Anda di halaman 1dari 5

KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN
(ANALISA DATA & DIAGNOSA KEPERAWATAN)
PADA KLIEN KELOMPOK RENTAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Oleh: Esther Lita Yohana (1806269921)
S1 Ekstensi Keperawatan FIK UI Tahun 2018

Saat ini di berbagai media baik elektronik, cetak maupun online kita sering membaca/
mendengar berita mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pada umumnya, dalam
kasus KDRT kaum laki-laki ditempatkan pada posisi dominan yang sering kali menyebabkan
dirinya menjadi sangat berkuasa/ sebagai pelaku kekerasan dan perempuan serta anak menjadi
korban dalam kasus tersebut. Angka kekerasan dalam rumah tangga mengalami peningkatan
sekitar 14% khususnya tahun 2017 sebesar 348.446 kasus menjadi 406.178 kasus pada tahun
2018 (Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan, 2019). Kekerasan dalam rumah tangga itu
sendiri merupakan setiap perbuatan pada seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara hukum dalam lingkup rumah tangga (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga). Sebagai seorang perawat dalam hal ini tentu kita harus memperhatikan klien secara
komprehensif yang terdokumentasikan dengan baik dalam asuhan keperawatan. Seperti contoh
kasus KDRT di bawah ini, perawat akan membuat asuhan keperawatan khususnya diagnosa
keperawatan yang dibutuhkan sesuai kasus.

Ibu A (40 tahun) datang ke pusat tempat perlindungan bagi perempuan dan anak yang.
mengalami KDRT. Klien mengatakan bahwa ia barusan dipukul pada bagian muka oleh
suaminya. Klien mengatakan suaminya sering memukul, mengatakan ia tolol dan bodoh, dan
jarang memberi uang belanja. Suami klien seorang tukang ojeg yang berpenghasilan tidak
tetap. Masalah/diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus KDRT adalah
Sindrom Trauma yang berhubungan dengan penyerangan dibuktikan secara verbalisasi/memar
pada area tubuh/ kecemasan berat, Ketidakberdayaan berhubungan dengan kekerasan fisik dan
Risiko Keterlambatan Perkembangan berhubungan dengan situasi keluarga yang tidak
harmonis (Townsend, 2014).
Selain itu, diagnosa keperawatan lain yang dapat ditegakkan adalah Sindrom Pasca
Trauma. Sindrom Pasca Trauma adalah keadaan individu yang mengalami penderitaan terus
menerus akibat mengalami satu atau lebih kejadian traumatis berat yang tidak bisa ditoleransi
(Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Dimana diagnosa keperawatan ini dapat ditegakkan jika
pasien sebagai korban, saksi atau penolong peristiwa traumatis yang telah mengalami gejala-
gejala sindrom pasca trauma. Adapun faktor risiko lain dari sindrom pasca trauma adalah
persepsi yang tidak realistis terhadap kejadian, dukungan sosial yang tidak adekuat dan
mekanisme koping yang tidak adekuat yang mengarah pada harga diri rendah baik situasional
ataupun kronik. Dengan tanda dan gejala secara subjektif yaitu menceritakan peristiwa/
kejadian yang traumatis, merasa marah/gusar, menyatakan takut, merasa malu, merasa bersalah
bahkan tidak mau membicarakan peristiwa trauma yang dialami. Sedangkan secara objektif
dapat terlihat sikap agresif, mengasingkan diri, mood terganggu, ansietas, depresi, mudah
terkejut, mimpi buruk, dll.

Sesuai contoh kasus kdrt di atas, perawat akan membuat analisa data dan merumuskan
suatu diagnosa keperawatan pada klien “Ny A”. Analisa data yang didapatkan adalah

No Data Masalah Keperawatan

1 Data Subjektif: Harga Diri Rendah Situasional


 Klien mengatakan suaminya sering (00120)/(NANDA, 2018)
memukul, mengatakan ia tolol dan bodoh,
dan jarang memberi uang belanja.
 Data tambahan: Klien mengatakan manusia
yang tidak berguna dan malu.
Data Objektif:
 Klien terlihat cemas, gelisah, bersedih dan
selalu menangis serta kontak mata sangat
kurang/ menundukkan wajah saat bercerita.
3 Data Subjektif: Ketidakberdayaan (00125)
- (NANDA, 2018)
 Data tambahan: klien merasa frustasi dan
bingung harus meminta bantuan ke
keluarganya, akhirnya klien datang untuk ke
komnas perempuan untuk meminta bantuan.
No Data Masalah Keperawatan

Data Objektif:
 Klien tampak sering mengeluh, gelisah,
kontak mata sangat kurang, sering menangis.
 Data tambahan: Terlihat klien meminta
bantuan dari luar sistem pendukungnya yaitu
komnas perempuan.
4 Data Subjektif: Sindrom Pasca Trauma (00141)
 Klien mengatakan bahwa ia barusan dipukul (Keliat et al., 2011; NANDA,
pada bagian muka oleh suaminya. 2018).
 Klien mengatakan suaminya sering
memukul, mengatakan ia tolol dan bodoh,
dan jarang memberi uang belanja.
 Data tambahan: klien mengatakan takut jika
hal ini selalu terjadi bahkan sering
mengalami mimpi buruk.
Data Objektif:
 Klien terlihat cemas, takut, menangis saat
bercerita
 Terlihat memar di bagian muka klien
5 Data Subjektif: (data tambahan) Isolasi Sosial (Keliat et al., 2011)
 Klien mengatakan lebih sering menangis dan
mengurung diri di kamar
 Klien mengatakan merasa tidak aman berada
dengan orang lain apalagi suaminya
Data Objektif:
 Klien terlihat sedih, kontak mata sangat
kurang bahkan terkadang tidak ada.

6 Data Subjektif: Risiko Perilaku Kekerasan baik


- terhadap Diri Sendiri (00140)
No Data Masalah Keperawatan

Data Objektif (data tambahan): ataupun terhadap Orang Lain


 Muka klien tampak merah dan tegang saat (00138)/(NANDA, 2018).
bercerita
 Klien tampak mengepalkan tangan,
pandangan tajam dan terkadang berbicara
dengan suara tinggi.
Tabel 1. Analisa Data Kasus Ny A (40 tahun).

Dari analisa data di atas, maka dapat dirumuskan prioritas diagnosa keperawatan pada
klien Ny A (40 tahun) adalah
1. Sindrom Pasca Trauma
2. Risiko Perilaku Kekerasan baik terhadap Diri Sendiri maupun Orang Lain
3. Harga Diri Rendah Situasional
4. Ketidakberdayaan
5. Isolasi Sosial

Risiko Perilaku Kekerasan Diri Sendiri/ Orang Lain

Isolasi Sosial

Sindrom Pasca Trauma

Ketidakberdayaan

Harga Diri Rendah Situasional

Gambar 1. Pohon Masalah


Adapun diagnosa keperawatan lain yang mungkin dapat dirumuskan adalah
1. Risiko Terjadi Stagnasi/Terhambat Pada Perkembangan Psikososial Dewasa (40 tahun)
(Keliat et al, 2011)
2. Koping Keluarga Tidak efektif (00073) (Keliat et al., 2011; NANDA, 2018)

Diawali dengan melakukan pengkajian yang komprehensif (bio, psiko, sosio dan
spiritual), yang kemudian dirumuskan dalam prioritas diagnosa keperawatan pada kasus Ny A
secara tepat. Maka setelah itu, diharapkan perawat dapat memberikan intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan yang sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Dimana yang menjadi
hal terpenting adalah diperlukan komitmen, sikap terbuka dan kerjasama yang baik antara klien
dan perawat dalam mencegah kelompok rentan ini berkembang menjadi gangguan jiwa dan
dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup klien.

Referensi:
Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2017). NANDA I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020 (Budi Anna Keliat, Henny Suzzana Mediani & Teuku Tahlil,
Penerjemah). Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Daulima, N. H., Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa:
CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan. (2019). Catatan Kekerasan Terhadap
Perempuan Tahun 2018. Jakarta: Komisi Nasional Perempuan.
Townsend, M. C. (2014). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing (6th ed).
Philadelphia: F.A Davis Company.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Anda mungkin juga menyukai