatan pasien
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
2. Fungsi Gastrointestinal
Skala 1 2 3 4 5
Bising usus 
Disensi perut 
Skala Outcome :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

2 Konstipasi Setelah di lakukan tindakan keperawatan Manajemen konstipsi


berhubungan 3x24 jam diharapkan konstipsi teratasi 1. monitor tanda dan gejala konstipasi
penurunan NOC: 2. monitor bising usus
mortilitas traktus Skala 1 2 3 4 5 3. kolaborasi pemberian laksatif atau pelembut
gstointestinal Konsistensi √ feses
feses 4. ajarkan pasien atau keluarga mengenai kurun
Bising usus √
waktu dalam menyelesikan terjadinya konstipasi
Skala 1 2 3 4 5
Peningkatan √
pristaltik

Distensi perut √
3 Hipertermi Setelah di lakukan tindakan keperawatan Pengaturan Suhu :
1. Monitor suhu dan
berhubungan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh normal
warna kulit
dengan infeksi NOC : Termoregulasi
2. Tingkatkan intake dan
sekunder Skala 1 2 3 4 5
nutrisi yang adekuat
terhadap Peningkatan suhu  3. Monitor tekanan
penyakit ditandai kulit darah, nadi dan respirasi sesuai kebutuhan
Denyut nadi radial 
dengan suhu
Perawatan Hipertermi :
0
tubuh > 37,5 C, 1. Longgarkan
Hipertermi 
akral panas, atau lepaskan pakaian
2. Berikan
gelisah
skala Outcome : kompres hangat/dingin pada leher, abdomen,

1. Sangat terganggu kulit kepala, ketiak dan selangkangan sesuai


2. Banyak terganggu kebutuhan
3. Cukup terganggu 3. Kolaborasi
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu dalam pemberian obat penurun panas dan
pemberian cairan IV
4 Ansietas Setelah di lakukan tindakan keperawatan Pengurangan kecemasan :
1. G
keluarga 3x24 jam diharapkan keluarga tidak cemas
unakan pendekatan yang tenang dan
berhubungan NOC : Kontrol kecemasan diri
meyakinkan
dengan krisis Skala 1 2 3 4 5
2. J
situasional Mencari informasi  elaskan semua prosedur yang akan dilakukan
ditandai dengan untuk mengurangi kepada keluarga/orang tua
mengekspresika kecemasan 3. B
n kekhawatiran, Merencanakan  erikan informasi faktual terkait diagnosis,
gelisah, strategi koping perawatan dan prognosis
ketakutan untuk situasi yang
Peningkatan koping :
terhadap menimbulkan 1.
perubahan dalam stress Berikan penilaian mengenai pemahaman orang tua
Mengendalikan 
keluarga terhadap penyakit anak
respon 2.
kecemasan Dukung sikap orang tua terkait harapan yang
skala Outcome :
realistis sebagai upaya mengatasi
1. Tid
ketidakberdayaan
ak pernah dilakukan 3.
2. Jar
Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual jika
ang dilakukan
3. Ka diinginkan

dang-kadang dilakukan
4. Ser
ing dilakukan
5. Dila
kukan secara konsisten

5 Risiko Setelah di lakukan tindakan keperawatan Peningkatan Perkembangan Anak :


1. Ajarkan orang tua mengenai tingkat
keterlambatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi
perkembangan normal anak dan perilaku yang
perkembangan keterlambataan perkembangan anak
berhubungan
berhubungan NOC : Perkembangan anak : 3 tahun
2. Demonstrasikan kepada orang tua mengenai
dengan nutrisi Skala 1 2 3 4 5
kegiatan yang mendukung tumbuh kembang
tidak adekuat, Merespon bunyi  anak
gangguan Tersenyum  3. fasilitasi anak dengan terapi bermain sesuai usia
4. dukung dan berikan pujian terhadap upaya dan
kongenital, gagal spontan
Reflek  kemampuan orang tua
bertumbuh
menegakan leher

Reflek moro, 
rooting, menari

skala Outcome :
1.
Tidak pernah menunjukan
2.
Jarang menunjukan
3.
Kadang-kadang menunjukan
4.
Sering menunjukan
5.
Konsisten menunjukan
6.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN SUSPEK HISPRUNG

Pengkajian Dasar Keperawatan Anak

A. Identitas klien
Nama : An. A No. Register : 11387xxx
Usia : 1 bulan (22/03/2018) Tanggal Masuk : 23-04-2018
Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 23-04-2018
Alamat : Srengat, Blitar
Nama orang tua : Tn. P / Ny. D
Pekerjaan : Wiraswasta / ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA / SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa

B. Status kesehatan sekarang


1. Keluhan utama
Saat Pengkajian : ibu klien mengatakan bahwa perut anak membesar, dan
belum BAB.
2. Lama keluhan : membesar sejak 3 minggu yang lalu, belum BAB sejak 2
hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : Anak rewel dan sering menangis
4. Faktor pencetus : ketidak nyamanan pada area abdomen
5. Faktor pemberat : suspek Hisprung
6.Diagnose medis : low bowel obstruction suspect hisprung disease

C. Riwayat kesehatan saat ini


Ibu klien mengatakan bahwa sejak dari lahir perut anak membesar dan BAB
hanya sedikit namun tidak teratur setiap hari. An A lahir dengan berat 3000 gr
dengan cara normal. Setelah lahir, An. A mengalami pembesaran perut dan
keluarga membawa ke dokter spseialis anak. Oleh dokter diberikan obat p.o
amalys dan limolac, kemudian dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan
adanya tumpukan gas berlebih. Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya hiperbilirubin sehingga anak harus dirujuk ke RSSA. An.A
dibawa ke IGD RSSA pada tanggal 19 April 2018 dan dirawat di ruang
perinatologi (ruang 11) untuk mendapatkan fototerapi dan perbaikan kondisi.
Pada saat pengkajian tgl 23 April klien dipindahkan ke ruang 15 kondisi An. A
pada saat pengkajian cukup, tidak ada sesak, tidak kuning, namun perut masih
membesar. Ibu juga mengatakan bahwa anak agak demam. Pada saat
pengkajian ibu belum diberi tau tentang kondisi anaknya sehingga ibu terlihat
cemas dan sering bertanya pada perawat tentang kondisi dan perawatan untuk
anaknya.

D. Riwayat kesehatan terdahulu


1. Penyakit yang pernah dialami
Kecelakaan ; tidak ada Riwayat kecelakaan
Operasi : belum pernah operasi
Kronis :-
Akut : hiperbilirubin, low bowel, obstruksi
Terakir MRS : saat ini adalah terakir MRS
Alergi : tidak ada Riwayat alergi
E. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Prenatal :

Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan ANC di bidan, anak merupakan anak ke
4, riwayat keguguran (-) , riwayat penyakit DM (-), dan hipertensi (-). Selama kehamilan
muntah berlebihan (-), demam (-), keputihan (-), anyang-anyangen (-), muncul ruam
pada kulit (-), perdarahan (-), riwayat trauma (-), konsumsi obat-obatan (-), konsumsi
jamu (-).

2. Natal :

An Z lahir dengan normal di RSUD Ngudi Waluyo, lahir cukup bulan (9 bulan), bayi lahir
langsung menangis, BBL :3000 gram, PB : 49 cm, ketuban jernih, biru (-), sesak (-),
kuning (-), IMD (-), tidak langsung BAB.

3. Postnatal :

 Setelah lahir pasien mendapatkan injeksi vit K 1 mg (+), imunisasi


hepatitis B 0,5 ml setelah lahir

4. Imunisasi

Ibu klien mengatakan anaknya telah menerima imunisasi hepatitis B

F. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

1. Pertumbuhan

Hasil pemeriksaan antropometri didapatkan


BB : 3.5 kg TB : 51 cm LK : 36 cm

BBI: 4,5 kg

Kesimpulan : Gizi kurang

G. Riwayat keluarga

Genogram :
Keterangan:

Perempuan Garis Keturunan

Laki laki Meninggal

Garis Perkawinan Tinggal Serumah

Keguguran
H. Lingkungan Rumah
Pengkajian kepada ibu
: Kondisi rumah
1. Kebersihan bersih
: Resiko rendah karena rumah klien terletak agak jauh dari
2. Bahaya kecelakaan jalan raya.
3. Polusi : Tidak terdapat polusi udara
: Ventilasi udara
4. Ventilasi cukup
5. Pencahayaan : Pencahayaan cukup baik

I. Pola aktifitas

Jenis Rumah Rumah Sakit

Makan/minum ASI ASI

Mandi 2x sehari Diseka 2x sehari

Berpakaian 2x sehari 2x sehari

Toileting Menggunakan diapers Menggunakan diapers

Mobilitas ditempat tidur Gerak lemah Gerakan lemah


Berpindah dan berjalan Dengan bantuan Dengan bantuan

J. Pola nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit

Jenis makanan ASI ASI

Frekuensi makan 8x sehari 8x sehari

Porsi yang dihabiskan Sedikit Sedikit (50cc)

Komposisi menu ASI ASI

Selain susu formula dan Selain susu formula dan


Pantangan ASI ASI

Nafsu makan Kurang Kurang

K. Pola eliminasi
1. BAB

Jenis Rumah Rumah Sakit

Frekuensi 1x/hari Belum BAB

Konsistensi Lunak Belum BAB

Kuning,agak kehitaman
Warna/bau bau Belum BAB
khas feses

Belum BAB selama 2 hari


BAB tidak menentu, sebelum masuk rumah
Kesulitan kadang sakit dan perut
dalam 1 hari bisa
BAB, Membesar
terkadang bisa 1-2 hari
tidak
BAB

Upaya menangani Tidak ada Dilakukan spooling berkala


dan rencana colon loop
2. BAK

Jenis Rumah Rumah Sakit

Menggunakan
Frekuensi pampers Menggunakan pampers

Warna/bau Jernih, berbau khas urine Jernih, bau khas urine

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Upaya menangani Tidak ada Tidak ada

L. Pola kebersihan diri

Jenis Rumah Rumah Sakit


Mandi Ya Diseka
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Menggunakan sabun Ya Ya

Keramas Ya Tidak
3 hari sekali dalam
Frekuensi seminggu -
Penggunaan shampoo Ya -

Menggosok gigi Tidak Tidak


Frekuensi - -
Penggunaan pasta gigi - -

Frekuensi ganti baju 2x sehari 2x sehari

Frekuensi memotong kuku 1x seminggu Belum memotong kuku

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Upaya untuk mengatasi Tidak ada Tidak ada

M. Pola koping keluarga

1. Pengambil keputusan:

Semua keputusan diambil secara musyawarah antara ayah dan ibu klien

2. Masalah terkait dengan anak di RS atau penyakit:

Keluarga sedih melihat kondisi anaknya. Ayah tidak bekerja karena harus menunggu
anak di RS.

3. Yang biasa dilakukan keluarga apabila mengalami masalah: Musyawarah


dalam satu keluarga
4. Harapan setelah anak menjalani perawatan: Anak bisa segera sembuh

5. Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit: Anak menjadi sering rewel
dan menangis

N. Konsep diri : Tidak Terkaji

O. Pola peran dan hubungan

1. Peran dalam keluarga:

Ayah : kepala keluarga, ibu : dan pengasuh/ibu rumah tangga.

2. System pendukung keluarga:

Penanggung biaya keluarga adalah ayah sebagai kepala keluarga

3. Kesulitan dalam keluarga:


Tidak ada kesulitan

4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan anak


dirumah sakit: Ayah tidak dapat bekerja karena harus menunggu anak di RS

5. Upaya yang dilakukan: Tidak ada

P. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan : lemah
umum a.
Kesadaran : compos mentis

b. Tanda-tanda vital

TD : - mmHg Na : 144 x/menit PB : 51 cm BBL: 3000 gr


di
Suhu : 37,9 °C : 42 x/menit BB bayi sekarang : 3500 gram
RR

2. Kulit
a. Warna kulit : √Pink Pucat □ Kuning □ Mottled
□ Pada sekitar
b. Sianosis : □ Pada kuku □ Pada sekitar mulut mata
□ Pada seluruh
□ Ekstremitas atas□ Ekstremitas bawah tubuh
(tidak ada
sianosis)
Kemerahan (rash) : Tidak
c. Ada
d. Tanda lahir : □ Ada, sebutkan :.tidak
ada............................................................

Edem
e. Turgor kulit : √Elastis □ Tidak elastis a
f. Suhu : 37,9 °c

3. Leher dan
kepala
: 36
a. Lingkar kepala cm

Fontanel Cekun
b. anterior : √Lunak □ Tegas □ Datar □ Menonjol g
□ □ Tumpang
c. Satura sagital : √Tepat □ Terpisah Menjauh Tindih
Gambaran
d. wajah : √Simetris □ Asimetris
.............................
e. Telinga : √Normal □ Abnormal □ Lainnya, sebutkan : .....
□ Nafas cuping
f. Hidung : √Simetris □ Asimetris □ Keluaran hidung
□ Lainnya,
sebukan ..........................

g. Mata : √Bersih □ Keluaran □ Ikterik □ Perdarahan


□ Jarak
interkantus : .......... cm
: □ Bibir sumbing □ Sumbing langit-
h. Mulut langit/palatum √(Normal)
Mukosa Mulut :
i. √Lembab Kering

4. Dada dan paru


: √Simetris
a. Bentuk Asimetris
b. Down Score :

Nilai 01 2

Frekuensi
Nafas √≤ 60x/mnt 60-80x/mnt □ ≥ 80x/mnt

Retraksi Tidak ada √Retraksi ringan □ Retraksi berat

Sianosis √Tidak ada Hilang dengan O2 □ Menetap dengan O2

Air Entry √Ada □ Menurun □ Tidak terdengar


(udara masuk)

Merintih √Tidak ada Terdengar dengan □ Terdengar tanpa alat


Stetoskop Bantu

Jumlah skor 1

 Skor < 3 : Tidak ada gawat nafas

 Skor 3-6 : Gawat nafas

 Skor > 6 : Ancaman gawat nafas

ara nafas : □ Kanan kiri sama □ Tidak sama Ronkhi □ √Bersih


Wheezing

d. Respirasi :

√ Spontan tanpa alat bantu


Spontan dengan alat bantu, sebutkan : ……………………..

□ Tidak spontan, sebutkan :.................................................................................

5. Jantung

Bunyi :  S1 S2 tunggal □ □ Lain-lain,


a. jantung Murmur sebutkan :.........................
b.CRT : <3 dtk
:
c. Denyut nadi Frekuensi : 144 x/menit
√Kuat Lemah √ Teratur □ Tidak teratur

6. Abdomen

a. Lingkar perut : Lunak □ Tegas □ Datar Distensi


b. Palpasi perut : teraba keras

c. Auskultasi bising usus (+) : 3kali permenit


d.

7. GenitalPerempuan normal
√ Laki-laki normal

□ Abnormal, sebutkan:

8. Anus

√ Normal □ Tidak normal, sebutkan:


□ Pengeluaran
mekonium □ Hari ke 1

9. Ekstermitas
Terbatas □ Tidak
a. Gerakan : √ Bebas terkaji
□ Abnormal,
b. Ekstermitas atas : √Normal sebutkan :

c. Ekstermitas bawah : √Normal □ Abnormal,


sebutkan : .......................................

10. Spina atau Tulang Belakang

√Normal □ Abnormal, sebutkan : .....................

11. Tonus atau Aktivitas

a. Aktivitas : √kurang □ Tenang □ □ Kejang


aktif Letargi
b. Menangis □ Sulit menangis
: √Keras Lemah □
Melengking
Q. Hasil Pemeriksaan Penunjang Tanggal 19/04/2018

NILAI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Hemoglobin (HGB) 11,50 g/dL 13,4 - 17,7

Eritrosit (RBC) 3,28 106 /µL 4,0 - 5,5

Leukosit (WBC) 9,95 103 /µL 4,3 - 10,3

Hematokrit 31,50% 40 – 47

Trombosit (PLT) 388 103 /µL 142 – 424

MCV 96,00 fL 80 – 93

MCH 35,10 pg 27 – 31

MCHC 36,50 g/dL 32 – 36

RDW 16,20 % 11,5 – 14,5

PDW 11,4 fL 9 – 13

MPV 10,8 fL 7,2 – 11,1


P-LCR 30,0 % 15,0 – 25,0

PCT 0,42 % 0,150 – 0,400

NRBC Absolute 0,00 103 /µL

NRBC Percent 0,0 %

Hitung jenis :

Eosinofil 1,6 % 0-4

Basofil 0,3 % 0–1

Neutrofil 27,0 % 51 – 67

Limfosit 62,9 % 25 – 33

Monosit 8,2 % 2- 5

Immature Granulosit (%) 0,40 %

Immature Granulosit 0,04 103 /µL

Faal Hati

SGOT 34 U/L 0 – 40

SGPT 12 U/L 0 – 41

Albumin 3,54 g/dL 3,5 – 5,5

Bilirubin total 15,72 mg/dl <1

Bilirubn direk 2,45 mg/dl <0,25

Bilirubin indirek 13,27 mg/dl <0,75

Kimia Klinik Elektrolit

Natrium (Na) 133 mmol/L 136-145

Kalium (K) 4,63 mmol/L 3,5 – 5,0

Klorida (Cl) 108 mm0l/L 98-106


R. Terapi:
 inf CN 10% + KCL 7,4% 3,5 cc+ ca gluconas 10% 3,5 cc

 TPN Aminosteril 6% 116,5 cc

 Lipid 20% 8,7cc

 Injeksi ampicilin sulbactam 3x110 mg

 Injeksi gentamicyn 1x18 mg

ANALISA DATA
No Data focus Etiologi Masalah
1. DS: Peristaltik menurun Disfungsi
Ibu mengatakan anaknya tidak Motilitas
BAB sejak 2 hari Terdapat akumulasi beda Gastrointestinal
Ibu mengatakan perut anaknya padat dan gas
membesar
Ibu mengatakan ketika dirumah
Obstruksi di colon
terkadang anak 1-2 hari tidak
BAB
Terjadi distensi
DO:
Abdomen
Terdepat distensi abdomen
Perut tampak membesar
Pada pemeriksaan USG Penurunan Gastrointestinal
didaptkan adanya penumpukan
gas
Bising usus 3x/menit
2. DS: Control kontraksi dan Konstipasi
 ibu mengatakan bahwa perut relaksasi peristaltic berhubungan
anak membesar 3 minggu yang abnormal penurunan
lalau mortilitas traktus
 ibu mengatakan anaknya mortilitas traktus gastrointestinal
belum. BAB sejak 2 hari yang gstointestinal
lalu
DO: Peristltik menurun
 perut tampak membesar
 pemerikasaan hasil USG tampak
Akumulasi benda padat dan
tumpukan gas berlebih.
gas

Obstuksi dikolon

Pelebaran kolon
( mega kolon)

Ganguan defekasi

Konstipasi
3. DS : Konstipasi Hipertermi
 Ibu mengatakan di rumah anak
rewel Akumulasi feses dan gas di
 ibu mengatakan anak agak kolon
demam
Do : Pertumbuhan bakteri dalam
 Anak tampak rewel kolon meningkat

 Suhu 37,90C
 Nadi 144 x/menit Infeksi bakteri

 Akral hangat
Respon antibodi
 Hasil lab : leukosit 9,95
 Hitung jenis : limfosit 62,9 %,
monosit 8,2 % demam

4. DS : Kurang informasi tentang Ansietas


 Ibu pasien sering bertanya pada kondisi anak
perawat tentang kondisi dan
perawatan untuk anaknya Krisis situasi
DO :
 ibu terlihat cemas Koping inefektif
 Selalu bertanya tentang kondisi
anaknya Perilaku maladaptif
(gelisah,khawatir,ketakutan)

Ansietas
5. Ds : Nutrisi tidak adequat Risiko
 Ibu mengatakan nafsu makan keterlambatan
anak berkurang Asupan protein dan perkembangan
 Ibu mengatakan anak tampak karbohidrat berkurang
lemas dan kurang aktif
Do : Kebutuhan nutrisi tidak
 anak tampak lemas terpenuhi

 anak tampak rewel


 BB : 3,5 kg Risiko keterlambatan
perkembangan
 TB : 51 cm
 LK : 36 cm
 BBI: 4,5 kg
INTERVENSI
N Diagnosa NOC NIC
o
1. Disfungsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan
motilitas selama 3x24 jam diharapkan disfungsi Perut Kembung
gastrointestinal motilitas gastrointestinal berkurang atau 6. Jelaskan kepada
berhubungan hilang dengan kriteria hasil : keluarga pasien
dengan NOC: bagaimana terjadi
penurunan 3. Eliminasi Usus perut kembung
gastrointestinal Skala 1 2 3 4 5 dan cara
Pola  menguranginya
eliminasi 7. Diskusikan untuk
Jumlah feses  mengkonsumsikan
untuk diet produk susu
Pengeluaran  8. Monitor rasa
feses tanpa kembung , distensi
bantuan abdomen, kram
Suara bising 
perut dan
usus
Skala Outcome : terbentuknya gas
6. Sangat terganggu berlebih disaluran
7. Banyak terganggu cerna mulai dari
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu mulut sampai anus
10. Tidak terganggu 9. Monitor bising
usus
10. Tawarkan obat anti
perut kembung jika
memungkinkan
Manajemen Obat
5. Tentukan obat apa
yang diperlukan
dan kelola menurut
4. Fungsi Gastrointestinal
resep
Skala 1 2 3 4 5 6. Monitor efek
Bising usus 
Disensi perut  samping
Skala Outcome : pengobatan
6. Sangat terganggu 7. Ajarkan keluarga
7. Banyak terganggu untuk pengobatan
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu pasien
10. Tidak terganggu 8. Berikan informasi
tertulis kepada
keluarga pasien
tentang
pengobatan
pasien
2 Konstipasi Setelah di lakukan tindakan keperawatan Manajemen
berhubungan 3x24 jam diharapkan konstipsi teratasi konstipsi
penurunan NOC: 1. monitor tanda
mortilitas traktus Skala 1 2 3 4 5 dan gejala
gstointestinal Konsistensi √ konstipasi
feses 2. monitor bising
Bising usus √
usus
Skala 1 2 3 4 5 3. kolaborasi
Peningkatan √
pemberian laksatif
pristaltik
Distensi √ atau pelembut

perut feses
4. ajarkan pasien
atau keluarga
mengenai kurun
waktu dalam
menyelesikan
terjadinya
konstipasi
3 Hipertermi Setelah di lakukan tindakan keperawatanPengaturan Suhu :
1.
berhubungan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh normal
Monitor suhu dan
dengan onfeksi NOC : Termoregulasi
warna kulit
sekunder Skala 1 2 3 4 5 2.
terhadap Peningkatan suhu  Tingkatkan intake dan
penyakit ditandai kulit nutrisi yang
dengan suhu Denyut nadi radial  adekuat
3.
tubuh > 37,50C,
Hipertermi  Monitor tekanan
akral panas,
darah, nadi dan
gelisah
respirasi sesuai
skala Outcome :
kebutuhan
6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu Perawatan
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu Hipertermi :
10. Tidak terganggu 1.
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
2.
Berikan kompres
hangat/dingin
pada leher,
abdomen, kulit
kepala, ketiak dan
selangkangan
sesuai kebutuhan
3.
Kolaborasi dalam
pemberian obat
penurun panas
dan pemberian
cairan IV
4 Ansietas Setelah di lakukan tindakan keperawatanPengurangan
keluarga 3x24 jam diharapkan keluarga tidak kecemasan :
1.
berhubungan cemas
Gunakan pendekatan
dengan krisis NOC : Kontrol kecemasan diri
yang tenang dan
situasional Skala 1 2 3 4 5 meyakinkan
2.
ditandai dengan Mencari informasi 
Jelaskan semua
mengekspresika untuk mengurangi
prosedur yang
n kekhawatiran, kecemasan
Merencanakan  akan dilakukan
gelisah,
strategi koping kepada
ketakutan
untuk situasi yang keluarga/orang tua
terhadap
3.
perubahan menimbulkan
Berikan informasi
dalam keluarga stress
Mengendalikan  faktual terkait

respon diagnosis,

kecemasan perawatan dan


skala Outcome : prognosis
1. Ti
Peningkatan
dak pernah dilakukan
2. J koping :
1.
arang dilakukan
3. KBerikan penilaian
adang-kadang dilakukan mengenai
4. S pemahaman orang
ering dilakukan tua terhadap
5. Di
penyakit anak
lakukan secara konsisten 2.
Dukung sikap orang
tua terkait harapan
yang realistis
sebagai upaya
mengatasi
ketidakberdayaan
3.
Dukung penggunaan
sumber-sumber
spiritual jika
diinginkan

5 Risiko Setelah di lakukan tindakan keperawatanPeningkatan


keterlambatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi Perkembangan
perkembangan keterlambataan perkembangan anak Anak :
5. Ajarkan orang tua
berhubungan NOC : Perkembangan anak : 3 tahun
mengenai tingkat
dengan nutrisi Skala 1 2 3 4 5
perkembangan
tidak adekuat, Merespon bunyi 
normal anak dan
gangguan Tersenyum 
perilaku yang
kongenital, gagal spontan
Reflek  berhubungan
bertumbuh
6. Demonstrasikan
menegakan leher
kepada orang tua
Reflek moro,  mengenai kegiatan
rooting, menari yang mendukung
tumbuh kembang
skala Outcome :
anak
1. 7. fasilitasi anak
Tidak pernah menunjukan dengan terapi
2. bermain sesuai
Jarang menunjukan usia
3. 8. dukung dan

Kadang-kadang menunjukan berikan pujian

4. terhadap upaya

Sering menunjukan dan kemampuan

5. orang tua

Konsisten menunjukan
6.

IMPLEMENTASI

No Tanggal Implementasi
. /Jam
Dx
1. 23/04/1 Pengurangan Perut Kembung
8 1. Menjelaskan kepada keluarga pasien bagaimana terjadi perut
14.00 kembung dan cara menguranginya
2. Mendiskusikan untuk mengkonsumsikan produk susu
3. Monitor rasa kembung , distensi abdomen, kram perut dan
terbentuknya gas berlebih disaluran cerna mulai dari mulut
sampai anus
4. Monitor bising usus
5. Menawarkan obat anti perut kembung jika memungkinkan
Manajemen Obat
1. Menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut
resep
2. Monitor efek samping pengobatan
3. Mengajarkan keluarga untuk pengobatan pasien
4. Memberikan informasi tertulis kepada keluarga pasien tentang
pengobatan pasien
2. 1. Memonitor tanda dan gejala konstipasi (frekuensi BAB,
konsistensi, warna dan bau)
2. Auskultasi bising usus
3. Memberian laksatif
4. Mengajarkan keluarga mengenai kurun waktu dalam
menyelesikan terjadinya konstipasi
3. Pengaturan suhu :
1. Mengkaji suhu tubuh anak
2. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI yang adequat
3. Monitoring TTV anak
Perawatan Hipertermi
4. Memberikan anak pakaian yang tipis dan longgar
5. Memberikan kompres hangat
6. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral :
inf CN 10% + KCL 7,4% 3,5 cc+ ca gluconas 10% 3,5 cc
TPN Aminosteril 6% 116,5 cc

Lipid 20% 8,7cc

4. Pengurangan kecemasan :
1. Gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Jelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan kepada keluarga/orang
tua
3. Berikan
informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis

Peningkatan koping :
1. Kaji
pemahaman orang tua terhadap penyakit anak
2. Dukung
sikap orang tua terkait harapan yang realistis sebagai upaya
mengatasi ketidakberdayaan
3. Dukung
dan fasilitasi penggunaan sumber-sumber spiritual jika
diinginkan
5. Peningkatan Perkembangan Anak :
1. Berikan edukasi kepada orang tua tentang tahap
perkembangan anak usia 1 bulan
2. Berikan edukasi tentang jenis-jenis aktivitas dan permainan
yang mendukung tumbuh kembang anak usia 1 bukan
3. fasilitasi anak dengan terapi bermain sesuai usia
4. dukung dan berikan pujian terhadap upaya dan kemampuan
orang tua dalam memberikan stimulus yang tepat pada anak

EVALUASI
No.
Tanggal/
dx Evaluasi TTD
Jam
Kep
23/04/18 1 S:
17.00 Ibu mengatakan anaknya belum BAB
Ibu mengatakan perut anaknya masih besar
Ibu mengatakan bahwa ia tau penyebab kembung pada
anaknya
Ibu mengatakan sebelumnya tidak ada gangguan dengan
susu formula anaknya
Ibu mengatakan paham atas penjelasan pengobatan untuk
anaknya

O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Pola eliminasi 2 5 2
Jumlah feses 3 5 3
untuk diet
Pengeluaran 3 5 3
feses tanpa
bantuan
Suara bising 3 5 3
usus
Distensi 2 5 2
Abdomen

A:
Masalah belum teratasi

P:
Pertahankan intervensi
Pengurangan Perut Kembung
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien bagaimana terjadi
perut kembung dan cara menguranginya
2. Mendiskusikan untuk mengkonsumsikan produk susu
3. Monitor rasa kembung , distensi abdomen, kram perut dan
terbentuknya gas berlebih disaluran cerna mulai dari mulut
sampai anus
4. Monitor bising usus
5. Menawarkan obat anti perut kembung jika memungkinkan
Manajemen Obat
1. Menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut
resep
2. Monitor efek samping pengobatan
3. Mengajarkan keluarga untuk pengobatan pasien
4. Memberikan informasi tertulis kepada keluarga pasien
tentang pengobatan pasien
2 S:
 Ibu kien mengatakan anaknya masih belum dapat BAB
 Ibu kien mengatakan perut anaknya masih membesar
O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Konsistensi feses 2 5 3
Bising usus 2 5 3
Peningkatan 2 5 3
pristaltik
Distensi perut 2 5 3

A: Masalah teratasi sebagian

P: Pertahankan dan lanjutkan intervensi


 Memonitor tanda dan gejala konstipasi
 Memonitor bising usus
 Memberian laksatif
 Mengajarkan keluarga mengenai kurun waktu dalam
menyelesikan terjadinya konstipasi

3 S:
 Ibu kien mengatakan badan anak sudah tidak panas
 Ibu menfatakan anak masih mau ASI meskipn sedikit-sedikit

O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Peningkatan suhu 3 5 5
kulit
Denyut nadi radial 3 5 4
Hipertermi 2 5 5

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
 Memonitor tanda vital anak
 Memonitor intake cairan dan nutrisi anak
 Cegah penigkatan suhu tubuh berulang

4 S:
 Ibu kien mengatakan sudah lebih mengerti kondisi anaknya
ditandai dengan ibu dapat menjelaskan secara umum
penyebab anak tidak bisa BAB
 Ibu mengatakan ketika cemas, ibu merasa lebih tenang jika
berdoa
 Ibu mengatakan melakukan teknik nafas dalam saat cemas

O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Mencari informasi 3 5 5
untuk mengurangi
kecemasan
Merencanakan 2 5 4
strategi koping
untuk situasi yang
menimbulkan
stress
Mengendalikan 2 5 4
respon
kecemasan

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
 Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan kepada
keluarga/orang tua
 Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
5 S:
 Ibu kien mengatakan mengerti penjelasan yang di berikan
perawat dibuktikan dengan ibu dapat menjelaskan
perkembangan yang seharusnya ada pada anak usia 1
bulan
 Ibu meemahami permainan yang sesuai usia anak
dibuktikan dengan ibu memberikan mainan yang sesuai
umur anak

O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Merespon bunyi 5 5 5
Tersenyum 4 5 4
spontan
Reflek 5 5 5
menegakan leher
Reflek moro, 5 5 5
rooting, menari
A: Masalah tidak terjadi

P: Pertahankan intervensi
 Memonitor tumbuh kembang anak
 fasilitasi anak dengan terapi bermain sesuai usia
 berikan nutrisi yang adekuat
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik
masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
B. SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi
ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd),
Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta :
EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :
FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai