Kelompok 2
Mohammad Irwan A (185070209111005)
Margareta Laura C (185070209111006)
Sirila Ngesti P (185070209111011)
Ferdian Wahono E (185070209111016)
Erik Meidianto (185070209111018)
Sarihon Sita H (185070209111026)
Christine Ivana D (185070209111031)
Venty Aprilia P (185070209111030)
Chandra Maslikha (185070209111032)
Lina Anggraeni (185070209111038)
Haris Petriano (185070209111039)
Eka Nurul Siam (185070209111048)
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok tentang
Hisprung pada pasien anak sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
dalam mata kuliah keperawatan anak.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Ns, Rinik Eko Kapti, S.Kep., M Kep selaku pengajar mata kuliah keperawatan anak
untuk membimbing dan menjelaskan tugas yang kami peroleh
2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama menyelesaikan
tugas yang kami kerjakan.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas kelompok ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan tugas selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch
pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih
banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi
pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan
cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan
kardiovaskuler.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hirsprung?
2. Apakah etiologi dari Hirsprung?
3. Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirsprung?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
7. Bagaimana Komplikasi dari hirsprung?
8. Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan keperawatan pada anak dengan Hisprung, Serta mendapatkan pengalaman
dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian hirsprung
b. Mendeskripsikan etiologi hirsprung
c. Mendeskripsikan Faktor resiko atau factor pencetus
d. Mendeskripsikan patofisiologi hirsprung
e. Mendeskripsikn manifestasi klinis hirsprung
f. Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang hirsprung
g. Mendeskripsikan penatalaksanaan hirsprung
h. Mendeskripsikan prognosis hirsprung
i. Mendeskripsikan komplikasi hirsprung
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 :
138).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi
mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong,
2003 : 507).
Hisprung Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.
(Ngastiyah, 1997 : 138)
B. Etiologi
Penyebab hisprung atau mega colon itu sendiri belum diketahui tetapi diduga
karena faktor genetik. Adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah
kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon. (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134) Sering terjadi pada anak dengan
”Down Syndrome”. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).
C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.
Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian
usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24-28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen (Nelson)
gejala penyakit hisprung adalah obstruksi usus letak rendah dan penyakti dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah hijau, distensi abdomen dan tidak ada
meconium, dehidrasi, konstipasi
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
oleh obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi
abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot ketika colok dubur
merupakan tanda khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah (Nelson)
3. Anak-anak berupa konstipasi, tinja seperti pita dan berbau busuk, distensi abdomen,
adanya masa di fecal dapat dipalpasi dan biasanya tampak kurang nutrisi,anemis
4. Tanda lain berupa : anemia, malnutrisi, perut membuncit, tampak gelombang
peristaltik pada dinding abdomen, pada pemeriksaan Rectal Toucer menunjukan
sfingter anal yang padat/ketat, tanda edema terutama di sekitar umbilikus, punggung
dan sekitar genetalia.
E. Komplikasi
1. Akut : Gawat pernapasan, enterocolitis, Obstruksi usus dan Ketidak seimbangan
cairan dan elektrolit. (Betz, 2002 : 197)
2. Jangka panjang : inkontinensia , Konstipasi(Suriadi, 2001 : 241)
3. Pasca bedah : Striktura ani
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap : mencari sel ganglion dengan cara mengambil mukosa dan submukosa
dengan alat penghisap.
2. Biopsy otot rectum, pengambilan lapisan otot rectum, traumatic dengan pembiusan.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin, ada peningkatan.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.(Ngatsiyah,1997 : 139)
5. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
6. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
7. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan dalam
penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar
untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
a. Prosedur Duhamel : penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik.
b. Prosedur Swenson : membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran
anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior
c. Prosedur soave : dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon
yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus. Pada pasien dengan stoma
dilakukan modifikasi dengan teknik pull-through, tarik terobos rekto
sigmoidektomi, stump/kolon diprolapkan dipotong pada hari ke-14.
Persiapan prabedah : perhatikan kondisi klinis anak dengan mall nutrisi, tidak
bertahan sampai status fisiknya meningkat, bila perlu pengobatan simptomatik
seperti enema, diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta total parenteral
nutrisi (TPN). Persiapan lain adalah : lavase kolon, pemberian antibiotika, akses
vena, pemasangan tuba nasogastric dan perawatan prabedah rutin.
Pelaksanaan pasca bedah : Perawatan luka kolostomi,perawatan kolostomi,
observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan peningkatan suhu
serta dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk diterima.
Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak dengan kolostomi. Observasi
apa yang perlu dilakukan, bagaimana membersihkan stoma dan bagaimana
memakaikan kantong kolostomi. (Betz, 2002 : 198)
2. Perawatan
Perawatan khusus tergantung umur anak dan tipe tindakan, bila tidak terdiagnosa
selama neonatal, perawatan khusus dapat diajarkan kepada orangtua pasien :
a. Membantu orang tua mengetahui sedini mungkin adanya kelainan kongenital
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
Peristaltik menurun
Akumulasi benda padat, gas dan cair Feses tidak dapat melewati spinkter ani
Obstruksi parsial
Distensi Abdomen
Mual dan muntah
Ketidak seimbangan nutrisi dari keb.
tubuh
RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Intervensi pembedahan GAngguan Defekasi
Cidera Jaringan
Konstipasi
Cemas Pada Orang tua
Nyeri
H. ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG
1. Pengkajian
a. Identitas : nama, nama ibu, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal
pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan Utama : Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir.
Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24
jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah
muntah dan diare.
c. Riwayat Kesehatan
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat
lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi
sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi
usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare,
distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
d. Riwayat kesehatan keluarga meliputi :
1) Riwayat Kehamilan ibu, kesehatan ibu selama hamil dan kunjungan
antenatal, Imunisasi, Obat yang diminum dan adakah kebiasaan merokok
serta minuman keras
2) Tumbuh kembang : Kaji adanya keterlambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia bayi/anak.
3) Imunisasi : Kaji apakah bayi/anak sudah mendapatkan imunisasi, jenis
imunisasi, dan adakah keterlambatan imunisasi akibat kondisi anak.
e. Pola aktivitas :pola tidur, toileting,aktivitas di tempat tidur, bayi aktif atau lemah.
f. Pola nutrisi : adakah penurunan nafsu makan dan tanda-tanda malnutrisi
g. Pola eliminasi : tidak dapat BAB atau mengalami diare, kaji warna dan bau,
konsistensi serta frekuensi BAB dan BAK bayi/anak
h. Pola kebersihan diri : kaji kebersihan diri bayi/anak sehari-hari
i. Pola koping keluarga : kaji adakah perilaku maladapptif dari keluarga
j. Pola Peran dan Hubungan : perubahan dalam keluarga sebelum dan setelah
bayi/anak sakit.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Antropometri : BB, Panjang Badan, Lingkar lengan, Lingkar kepala
3) Sistem Integumen : Kaji kebersihan kulit dan warna kulit seluruh tubuh,
edema atau kemerahan pada kulit, dan capilary refil time dan elastisitas kulit.
4) Sistem kardiovaskuler : Kaji adanya kelainan bunyi jantung, irama,frekuensi
dan denyut nadi apikal
5) Sistem Pernapasan : apakah tampak kesulitan bernafas, penggunaan otot
bantu nafas dan suara nafas tambahan
6) Sistem penglihatan : Adakah konjungtivitis, rinitis, pergerakan bola mata
7) Sistem Pencernaan
Kaji muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) dan nyeri tekan
Pemeriksaan fokus abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen, gerakan peristaltik pada dinding abdomen
Auskultasi bising usus menurun sampai hilang
Perkusi timpani akibat adanya kembung dan distensi abdomen.
Palpasi adanya masa, dan teraba dilatasi kolon abdominal
8) Sistem Muskuloskeletal :Kaji kemampuan gerak anak, kelainan bentuk tulang
9) Sistem genitourinarius : Kaji apakah ada edema pada daerah genetalia,
3. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Peristaltik menurun Disfungsi Motilitas
Bayi/anak tidak bisa BAB, Daya dorong lemah Gastrointestinal
hanya bisa jika dibantu Feses tidak bisa keluar
dengan obat Terdapat akumulasi beda
Perut bayi/anak tampak padat dan gas
membesar
Bayi/anak tidak mau Obstruksi di colon
makan/ minum ASI Terjadi distensiAbdomen
Do : Penurunan Gastrointestinal
Distensi abdomen
Mual/muntah kehijauan dan
bau
Auskultasi bising usus
berkurang s/d hilang
Diare
Nyeri tekan pada abdomen
Perkusi abdomen pekak
Distensi perut √
3 Hipertermi Setelah di lakukan tindakan keperawatan Pengaturan Suhu :
1. Monitor suhu dan
berhubungan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh normal
warna kulit
dengan infeksi NOC : Termoregulasi
2. Tingkatkan intake dan
sekunder Skala 1 2 3 4 5
nutrisi yang adekuat
terhadap Peningkatan suhu 3. Monitor tekanan
penyakit ditandai kulit darah, nadi dan respirasi sesuai kebutuhan
Denyut nadi radial
dengan suhu
Perawatan Hipertermi :
0
tubuh > 37,5 C, 1. Longgarkan
Hipertermi
akral panas, atau lepaskan pakaian
2. Berikan
gelisah
skala Outcome : kompres hangat/dingin pada leher, abdomen,
dang-kadang dilakukan
4. Ser
ing dilakukan
5. Dila
kukan secara konsisten
Reflek moro,
rooting, menari
skala Outcome :
1.
Tidak pernah menunjukan
2.
Jarang menunjukan
3.
Kadang-kadang menunjukan
4.
Sering menunjukan
5.
Konsisten menunjukan
6.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN SUSPEK HISPRUNG
A. Identitas klien
Nama : An. A No. Register : 11387xxx
Usia : 1 bulan (22/03/2018) Tanggal Masuk : 23-04-2018
Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 23-04-2018
Alamat : Srengat, Blitar
Nama orang tua : Tn. P / Ny. D
Pekerjaan : Wiraswasta / ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA / SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
1. Prenatal :
Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan ANC di bidan, anak merupakan anak ke
4, riwayat keguguran (-) , riwayat penyakit DM (-), dan hipertensi (-). Selama kehamilan
muntah berlebihan (-), demam (-), keputihan (-), anyang-anyangen (-), muncul ruam
pada kulit (-), perdarahan (-), riwayat trauma (-), konsumsi obat-obatan (-), konsumsi
jamu (-).
2. Natal :
An Z lahir dengan normal di RSUD Ngudi Waluyo, lahir cukup bulan (9 bulan), bayi lahir
langsung menangis, BBL :3000 gram, PB : 49 cm, ketuban jernih, biru (-), sesak (-),
kuning (-), IMD (-), tidak langsung BAB.
3. Postnatal :
4. Imunisasi
1. Pertumbuhan
BBI: 4,5 kg
G. Riwayat keluarga
Genogram :
Keterangan:
Keguguran
H. Lingkungan Rumah
Pengkajian kepada ibu
: Kondisi rumah
1. Kebersihan bersih
: Resiko rendah karena rumah klien terletak agak jauh dari
2. Bahaya kecelakaan jalan raya.
3. Polusi : Tidak terdapat polusi udara
: Ventilasi udara
4. Ventilasi cukup
5. Pencahayaan : Pencahayaan cukup baik
I. Pola aktifitas
J. Pola nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
K. Pola eliminasi
1. BAB
Kuning,agak kehitaman
Warna/bau bau Belum BAB
khas feses
Menggunakan
Frekuensi pampers Menggunakan pampers
Keramas Ya Tidak
3 hari sekali dalam
Frekuensi seminggu -
Penggunaan shampoo Ya -
1. Pengambil keputusan:
Semua keputusan diambil secara musyawarah antara ayah dan ibu klien
Keluarga sedih melihat kondisi anaknya. Ayah tidak bekerja karena harus menunggu
anak di RS.
5. Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit: Anak menjadi sering rewel
dan menangis
P. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan : lemah
umum a.
Kesadaran : compos mentis
b. Tanda-tanda vital
2. Kulit
a. Warna kulit : √Pink Pucat □ Kuning □ Mottled
□ Pada sekitar
b. Sianosis : □ Pada kuku □ Pada sekitar mulut mata
□ Pada seluruh
□ Ekstremitas atas□ Ekstremitas bawah tubuh
(tidak ada
sianosis)
Kemerahan (rash) : Tidak
c. Ada
d. Tanda lahir : □ Ada, sebutkan :.tidak
ada............................................................
□
Edem
e. Turgor kulit : √Elastis □ Tidak elastis a
f. Suhu : 37,9 °c
3. Leher dan
kepala
: 36
a. Lingkar kepala cm
□
Fontanel Cekun
b. anterior : √Lunak □ Tegas □ Datar □ Menonjol g
□ □ Tumpang
c. Satura sagital : √Tepat □ Terpisah Menjauh Tindih
Gambaran
d. wajah : √Simetris □ Asimetris
.............................
e. Telinga : √Normal □ Abnormal □ Lainnya, sebutkan : .....
□ Nafas cuping
f. Hidung : √Simetris □ Asimetris □ Keluaran hidung
□ Lainnya,
sebukan ..........................
Nilai 01 2
Frekuensi
Nafas √≤ 60x/mnt 60-80x/mnt □ ≥ 80x/mnt
Jumlah skor 1
d. Respirasi :
5. Jantung
6. Abdomen
7. GenitalPerempuan normal
√ Laki-laki normal
□ Abnormal, sebutkan:
8. Anus
9. Ekstermitas
Terbatas □ Tidak
a. Gerakan : √ Bebas terkaji
□ Abnormal,
b. Ekstermitas atas : √Normal sebutkan :
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hematokrit 31,50% 40 – 47
MCV 96,00 fL 80 – 93
MCH 35,10 pg 27 – 31
PDW 11,4 fL 9 – 13
Hitung jenis :
Neutrofil 27,0 % 51 – 67
Limfosit 62,9 % 25 – 33
Monosit 8,2 % 2- 5
Faal Hati
SGOT 34 U/L 0 – 40
SGPT 12 U/L 0 – 41
ANALISA DATA
No Data focus Etiologi Masalah
1. DS: Peristaltik menurun Disfungsi
Ibu mengatakan anaknya tidak Motilitas
BAB sejak 2 hari Terdapat akumulasi beda Gastrointestinal
Ibu mengatakan perut anaknya padat dan gas
membesar
Ibu mengatakan ketika dirumah
Obstruksi di colon
terkadang anak 1-2 hari tidak
BAB
Terjadi distensi
DO:
Abdomen
Terdepat distensi abdomen
Perut tampak membesar
Pada pemeriksaan USG Penurunan Gastrointestinal
didaptkan adanya penumpukan
gas
Bising usus 3x/menit
2. DS: Control kontraksi dan Konstipasi
ibu mengatakan bahwa perut relaksasi peristaltic berhubungan
anak membesar 3 minggu yang abnormal penurunan
lalau mortilitas traktus
ibu mengatakan anaknya mortilitas traktus gastrointestinal
belum. BAB sejak 2 hari yang gstointestinal
lalu
DO: Peristltik menurun
perut tampak membesar
pemerikasaan hasil USG tampak
Akumulasi benda padat dan
tumpukan gas berlebih.
gas
Obstuksi dikolon
Pelebaran kolon
( mega kolon)
Ganguan defekasi
Konstipasi
3. DS : Konstipasi Hipertermi
Ibu mengatakan di rumah anak
rewel Akumulasi feses dan gas di
ibu mengatakan anak agak kolon
demam
Do : Pertumbuhan bakteri dalam
Anak tampak rewel kolon meningkat
Suhu 37,90C
Nadi 144 x/menit Infeksi bakteri
Akral hangat
Respon antibodi
Hasil lab : leukosit 9,95
Hitung jenis : limfosit 62,9 %,
monosit 8,2 % demam
Ansietas
5. Ds : Nutrisi tidak adequat Risiko
Ibu mengatakan nafsu makan keterlambatan
anak berkurang Asupan protein dan perkembangan
Ibu mengatakan anak tampak karbohidrat berkurang
lemas dan kurang aktif
Do : Kebutuhan nutrisi tidak
anak tampak lemas terpenuhi
perut feses
4. ajarkan pasien
atau keluarga
mengenai kurun
waktu dalam
menyelesikan
terjadinya
konstipasi
3 Hipertermi Setelah di lakukan tindakan keperawatanPengaturan Suhu :
1.
berhubungan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh normal
Monitor suhu dan
dengan onfeksi NOC : Termoregulasi
warna kulit
sekunder Skala 1 2 3 4 5 2.
terhadap Peningkatan suhu Tingkatkan intake dan
penyakit ditandai kulit nutrisi yang
dengan suhu Denyut nadi radial adekuat
3.
tubuh > 37,50C,
Hipertermi Monitor tekanan
akral panas,
darah, nadi dan
gelisah
respirasi sesuai
skala Outcome :
kebutuhan
6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu Perawatan
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu Hipertermi :
10. Tidak terganggu 1.
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
2.
Berikan kompres
hangat/dingin
pada leher,
abdomen, kulit
kepala, ketiak dan
selangkangan
sesuai kebutuhan
3.
Kolaborasi dalam
pemberian obat
penurun panas
dan pemberian
cairan IV
4 Ansietas Setelah di lakukan tindakan keperawatanPengurangan
keluarga 3x24 jam diharapkan keluarga tidak kecemasan :
1.
berhubungan cemas
Gunakan pendekatan
dengan krisis NOC : Kontrol kecemasan diri
yang tenang dan
situasional Skala 1 2 3 4 5 meyakinkan
2.
ditandai dengan Mencari informasi
Jelaskan semua
mengekspresika untuk mengurangi
prosedur yang
n kekhawatiran, kecemasan
Merencanakan akan dilakukan
gelisah,
strategi koping kepada
ketakutan
untuk situasi yang keluarga/orang tua
terhadap
3.
perubahan menimbulkan
Berikan informasi
dalam keluarga stress
Mengendalikan faktual terkait
respon diagnosis,
4. terhadap upaya
5. orang tua
Konsisten menunjukan
6.
IMPLEMENTASI
No Tanggal Implementasi
. /Jam
Dx
1. 23/04/1 Pengurangan Perut Kembung
8 1. Menjelaskan kepada keluarga pasien bagaimana terjadi perut
14.00 kembung dan cara menguranginya
2. Mendiskusikan untuk mengkonsumsikan produk susu
3. Monitor rasa kembung , distensi abdomen, kram perut dan
terbentuknya gas berlebih disaluran cerna mulai dari mulut
sampai anus
4. Monitor bising usus
5. Menawarkan obat anti perut kembung jika memungkinkan
Manajemen Obat
1. Menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut
resep
2. Monitor efek samping pengobatan
3. Mengajarkan keluarga untuk pengobatan pasien
4. Memberikan informasi tertulis kepada keluarga pasien tentang
pengobatan pasien
2. 1. Memonitor tanda dan gejala konstipasi (frekuensi BAB,
konsistensi, warna dan bau)
2. Auskultasi bising usus
3. Memberian laksatif
4. Mengajarkan keluarga mengenai kurun waktu dalam
menyelesikan terjadinya konstipasi
3. Pengaturan suhu :
1. Mengkaji suhu tubuh anak
2. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI yang adequat
3. Monitoring TTV anak
Perawatan Hipertermi
4. Memberikan anak pakaian yang tipis dan longgar
5. Memberikan kompres hangat
6. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral :
inf CN 10% + KCL 7,4% 3,5 cc+ ca gluconas 10% 3,5 cc
TPN Aminosteril 6% 116,5 cc
4. Pengurangan kecemasan :
1. Gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Jelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan kepada keluarga/orang
tua
3. Berikan
informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis
Peningkatan koping :
1. Kaji
pemahaman orang tua terhadap penyakit anak
2. Dukung
sikap orang tua terkait harapan yang realistis sebagai upaya
mengatasi ketidakberdayaan
3. Dukung
dan fasilitasi penggunaan sumber-sumber spiritual jika
diinginkan
5. Peningkatan Perkembangan Anak :
1. Berikan edukasi kepada orang tua tentang tahap
perkembangan anak usia 1 bulan
2. Berikan edukasi tentang jenis-jenis aktivitas dan permainan
yang mendukung tumbuh kembang anak usia 1 bukan
3. fasilitasi anak dengan terapi bermain sesuai usia
4. dukung dan berikan pujian terhadap upaya dan kemampuan
orang tua dalam memberikan stimulus yang tepat pada anak
EVALUASI
No.
Tanggal/
dx Evaluasi TTD
Jam
Kep
23/04/18 1 S:
17.00 Ibu mengatakan anaknya belum BAB
Ibu mengatakan perut anaknya masih besar
Ibu mengatakan bahwa ia tau penyebab kembung pada
anaknya
Ibu mengatakan sebelumnya tidak ada gangguan dengan
susu formula anaknya
Ibu mengatakan paham atas penjelasan pengobatan untuk
anaknya
O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Pola eliminasi 2 5 2
Jumlah feses 3 5 3
untuk diet
Pengeluaran 3 5 3
feses tanpa
bantuan
Suara bising 3 5 3
usus
Distensi 2 5 2
Abdomen
A:
Masalah belum teratasi
P:
Pertahankan intervensi
Pengurangan Perut Kembung
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien bagaimana terjadi
perut kembung dan cara menguranginya
2. Mendiskusikan untuk mengkonsumsikan produk susu
3. Monitor rasa kembung , distensi abdomen, kram perut dan
terbentuknya gas berlebih disaluran cerna mulai dari mulut
sampai anus
4. Monitor bising usus
5. Menawarkan obat anti perut kembung jika memungkinkan
Manajemen Obat
1. Menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut
resep
2. Monitor efek samping pengobatan
3. Mengajarkan keluarga untuk pengobatan pasien
4. Memberikan informasi tertulis kepada keluarga pasien
tentang pengobatan pasien
2 S:
Ibu kien mengatakan anaknya masih belum dapat BAB
Ibu kien mengatakan perut anaknya masih membesar
O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Konsistensi feses 2 5 3
Bising usus 2 5 3
Peningkatan 2 5 3
pristaltik
Distensi perut 2 5 3
3 S:
Ibu kien mengatakan badan anak sudah tidak panas
Ibu menfatakan anak masih mau ASI meskipn sedikit-sedikit
O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Peningkatan suhu 3 5 5
kulit
Denyut nadi radial 3 5 4
Hipertermi 2 5 5
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Memonitor tanda vital anak
Memonitor intake cairan dan nutrisi anak
Cegah penigkatan suhu tubuh berulang
4 S:
Ibu kien mengatakan sudah lebih mengerti kondisi anaknya
ditandai dengan ibu dapat menjelaskan secara umum
penyebab anak tidak bisa BAB
Ibu mengatakan ketika cemas, ibu merasa lebih tenang jika
berdoa
Ibu mengatakan melakukan teknik nafas dalam saat cemas
O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Mencari informasi 3 5 5
untuk mengurangi
kecemasan
Merencanakan 2 5 4
strategi koping
untuk situasi yang
menimbulkan
stress
Mengendalikan 2 5 4
respon
kecemasan
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan kepada
keluarga/orang tua
Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
5 S:
Ibu kien mengatakan mengerti penjelasan yang di berikan
perawat dibuktikan dengan ibu dapat menjelaskan
perkembangan yang seharusnya ada pada anak usia 1
bulan
Ibu meemahami permainan yang sesuai usia anak
dibuktikan dengan ibu memberikan mainan yang sesuai
umur anak
O:
Indikator Skor Skor Skor
awal target pengkajian
Merespon bunyi 5 5 5
Tersenyum 4 5 4
spontan
Reflek 5 5 5
menegakan leher
Reflek moro, 5 5 5
rooting, menari
A: Masalah tidak terjadi
P: Pertahankan intervensi
Memonitor tumbuh kembang anak
fasilitasi anak dengan terapi bermain sesuai usia
berikan nutrisi yang adekuat
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik
masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
B. SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi
ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd),
Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta :
EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :
FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI